Resensi Hoegeng
Resensi Hoegeng
IDENTITAS BUKU
Penulis : Suhartono
Media Nusantara
ISBN : 978-979-709-769-1
JENDERAL
HOEGENG
“Hanya ada 3 polisi jujur di Indonesia,
Patung Polisi, Polisi Tidur, dan
Jenderal Hoegeng”
- Gus Dur -
H O EG ENG DI K ANTO R
Hoegeng selalu masuk kantor pada Selama di kantor (dari jam 07.00 –
pukul 05.30 WIB, padahal jam kerja 14.00 WIB), Hoegeng tidak pernah
Sekretariat Negara (Setneg) dimulai makan siang dan hanya minum teh
pada jam 07.00 WIB, dan selalu hangat yang disediakan petugas
menyapa pegawai-pegawainya. bagian rumah tangga Setneg.
H O EG ENG DI K ANTO R
Dharto (Saat itu menjabat sebagai rumah Dharto. Jadi Hoegeng bertamu
Dalam hal surat-menyurat yang ditujukan ke Sehari-hari Hoegeng adalah sosok yang
pejabat tertentu, Hoegeng selalu meminta orang terbuka. Tidak ada dokumen atau kegiatan
Dinas
alasannya hoegeng sudah punya dua mobil dinas, satu jeep dari
korps di kepolisian
Dinas
sebenarnya berhak tinggal di rumah dinas Menteri dengan
segala fasilitasnya, namun Hoegeng menolak dan lebih memilih
tinggal di rumah sewanya.
KEBENERAN
Kebenaran merupakan suatu yang mutlak tentang sebuah kebaiakan atau sebuah
kebenaran itu sendiri. Kebeneran merupakan sesuatu yang sifatnya situasional
atau sesaat, yang belum tentu sebuah kebenaran, seperti hadiah atau kode
buntut.
“Janganlah menjadi orang yang selalu kebeneran atau kebetulan, tetapi jadilah
orang yang benar. Karena, selain kebeneran itu hanya sesaat, juga adakalanya
berdampak negative di kemudian hari. Kebeneran itu belum tentu sebuah
kebenaran” Jelas Hoegeng
MENTERI
IURAN
NEGARA
Pengalaman Hoegeng selama menjadi Kepala
Direktorat Reserse Kriminal Kepolisian Negara yang
menangani banyak kasus penyelundupan barang dan
manusia membawa Hoegeng menjadi Menteri Iuran
Negara.
Pada tanggal 27 Agustus 1964, Hoegeng dilantik
Soekarno sebagai Menteri Iuran Negara.
BUKU BESAR
Hoegeng selalu mencatat secara rapi dan berurutan tamu yang
datang menemuinya, mulai dari nomor tamu, tanggal, nama tamu,
maksud kedatangan hingga isi pembicaraan.
Namun, Ketika Hoegeng menjadi kapolri, pemilik rumah tidak mau menerima
uang sewa, setiap Hoegeng bayarkan pasti dikembalikan,. Akhirnya Hoegeng
membayarnya dengan Wesel Pos, sehingga walaupun pemilik rumah
menolaknya, Hoegeng sudah memegang bukti pengiriman Wesel Pos sebagai
bukti pembayaran.
ROBBY
TJAHJADI
DI CENDANA
Saat Hoegeng menjabat sebagai kapolri, marak terjadi
penyelundupan mobil-mobil mewah yang tidak sesuai prosedur
agar tak membayar bea masuk, salah satu pelakunya adalah
Robby Tjahjadi yang banyak di backing oleh apparat polisi dan TNI.
Hoegeng menyatakan berhenti dari Kapolri pada saat ia di panggil ke
rumah Soeharto untuk ditawari menjadi Dubes lagi. Saat akan beranjak
pergi, banyak pers yang menunggu diluar rumah. Hoegeng merasa
kasihan pada wartawan karena sudah menunggu lama dan menjawab
secara normatif tanpa menjatuhkan martabat Soeharto.
Hubungan Hoegeng dan Dharto terputus saat Hoegeng memutuskan masuk ke dalam
Petisi 50 yang sering mengkritisi pemerintahan Soeharto. Dharto yang menjabat sebagai
kepala Biro Umum di Kantor Menko Polkam sudah tidak melakukan hubungan apapun
dengan Hoegeng karena seluruh anggota Petisi 50 dimasukkan ke dalam Blacklist
pemerintahan. Seluruh anggota Petisi 50 dan keluarganya dipersulit dalam hal pengurusan
yang berhubungan dengan izin pemerintahan.
Pens
iun
Hoegeng hidup dalam kesederhanaan semasa pensiunnya dan
sedikit kesulitan dalam mendapatkan uang. Hoegeng bahkan
menjual rumahnya di Menteng dan membagi hasilnya sama rata
kepada ketiga anaknya. Uang pension Hoegeng sejak berhenti
menjadi Kapolri hingga pada tahun 2001 hanya Rp 10.000 per
bulan, dan keluarganya hanya menerima Rp. 7500 setelah
potongan ini dan itu. Baru pada Tahun 2021 ada perubahan surat
keputusan pension hingga pension Hoegeng naik menjadi Rp
1.170.000
Iman
Santoso
Nama pemberian orang tua Hoegeng memang Hoegeng Iman Santoso. Namun, bagi Hoegeng nama Hoegeng saja
sudah cukup. Nama Hoegeng Iman Santoso cukup berat di sandangnya.
“Memangnya Hoegeng sudah memiliki Iman yang Santoso (Teguh)?”. Bagi Hoegeng berat menggunakan nama Iman
Santoso itu, jadi Hoegeng cukup pakai nama Hoegeng Saja.”
“Nama Hoegeng akan tetap Hoegeng sampai kapanpun. Kecuali, sampai akhir hayat jika Hoegeng tetap bisa
menjaga iman yang sentoso”
Iman
Santoso
Hoegeng meninggal dunia pada 14 Juli 2004 dengan usia 83 tahun setelah menderita stroke, dan dimakamkan di
TPU Giritama, Bogor sesuai amanat sebelumnya
Didit, anak Hoegeng memberikan sepatah kalimat pada saat pemakaman Hoegeng,
“Kini setelah ayah saya mampu menjaga imannya tetap teguh sampai akhir hayatnya, saya nyatakan bahwa nama
lengkap ayah saya adalah,
HOEGENG IMAN SANTOSO”
JENDERAL
HOEGENG
IMAN SANTOSO