Anda di halaman 1dari 31

SUBDURAL HEMATOME

Oleh :
Muanam
NIM. 1830912310075

Pembimbing :
dr. Zainal Abidin, Sp.BS

BAGIAN/SMF ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNLAM-RSUD ULIN
BANJARMASIN
Agustus, 2020
PENDAHULUAN

Cedera kepala merupakan salah satu masalah


kesehatan yang serius dimasyarakat karena
berperan sebagai pemicu kecacatan dan kematian
di seluruh dunia.
Di negara-negara maju menunjukan data bahwa
cedera kepala mencakup 26% dari jumlah segala
macam kecelakaan
Perdarahan subdural adalah bentuk yang
paling sering terjadi pada lesi
intrakranial, kira-kira sepertiga dari
kejadian cedera kepala berat
DEFINISI

Subdural Hematoma adalah perdarahan


yang terjadi antara duramater dan
araknoid, biasanya sering di daerah
frontal, pariental dan temporal. Pada
subdural hematoma yang seringkali
mengalami pendarahan ialah “bridging
vein” , karena tarikan ketika terjadi
pergeseran rotatorik pada otak.
Perdarahan subdural paling sering
terjadi pada permukaan lateral dan atas
hemisferium dan sebagian di daerah
temporal, sesuai dengan distribusi
“bridging vein”
ANATOMI
EPIDEMIOLOGI
Perdarahan subdural adalah bentuk yang paling
sering terjadi dari lesi intracranial, kira-kira
sepertiga dari kejadian cedera kepala berat. Pada
suatu penelitian mengenai perdarahan subdural
kronis ditemukan 1 kasus setiap 10.000 penduduk
ETIOLOGI
Trauma

Alkohol

Ruptur aneurisme

Penyebab Lain
PATOFISIOLOGI
Putusnya vena-vena penghubung antara permukaan
otak dan sinus dural adalah penyebab perdarahan
subdural yang paling sering terjadi. Perdarahan ini
seringkali terjadi sebagai akibat dari trauma yang
relatif kecil, dan mungkin terdapat sedikit darah di
dalam rongga subaraknoid
Perdarahan subdural paling sering terjadi pada
permukaan lateral dan atas hemisferium dan
sebagian di daerah temporal, sesuai dengan
distribusi “bridging veins” . Karena perdarahan
subdural sering disebabkan olleh perdarahan vena,
maka darah yang terkumpul hanya 100-200 cc
saja.
TEORI SUBDURAL KRONIK
teori dari Gardner yang mengatakan bahwa sebagian
dari bekuan darah akan mencair sehingga akan
meningkatkan kandungan protein yang terdapat di
dalam kapsul dari subdural hematoma dan akan
menyebabkan peningkatan tekanan onkotik
didalam kapsul subdural hematoma
Teori yang ke dua mengatakan bahwa, perdarahan
berulang yangdapat mengakibatkan terjadinya
perdarahan subdural kronik, faktor angiogenesis
juga ditemukan dapat meningkatkan terjadinya
perdarahan subdural kronik, karena turut memberi
bantuan dalam pembentukan peningkatan
vaskularisasi di luar membran atau kapsul dari
subdural hematoma.
Gejala Klinis
Pada pasien perdarahan subdural kronik dengan
riwayat trauma kepala, sebanyak 25% baru
menunjukkan gejala klinis antara 1 – 4 minggu.
Sementara 25% lainnya baru menunjukkan gejala
setelah 5 – 12 minggu. Dan sebanyak 33% pasien
yang tidak menunjukkan gejala sama sekali.
Gejala lainnya yang sering muncul adalah gelisah,
penurunan kesadaran, kelemahan sesisi tubuh
(hemiparese), kejang dan inkontinensia. Gait
dysfunction merupakan tanda klinis tersering yang
lainya
KLASIFIKASI

AKUT

SUBAK
UT

KRONIK
DIAGNOSIS
Gambaran klinis ditentukan oleh dua faktor:
beratnya cedera otak yang terjadi pada saat
benturan trauma dan kecepatan pertambahan
volume PSD
penderita cedera kepala hendaklah ditekankan pada
pemeriksaan neurologik yang meliputkan
kesadaran penderita dengan menggunakan Skala
Koma Glasgow , diameter kedua pupil , defisit
motorik dan tanda – tanda peningkatan tekanan
intrakranial
Pemeriksaan laboratorium minimal meliputi,
pemeriksaan darah rutin, elektrolit, profil
hemostasis/koagulasi.
Pemeriksaan foto tengkorak tidak dapat dipakai
untuk memperkirakan adanya PSD. Fraktur
tengkorak sering dipakai untuk meramalkan
kemungkinan adanya perdarahan intrakranial
tetapi tidak ada hubungan yang konsisten antara
fraktur tengkorak dan PSD. Bahkan fraktur sering
didapatkan kontralateral terhadap PSD
Pemeriksaan CT-Scan dapat menunjukkan lokasi, volume,
efek, dan potensi cedara intracranial lainnya. Pada
epidural biasanya pada satu bagian saja (single) tetapi
dapat pula terjadi pada kedua sisi (bilateral),
berbentuk bikonfeks, paling sering di daerah
temporoparietal. Densitas darah yang homogen
(hiperdens), berbatas tegas, midline terdorong ke sisi
kontralateral. Terdapat pula garis fraktur pada area
epidural hematoma, Densitas yang tinggi pada stage yang
akut ( 60 – 90 HU), ditandai dengan adanya peregangan
dari pembuluh darah
MRI akan menggambarkan massa hiperintens
bikonveks yang menggeser posisi duramater,
berada diantara tulang tengkorak dan duramater.
MRI juga dapat menggambarkan batas fraktur
yang terjadi. MRI merupakan salah satu jenis
pemeriksaan yang dipilih untuk menegakkan
diagnosis.
KOMPLIKASI
Perdarahan ulang atau sisa perdarahan juga sering
ditemukan 30 pada pemeriksaan CT scan pasca
operasi.Suatu penelitian menemukan 8% penderita
mendapat PSD ulang ipsilateral dan 3% mendapat
perdarahan epidural (PED) 1 .Dari penderita yang
meninggal dan diautopsi 21% mendapat PSD
ulang ipsilateral dengan volume > 50 ml dan 9%
mendapat PSD ulang dengan volume 20 – 25 ml
PENANGANAN SUBDURAL
HEMATOME
kita harus memperhatikan antara kondisi klinis
dengan radiologinya. Dalam masa mempersiapkan
operasi, perhatian hendaknya ditujukan kepada
pengobatan dengan medika mentosa untuk
menurunkan peningkatan tekanan intracranial
Kriteria penderita SDH dilakukan operasi adalah:
Pasien SDH tanpa melihat GCS, dengan ketebalan >10 mm
atau pergeseran midline shift >5 mm pada CT-Scan
Semua pasien SDH dengan GCS <9 harus dilakukan
monitoring TIK
Pasien SDH dengan GCS <9, dengan ketebalan
perdarahan <10 mm dan pergerakan struktur midline
shift. Jika mengalami penurunan GCS >2 poin antara saat
kejadian sampai saat masuk rumah sakit.
Pasien SDH dengan GCS<9, dan atau didapatkan pupil
dilatasi asimetris/fixed
Pasien SDH dengan GCS < 9, dan /atau TIK >20 mmhg
Hiperventilasi
Cairan hiperosmoler
Kortikosteroid
Barbiturat
Prognosis Subdural Hematom tergantung pada :
Lokasinya ( infratentorial lebih jelek )
Besarnya
Kesadaran saat masuk kamar operasi.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai