Anda di halaman 1dari 32

PAJAK PENGHASILAN

BAB 4
FINAL
PENGERTIAN

Pajak penghasilan yang pengenaannya sudah final (berakhir)


sehingga tidak dapat dikurangkan (dikreditkan) dari total pajak
terutang pada akhir tahun pajak.
Objek pajak umum Objek pajak umum
Penghasilan Objek pajak final

Bukan objek pajak PPh terutang

PPh dibayar melalui PPh tidak final Kredit pajak:


pihak lain PPh tidak final
(DN & LN)
PPh final
PPh kurang (lebih)
bayar
JENIS PPh FINAL

PPh Pasal Bunga


Bunga/diskonto
4 ayat (2) deposito/ta- Transaksi
obligasi dan
bungan, penjualan
surat berharga
diskonto SBI, saham
negara
jasa giro
PPh Pasal
15 Persewaan
Hadiah undian tanah dan/atau Jasa konstruksi
bangunan

PPh final Bunga simpanan


Pengalihan hak
yang dibayarkan Dividen yang
1% atas tanah dan
koperasi kepada diterima WP-OP
bangunan
anggota WP-OP

Sistem pemungutan secara with


holding
PPh FINAL 1%
1. Diatur dalam PP 46 Tahun 2013
2. Diperuntukkan bagi WP dengan peredaran tertentu, yaitu WP
OP dan badan dengan peredaran bruto usaha tidak lebih dari
Rp4,8 miliar, kecuali WP OP yang melakukan pekerjaan bebas
(akuntan, arsitek, aktuaris, notaris, dokter, bintang film, olah
ragawan, peneliti, dan lain-lain)
3. Penghitungan dan penyetoran PPh dilakukan secara bulanan
4. Penyetoran setiap tanggal 15 bulan berikutnya
5. Pelaporan dalam SPT Tahunan PPh:
• WP OP  Formulir 1770 – III, No. 16. Penghasilan lain yang dikenakan PPh
Final/bersifat final
• WP badan  Formulir 1771 – IV Bagian A, No. 14 dengan menuliskan
“Penghasilan usaha bagi Wajib Pajak memiliki peredaran bruto tertentu”
Peredaran Bruto Kumulatif Peredaran
Bulan (2016) (RP) Bruto (Rp) PPh Sebulan (Rp)

Januari 400.000.000 400.000.000 4.000.000


Februari 410.000.000 810.000.000 4.100.000
Maret 430.000.000 1.240.000.000 4.300.000
April 425.000.000 1.665.000.000 4.250.000
Mei 430.000.000 2.095.000.000 4.300.000
Juni 435.000.000 2.530.000.000 4.350.000
Juli 450.000.000 2.980.000.000 4.500.000
Agustus 465.000.000 3.445.000.000 4.650.000
September 460.000.000 3.905.000.000 4.600.000
Oktober 475.000.000 4.380.000.000 4.750.000
November 460.000.000 4.840.000.000 4.600.000
Desember 465.000.000 5.305.000.000 4.650.000

Peredaran bruto kumulatif bulan November telah mencapai lebih dari Rp4,8
miliar, maka pada 2017 Wajib Pajak tersebut wajib menghitung PPh dengan
menyelenggarakan Pembukuan.
PPh ATAS BUNGA DEPOSITO/TABUNGAN,
DISKONTO SBI, JASA GIRO
Subjek pajak:
1. Orang pribadi DN dan LN
2. Badan DN dan LN
3. Bentuk Usaha Tetap
Objek pajak:
4. Bunga deposito
5. Bunga tabungan
6. Diskonto SBI
Pemotong, penyetor, pelapor:
7. Bank yang didirikan atau berkedudukan di Indonesia
8. Cabang bank luar negeri di Indonesia
9. Bank Indonesia
10. Dana Pensiun dan bank yang menjual kembali SBI kepada pihak lain yang
bukan bank atau kepada Dana Pensiun yang pendiriannya belum disahkan
oleh Menteri Keuangan
• Bunga dan diskonto atas
deposito, tabungan, dan SBI
yang
≤ Rp7.500.000
• Bunga dan diskonto yang
Dik

diterima atau diperoleh bank


ec

di Indonesia atau cabang


ua

bank LN
li k

• Bunga dan diskonto yang


an

diterima atau diperoleh dana


pensiun yang disahkan
Menkeu
• Bunga tabungan dalam
rangka kepemilikan Rumah
Sederhana (RS) dan Rumah
Sangat Sederhana (RSS)
berikut kavling siap bangun
= 20% × Jumlah bruto bunga Jumlah bruto bunga
Tarif 20%
PPh Dasar pengenaan pajak =
Contoh
Indah adalah salah satu nasabah Bank Nusa. Ia memiliki
deposito berjangka 1 bulan sebesar Rp600 juta. Bunganya
sebesar 6% setahun. PPh dipotong oleh Bank Nusa saat
pembayaran bunga sebagai berikut.

Bunga deposito: 6% × 600.000.000 × 1/12 = Rp3.000.000


PPh dipotong: 20% × Rp3.000.000 = Rp600.000
PPh ATAS TRANSAKSI SAHAM DAN
SEKURITAS LAINNYA

Subjek pajak:
1. Orang pribadi
2. Badan
yang melakukan transaksi penjualan saham di BEI

Objek pajak:
3. Transaksi penjualan saham di BEI

Pemotong, penyetor, pelapor:


4. Bursa efek melalui perantara pedagang efek
5. Dibayarkan sendiri oleh emiten atas penjualan saham pendiri
Dasar Pengenaan
Tarif Pajak PPh Keterangan

0,1% Jumlah bruto nilai 0,1% × Nilai Semua jenis transaksi


transaksi transaksi saham

0,1% + 0,5% Jumlah bruto nilai (0,1% + 0,5%) × Nilai Transaksi penjualan
transaksi transaksi saham saham pendiri

Saham pendiri:
Saham yang dimiliki oleh pendiri dengan harga kurang dari 90% dari harga saham
yang beredar pada saat penawaran umum perdana
Contoh
Pada 10 Oktober 2016, saham-saham Davina dinyatakan sebagai
berikut.
1. Sebanyak 3 lot saham PT Perdana dengan harga Rp50.000 per
lembar, 500 lembar
2. Sebanyak 2 lot saham PT Ananda (saham pendiri) dengan
harga Rp25.000 per lembar. PPh atas transaksi tersebut
dihitung sebagai berikut, 500 lembar.
Saham PT Perdana:
1. PPh = 0,1% × 3 × 500 lembar × Rp50.000 Rp 75.000
Saham PT Ananda:
2. PPh = (0,1% + 0,5%) × 2 × 500 lembar × Rp25.000 Rp125.000
PPh Rp200.000
PPh ATAS BUNGA/DISKONTO OBLIGASI

Subjek pajak:
1. Orang pribadi DN dan LN
2. Badan DN dan LN
3. BUT
yang menerima bunga/diskonto obligasi

Objek pajak:
4. Bunga obligasi
5. Diskonto obligasi

Pemotong, penyetor, pelapor:


6. Penerbit obligasi atau kustodian agen pembayaran atas bunga dan diskonto
yang diterima pemegang obligasi setiap periode
7. Perusahaan efek, diler, atau bank atas bunga dan diskonto yang diterima
penjual obligasi saat transaksi
Dasar pengenaan pajak:
Tarif 15% Bunga; Diskonto

PPh = 15% × Jumlah bruto


bunga/diskonto

Pengecualian:
• WP dana pensiun yang pendiriannya disahkan Men. Keu.
• WP bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negeri
yang didirikan di Indonesia  Bunga yang diterima dihitung sendiri
berdasarkan penghitungan PPh secara umum
Contoh
PT GG memiliki obligasi PT Sampurno sebanyak 10.000 lembar,
nominal Rp20.000 per lembar, bunga 12% dibayarkan setiap
tanggal 30 Juni dan 31 Desember. Harga beli obligasi Rp18.000
per lembar.

Bunga yang dibayarkan setiap tanggal 30 Juni dan 31


Desember adalah:
12% × 10.000 lembar × Rp20.000 × 6/12 = Rp 12.000.000
PPh final yang dipotong setiap tanggal tersebut adalah:
15% × Rp12.000.000 = Rp1.800.000
Pada 1 Juli 2016, PT GG menjual semua obligasi yang dibeli dari
PT Sampurna melalui perusahaan perantara efek PT Sekurita.
Harga jual obligasi Rp21.000.

Diskonto obligasi adalah:


(Rp21.000 – Rp18.000) × 10.000 = Rp10.000.000

PPh final yang dipotong oleh PT Sekurita atas diskonto


tersebut adalah:
15% × Rp10.000.000 = Rp1.500.000
PPh ATAS HADIAH UNDIAN

Subjek pajak:
1. Orang pribadi
2. Badan
yang menerima hadiah undian

Objek pajak:
3. Hadiah undian

Pemotong, penyetor, pelapor:


4. Penyelenggara undian (orang pribadi, badan, kepanitiaan,
penyelenggara kegiatan)
• Undian: Hadiah • Sehubunan dengan pekerjaan,
diberikan • Penghargaan jasa, kegiatan lain: diberikan
dengan cara perlombaan: sehubungan dengan pekerjaan,
diundi diberikan melalui jasa, kegiatan lain
perlombaan atau adu

Hadiah ketangkasan
Hadiah

Dasar
Tarif pengenaan PPh
pajak

Jumlah bruto 25% × Jumlah


25% hadiah bruto hadian
undian undian
Contoh
Bank Mutiara mengadakan penarikan undian bagi para nasabah.
Penerima hadiah undian adalah CV Sukses dan Sdr. Anton,
masing-masing 1 unit mobil seharga Rp210.000.000 dan 1 unit
sepeda motor seharga Rp15.000.000. CV Sukses memiliki NPWP,
sedangkan Sdr. Anton tidak.
PPh yang dipotong Bank Mutiara adalah:
1. CV Sukses: 25% × Rp210.000.000 Rp52.500.000
2. Sdr. Anton: 25% × Rp15.000.000 Rp 3.750.000
Rp56.250.000
PPh ATAS PERSEWAAN TANAH/BANGUNAN

Subjek pajak:
1. Orang pribadi
2. Badan
yang menerima/memperoleh penghasilan dari persewaan
tanah/bangunan

Objek pajak:
3. Persewaan tanah/bangunan

Pemotong, penyetor, pelapor:


4. Penyewa
5. Penerima sewa
10% • Tarif

ed ran
ng
a nto
Se nah

u
a

Se erka
• Dasar

w
ta

g
Jumlah bruto

w
pengenaan

p
sewa
pajak

S e en
a
m
w
Se ah

Se ang
Se oko
te
a

a
ta
m

r
w

w
a

d
10% x jumlah

ru
• PPh

ap

gu
bruto sewa

Wajib dibayar sendiri


Wajib dipotong
oleh penerima sewa jika
penyewa jika penyewa
penyewa bukan sbg
ditunjuk sbg pemotong
pemotong
Contoh
Tuan Ananda mempunyai 2 ruko disewakan. Apotek Sehat
Farma dan Pusat Oleh-Oleh Enak sebagai penyewa, masing-
masing sebagai pemotong pajak dan bukan pemotong
pajak. Nilai sewa masing-masing sebesar Rp50.000.000 dan
Rp25.000.000 pada 2016.

PPh dipotong oleh Apotek Sehat Farma adalah:


10% × Rp50.000.000 = Rp5.000.000
PPh dibayar dan dilaporkan oleh Tuan Ananda sebesar:
10% × Rp25.000.000 = Rp2.500.000
PPh ATAS USAHA JASA KONSTRUKSI

Subjek pajak:
1. Orang pribadi
2. Badan
penyedia jasa konstruksi, berlaku WP khusus, kategori

Objek pajak:
3. Jasa perencanaan konstruksi, jasa pelaksanaan konstruksi, jasa
pengawasan produksi

Pemotong, penyetor, pelapor:


4. Pengguna jasa konstruksi
5. Penyedia jasa konstruksi dalam hal pengguna jasa bukan
pemotong pajak
Jenis jasa konstruksi Wajib Pajak Tarif PPh
Pelaksanaan Memiliki kualifikasi usaha kecil 2% 2% × DPP
Pelaksanaan Tidak memiliki kualifikasi usaha 4% 2% × DPP
Pelaksanaan Selain dua di atas 3% 2% × DPP
Perencanaan atau pengawasan Memiliki kualifikasi usaha 4% 2% × DPP

Perencanaan atau pengawasan Tidak memiliki kualifikasi usaha 6% 2% × DPP

DPP = Dasar Pengenaan Pajak,


yaitu jumlah pembayaran/penerimaan tidak termasuk PPN
Contoh

Penyedia Jasa Nilai Kontrak PPh


(Termasuk PPN)

PT A, perencanaan Rp99.000.000 4% × (100/110 × Rp99.000.000) =


jasa konstruksi Rp3.600.000

PT B, pelaksanaan Rp880.000.000 2% × (100/110 × Rp880.000.000) =


jasa konstruksi Rp16.000.000

PT C, pengawasan Rp55.000.000 4% × (100/110 × Rp50.000.000) =


jasa kosntruksi Rp2.000.000
PPh ATAS BUNGA SIMPANAN YANG
DIBAYARKAN KOPERASI KEPADA
ANGGOTA WP-OP
Subjek pajak:
1. Orang pribadi anggota koperasi penerima bunga
simpanan di koperasi

Objek pajak:
2. Bunga simpanan yang diterima anggota
> Rp240.000 sebulan

Pemotong, penyetor, pelapor:


3. Koperasi pembayar bunga
Dasar
• 10% pengenaan • 10% × jumlah
• Jumlah bruto bunga
bruto bunga

Tarif PPh

Untuk jumlah bunga


simpanan kurang
dari Rp240.000
sebulan dikenakan
tarif 0%
Contoh
Berikut adalah pajak yang dipotong Koperasi X untuk
anggota yang menerima bunga simpanan di Koperasi X
pada November 2016.
Nama Bunga Simpanan
Anggota yang Diterima PPh
Hartawan Rp200.000 –
Maimuna Rp500.000 10% × Rp500.000 = Rp50.000
PPh ATAS DIVIDEN YANG
DITERIMA WP-OP
Subjek pajak:
1. Orang pribadi DN
yang menerima dividen

Objek pajak:
2. Dividen atas penyertaan saham pada perseroan

Pemotong, penyetor, pelapor:


3. Pembayar dividen
10 Jumlah
bruto PP
divide
% n h
PPh atas dividen dibedakan berdasar pada penerimanya, meliputi orang
pribadi, badan (PT, BUMN, Koperasi atau bentuk badan usaha lain)
 Dibahas lebih lanjut pada PPh Pasal 23
Contoh
Pada Maret 2016, PT Armada membagikan dividen Rp2.000
per lembar saham kepada pemegang saham berikut.

Pemegang Jumlah Lembar


Saham Saham PPh
Asri 15.000 PPh final = 10% × 15.000 × Rp2.000 =
Rp30.000.000
Wahyu 35.000 PPh final = 10% × 35.000 × Rp2.000 =
Rp70.000.000
PT XX 50.000 Bukan objek pajak
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai