Anda di halaman 1dari 62

TRANSAKSI ENERGI

LISTRIK LANJUTAN
(SUPERVISI TRANSAKSI
ENERGI LISTRIK)
POKOK BAHASAN

1. Ruang Lingkup & Definisi Penyelesaian Transaksi / Setelmen


2. Maksud dan Tujuan Penyelesaian Transaksi / Setelmen
3. Proses Bisnis PLN Sebagai Single Buyer
4. Kesepakatan Transfer Tenaga Listrik
5. Kebijakan Transaksi Energi Listrik

www.pln.co.id |
BAB 1. PROSES BISNIS
TRANSAKSI ENERGI LISTRIK
01 RUANG LINGKUP & DEFINISI
PENYELESAIAN TRANSAKSI /
SETELMEN
DEFINISI

TRANSAKSI :
Suatu kegiatan jual beli antara ke dua belah pihak yang telah mufakat dan kesepakatan yang
dituangkan dalam suatu perjanjian yang mengikat serta mengandung unsur win win solution.

SETELMEN :
Cara/Proses penyelesaian Transaksi antara 2 belah pihak atas entitas yg diperjualbelikan dalam
periode tertentu yang mana ada proses pengakuan sampai dengan pembayaran yang diatur
berdasarkan perjanjian mengikat antara kedua belah pihak.

www.pln.co.id |
RUANG LINGKUP (1)

1. PERJANJIAN JUAL BELI TENAGA LISTRIK


merupakan dasar atas Jual Beli Tenaga Listrik antara 2 belah pihak dan bersifat mengikat. Antara
lain PPA, TSA, PSA, PJBTL, SSA.

2. ATURAN/SOP PENGAMBILAN DATA METER


Dasar atas Pengambilan data meter (yang mengukur energi transaksi) yang menjadi dasar validasi
energi yang diperjualbelikan.

3. DOKUMEN/BA ATAS PENGAKUAN ENERGI YANG DIPERJUAL BELIKAN


Kesepakatan nilai energi yang diperjualbelikan antara kedua pihak setelah proses validasi dari
data meter yang diambil. Menjadi dasar penerbitan tagihan

www.pln.co.id |
RUANG LINGKUP (2)

4. INVOICE/TAGIHAN

Dasar atas penagihan pembayaran yang dilakukan oleh Pembeli kepada Penjual atas jual beli energi
listrik. Dasar penerbitan Invoice adalah BA atas pengakuan energi listrik yang diperjualbelikan.

5. PEMBAYARAN DAN PENCATATAN

Proses terakhir yang dilakukan oleh Pembeli untuk menyelesaikan transaksi/ Setelmen yang didasari
oleh Invoice/tagihan yang diterbitkan Penjual. Pecatatan dilakukan oleh Pembeli untuk keperluan
laporan keuangan dan akuntansi.

www.pln.co.id |
BAB 1. PROSES BISNIS
TRANSAKSI ENERGI LISTRIK
MAKSUD DAN TUJUAN PENYELESAIAN
02 TRANSAKSI / SETELMEN
MAKSUD DAN TUJUAN TRANSAKSI ENERGI LISTRIK

• Menyelenggarakan bisnis jual beli tenaga listrik yang sehat dan baik di Indonesia

• Agar tidak ada pihak yang dirugikan (kedua belah pihak melakukan kewajibannya
dan mendapatkan haknya sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat)

www.pln.co.id |
BAB 1. PROSES BISNIS
TRANSAKSI ENERGI LISTRIK
03 PROSES BISNIS PLN SEBAGAI
SINGLE BUYER
STRUKTUR PASAR KETENAGALISTRIKAN – PRA 90-AN

Sebelum
SebelumTahun
Tahun 90-an
90-an • Struktur pasar umumnya berbentuk pasar Terintegrasi
Vertikal (Vertical Integrated)  Proses pengelolaan
produksi listrik dilakukan secara satu kesatuan oleh
institusi yang sama (monopoli) mulai dari
Pembangkitan ~
pembangkitan, transmisi, distribusi sampai ke
Vertical Integrated
konsumen akhir (end-user);
Transmisi

Distribusi
• Sistem ketenagalistrikan lebih didominasi oleh aspek-
aspek teknis menyangkut keandalan instalasi,
Konsumen
Monopoli
keamanan pasokan listrik, teknologi dll.

www.pln.co.id |
RESTRUKTURISASI PASAR KETENAGALISTRIKAN –
PASCA 90-AN

Setelah • Adanya struktur pasar kompetisi (baik semi kompetisi


SetelahTahun
Tahun 90-an
90-an maupun kompetisi penuh);
• Aspek komersial (ekonomi) mulai berperan;
Pembangkitan • Listrik dianggap sebagai produk yang diperlakukan sama
~ ~ ~ seperti produk (consumer goods) lainnya
• Listrik sebagai produk, secara komersial dapat dipisahkan
Transmisi Kompetisi dari sistem transmisi dan distribusi yang berperan sebagai
Wholesale Market sarana transportasi
• Restrukturisasi usaha ketenagalistrikan dan pemisahan
fungsi (unbundling): pembangkitan, transmisi, distribusi
Dist. 1 Dist. 2 Dist. 3
(untuk tujuan akuntabilitas, efisiensi dan transparansi),
serta mulai diterapkan kompetisi pada jual beli tenaga
Konsumen listrik.

www.pln.co.id |
MODEL STRUKTUR PASAR TENAGA LISTRIK
Struktur 1: Struktur 2: Struktur 3: WHOLE- Struktur 4: RETAIL
MONOPOLI SINGLE BUYER SALE COMPETITION COMPETITION

• Utilities supply: • Single Buyer/SB as • Gen competition • Consumers have


Vertically Integrated off-taker chooses • Open access transmis- choice of supplier
• No Competition from various Gen. sion (by TSA) • Open access Trans &
• Gov. makes decision (no competition or • Power Pool as whole- Dist (by TSA & DSA)
• Low accountability & limited competition) saler • Competition in Gene-
cost transparency • No open access trans • Disco can buy direct ration & Retail
• Centralized planning • SB has monopoly from Generator • Distribution is separate
over trans. & over • Disco have monopoly from retail activity
sales to consumers over sales to consumers
GG GG IPP GG GG IPP
1 Institusi IPP GG GG IPP GG GG GG GG GG GG GG GG
Generation
Generation (G)
(G) PPA
T T T T
Power
PowerPool
Pool Power
PowerPool
Pool
Single
SingleBuyer
Buyer TT TT TT
Transmission
Transmission (T)
(T) (Wholesaler)
(Wholesaler)MC (Wholesaler)
(Wholesaler)MC
MC
DD DD DD DD DD DD
Distribution
Distribution(D)
(D) DD DD DD DD DD DD DD RR R/D
R/D

Retail
RetailMarket
Market
Consumers
Consumers (C)
(C) Consumers
Consumers (C)
(C) LC
LC CC CC CC
LC
LC CC CC CC

www.pln.co.id |
REGULASI KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA
Macam regulasi yang mengatur Ketenagalistrikan di Indonesia:
• Undang-undang Ketenagalistrikan (UUK)
• Peraturan Pemerintah (PP)
• Peraturan Presiden (PerPres)
• Peraturan Menteri (PerMen)

UUK adalah regulasi yang tertinggi, telah mengalami perubahan sbb:


i. UUK No. 15/1985
ii. UUK No. 20/2002  Dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi. Regulasi kembali ke UUK No.
15/1985
iii. UUK No. 30/2009, ditandatangani oleh Presiden RI tanggal 23 September 2009

PP No. 23 /2014 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik

www.pln.co.id |
MODEL SINGLE BUYER DI PLN (1)

Sistem Papua, Maluku, Nusa Tenggara


Awalnya model Vertical Integrated menjadi
Single Buyer sejak 2000 setelah terlibatnya IPP
dan Excess power (Single Buyer oleh PLN
Wilayah)

Sistem Jawa Bali & Sumatera Sistem Kalimantan, Sulawesi, Papua, Maluku, Nusa Tenggara
Awalnya model Vertical Integrated menjadi Single Awalnya model Vertical Integrated menjadi Single Buyer sejak 2000
Buyer sejak 1995 setelah adanya IPP dan terbentuknya setelah terlibatnya IPP dan Excess power (Single Buyer oleh PLN
IP, PJB, P2B, P3B, Unit2 Dist, Unit Wilayah, Unit Pusat sejak 2018 setelah terbentuknya UIKL)
Transmisi (Single Buyer oleh PLN Pusat)

www.pln.co.id |
MAKSUD & TUJUAN SINGLE BUYER

1. Meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan fairness bagi semua pelaku transaksi tenaga
listrik di bidang usaha/fungsi Pembangkitan, Transmisi dan Distribusi.

2. Mendorong efisiensi penyediaan tenaga listrik serta meningkatkan mutu dan keandalan
tenaga listrik, dan sebagai sarana untuk pengukuran dan pengendalian kinerja serta pelaporan
keuangan bagi unit-unit di PLN di bidang usaha Pembangkitan, Transmisi dan Distribusi.

www.pln.co.id |
MODEL STRUKTUR SINGLE BUYER DI PLN (1)

IPP Pembangkit PLN dan


Anak Perusahaan

Single Buyer
Transmisi
(PLN Pusat)
GAMBARAN UMUM

Distribusi

Konsumen

www.pln.co.id |
MODEL STRUKTUR SINGLE BUYER DI PLN (2)

IPP Pembangkit PLN


AP Pembangkitan
PLN
PPA
TSA
Single Buyer UIT/UIP3B
(PLN Pusat)
UIP2B
PSA SSA

Unit Induk
Distribusi/Wilayah
TTL

Konsumen

SISTEM KELISTRIKAN BESAR SISTEM KELISTRIKAN MENENGAH SISTEM KELISTRIKAN KECIL

www.pln.co.id |
BAB 1. PROSES BISNIS
TRANSAKSI ENERGI LISTRIK
04 KESEPAKATAN TRANSFER
TENAGA LISTRIK
POLA TRANSAKSI TENAGA LISTRIK
Pada struktur pasar tenaga listrik model Single Buyer, pola transaksi antar fungsi usaha penyediaan tenaga listrik dapat
dikelompokkan ke dalam tiga pola transaksi utama sebagai berikut :
 Kesepakatan/Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (atau PPA/ Power Purchase Agreement) adalah kesepakatan
atau perjanjian jual beli tenaga listrik antara entitas Pembangkit sebagai penjual dan entitas Single Buyer
sebagai pembeli tenaga listrik.
 Kesepakatan/Perjanjian Jasa Penggunaan dan Pelayanan Sistem Transmisi (Transmission Service
Agreement, TSA) dan Jasa Pelayanan Operasi Sistem (System Service Agreement, SSA) adalah kesepakatan atau
perjanjian jasa penggunaaan dan pelayanan sistem transmisi tenaga listrik antara pengelola transmisi sebagai
entitas penyedia jasa transmisi dan Single Buyer sebagai entitas penerima jasa transmisi, dan jasa
pelayanan operasi sistem antara Single Buyer dan Operator Sistem (Pusat pengatur Beban)
 Kesepakatan/Perjanjian Transfer atau Penjualan Tenaga Listrik (Power Sale Agreement, PSA) adalah
kesepakatan atau perjanjian transfer atau penjualan tenaga listrik antara entitas Single Buyer sebagai
penjual dan entitas Ditribusi sebagai pembeli tenaga listrik.
Dalam perjanjian PPA, TSA dan PSA, ditetapkan mengenai besaran tarif (ditetapkan setiap tahun) dan parameter transaksi
yang disepakati para pihak/entitas yang bertransaksi.

www.pln.co.id |
TUJUAN PEMBUATAN KESEPAKATAN DI INTERNAL PLN

• Sebagai syarat administrasi kontrak antar entitas/fungsi di internal PLN


• Sebagai dasar (induk perjanjian) aturan-aturan operasi dan proses bisnis antar fungsi di
lapangan.
• Sebagai dasar single buyer menjalankan proses bisnis dan penetapan pricing masing-masing
unit
• Sebagai dasar transaksi antara unit dan single buyer
• Sebagai dasar pencatatan di akuntansi PLN pusat.

www.pln.co.id |
KESEPAKATAN DI SISI PEMBANGKIT (PPA)

Secara Umum ada 3 jenis:


1. PJBTL/PPA dengan IPP: durasi perjanjian antara 25-30 thn, mulai sejak tahun 90-an.
2. PJBTL dgn AP/IP&PJB : durasi perjanjian per 5 tahun, dibedakan per jenis pembangkit,
menjadi perjanjian induk penetapan pricing pembangkit eksisiting AP per tahun
3. PJBTL/Kesepakatan Transfer TL dgn Unit Induk Pembangkitan/Asset Manager
Pembangkit PLN : durasi otomatis diperpanjang apabila tidak ada amandemen, menjadi
perjanjian induk penetapan pricing pembangkit PLN per tahun.

www.pln.co.id |
KESEPAKATAN DI SISI TRANSMISI (TSA/SSA) (2)

Harga tarif TSA dihitung sebagai berikut

Dimana :
Harga tarif TSA = harga satuan TSA per tahun (Rp/MVAavailable – Tahun)
ARR = kebutuhan pendapatan tahunan (annual revenue requirement UIT JBB, dalam satuan Rupiah)
MVAavailable (tahunan) = ketersediaan kapasitas sistem transmisi pada tahun terkait yang
dideklarasikan oleh UIT JBB, dalam satuan MVA)

Kompensasi Distribusi
untuk perhitungan kompensasi / biaya pengurang power sales aggreement (PSA)
per distribusi menggunakan formula sebagai berikut :

www.pln.co.id |
KESEPAKATAN DI SISI TRANSMISI (TSA/SSA) (2)

Dimana :
MVAactual avaibility = realisasi ketersediaan
Dimana : kapasitas STLJB pada setiap periode setelmen,
dalam satuan MVA
Pinalti TMP total_UID = seperti disebutkan sebelumnya
Harga tarif TSA = seperti disebutkan sebelumnya
Harga tarif TSA = harga satuan TSA per tahun
PHm = seperti disebutkan sebelumnya (Rp/MVAavailable Tahun)

Pha = seperti disebutkan sebelumnya


PHm = jumlah jam pada bulan periode setelmen,
dalam satuan jam
Pembebanan biaya TSA

PHa = jumlah jam pada satu tahun terkait dalam


satuan jam

www.pln.co.id |
KESEPAKATAN DI SISI TRANSMISI (TSA/SSA) (2)

Pinalti TMPtotal_UID = besarnya pinalti yang disebabkan adanya deviasi tegangan diluar
rentang tegangan disisi tegangan menengah dan deviasi kesiapan MVA dibawah deklarasi
kesiapan, dalam satuan MVA

Perhitungan pinalti TMP

Tata cara dan perhitungan pinalti TMP disepakati oleh kedua belah pihak dan tertuang
dalam PROTAP TSA, pinalti TMP ini digunaka sebagai dasar untuk menghitung
kompensasi (Pengurang biaya PSA) ke PLN Distribusi yang terdampak oleh TMP UIT
JBB

www.pln.co.id |
KESEPAKATAN DI SISI TRANSMISI (TSA/SSA) (3)
Perhitungan MVAactual Avaiability Untuk Konsumen Tegangan Tinggi
MVAactual Avaiability dihitung dengan rumus sebagai berikut : (KTT), MVAactual Availibility dihitung
dengan rumus :

Availibility factor (AF)


Availibility factor dihitung dengan rumus
Dimana :
sebagai berikut :
AF = availability factor (%)
MVA declared availability = Target kesediaan kapasitas STLJB
yang dideklarasikan pada setiap periode setelmen, dalam satuan
MVA

www.pln.co.id |
KESEPAKATAN DI SISI TRANSMISI (TSA/SSA) (3)

Penalti Tingkat Mutu Pelanggan (Pinalti TMP Dimana :

Total_UID) PKT MVA = Pinalti Kapasitas MVA dalam


satuan MVA
Pinalti TMP per distribusi dihitung berdasarkan MVAdeclared Availibility = seperti disebutkan
besarnya Pinalti Kualitas Tegangan (PKT) di titik sebelumnya
Tegangan Menengah (TM) (PKT TM) dan Pinalti MVAactual availability = seperti disebutkan
sebelumnya
Kapasitas MVA (PK MVA)
Pinalti kesiapan ini dibatasi maksimum 5% dari
MVAdeclared availability
PKT TM dihitung sebagai berikut :
PK MVA dihitung sebagai berikut :

www.pln.co.id |
KESEPAKATAN DI SISI TRANSMISI (TSA/SSA) (3)

PKT TM = Pinalti Kualitas Tegangan di titik Tegangan Menengah (TM), dalam satuan MVA
Deviasi Tegangan = Jumlah lama terjadinya Deviasi Tegangan (diluar rentang tegangan sesuai
Kesepakatan masing-masing UIT dengan UID yang tertuang dalam PROTAP TSA) dalam periode
setelmen, dalam satuan Jam

MVAdeclared Availability = seperti disebutkan sebelumnya


PHm = seperti disebutkan sebelumnya

Pinalti kualitas tegangan ini dibatasi maksimum 5% dari MVAdeclared availibility

www.pln.co.id |
KESEPAKATAN DI SISI TRANSMISI (TSA/SSA) (4)

Harga tarif SSA dihitung sebagai berikut :

Dimana :
Dimana : DMN : daya mampu netto pembangkit yang ada
di STLJB dalam satuan MW
Harga tarif SSA = harga satuan SSA per tahun (Rp/MW-
tahun) PO : planned outage, dalam satuan MW
ARR = kebutuhan pendapatan tahunan (Annual revenue MO : maintenance outage, dalam satuan MW
requirement UIP2B, dalam satuan Rupiah) XO tahunan : adalah jenis gangguan yang tidak
DMP(tahunan) = kemampuan memasok daya sistem tenaga dapat dikendalikan oleh UIP2B dalam satuan
listrik pada tahun terkait, dalam satuan MW WB

Daya mampu pasok tahunan (DMP tahunan)


Daya mampu pasok STLJB selama satu tahun sebagai
dasar perhitungan tarif SSA dihitung sebagai berikut :

www.pln.co.id |
KESEPAKATAN DI SISI TRANSMISI (TSA/SSA) (4)

Perhitungan XO tahunan :

Dimana :
FO : forced outage dalam satuan MW
Derating : penurunan daya pembangkit, dalam satuan MW
Variasi musim : penurunan daya pembangkit karena adanya variasi musim dalam satuan MW
Data FO, PO, MO, Derating dan variasi musim diambil dari dokumen Rencana Operasi Tahunan yang
diterbitkan UIP2B setiap tahunnya. Adapun besaran angka yang digunakan adalah rata-rata beban puncak
harian dalam ROT

www.pln.co.id |
KESEPAKATAN DI SISI TRANSMISI (TSA/SSA) (5)
Pembebanan biaya SSA

Dimana :
DMPrssa = daya mampu realisasi SSA, yaitu besarnya kemampuan memasok daya sistem tenaga l istrik
pada setiap periode setelmen dalam satuan MW
Pinalti TMP = besarnya pinalti yang disebabkan adanya deviasi tegangan dan atau deviasi frekuensi
diluar rentang tegangan dan frekuensi yang ditetapkan Grid code, dalam satuan MW
Harga tarif SSA = harga satuan SSA per tahun (Rp/MW – Tahun)
PHm = jumlah jam pada bulan periode setelmen, dalam satuan jam
Pha = jumlah jam pada satu tahun terkait, dalam satuan jam

www.pln.co.id |
KESEPAKATAN DI SISI TRANSMISI (TSA/SSA) (5)
Daya mampu pasok realisasi SSA (DMPssa)
Daya mampu pasok realisasi SSA untuk STLJB dihitung sebagai berikut :

Dimana :
DMN = Daya Mampu Netto Pembangkit Yang Ada Di STLJB, Dalam Satuan MW
PO = Planned Outage Pada Periode Setelmen, Dalam Satuan MW
MO = Maintenance Outage Pada Periode Setelman, Dalam Satuan MW
Data FO, PO, MO, Derating Dan Variasi Musim Diambil Dari Laporan Evaluasi Operasi Bulanan
Yang Diterbitkan Oleh UIP2B Setiap Bulannya

www.pln.co.id |
KESEPAKATAN DI SISI TRANSMISI (TSA/SSA) (5)

Perhitungan XObulanan :

Dimana :
FO = forced outage pada periode setelmen, dalam satuan MW
Derating = penurunan daya pembangkit pada periode setelmen, dalam satuan MW
Variasi musim = penurunan daya pembangkit karena adanya variasi musim pada periode setelmen, dalam satuan
MW

www.pln.co.id |
KESEPAKATAN DI SISI TRANSMISI (TSA/SSA) (5)

Kompensasi Distribusi
Untuk Perhitungan Kompensasi / Biaya Pengurang Power Sales Aggreement (PSA)
Per Distribusi Menggunakan Formula Sebagai Berikut :

Dimana :
Pinalti TMP = besarnya pinalti yang disebabkan adanya deviasi tegangan dan atau deviasi
frekuensi diluar rentang tegangan dan frekuensi yang ditetapkan Grid code,
dalam satuan MW
Harga Tarif SSA = harga satuan SSA per tahun (Rp/MW – tahun)
PHm = jumlah jam pada bulan periode setelmen, dalam satuan jam
PHa = jumlah jam pada satu tahun terkait, dalam satuan jam

www.pln.co.id |
KESEPAKATAN DI SISI TRANSMISI (TSA/SSA) (6)
Pinalti tingkat mutu pelanggan (TMP)
Pinalti TMP dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Pinalti kualitas tegangan (PKT) di sisi tegangan tinggi (TT)


Pinalti kualitas tegangan dihitung dengan rumus :

Dimana :
Realisasi Deviasi Tegangan = Jumlah Lama Terjadinya Deviasi Tegangan (Diluar Rentang Tegangan Yang
Ditetapkan Grid Code) Dalam Periode Setelmen, Dalam Satuan Jam

Daya Kontrak = Besarnya Daya Kontrak Dari Konsumsi Tegangan Tinggi Dipersamakan Dalam Satuan MW

www.pln.co.id |
KESEPAKATAN DI SISI TRANSMISI (TSA/SSA) (6)

PHm : jumlah pada bulan periode setelmen, dalam satuan jam


Realisasi Deviasi Tegangan tidak dihitung untuk deviasi yang terjadi diluar kendali UIP2B seperti yang
disebabkan karena gangguan pembangkit dan gangguan penyaluran. Pinalti kualitas tegangan ini dibatasi
maksimum 5% dari Daya Kontrak pelanggan KTT.

Pinalti Kualitas Frekuensi (PKF)


Pinalti kualitas frekuensi dihitung dengan rumus :

Dimana :
• Deviasi Frekuensi = Realisasi Jumlah Lama Terjadinya Deviasi Frekuensi (Diluar Rentang Frekuensi Yang
Ditetapkan Grid Code) Dalam Periode Setelmen, Dalam Satuan Jam
• Dmprssa = Daya Mampu Realisasi SSA, Yaitu Besarnya Kemampuan Memasok Daya Sistem Tenaga Listrik Pada
Setiap Periode Setelmen Dalam Satuan MW.
• Phm = Jumlah Jam Pada Bulan Periode Setelmen, Dalam Satuan Jam

www.pln.co.id |
KESEPAKATAN DI SISI TRANSMISI (TSA/SSA) (6)

Realisasi Deviasi Frekuensi tidak dihitung deviasi yang terjadi diluar kendali
UIP2B seperti yang disebabkan karena gangguan pembangkit dan gangguan
penyaluran. Pinalti kualitas frekuensi dibatasi maksimum 5% dari DMPrssa dan
nilainya didistribusikan sesuai dengan proporsi beban puncak konsiden masing-
masing unit induk distribusi

www.pln.co.id |
KESEPAKATAN DI SISI DISTRIBUSI (PSA) (1)

• Merupakan kesepakatan Internal

• Pertama kali diterapkan di Sistem Jawa Bali pada tahun 2006 (Amandemen tahun 2019).

• Pada tahun 2018 dibuat dengan Sistem Kalimantan dan Sulawesi (karena adanya Re-
organisasi) dengan penyempurnaan dari PSA Jawa-Bali yang dibuat pada tahun 2006.
Selanjutnya diberlakukan juga di sistem Sumatera pada thn 2019.

• Menjadi Dasar penetapan Harga Transfer TL PSA per tahun utk UID/UIW di Sumatera,
Jawa-Bali, Kalimantan dan Sulawesi.

www.pln.co.id |
KESEPAKATAN DI SISI DISTRIBUSI (PSA) (2)
Struktur Pembebanan Biaya
Harga PSA Dihtiung Berdasarkan Masing-masing Sistem Transmisi Yang Dikelola Oleh UIP2B :

1. Pembebanan Biaya kapasitas


Pembebanan biaya kapasitas tenaga listrik dimaksudkan untuk menggambarkan pembebanan
biaya tetap (fixed cost) dari STLJBPembebanan biaya energi

