SUBDURAL HEMATOM
OLEH :
ALEXANDER CHANGAY C014182147
MIFTAHUL ZAIDAH C014182149
IDVIANTY WULANDARI C014182150
FATIMAH MUNA A C014182151
RESIDEN PEMBIMBING :
dr. Willy Candra
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka Kepaniteraan Klinik pada Bagian Neurologi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Supervisor Pembimbing,
ii
BAB I
PENDAHULUAN
subdural yakni diantara dua lapisan otak duramater dan subarakhnoid. Perdarahan
yang sering terjadi di daerah frontal, parietal dan temporal. Subdural hematom
sering terjadi akibat trauma kepala hebat, seperti perdarahan kontusional yang
mengakibatkan ruptur vena yang terjadi dalam rongga subdural. Vena yang sering
peningkatan tekanan intrkranial yang dapat merusak jaringan otak dan hilangnya
fungsi otak.1
sering, subdural hematom tidak hanya terjadi pada cidera kepala berat tetapi juga
dapat terjadi pada orang dengan cidera kepala yang tidak terlalu berat seperti
pasien tua atau yang menerima terapi antikoagulan. Subdural hematom mungkin
juga terjadi secara spontan atau disebabkan oleh prosedur diagnostic seperti fungsi
lumbal.2
dengan cedera kepala berat. Kejadian tahunan hematoma subdural kronis telah
1
dilaporkan 1-5,3 kasus per 100.000 penduduk. Penelitian terbaru telah
menunjukkan insiden yang lebih tinggi. Hal itu disebabkan teknik pencitraan yang
lebih baik. Tingkat mortalitas SDH akut berkisar 45-63%. Kematian terjadi 74%
pada pasien dengan Glasgow Coma Scale Score (GCS) 3-5 kurang dari 6 jam,
dalam kelompok pasien berusia di atas 65 tahun. Diperkirakan pada tahun 2030,
insiden subdural hemotam akan meningkat dua kali lipat seiring dengan
69% pada kelompok usia lebih dari 65 tahun dibandingkan dengan kelompok usia
lainnya sebesar 31%. Perbedaan jenis kelamin dalam insiden SDH menunjukkan
laki-laki 64% dan perempuan 33% serta dilaporkan pada penelitian lain laki
menunjukkan frekuensi yang lebih tinggi dari hematoma subdural kronis pada
otak kiri (hemisfer cerebri sinistra) sebesar 52% dibandingkan dengan pada otak
kanan (hemisfer cerebri dextra) sebesar 30%, dan dalam 18% kasus menjadi
bilateral.3
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Subdural hematoma (SDH) adalah adanya darah pada ruang potensial diantara
lapisan duramater dan arachnoid. Penyebab paling sering dari subdural hematoma
adalah rupturnya vena yang membawa darah dari permukaan otak ke sinus dural
bertempat pada lateral otak, meskipun bisa juga berlokasi di antara tentorium dan
lobus oksipitalis, pada dasar dari tengkorak, dan fossa posterior. Pasien usia tua
atau alkoholik dengan atrofi otak cenderung mudah mengalami perdarah subdural.
2.2 Etiologi
Penyebab paling banyak dari SDH trauma kepala dimana kebanyakan kasus
Faktor resiko dari SDH adalah pasien dengan atrofi serebri yaitu pasien usia
tua, pasien dengan penyalahgunaan alkohol, dan pasien dengan riwayat traumatic
3
2.3 Patofisiologi
SDH akut biasanya disebabkan oleh rupturnya vena yang membawa darah dari
pada ruang dimana vena itu berjalan yaitu pada ruang antara lapisan dura dan
arachnoid. Selain itu, pada 20-30% dari kasus SDH juga disebabkan oleh ruptur
arteri yaitu oleh arteri kortikal kecil. SDH yang disebabkan oleh rupturnya vena
Pada SDH kronik, setelah trauma awal pada menings, sintesis dari kolagen
dural terinduksi dan fibroblast akan menyebar pada permukaan dalam dari dura
untuk membentuk membran luar yang tebal. Kemudian, membran dalam yang
lebih tipis terbentuk mengakibatkan bekuan darah terbungkus. Hal ini terjadi
dalam waktu sekitar 2 minggu. Seiring waktu, SDH kronik dapat menjadi cair
membentuk higroma dan membrannya akan terjadi kalsifikasi. Higroma ini dapat
Hematoma dari SDH dapat membesar akibat perdarahan yang berulang (acute
on chronic SDH) atau akibat dari tekanan osmotik air ke higroma karena isi dari
Mekanisme lain yang dapat menyebabkan SDH adalah tekanan dari cairan
seperti yang bisa terjadi setelah prosedur pungsi lumbal. Menurunnya tekanan
4
cairan serebrospinal menyebabkan menurunnya daya apung dari otak yang
mengakibatkan traksi pada struktur yang mendukung otak. Traksi pada vena
sendiri juga menyebabkan pembengkakan dari vena serebri yang selanjutnya akan
5
2.4 Manifestasi Klinis
berupa kejang. Sementara itu, tanda klinis herniasi lebih jarang ditemukan
daripada perdarahn epidural. Interval lusid hanya ada pada kurang dari 30%
kasus. Pada perdarahan subdural akut, hematom terbentuk dalam waktu 3 hari
kontralateral pada 50% kasus. Pada perdarahan subdural kronik dapat berupa
2.5 Diagnosis
2.5.1 Anamnesis
Pada anamesis dengan pasien, hal penting yang perlu ditanyakan dalam
6
1. Trauma yang mendahului sebelumnya dan jenis trauma apakah
GCS menilai kemampuan membuka mata, respon verbal dan respon motorik
pasien terhadap stimulasi verbal atau nyeri (merupakan fungsi ARAS, batang
otak dan korteks). Pemeriksaan diameter kedua pupil dan adanya defisit
neurologi fokal menilai apakah telah terjadi herniasi di dalam otak dan
meliputi GCS, lateralisasi dan refleks pupil. Hal ini dilakukan sebagai deteksi
dini adanya gangguan neurologis. Tanda awal dari herniasi lobus temporal
(unkus) adalah dilatasi pupil dan hilangnya refleks pupil terhadap cahaya.
lebih sulit. Selain itu dilakukan juga pemeriksaan fungsi motorik, refleks
7
2.6 Pemeriksaan Penunjang
diagnosis dari SDH berupa darah lengkap, gula darah, ureum, kreatinin, dan
imaging yang paling baik untuk evaluasi awal SDH, karena lebih cepat, mudah
diakses dan lebih murah jika dibandingkan dengan MRI. Ketika menggunakan
MRI, hasil yang didapatkan lebih akurat dibandingkan dengan CT dan dapat
menampakkan tulang yang terluka dengan lebih jelas, dan juga lebih efektif jika
dicurigai adanya diffuse axonal injuries. Jika modalitas MRI dan CT-Scan tidak
ada maka dapat dilakukan foto polos kepala posisi anteroposterior (AP), lateral,
lapisan dura dan arachnoid, perdarahan melewati sutura tetapi tidak melewati
garis tengah orak, sering terletak disepanjang falx cerebri atau tentorium cerebelli,
yang baru akan tampak sebagai area putih. Gambaran SDH pada CT-Scan akut,
berupa lesi hiperdens berbentuk bulan sabit. Lesi akan menjadi isodens dalam 3
8
hari sampai 3 minggu. Pada SDH kronik yang lebih dari 3 minggu, lesi akan
tampak hipodens.7,8
2.7 Penatalaksanaan
2.7.1 Operasi
Indikasi :
SDH kronis dengan kompressi pada otak dan midlineshift, tetapi tidak
SDH luas (>40 cc/>5 mm) dengan skor SKG>6, fungsi batang otak
masih baik.
garis tengah (midline shift) dengan fungsi batang otak masih baik.
Metode Operasi
9
kemungkinan hasil operasi yang buruk. Sebuah sistem drainase
tengkorak. Pada saat akut tindakan ini sulit untuk dibenarkan karena
yang luas. Metoda ini juga merupakan metoda yang paling invasif,
10
terdapat rekumulasi pada subdural, hametoma yang padat atau
grafting.
dan elvauasi yang dimiliki dari masing-masing dokter bedah pada situasi
tertentu.
asimtomatik, pasien yang menolak tindakan operasi, atau pasien yang memiliki
menjadi pilihan terapi yang efektif untuk SDH kronis tetapi beberapa kasus
11
Oleh karena itu gejala – gejala yang muncul pada pasien akan
menentukan terapi konservatif yang akan diberikan. Jika dilihat dari gejala
klinis yang muncul seperti hematoma tanpa efek massa yang signifikan, dan
cepat
12
harus dilakukan pemeriksaan serial PT (Prothrombin Time), PTT
Kortikosteroid
tulang yang terfixiri dan kokoh. Volume dari ruang tengkorak ini
intrakranial.9
dalam waktu ½-1 jam tetes cepat. Setelah 6 jam pemberian dosis
13
membalikkan gradient osmotik intravaskular, sehingga beban
ginjal pasien.6
a. Stroke
b. Demensia
d. Meningitis
e. Encephalitis
f. Abses otak
g. Tumor otak
h. Perdarahan subarachnoid
i. Hidrosefalus.11
14
2.9 Prognosis
Mortalitas dari hematom subdural akut dilaporkan berkisar antara 36% hingga
79%. Banyak dari pasien yang selamat tidak memeroleh fungsi yang sama dengan
saat sebelum sakit. Beberapa kasus menunjukkan prognosis yang lebih bagus pada
pasien yang lebih muda dimana pasien dibawah 40 tahun dihubungkan dengan
tingkat mortalitas 20%, umur 40-80 tahun dengan tingkat mortalitas 65% dan
Prognosis yang utama dari hematom subdural berhubungan dengan jejas dari
15
BAB III
KESIMPULAN
Subdural hematoma (SDH) adalah adanya darah pada ruang potensial diantara
lapisan duramater dan arachnoid. Penyebab paling sering dari subdural hematoma
adalah rupturnya vena yang membawa darah dari permukaan otak ke sinus dural
tergantung pada lokasi lesi dan perkembangan dari lesi tersebut. Pemeriksaan
mata, respon verbal dan respon motorik pasien terhadap stimulasi verbal atau
nyeri (merupakan fungsi ARAS, batang otak dan korteks). Pemeriksaan diameter
kedua pupil dan adanya defisit neurologi fokal menilai apakah telah terjadi
konservatif.
16
DAFTAR PUSTAKA
2018.
1384.
diagnosis. 2018.
6. Lastri DN, Aninditha T, Wiratman W. Buku Ajar Neurologi Jilid II. Edisi
1508-1510.
Aeskulapius. 2014
Medical. 2011.
10. Jehuda Soleman, Fabio Nocera, Luigi Mariani. The Conservative and
17
Medical Weekly (January 2017): Department of Neurosurgery, University
18