Anda di halaman 1dari 20

FILSAFAT AKHLAK:

MASALAH BAIK-BURUK & BENAR-SALAH

Dr. Munawar Rahmat, M.Pd.


NIP 19580128.198612.1.001

PRODI ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
14 Pebruari 2012
Big Question tentang
Baik-Buruk & Benar-Salah
Apakah term BAIK-BURUK dan BENAR-SALAH bersifat obyektif ataukah subyektif, absolut
ataukah relatif, dan universal ataukah parsial? Apa sumber, instrumen, dan kriterianya? Bisakah
manusia mengetahui persoalan BAIK-BURUK dan BENAR-SALAH, atau hanya Tuhan saja
yang mengetahuinya?
Contoh: Berbakti kepada kedua orang tua merupakan nilai ‘universal’ tapi ekspresi berbeda!
1.Kisah Alqomah. Seorang anak yang sangat berbakti kepada ibunya. Tapi ia bernasib tragis, sulit
mati. Setelah berencana dibakar, akhirnya sang ibu memaafkannya.
2.Aljannati tahta aqdamul ummahat. Hadits tentang ‘Surga di bawah telapak kaki ibu’ dikenal
luas, hingga di kalangan non-muslim.
3.Mitos-mitos: Cerita ‘Malin Kundang’ (Minang), ‘Saciduh metu saucap nyat’ (Sunda)
4.Sungkeman. Sungkem (mencium kaki atau lutut kedua orang tua) sudah menjadi tradisi
masyarakat Jawa.
5.Suku Amish. Anak lelaki 10 tahun yang berani ‘menempeleng’ ayahnya menjadi buah-bibir
masyarakat.
6.Suku Eskimo. Anak yang membunuh orang tuanya yang sakit dan tidak sembuh-sembuh lebih
dari 1 minggu mendapat pujian masyarakat.
Big Question tentang
Baik-Buruk & Benar-Salah
Contoh lain: Haruskah seorang istri mentaati suaminya? Jika seorang istri menolak
permintaan suaminya yang ingin dibuatkan minuman kopi (misal karena alasan cape atau
tanpa alasan sama sekali), apakah seorang istri dapat disalahkan?
1.BARAT: Perempuan dengan laki-laki, demikian juga istri dengan suami memiliki prinsip
EQUALITY (=sama). Masing-masing laki-laki dan perempuan memiliki HAK dan
KEWAJIBAN yang sama. Seorang suami tidak bisa menyuruh-nyuruh istrinya; dan
sebaliknya, seorang istri pun tidak bisa menyuruh-nyuruh suaminya. Malah, hubungan intim
suami-istri pun harus kesepakatan bersama.
2.TIMUR (terutama para pejuang emansipasi): Perempuan dengan laki-laki, demikian juga
istri dengan suami memiliki prinsip EQUITY (=sederajat). Tapi masyarakat TIMUR,
termasuk masyarakat MUSLIM, umumnya mengharuskan seorang istri mentaati suaminya.
Jika seorang suami minta dibuatkan minuman kopi, maka seorang istri wajib membuatkan.
3.HINDU-INDIA: Seorang istri yang turut serta dibakar bersama-sama suaminya yang telah
meninggal dunia dinilai sebagai istri yang sangat setia.
4.Bagaimana pandangan ISLAM ?
Sumber Baik-Buruk & Benar-Salah

