Anda di halaman 1dari 18

Do Not Resucitate (DNR)

Jangan Lakukan Resusitasi

dr. Danu Soesilowati, Sp.An, KIC


Ilustrasi
• Pasien dengan Cardiac tamponade atau
Cerebral herniation yang berat dan
mengalami cardiac arrest.
• Disatu sisi pasien membutuhkan tindakan
resusitasi (CPR), tetapi prognosis pasien yang
buruk meskipun telah diusahakan untuk
dilakukan tindakan resusitasi (CPR).
• RECUCITATE atau DO NOT RECUCITATE ?
Definisi
• DNR atau do-not-resuscitate adalah suatu perintah yang
memberitahukan tenaga medis untuk tidak melakukan
CPR.
• Hal ini berarti bahwa dokter, perawat, dan tenaga
emergensi medis tidak akan melakukan usaha CPR
emergensi bila pernapasan maupun jantung pasien
berhenti.
• CPR atau cardiopulmonary resuscitation adalah suatu
prosedur medis yang digunakan untuk mengembalikan
fungsi jantung (sirkulasi) dan pernapasan spontan pasien
bila seorang pasien mengalami kegagalan jantung
maupun pernapasan.
Prisip-prinsip
• Prinsip Beneficence
▫ Pemulihan kesehatan dan fungsi-fungsinya serta
meringankan rasa sakit dan penderitaan
• Prinsip Non Maleficence (Do No Harm)
• Prinsip Otonomi
▫ Otonomi pasien harus dihormati secara etik dan legal
• Prinsip Keadilan (Justice)
▫ Hak-hak untuk menerima sesuatu, persaingan untuk
mendapatkan kepentingan pribadi dan
menyeimbangkan tujuan sosial
• Prinsip Kesia-siaan (Principle of Futility)
• Kecuali perintah DNR dituliskan oleh dokter
untuk seorang pasien, maka dalam kasus-kasus
henti jantung dan henti napas, tenaga emergensi
wajib melakukan tindakan resusitasi
• Ketika memutuskan untuk menuliskan perintah
DNR, dokter tidak boleh mengesampingkan
keinginan pasien maupun walinya
• Perintah DNR dapat dibatalkan (atau gelang
DNR dapat dimusnahkan)
Kriteria DNR
1. Perintah DNR dapat diminta oleh pasien dewasa yang kompeten
mengambil keputusan, telah mendapat penjelasan dari
dokternya, atau bagi pasien yang dinyatakan tidak kompeten,
keputusan dapat diambil oleh keluarga terdekat, atau wali yang
sah yang ditunjuk oleh pengadilan, atau oleh surrogate decision-
maker
2. Dengan pertimbangan tertentu, hal-hal di bawah ini dapat
menjadi bahan diskusi perihal DNR dengan pasien/walinya:
▫ Kasus-kasus dimana angka harapan keberhasilan pengobatan rendah
atau CPR hanya menunda proses kematian yang alami
▫ Pasien tidak sadar secara permanen
▫ Pasien berada pada kondisi terminal
▫ Ada kelainan atau disfungsi kronik dimana lebih banyak kerugian
dibanding keuntungan jika resusitasi dilakukan
• Anggota keluarga atau teman terdekat dapat
memberikan persetujuan atau consent untuk DNR
hanya jika pasien tidak mampu memutuskan bagi
dirinya sendiri dan pasien belum
memutuskan/memilih orang lain untuk mengambil
keputusan tersebut. Contohnya, dalam keadaan:
▫ Pasien dalam kondisi sakit terminal
▫ Pasien yang tidak sadar secara permanen
▫ CPR tidak akan berhasil (medical futility)
▫ CPR akan menyebabkan kondisi akan menjadi lebih
buruk
Ada beberapa keadaan di mana CPR biasanya
memberikan 0% kemungkinan sukses, misalnya
pada kondisi klinis di bawah ini:
▫ Persistent vegetative state
▫ Syok septik
▫ Stroke akut
▫ Kanker metastasis (stadium 4)
▫ Pneumonia berat
Bagaimana perawatan pasien DNR?
• Pemberian tindakan perawatan dan tindakan
medis pada pasien DNR tidak berbeda dengan
pasien pada umumnya, tetap sesuai dengan
advice dan kebutuhan pasien tanpa mengurangi
kualitasnya.
• DNR hanya memiliki makna bahwa jika pasien
meninggal tim medis tidak akan melakukan
CPR/RJP.
Withholding Vs. Withdrawing
• Perbedaan aktif dan pasif
• Kebijaksanaan konvensional dalam pengobatan
mengatakan withdrawing (Ditarik) lebih "sulit"
dari witholding (Dipertahankan).
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2014
1. Penghentian terapi bantuan hidup (with-
drawing life supports) adalah menghentikan
sebagian atau semua terapi bantuan hidup
yang sudah diberikan pada pasien.
2. Penundaan terapi bantuan hidup (with-
holding life supports) adalah menunda
pemberian terapi bantuan hidup baru atau
lanjutan tanpa menghentikan terapi bantuan
hidup yang sedang berjalan.
• BAB III
▫ Pada pasien yang berada dalam keadaan yang
tidak dapat disembuhkan akibat penyakit yang
dideritanya (terminal state) dan tindakan
kedokteran sudah sia-sia (futile) dapat dilakukan
penghentian atau penundaan terapi bantuan
hidup.
• Terapi bantuan hidup yang dapat dihentikan atau ditunda hanya tindakan
yang bersifat terapeutik dan/atau perawatan yang bersifat luar biasa (extra-
ordinary), meliputi:
▫ Rawat di Intensive Care Unit;
▫ Resusitasi Jantung Paru;
▫ Pengendalian disritmia;
▫ Intubasi trakeal;
▫ Ventilasi mekanis;
▫ Obat vasoaktif;
▫ Nutrisi parenteral;
▫ Organ artifisial;
▫ Transplantasi;
▫ Transfusi darah;
▫ Monitoring invasif;
▫ Antibiotika; dan
▫ Tindakan lain yang ditetapkan dalam standar pelayanan kedokteran
▫ Terapi bantuan hidup yang tidak dapat dihentikan
atau ditunda meliputi oksigen, nutrisi enteral dan
cairan kristaloid.
• Alasan yang paling umum untuk dilakukannya
tindakan medis untuk mempertahankan
(withhold) atau menarik kembali (withdraw)
alat-alat penunjang kehidupan tersebut adalah
persepsi bahwa pasien mempunyai prognosis
yang buruk.
• RJP adalah tindakan medis yang paling sering
dipertahankan dan ventilasi mekanis adalah
tindakan medis yang paling sering ditarik
kembali.
• kebanyakan unit perawatan intensif dokter
menganjurkan withhold dan withdraw
berdasarkan persepsi futility.
Prinsip Kesia-siaan
(Principle of Futility)
• “Futility” adalah kata yang berarti tidak adanya ke-
untungan. Kata “sia-sia” berasal dari bahasa Latin
“futilis”,yang berarti mudah meleleh atau mengalir.
• Definisi “sia-sia”, “tidak berguna” atau “futility”
digunakan untuk menggambarkan ketidakbergunaan
atau tidak adanya efek, khususnya tidak adanya efek
yang diinginkan dan jika diasumsikan bahwa efek
yang diinginkan intervensi medis adalah untuk
sesuatu yang bermanfaat bagi pasien maka sia-sia
menggambarkan ketiadaan manfaat tersebut.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai