11
MENGANALISIS KEBAHASAAN
ARTIKEL DAN/ATAU BUKU ILMIAH
IPK Penunjang:
• Menjelaskan sifat-sifat bahasa yang digunakan dalam artikel imiah
• Menjelaskan syarat-syarat penggunaan bahasa dalam artikel ilmiah
• Menjelaskan aspek-aspek kebahasaan dalam penulisan artikel ilmiah
• Menjelaskan unsur kebahasaan artikel opini dan buku Ilmiah
IPK Inti:
• Menganalisis kebahasaan artikel dan/atau buku ilmiah
IPK Pengayaan
• Membandingkan Unsur Kebahasaan Artikel Opini dan Buku Ilmiah
• Menggunakan kebahasaan artikel dalam menyampaikan pendapat
berdasarkan fakta dan opini yang terdapat dalam artikel yang dibaca.
Tujuan Pembelajaran
Objektif
Aspek Subjektif Objektif
Epitet (meremehkan, Jelas, sistem itu tidak baik. Sistem itu tidak digunakan
menghina)
Ekspresi emosional Hebat, penelitian itu sangat luar Penelitian itu berkontribusi
biasa pada pengembangan teori.
Modalitas (cara pembicara Data selalu/pasti diproses di Data diproses di
menyatakan sikap dalam laboratorium laboratorium
komunikasi)
Proses Mental Model Sikonteks lebih disenangi Model Sikonteks sesuai
dibandingkan… untuk jenis penelitian ini.
Makna konotatif Action Research menjadi Action Research sedang
primadona saat ini. digalakkan saat ini.
Impersonal
• Sampel ditentukan secara acak. (benar)
• bukan
• Saya/kami/penulis memilih sampel secara acak. (salah)
• Bahasa dibagi ke dalam empat kategori. (benar)
• bukan
• Saya/kami/penulis membagi bahasa ke dalam empat kategori. (salah)
Teknis
Praktis
Syarat-Syarat Penggunaan Bahasa dalam Artikel Ilmiah
• Pertama, secara morfologis bahasa dalam artikel ilmiah harus lengkap. Dalam hal ini wujud
setiap kata yang dipakai harus mengandung afiksasi yang lengkap seperti: diuraikan,
mempertentangkan, memiliki dan sebagainya. Kata-kata lain yang tanpa afiksasi juga harus
dimunculkan dalam bentuk yang lengkap. Kata-kata seperti tidak, sudah dan sebagainya tidak
dapat ditulis dengan bentuk tak atau udah.
• Kedua, secara sintaksis bahasa dalam artikel ilmiah harus lengkap, yakni memuat unsur-unsur
subjek, predikat, dan objek yang dinyatakan secara eksplisit.
• Ketiga, bahasa dalam artikel ilmiah harus tepat makna dan tunggal arti. Secara saksama
setiap kata atau ungkapan yang digunakan harus dimengerti pembaca sama dengan yang
dimaksud penulis.
• Keempat, bahasa dalam artikel harus mengikuti kaidah-kaidah sintaktik. Penggunaan kalimat
dalam karangan ilmiah harus berupa kalimat yang efektif, yakni kalimat yang memenuhi
kriteria jelas, sesuai dengan kaidah tatabahasa, tidak berbelit-belit, tidak bertentangan
dengan kebenaran nalar dan ringkas.
• Kelima, bahasa artikel ilmiah harus padat isi dan bukan padat kata.
• Sebagai contoh. bila penulis ingin berbicara tentang penemu mesin uap maka selain ada
nama James Watt, konsep ini harus dilengkapi dengan subkonsep lain seperti Inggris, mesin
uap, abad 16, insinyur, penemu, dan asal.
(1) James Watt adalah seorang insinyur yang berasal dari Inggris. Dia menemukan mesin uap
pada abad ke-16. (17 kata)
(2) James Watt, seorang insinyur Inggris, menemukan mesin uap pada abad ke-16. (l0 kata)
Ciri Utama Bahasa Artikel Ilmiah
• Ciri utama bahasa tulis cenderung menggunakan klausa
sederhana yakni klausa tunggal dengan kepadatan leksikal
tinggi. Kalimat “Indonesia telah berhasil membangun
ekonominya yang membawa perubahan besar terhadap
budayanya khususnya budaya yang terdapat di daerah
pedesaan” yang terdiri atas tiga klausa dapat ditulis menjadi
“Keberhasilan pembangunan ekonomi Indonesia secara
khusus mengubah budaya masyarakat pedesaan” sehingga
memiliki kepadatan leksikal. Konsekuensi dari prinsip ini
menyebabkan artikel sangat ketat dalam pemakaian kata
sehingga umumnya menjadi sukar diperpendek lagi.
Aspek-Aspek Kebahasaan dalam Penulisan Artikel Ilmiah
• Tidak menggunakan kode kebahasaan ringkas (restriced code), tetapi kode kebahasaan lengkap
(elaborated codes). Oleh karena itu, bentuk-bentuk ringkas seperti: ndak, nggak, kan, tak, dah, dsb., dll.,
dsb., untk., spt., a.l., mk., tdk., krn., mknya., krnnya., tidak digunakan dalam penulisan ilmiah.
• Tidak menggunakan bentuk kelokalan. Jika dalam teks terpaksa digunakan bentuk kedaerahan, sesuai
dengan ketentuan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), harus dicetak miring (italic). Oleh
karena itu hindarilah bentuk-bentuk berikut dalam penulisan ilmiah: tho, je, lho, tuh, neh, nih, gue, lu,
mah. Bentuk-bentuk kebahasaan lain yang merupakan bentuk kelokalan adalah: makanya, tentunya,
karenanya, sementara responden (maksudnya beberapa responden), menghimbau, penghujung,
menghimpit, menghempas (maksudnya menghimbau, pengujung, mengimpit, mengempas), nampak,
ngomong.
• Menggunakan bentuk-bentuk kebahasaan yang formal. Dimensi keformalan dapat dilihat baik dari lapis
kata, frasa, maupun kalimat. Oleh karena itu, hendaknya tidak menggunakan bentuk-bentuk
kebahasaan berikut dalam penulisan ilmiah: gimana, ketimbang, membikin, dipikirin, ketabrak, nulis,
nampak, ketangkap, organisir, koordinir, analisa, prosentase.
• Dalam tataran kalimat tidak menggunakan bentuk inversi, harus jelas subjek kalimatnya, harus jelas
predikat kalimatnya, hindari konjungsi ganda, jangan tertukar dalam penempatan konjungsi antara intra-
kalimat dan antar-kalimat. ‘Berdasarkan data menunjukkan bahwa…’; ‘Menurut Handoko (2000)
menegaskan…’; ‘Rapat redaktur yang memutuskan hal ini.’; ‘jika…maka’; ‘karena…maka’, meskipun…
namun’; ‘meskipun…tetapi’; ‘Yakni,…’, ‘Yaitu,…’; ‘Contohnya…’; ‘Misalnya,…’: ‘Padahal,…’; ‘Pasalnya…’;
‘Misalnya…’; ‘Tetapi,…’; ‘Tapi,…’; ‘…namun’; ‘…akan tetapi’; ‘…olah karena itu’.
• Menggunakan bentuk-bentuk kebahasaan yang lugas, tegas, tidak rancu, tidak mubazir. Oleh karena itu,
jangan digunakan bentuk-bentuk sepertinya, kayaknya, nampaknya, kelihatannya, barangkali, akan…
mendatang, kini…sedang, telah…lalu, turun…ke bawah, maju… ke depan, seperti misalnya, seperti
contohnya, antara lain…dan sebagainya, antara lain…dan lain sebagainya, jika…maka, karena…maka,
meskipun…tetapi, meskipun…namun.
Contoh Penggunaan Istilah Teknis
• Akhir-akhir ini dunia dihebohkan dengan infeksi virus baru yang
bernama Coronavirus.
• Vaksin dan pengobatan yang spesifik belum ditemukan untuk
mengobati infeksi virus ini.
• Hingga 22 Maret 2020, terdapat 292.142 kasus terkonfirmasi dari
berbagai negara, termasuk Cina, Singapura, Malaysia, Jepang,
Vietnam, Australia hingga Perancis, Amerika Serikat dan Indonesia.
• Seseorang dapat ditularkan Coronavirus melalui droplet dari saluran
pernapasan yang diproduksi saat orang terinfeksi batuk atau bersin,
mirip dengan cara influenza atau virus saluran pernapasan lainnya
menular.
• Dunia medis, hingga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) membuat
sebuah kampanye global untuk Dst.
Sekian,
Terima Kasih. . .