Apa sumber BAIK-BURUK dan BENAR-SALAH? Realitasnya ada 4 sumber baik-


buruk dan benar-salah, yakni:
1.AGAMA. Semua perintah agama dinilai baik dan benar, sedangkan larangan agama
dinilai buruk dan salah, oleh pemeluk agama sesuai kepercayaan agamanya. Maksud
agama di sini adalah perintah dan larangan agama yang dipersepsi oleh masing-masing
pemeluk agama, juga oleh masing-masing mazhab dalam satu agama.
2.NEGARA. Menjalankan perundang-undangan dan peraturan pemerintah oleh WN-
nya dinilai perbuatan baik dan benar, sedangkan melanggarnya dinilai sebagai
perbuatan buruk dan salah.
3.TRADISI. Menjalankan tradisi dinilai baik dan benar, sedangkan melanggarnya
dinilai buruk dan salah, oleh komunitas masyarakatnya.
4.ORANG TUA. Nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan pandangan hidup orang tua
(yang biasanya bersumber dari kepercayaan agamanya yang dipersepsi oleh orang tua
dan tradisi masyarakatnya) merupakan sumber nilai bagi anak-anaknya.
Instrumen Baik-Buruk & Benar-Salah
Apa instrumen untuk menentukan BAIK-BURUK dan BENAR-SALAH? Ada 4 instrumen untuk mengukur
baik-buruk dan benar-salah yang digunakan oleh masyarakat dan orang perorangan, yakni:
1.NABI, yakni segala perintah dan larangannya (dipercaya berasal dari TUHAN). Maksud Nabi di sini adalah
perintah dan larangan agama yang dipersepsi oleh pemeluk agama sebagai berasal dari Nabi (yakni Nabi yang
dipersepsi oleh masing-masing pemeluk agama dan mazhab, bahkan oleh orang perorangan).
2.HATI-NURANI, yakni yang dinilai baik-buruk atau benar-salah oleh bisikan hati (tanpa membedakan
apakah bisikan hati itu sebagai ‘ilham’ yang ‘fujur’ [fasiq, yakni ilham yang dirasakan baik padahal tidak
sejalan dengan Kehendak Tuhan, karena dibisikkan oleh syetan] atau ilham yang ‘taqwa’ [ilham yang
dipancarkan oleh Tuhan]).
3.AKAL, yakni baik-buruk atau benar-salah yang logis dan rasional (yang masuk akal) dan yang bermanfaat.
Biasanya baik-buruk dan benar-salah perspektif AKAL ini sebenarnya baik-buruk atau benar-salah menurut
kepentingan pribadinya. (Jika suatu perbuatan dapat membahagiakan dan membuat dirinya kaya, maka
perbuatan itu adalah baik dan benar; tapi jika menyengsarakan dan tidak membuat kaya, maka buruk dan
salah).
4.PANCA-INDRA, yakni yang dinilai baik-buruk atau benar-salah oleh panca-indra. Sama dengan perspektif
akal, baik-buruk dan benar-salah perspektif PANCA-INDRA ini sebenarnya baik-buruk atau benar-salah
menurut kepentingan pribadinya (Jika suatu perbuatan dapat membahagiakan dan membuat dirinya kaya,
maka perbuatan itu adalah baik dan benar; tapi jika menyengsarakan dan tidak membuat kaya, maka buruk
dan salah).
Ukuran Baik-Buruk & Benar-Salah

Apa ukuran BAIK-BURUK dan BENAR-SALAH? Ada 5


ukuran untuk menentukan baik-buruk dan benar-salah, yakni:
1.Ketaatan (taat-membangkang).
2.Tanggung-jawab (bertanggung-jawab, tidak bertanggung-
jawab).
3.Kebahagiaan (bahagia-sengsara, senang-susah).
4.Kemanfaatan (manfaat-mudarat).
5.Keindahan (indah-tidak indah, serasi-tidak serasi, selaras-
tidak selaras).
MASALAH BAIK DAN BURUK
HANYA DIKETAHUI OLEH ALLAH

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu;


dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat
buruk bagimu. Allâh Mengetahui sedang kamu tidak
mengetahui (yang baik dan yang buruk)
(Qs. 2/Al-Baqarah ayat 216 )

Artinya, hanya ALLAH-lah Yang Tahu apa-apa yang BAIK dan yang BURUK.
Implikasinya, kalau kita ingin tahu yang baik maka kita harus merujuk kepada ALLAH.
Tapi karena TUHAN Yang NamaNya ALLAH itu AL-GHAIB, berarti kita harus bertanya
tentang BAIK dan BURUK itu kepada UtusanNya (RASUL atau ULIL AMRI minkum)
‘Inti’ beragama adalah mentaati ‘Allah’
mentaati ‘Rasul-Nya & Ulil Amri’

Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah, dan


ta`atilah Rasul-(Nya) dan ulil amri di antaramu.
(Qs. 5/Al-Maidah ayat 59, dan sejumlah ayat lainnya)

Qs. 5/Al-Maidah ayat 59 ini (dan ayat lainnya) merupakan INTI


perintah, sehingga perintah-perintah lainnya (shalat, puasa, zakat, haji,
dll) harus sejalan dengan Kehendak Allah, Rasul-Nya dan Ulil Amri.
Karena Allah itu Al-Ghaib (tidak mungkin menampakkan DiriNya di
bumi), maka Allah mengangkat WakilNya, yakni RasulNya & Ulil Amri.
Mengapa manusia tidak bisa membedakan
BAIK DAN BURUK ?

Pertama, iblis bersumpah akan menciptakan pandangan yang baik kepada manusia, padahal
buruk (karena tidak sejalan dengan Kehendak Allah):

Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku
akan menjadikan mereka memandang baik (pandangan dan perbuatan yang tidak sejalan
dengan kehendak Tuhan) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka
semuanya, kecuali sebagian dari hamba-hambaMu yang ikhlash.
(Qs. 15/Al-Hijr: 39-40; Qs. 6/Al-An`am: 112, Qs. 27/An-Naml: 24)

Dan sesungguhnya iblis telah dapat membuktikan kebenaran sangkaannya terhadap mereka
lalu mereka (manusia) mengikutinya, kecuali sebagian kecil orang-orang yang beriman.
(Qs. 34/Saba` ayat 20)
Mengapa manusia tidak bisa membedakan
BAIK DAN BURUK ?

Kedua, syetan dari bangsa jin ataupun syetan dari bangsa manusia selalu membisik-bisikkan
pandangan sesatnya kepada setiap manusia. Oleh karena itu kita harus selalu hati-hati, selalu
waspada, dan selalu memohon dengan sungguh-sungguh agar dihindarkan dari bisikan-bisikan
syetan. Perhatikan Qs. 114/An-Nas ayat 4-6:

... dari kejahatan (bisikan) syetan yang biasa bersembunyi; yang membisikkan (kesesatan) ke
dalam dada manusia; (yakni syetan) dari (bangsa) jin dan (bangsa) manusia.

Dan syetan itu merupakan musuh yang nyata (bukan musuh yang samar-samar) bagi
manusia, sebagaimana firmanNya antara lain dalam Qs. 2/Al-Baqarah ayat 208:

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya,
dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syetan. Sesungguhnya syetan itu musuh
yang nyata bagimu.
Mengapa manusia tidak bisa membedakan
BAIK DAN BURUK ?

Ketiga, manusia selain memiliki musuh eksternal (iblis beserta bala tentaranya syetan-jin dan
syetan-manusia) juga memiliki musuh internal, yakni nafsu yang selalu mendorong untuk
melakukan perbuatan buruk, tapi sebagaimana iblis merasakannya sebagai sesuatu yang baik.
Dalam Qs. 3/Ali Imran ayat 14 dijelaskan:

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-
binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah
tempat kembali yang baik (surga).
Al-Quran menegaskan bahwa nafsu selalu mendorong perbuatan buruk:
:

(Kata Nabi Yusuf): Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya
nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.
Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang. (Qs. 12/Yusuf: 53)
Mengapa manusia tidak bisa membedakan
BAIK DAN BURUK ?

Keempat, akibatnya sangat mengerikan. Karena memiliki keimanan


yang keliru, maka kebanyakan manusia sangat menyesal pada saat
kematiannya, sebagaimana diterangkan dalam Qs. 34/Saba` ayat 51-54:
Mengapa manusia tidak bisa membedakan
BAIK DAN BURUK ?

Terjemah Qs. 34/Saba` ayat 51-54:


Dan (alangkah ngerinya) jika kamu (dapat) melihat ketika mereka (orang yang
merasa beriman, padahal tidak mengenal DiriNya Zat Tuhan Yang Al-Ghaib)
terperanjat ketakutan (pada saat kematiannya), maka mereka tidak dapat
melepaskan diri dan mereka ditangkap (oleh syetan jin) dari tempat yang dekat
(untuk disiksa di tempat sesat),

Dan (ketika merasakan sakitnya siksaan) mereka berkata (memohon kepada


Allah), "Kami beriman kepadaNya", (Tuhan menyanggah): Bagaimanakah
mereka dapat mencapai (keimanan kepada DiriNya Zat Tuhan Yang Al-
Ghaib) dari tempat yang jauh itu. Dan sesungguhnya mereka telah
mengingkari (Diri)-Nya (Zat Tuhan Yang Al-Ghaib) sebelum itu (ketika di
dunia); dan mereka (hanya) menduga-duga tentang (Ada dan Wujud DiriNya)
Yang Al-Ghaib dari tempat yang jauh.
Selain RASUL tidak tahu AGAMA yang benar,
tidak tahu yang BAIK dan BURUK !

Dalam Al-Quran ditegaskan larangan beragama atas dasar mengikuti keberagamaan mayoritas,
nenek moyang, tokoh idola, dan atas dasar pemikiran sendiri.
Pertama, hindari kepercayaan keagamaan mayoritas. Allah SWT menegaskan bahwa keberagamaan
mayoritas adalah sesat dan harus dihindari, sebagaimana firmanNya, antara lain dalam ayat berikut:

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah
menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus;
tetapi kebanyakan an-nas (manusia) tidak mengetahui, (Qs. 30/Ar-Rum: 30)

Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan
menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka
tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah). (Qs. 6/Al-An`am: 116)
Selain RASUL tidak tahu AGAMA yang benar,
tidak tahu yang BAIK dan BURUK !

Kedua, hindari kepercayaan keagamaan nenek moyang. Keberagamaan leluhur


sebenarnya terbentuk karena mayoritas, yakni kesinambungan agama atau mazhab
yang dibentuk oleh penguasa. Setelah terbentuk agama atau mazhab yang kuat,
kemudian generasi demi generasi mempertahankannya, melestarikannya. Mereka sama
sekali tidak mau mengikuti Rasul (atau Ulil Amri). Allah SWT menegaskan bahwa
keberagamaan leluhur adalah sesat dan harus dihindari, sebagaimana firmanNya:

Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan
mengikuti Rasul". Mereka menjawab: "Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati
bapak-bapak kami mengerjakannya". (Qs. 5/Al-Maidah ayat 104)
Selain RASUL tidak tahu AGAMA yang benar,
tidak tahu yang BAIK dan BURUK !

Juga firmanNya dalam Qs. 43/Az-Zukhruf: 22-24:

Bahkan mereka berkata: "Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama, dan
sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan (mengikuti) jejak mereka." Dan
demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang mundzir (Pemberi Peringatan, Rasul) pun dalam
suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: "Sesungguhnya Kami
mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak
mereka". (Rasul itu) berkata: "Apakah (kamu akan mengikutinya juga) sekalipun aku membawa untukmu
(agama) yang lebih (nyata) memberi petunjuk daripada apa yang kamu dapati bapak-bapakmu
menganutnya?" Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami mengingkari agama yang kamu diutus untuk
menyampaikannya."
Selain RASUL tidak tahu AGAMA yang benar,
tidak tahu yang BAIK dan BURUK !

Seorang anak memang harus berbakti kepada kedua orangtuanya. Tapi jika kedua orang tua
mengajak kemusyrikan, sikap sang anak adalah tetap berbuat baik dalam urusan dunia. Tapi
dalam keberagamaan harus mengikuti (mentaati) kepada orang yang pernah kembali kepada
Tuhan. Allah SWT dalam Qs. 31/ Luqman ayat 15 menegaskan: wattabi` sabiila man anaaba
ilayya =dan ikutilah jalan orang yang pernah kembali kepada-Ku. Orang yang pernah kembali
kepada-Ku (Aku=Tuhan) adalah para Rasul, Ulil Amri, dan Nabi. Merekalah yang kenal dengan
Tuhan yang punya nama Allah tapi di dunia Al-Ghaib:

Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah
keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku
(yakni itba` kepada Rasul atau Ulil Amri), kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu,
maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
Selain RASUL tidak tahu AGAMA yang benar,
tidak tahu yang BAIK dan BURUK !

Ketiga, hindari kepercayaan keagamaan tokoh idola. Setiap sesuatu yang menarik hati karena
sesuatu yang disenangi oleh nafsu dan syahwat, terlebih-lebih jika disandarkan pada agama pasti
akan diikuti oleh kebanyakan manusia. Dalam Qs. 2/Al-Baqarah ayat 204 Allah SWT
menegaskan bahwa sebenarnya orang demikian adalah penantang agama yang paling keras,
karenanya harus dihindari:

Dan (hati-hatilah nanti suatu) hari (di akhirat) orang yang zalim (=beragama yang sesat) menggigit dua
tangannya (saking menyesalnya), seraya berkata: "Aduhai kiranya (dulu ketika di dunia) aku mengambil
jalan bersama-sama Rasul". Kecelakaan besarlah bagiku, kiranya aku (dulu ketika di dunia) tidak
menjadikan si fulan sebagai kholil (tokoh idola). Sesungguhnya dia (sang kholil itu) telah menyesatkan aku
dari Adz-Dzikro ketika Adz-Dzikro itu telah datang kepadaku; dan adalah syetan (=sang tokok idola itu)
tidak mau menolong manusia. Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Quran
ini sesuatu yang tidak diacuhkan (padahal Al-Quran jelas sekali memerintahkan agar umat manusia mentaati
Rasul/Ulil Amri). (Qs. 25/Al-Furqan: 27-30)
Selain RASUL tidak tahu AGAMA yang benar,
tidak tahu yang BAIK dan BURUK !

Keempat, hindari kepercayaan agama atas dasar dugaan. Pemikiran adalah hasil
dugaan, perkiraan, dan sangkaan. Beragama haruslah didasarkan atas keyakinan
(=mentaati Allah, RasulNya dan Ulil Amri), tidak boleh mengandalkan dugaan,
perkiraan, dan sangkaan, karena cara-cara seperti itu tidak akan mencapai kebenaran.
Allah SWT berfirman Qs. 10/Yunus ayat 36:

Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya


persangkaan itu tidak sedikit pun berguna untuk mencapai kebenaran.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.

Bahkan dalam Qs. 18/al-Kahfi ayat 13-16 berikut, orang yang beragama atas dasar
“dugaan” disebut-sebut sebagai orang yang menjadikan Al-Quran dan Rasul-Nya
sebagai bahan olok-olokan:
Selain RASUL tidak tahu AGAMA yang benar,
tidak tahu yang BAIK dan BURUK !

Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang


paling merugi perbuatannya?" Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya
dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat
sebaik-baiknya. Mereka itu orang-orang yang telah kufur terhadap ayat-ayat Tuhan
mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia, Maka hapuslah amalan-
amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka
pada Hari Kiamat. Demikianlah balasan mereka itu neraka Jahannam, disebabkan
kekafiran mereka dan disebabkan mereka menjadikan ayat-ayat-Ku dan Rasul-rasul-
Ku sebagai olok-olok. (Qs. 18/al-Kahfi ayat 13-16)

Anda mungkin juga menyukai