SUBDURAL HEMATOMA
penulis: Dr. dr. David Gunawan Umbas, Sp.N(K)
DEPARTEMEN NEUROLOGI
PROGRAM STUDI S1 KEDOKTERAN
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Kata Pengantar
Topik Penyakit Cedera Kepala Traumatik dan Trauma Medula Spinalis membahas tentang
Patofisiologi Trauma Kepala terhadap Subdural Hematoma dan Penatalaksanaa Subdural
Hematoma Aspek yang paling penting Diagnosa awal hingga tatalaksana awal untuk pasien dengan
kondisi ini adalah mencegah komplikasi yang berhubungan dengan kematian dan kecacatan.
Pada modul ini kita akan membahas mengenai pengertian Subdural Hematom, patofisiologi
Subdural Hematom, Anatomi Kepala, klasifikasi Subdural Hematom, mekanisme Subdural
Hematom dan penatalaksanaan Subdural Hematom dan patofisilogi serta tatalaksana awal trauma
medulla spinalis.
Daftar Isi
Mampu mengenali dan mendiagnosis penyakit Hematoma Subdural dan serta melakukan
penanganan sesuai dengan tingkat kompetensi yang ditentukan, dan melakukan rujukan ke
spesialis neurologi sesuai dengan kondisi klinis pasien.
1. Adams and Victor’s, Principles of Neurology 11th Edition,Mc Graw Hill Education Medical,
2019.
2. Neurologi Klinis Dasar, PT Dian Rakyat-Jakarta, Penulis Mahar Mardjono dan Priguna Sidharta,
2003.
3. Buku NEUROTRAUMA, Badan Penerbit FKUI, Editor; Yetty Ramli, Diatei Nari Lastri ,
Pukovisa Prawirohardjo,2006
4. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Neurotrauma , PERDOSSI , 2022
5. Greenberg MS. Handbook Of Neurosurgery. ninth edition. New York : Thieme Medical
Publisher, Inc ; 2019.
Petunjuk Pelaksanaan Implementasi Task Based Learning Bagi Dosen
1. Dosen memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk menjawab seluruh soal-soal yang terdapat
pada modul (15 menit)
2. Dosen memberi kesempatan kepada salah satu mahasiswa utk mempresentasikan jawabannya
dan mempersilakan mahasiswa lain untuk menanggapi (15 menit)
3. Dosen memberi kesempatan kepada beberapa mahasiswa atau kelompok mahasiswa untuk
mendiskusikan simulasi kasus yang terdapat di dalam modul ini (15 menit)
4. Dosen memberi penguatan dan kesimpulan ( 5 menit)
1.
Petunjuk Pelaksanaan Implementasi Task Based Learning Bagi Mahasiswa
Tuan SW 39 tahun datang ke RS dengan keluhan nyeri kepala, 2 jam sebelum masuk rumah sakit
setelah terjatuh dari motor dengan posisi kepala sisi kiri terlebih dahulu menyentuh aspal tanpa
menggunakan helm. Pasien ditemukan dalam kondisi sadar kemudian pingsan selama 5 menit dan
Kembali sadarkan diri . ditemukan memar dan benjolan pada sisi kiri kepala pasien. Hasil CT SCAN
pasien menunjukan adanya Gambaran :
Tugas
Tuan SW 39 tahun datang ke RS dengan keluhan nyeri kepala, 2 jam sebelum masuk rumah sakit
setelah terjatuh dari motor dengan posisi kepala sisi kiri terlebih dahulu menyentuh aspal tanpa
menggunakan helm. Pasien ditemukan dalam kondisi sadar kemudian pingsan selama 5 menit dan
Kembali sadarkan diri . ditemukan memar dan benjolan pada sisi kiri kepala pasien. Gambaran
Hiperdens seperti bulan sabit di antara duramater dan arachnoid:
Tugas
Pemeriksaan Fisik :
Status generalis : jejas/hematom daerah kepala (+/-) 2. Status Neurologis : GCS, ada
tidaknya defisit fokal neurologis dan lateralisasi Seperti kasus Subdural Hematom
lainnya, pemeriksaan fisik dimulai dari Primary dan secondary survery. Namun perlu
diingat pada kasus SDH kronis pasien seringkali datang hanya dengan keluhan sakit
kepala tanpa adanya deficit neurologis yang bermakna. Oleh sebab itu diperlukan
anamnesa yang tajam khususnya pada pasien usia tua dengan riwayat Subdural
Hematom kronis atau berulang dan pada pasien yang menggunakan obat – obataan
antikoagulan/ antiplatelet.
Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan CT scan akan terlihat area hiperdens hiperdens bebentuk crescent shaped.
(bulan sabit) mengikuti lengkungan otak. Dapat terlihat isodens pada onset subakut yaitu antara
10 hari – 3 minggu. Pada kasus SDH minimal (1-2mm) dapat tidak terlihat di CT Scan dan lebih
sensitive dilakukan pemeriksaan MRI kepala.
5. Bagaimana penanganan pada pasien :
Sesuai SKDI 2019 , Subdural Hematoma masuk dalam Kompetensi 3B.
Tatalaksana Non Bedah :
Terapi Umum :
• Oksigenisasi : Nasal kanul 2 - 5 liter/ menit selama 3 hari
• Pemasangan collar neck (bila perlu) selama 3 hari
• NGT (jika intake sulit)
• Kateter urin (kondom/ dauer) selama 3 hari (bila perlu)
• Tirah baring dengan elevasi kepala 30
• Perawatan luka Terapi Cairan dan Obat Obatan :
1. IVFD: NaCl 0.9% per 12 jam selama 3 hari
2. Arousal and Consciousness : Bromocriptine 2 x 2,5 mg (tab) selama 7 hari
3. Stimulants : Methylphenidate 1 x 10 mg (tab) selama 7 hr
4. Analgetik : - Ketorolac 30mg IV 2 x 1 selama 3 hari - Ibuprofen 400mg, 3 x 1
(mulai hari ke 4 - 7) atau - Paracetamol 3x500mg (hari ke 4 – 7)
5. Proteksi lambung : - Ranitidin 2 x 1 amp, iv selama 3 hari - Ranitidin 2 x 1 tab
(mulai hari ke 4 - 7)
6. Antibiotik : Ceftriaxon 2 x 1 gr IV selama 5 hari
7. Anti emetik : Ondansentron 1 x 4 mg injeksi selama 3 hari
8. Pasien gelisah : - Haloperidol, dosis : gelisah berat 1 x 10 mg, inj (kp) gelisah
sedang 1 x 5mg, inj (kp) Interval selanjutnya 5 mg / 4-8jam sampai dosis max 60
mg . Catatan : Untuk orang tua biasanya diberikan dengan dosis yang lebih
rendah.
9. Zinc 1x20 mg/ hari (sirup 20 mg / 5 ml) selama 7 hari 25
10. Vitamin : Vit.C 2 x 250 mg (tab) selama 7 hari
Kriteria Tatalaksana Pembedahan:
o Tindakan bedah dilakukan atas indikasi yaitu :
1. GCS < 8 dengan pupil anisokor.
2. Volume EDH > 30 cc tanpa mempertimbangkan GCS.
3. Tebal EDH > 15mm dengan midline shift > 5mm.
4. SDH SDH akut, midline shift > 5mm atau ketebalan (thickness) >10 mm.
5. SDH akut GCS < 9, thickness < 10mm, Midline Shift 20mmHg.
6. ICH volume > 50 cc, Volume perdarahan > 50cc. Perburukan klinis progresif
akibat lesi, peningkatan TIK & adanya efek desak ruang akibat massa. GCS 6 – 8,
volume kontusio frontal atau temporal >20cc, midline shift >5mm dengan atau
kompresi sisterna.
7. ICH > 20 cc lokasi do frontal atau temporal dengan midline shift > 5mm dan GCS
6-8.
8. Fraktur impresi lebih dari 1 diploe. 9. Debridement dilakukan jika adanya fraktur
terbuka dengan adanya penumoensefal dan perforasi duramater.
6. Terapi Neurobehavioral :
- Dilakukan melalui terapi kognitif untuk stimulasi otak Edukasi
- Penjelasan sebelum masuk ruang perawatan (rencana lama rawat dan tindakan, biaya
pengobatan, prosedur, program pemulihan, managemen nyeri)
- Penjelasan mengenai cedera kepala, hasil pemeriksaan penunjang, resiko dan komplikasi
selama perawatan serta prognosis dan outcome
- Penjelasaan faktor resiko dan cara pencegahan rekurensi • Menjelaskan discharge planning
(rencana kepulangan)
- Edukasi peraturan keselamatan kerja dan berkendaraan lalu lintas
- Anjuran untuk melanjutkan terapi stimulasi otak sesuai program
8. Prognosa
Jika ditangani secara cepat dan tepat biasanya memberiksan prognosis dan keluaran yang baik.