2. Pembebanan biaya energi tenaga listrik dimaksudkan untuk menggambarkan pembebanan


biaya tidak tetap (variable cost) dari STLJB

Harga kelebihan daya reaktif (HK vARh), dalam Rp./kVARh. Harga kelebihan daya reaktif
dikeluarkan dan ditetapkan oleh Direktur perencanaan korporat (DIRREN) setiap tahun

www.pln.co.id |
KESEPAKATAN DI SISI DISTRIBUSI (PSA) (2)
Harga kelebihan daya reaktif (HK vARh), dalam Rp./kVARh Harga energi rata-rata (HE rata-rata) dalam Rp/kWh
Harga kelebihan daya reaktif dikeluarkan dan ditetapkan oleh Direktur
perencanaan korporat (DIRREN) setiap tahun

Harga Kapasitas (HK), dalam Rp/kW-bulan


Dimana :
Total biaya variable : total biaya variabel seluruh pembangkit
yang masuk sistem (termasuk IPP), dalam satuan Rupiah
Energi netto : jumlah kWh / Energi netto sesuai RKAP UIP2B,
dalam satuan kWh
Dimana :
Total biaya tetap : total biaya tetap seluruh pembangkit yang masuk
sistem (termasuk IPP) ditambah biaya tetap fungsi transmisi (UIT) dan
biaya tetap pengatur beban (UIP2B), dalam satuan rupiah
BPS : beban puncak sistem sesuai dengan ROT tahun berjalan, dalam
satuan kW

www.pln.co.id |
KESEPAKATAN DI SISI DISTRIBUSI (PSA) (3)
Harga waktu beban puncak (WBP), waktu luar beban puncak 1 (LWBP1) dan waktu beban puncak 2
(LWBP2)

Harga WBP, LWBP1 dan LWBP2 dihitung sebagai berikut :

Dengan penjelasan sebagai berikut


Perbandingan komposisi energi tahun n-1 :
WB : LWBP1 : LWBP2 = A:B:C
Dimana :
A : komposisi energi WBP, dalam persen (%)
B : komposisi energi LWBP1, dalam persen (%) C : komposisi energi LWBP2, dalam persen (%)

www.pln.co.id |
KESEPAKATAN DI SISI DISTRIBUSI (PSA) (3)
Periode pemberlakuan tarif
Periode pemberlakuan tarif diatur sebagai berikut :
Waktu beban puncak (WBP) : pukul 18.00 s/d 22.00 (waktu setempat)
Waktu luar beban puncak 1 (LWBP1) : pukul 22.00 s/d 06.00 (waktu setempat)
Waktu luar beban puncak 2 (LWBP2) : pukul 06.00 s/d 18.00 (waktu setempat)

Rasio harga tahun ke-n :

Dimana D < E
Nilai variabel D dan E ditentukan oleh single buyer

Sehingga perhitungan harga energi WBP (HE wbp) adalah sebagai berikut :

www.pln.co.id |
KESEPAKATAN DI SISI DISTRIBUSI (PSA) (3)

Harga energi LWBP1 (HE lwbp1) adalah sebagai berikut :

Harga energi LWBP2 (HE LWBP2) adalah sebagai berikut :

www.pln.co.id |
KESEPAKATAN DI SISI DISTRIBUSI (PSA) (4)
Rumus perhitungan setelman Dimana :
6.2.1 perhitungan setelman kapasitas, dalam rupiah HE WBP = harga energi waktu beban puncak dalam
Rp/kWh
E WBP = energi netto disalurkan pada waktu beban
puncak, dalam kWh

Dimana :
Perhitungan setelman energi luar waktu beban puncak satu,
HK = Harga kapasitas per bulan (Rp/kW-bulan) dalam rupiah
BPS UID BALI = kontribusi beban puncak serempak UID BALI pada saat
beban puncak STLJB, dalam kW

Dimana :
6.2.2 perhitungan setelmen energi, dalam rupiah
HE LWBP1 = harga energi luar waktu beban puncak satu,
6.2.2.1 perhitungan setelmen energi waktu beban puncak, dalam rupiah dalam Rp/kWh
E LWBP1 = energi netto disalurkan pada luar waktu beban
puncak satu dalam KWh

www.pln.co.id |
KESEPAKATAN DI SISI DISTRIBUSI (PSA) (4)
Perhitungan setelman energi luar waktu beban puncak dua, dalam
Dimana :
rupiah
Biaya kapasitas = sesuai dengan formula 6.2.1

Biaya energi WBP = sesuai dengan formula 6.2.2.1

Biaya energi LWBP1 = sesuai dengan formula 6.2.2.2


Dimana :
Biaya energi LWBP2 = sesuai dengan formula 6.2.2.3
HE LWBP2 = harga energi luar waktu beban puncak dua, dalam
Rp/kWh Kompensasi PSA distribusi = kompensasi (pengurang
biaya PSA) ke PLN Distribusi yang terdampak oleh TMP
E LWBP2 = energi netto disalurkan pada luar waktu beban puncak dua,
UIP2B dan TMP UIT, dalam rupiah
dalam KWh

Perhitungan biaya PSA dalam rupiah

www.pln.co.id |
TARIF ADJUSTMENT PSA

%PHT = % (Kkurs x ▲ Kurs) + % (Kdcp x ▲ ICP) + % (Kinflasi x ▲ inflasi) + % (Khba x ▲ HBA)


PHT = penyesuaian harga transfer PSA
Penyesuaian harga transfer dihitung berdasarkan perubahan harga transfer PSA sesuai RKAP 2020 terhadap nilai tukar
mata uang dollar amerika terhadap mata uang rupiah (kurs), Indonesian crude price (ICP), inflasi dan harga batubara
acuan (HBA)

Kkurs = koefisien perubahan kurs


▲ Kurs = selisih antara kurs yang baru (bulan transaksi) dengan kurs acuan sesuai RKAP 2020
Kicp = koefisien perubahan ICP
▲ ICP = selisih antara ICP yang baru (bulan transaksi) dengan ICP acuan sesuai RKAP 2020
Kinflasi = koefisien perubahan inflasi
▲ inflasi = selisih antara inflasi yang baru (bulan transaksi) dengan inflasi acuan RKAP 2020
Khba = koefisien perubahan HBA
▲ HBA = selisih antara HBA yang baru (bulan transaksi) dengan HBA acuan sesuai RKAP 2020

www.pln.co.id |
TARIF ADJUSTMENT PSA

Pelaksanaan penerapan penyesuaian harga transfer PSA adalah sebagai berikut :

HTB = HTD x (1 + %PHT)

HTB = harga transfer baru yang berlaku setelah penyesuaian harga transfer

HTD = harga transfer dasar PSA sesuai penetapan

%PHT = persentase penyesuaian harga transfer PSA

www.pln.co.id |
PEMBAHARUAN PADA KESEPAKATAN TSA/SSA/PSA
PEMBANGKIT
Alur Penjaminan Kualitas

SSA PLN UIP2B / UIP3BS / UIKL TSA


PLN PLN / UIT /
PLN UID /
UIP2B UIKL PLN UIW
UIKL / UIP3BS

PLN UIP2B / UIP3BS / UIKL Pinalti :


Pinalti : TMP PKT TM
TMP PKT TT Kompensasi : TMP PK MVA
TMP PKF PSA TMP PKT TT
TMP PKF
TMP PKT TM
TMP MVA

PLN UID / UIW


KETERANGAN :
ALUR TRANSAKSI

ALUR JAMINAN KUALITAS TDL TMP (PERMEN ESDM)

PLN UIP2B : PLN Unit Induk Pengatur Beban


PLN UIKL : PLN Unit Induk Pembangkitan Dan Penyaluran
PLN UID / UIW : PLN Unit Induk Distribusi PELANGGAN

TMP PKT TT : Tingkat Mutu Pelayanan – Pinalti Kualitas


PLN UIP3BS : PLN Unit Penyaluran Dan Pusat Pengatur Beban
Tegangan Di Titik TT
PLN UIT : PLN Unit Induk Transmisi
TMP PKT TM : Tingkat Mutu Pelayanan – Pinalti Kualitas
TMP PKF : Tingkat Mutu Pelayanan – Pinalti Kualitas Frekuensi
Tegangan Di Titik TM
TMP PKT TM : Tingkat Mutu Pelayanan – Pinalti Kualitas Tegangan Di Titik TM
TMP PKT MVA : Tingkat Mutu Pelayanan – Pinalti Kapasitas MVA

www.pln.co.id |
PRASYARAT MEKANISME TRANSAKSI
TENAGA LISTRIK

• Mekanisme Bisnis Tenaga Listrik umumnya diterapkan pada sistem tenaga listrik dengan pengelolaan
fungsi-fungsi: pembangkitan, transmisi, distribusi sudah dilakukan oleh institusi yang berbeda
(terpisah).

Contoh: Sistem Jawa Bali, Sistem Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi


• Penerapan Mekanisme Bisnis Tenaga Listrik harus dilandasi oleh adanya
perjanjian/kontrak/kesepakatan jual beli tenaga listrik antara pihak-pihak yang bertransaksi.
• Untuk bisnis tenaga listrik antara unit PLN di bawah PT PLN (Persero) umumnya dilandasi oleh
adanya perjanjian berupa Kesepakatan Transfer Tenaga Listrik
• Untuk bisnis tenaga listrik antara institusi (perusahaan) yang berbeda (secara badan hukum) harus
dilandasi oleh Perjanjian / Kontrak jual beli tenaga listrik.
• Penerapan Mekanisme Bisnis Tenaga Listrik harus didukung oleh alat dan metode pengukuran
besaran transaksi tenaga listrik yang memadai.

www.pln.co.id |
PROSES TRANSAKSI TENAGA LISTRIK

www.pln.co.id |
PEDOMAN TRANSAKSI TENAGA LISTRIK

• Kesepakatan/Perjanjian Jual Beli / Transfer Tenaga Listrik (PPA, PSA) dan Kesepakatan/Perjanjian Jasa
Penggunaan dan Pelayanan Transmisi (TSA): memuat aspek teknis, legal, operasional dan komersial jual beli.
• Aturan Jaringan Sistem Tenaga Listrik (Grid Code): memuat tata cara pemrosesan data transaksi, penagihan dan
pembayaran serta penyelesaian perselisihan.
• Aturan Transaksi Pembangkitan: memuat tata cara transaksi pembangkitan, pemrosesan data transaksi, penagihan dan
pembayaran serta penyelesaian perselisihan transaksi di sistem pembangkitan.
• Standard Operating Procedure (SOP) Transaksi Tenaga Listrik: memuat prosedur pengambilan dan pemrosesan data
transaksi, prosedur perhitungan dan penagihan serta penyelesaian perselisihan transaksi.
• Prosedur Tetap Deklarasi Kondisi Pembangkit dan Indeks Kinerja Pembangkit: memuat prosedur deklarasi kondisi
pembangkit dan perhitungan indeks kinerja pembangkit yang terkait dengan aspek operasional dan komersial jual beli
tenaga listrik di sistem pembangkitan.
• Prosedur Tetap di sisi PSA dan TSA

www.pln.co.id |
POLA TRANSAKSI TENAGA LISTRIK (SINGLE BUYER)
SISTEM JAMALI

www.pln.co.id |
POLA TRANSAKSI TENAGA LISTRIK (SINGLE BUYER)
SISTEM SUMATERA

www.pln.co.id |
POLA TRANSAKSI TENAGA LISTRIK (SINGLE BUYER)
SISTEM KALIMANTAN

www.pln.co.id |
POLA TRANSAKSI TENAGA LISTRIK (SINGLE BUYER)
SISTEM SULAWESI

www.pln.co.id |
BAB 1. PROSES BISNIS
TRANSAKSI ENERGI LISTRIK
05 KEBIJAKAN TRANSAKSI ENERGI
LISTRIK
KEBIJAKAN TRANSAKSI ENERGI LISTRIK

1. Protap IPP

2. Protap PSA dan TSA di masing-masing Sistem Kelistrikan

3. Buku Manual SOP Verifikasi IPP

4. Perdir No.1781.P/DIR/2018 tentang Pedoman Pemantauan dan Pelaporan Kinerja Proyek Fast
Track Program (FTP)

5. Perdir No. 0283.P/DIR/2016 tentang Pemakaian Tenaga Listrik PT PLN (Persero) oleh Penyedia
Tenaga Listrik Non PLN yang diperbaharui dengan Surat Dirut PLN
No.1804/REN.04.02/DIRUT/2018 tanggal 31 Desember 2018 tentang Pemberlakuan Perdir No.
0283.P/DIR/2016

www.pln.co.id |
PROTAP IPP

Merupakan dokumen petunjuk prosedur sistem Operasi pembangkit yang bersangkutan yang mengacu dan
terikat dengan PPA pembangkit IPP yang bersangkutan.

Tujuan dari prosedur ini adalah untuk menjelaskan hak dan kewajiban setiap Pihak, dan pedoman yang
harus diikuti dalam hal:

• Pengoperasian dalam kondisi Normal

• Pengoperasian dalam kondisi gangguan

• Pemeliharaan

• Pemulihan Black-out

• Komunikasi Operasional

www.pln.co.id |
PROTAP PSA DAN TSA

• Merupakan dokumen turunan dari PSA dan TSA (dan mengikat) yang bertujuan sebagai
panduan resmi dan mengikat untuk melaksanakan tahapan proses setelmen agar berjalan
lancar, memenuhi aspek transparansi, akuntabel dan penyelesaiannya tepat waktu serta
mengurangi adanya dispute .

• Setiap sistem Kelistrikan memiliki Protap PSA dan TSA masing-masing yang isinya
menyesuaikan dengan kondisi kelistrikan di masing-masing sistem.

www.pln.co.id |
BUKU MANUAL SOP VERIFIKASI IPP
Dokumen yang bertujuan untuk :
• Dapat digunakan sebagai pedoman korporat dalam hal aktivitas pemrosesan pembayaran listrik
kepada IPP (Independent Power Producer).
• Dapat digunakan untuk mengidentifikasi kesalahan terhadap dokumen input dan output yang
diperlukan pada setiap aktivitas, serta pihak yang terlibat dalam pelaksanaan aktivitas tersebut.
• Mengeliminir kesalahan (human error) terkait parameter-parameter perhitungan tagihan tenaga
listrik yang membutuhkan tingkat ketelitian tinggi.
Dengan ruang lingkup yaitu :
• Kegiatan pencatatan data transaksi, perhitungan tagihan Transaksi Tenaga Listrik dan pembuatan
Berita Acara Transaksi Tenaga Listrik IPP.
• Kegiatan verifikasi tagihan tenaga listrik sebelum dilakukan pembayaran oleh PLN Pusat kepada
IPP.

www.pln.co.id |
PERDIR NO.1781.P/DIR/2018

• Dasar penetapan Pricing pembangkit FTP (Baik yang dioperasikan oleh


PLN langsung maupun Anak Perusahaan)

• Dasar pelaporan transaksi energi pembangkit FTP-1 kepada PLN Pusat

• Dasar pelaporan kinerja pembangkitan FTP-1.

www.pln.co.id |
PERDIR NO. 0283.P/DIR/2016

• Pedoman dalam pemakaian tenaga listrik PLN oleh penyedia tenaga


listrik (Pembangkit)

• Sebelum Surat Dirut PLN No.1804/REN.04.02/DIRUT/2018 tanggal 31


Desember 2018 tentang Pemberlakuan Perdir No. 0283.P/DIR/2016
terbit, pembangkit AP dengan kepemilikian saham >90% dikecualikan
dr perdir ini, namun setelah surat terbit, Pembangkit AP dengan saham
>90% juga dikenakan.

www.pln.co.id |
SEKIAN DAN
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai