Anda di halaman 1dari 16

LATIHAN SOAL MENGHITUNG PPH FINAL

1. Minuman Jabana Tea mengadakan undian berhadiah dengan hadiah:


 Hadiah utama uang tunai sebesar Rp 300.000.000,- dimenangkan oleh Rudi dari
Maumere
 Hadiah kedua uang tunai sebesar Rp 150.000.000,- dimenangkan oleh Anisa dari
Blitar
 Hadiah ketiga uang tunai sebesar Rp 85.000.000,- dimenangkan oleh Budi dari
Pamulang
Berdasarkan data di atas maka hitunglah:
a. Pajak atas hadiah yang diterima Rudi, Anisa dan Budi.
b. Jumlah uang yang diterima Rudi, Anisa, dan Budi apabila pajak ditanggung
pemenang.

2. Pada tanggal 5 Januari 2018, Liana membuka deposito berjangka di Bank Danamon,
dengan Nominal Rp 96.000.000,-. Pembayaran dilakukan secara tunai jangka waktu
6 bulan dan bunga 15%. Jatuh Tempo bunga deposito Liana setiap tanggal yang
sama bulan berikutnya. Pajak bunga deposito disetorkan setiap tanggal 10 bulan
berikutnya. Hitunglah pajak yang dipotong atas bunga deposito Liana.

3. Pada tanggal 5 Maret 2018, Kristina membeli obligasi PT. Astra Jaya 150 lembar
masing-masing nominal Rp 2.400.000,- dengan bunga 12%. Jatuh tempo bunga
(kupon) setiap tanggal 1/3 dan 1/9. Pencairan bunga obligasi di Bank Permata.
Hitunglah pajak yang harus dibayar Kristina atas bunga obligasi.

4. PT. Prismakaya membeli Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dari Bank Indonesia dengan
nominal Rp1.300.000.000,00 dengan diskoto 6,5% pada tanggal 1 Maret 2018 dan
dibayarkan pada saat yang sama. Bagaimana kewajiban pemotongan atau
pemungutan PPh final atas transaksi tersebut?

5. Krisna menjual saham yang dimilikinya (bukan saham pendiri), yang terdiri atas :
 25 lot saham Gudang Garam @ Rp 2.500 per lembar,
 22 lot saham Sampoerna @ Rp 2.200 per lembar, dan
Hitunglah PPh final yang dikenakan terhadap Krisna (1 lot saham = 100 lembar).

6. Berdasarkan hasil RUPS PT. Dwi Tunggal akan membagikan dividen kepada para
pemegang sahamnya dengan mekanisme sebagai berikut:  Deviden yang
dibagikan adalah sebesar Rp280 per lembar saham;  Komposisi pemegang saham
yang tercatat :
a) Lucy dengan kepemilikan sebesar 90.000 lembar saham;
b) Wiguna, dengan kepemilikan sebesar 85.000 lembar saham;
Bagaimana kewajiban pemotongan dan pemungutan PPh atas transaksi pembagian
dividen tersebut?

7. CV. Keroya Jati menyewa satu unit ruko milik Tuan Pastika selama 4 tahun dari
Desember 2017 sampai dengan Desember 2021. Harga sewa per tahun Rp
42.000.000 dan pembayaran dilunasi di awal sewa. Atas pembayaran sewa tersebut
hitunglah pembayaran pajak yang dilakukan oleh Tuan Pastika atas transaksi
penyewaan ruko tersebut.

8. Marisa adalah anggota Koperasi Sumber Sari. Perolehan bunga simpanan Tahun
2017 adalah sebagai berikut.
 Bunga Bulan Januari Rp  Bunga Bulan Juli Rp 326.000,-
146.000,-  Bunga Bulan Agustus Rp 906.000,- 
 Bunga Bulan Pebruari Rp Bunga Bulan September Rp 718.000,-
796.000,-  Bunga Bulan Oktober Rp
 Bunga Bulan Maret Rp 540.000,-  Bunga Bulan Nopember
1.032.000,-  Bunga Bulan April Rp Rp 476.000,-
246.000,-  Bunga Bulan Desember Rp
 Bunga Bulan Mei Rp 526.000,- 387.000,-
 Bunga Bulan Juni Rp 987.000,-
Pencairan bunga koperasi dilakukan setiap Tanggal 10. Hitunglah pajak yang
dipotong atas bunga koperasi yang diterima Marisa tiap bulannya.

Contoh perhitungan 1 :
Gandhi menyimpan uang di Bank Diamond dalam bentuk deposito sebesar
Rp100.000.000 dengan tingkat bunga 12% per tahun. Atas deposito tersebut, Gandhi
menerima bunga setiap bulan. Berapa besaran pajak yang harus dibayarkan atas bunga
deposito Gandhi tiap bulannya?

Jawab:
Bunga Deposito : 100.000.000 x 12%/12 = 1.000.000,-
PPh Pasal 4 ayat 2 yang dipotong oleh pihak bank adalah: 
20% x 1.000.000 = 200.000,-
Contoh perhitungan 2 :
PT. Abadi Karya membeli Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dari Bank Indonesia dengan
nominal Rp1.000.000.000 dengan memperoleh diskonto sebesar Rp20.000.000. Pada
tanggal 1 April 2019, perusahaan menjual SBI tersebut kepada PT. Sentosa dengan
harga Rp980.000.000 dan dibayarkan pada saat yang sama. Bagaimana kewajiban
pemotongan atau pemungutan PPh atas transaksi tersebut?
Jawab :
PPh Pasal 4 ayat 2 yang dipotong oleh PT. Abadi Karya adalah:
20% x Rp20.000.000 = Rp4.000.000,-

Penghasilan berupa Bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota 
Dasar hukum: Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2009.
Tarif : 
 0% untuk penghasilan berupa bungasimpanan sampai dengan Rp240.000
per bulan; 
 10% untuk jumlah bruto bunga untuk penghasilan berupa bunga simpanan lebih
dari Rp240.000 per bulan.
Objek
Pajak : Penghasilan berupa bungasimpanan yang dibayarkan kepada anggotakoperasi or
ang pribadi.
 
Pemotong Pajak :
Koperasi yang melakukan pembayaranbunga simpanan kepada anggota koper
asiorang pribadi, wajib memotong PajakPenghasilan yang bersifat final terseb
ut.

Contoh Perhitungan:
Koperasi Sumber Kasih membagikan bunga simpanan koperasi kepada anggotanya
setiap bulan yang dibayarkan setiap tanggal 25, anggota koperasi yang memperoleh
bunga simpanan salah satunya Maria. Berdasarkan data yang ada Maria mendapatkan
bunga simpanan sebagai berikut:
Januari   : Rp 350.000,-
Pebruari  : Rp 250.000,-
Maret  : Rp 470.000,-
April  : Rp 210.000,-
Mei  : Rp 580.000,-
Juni  : Rp 540.000,-

Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh Pasal 4 ayat 2 atas bunga
simpanan tersebut?

Jawab:
Jadi jumlah bunga yang diterima Maria adalah:
Januari   : Rp 350.000,- x 10% = Rp 35.000
Pebruari  : Rp 250.000,- x 10% = Rp 25.000
Maret  : Rp 470.000,- x 10% = Rp 47.000
April  : Rp 210.000,- x   0% = Rp 0
Mei  : Rp 580.000,- x 10% = Rp 58.000
Juni  : Rp 540.000,- x 10% = Rp 54.000

Tarif :
 Bunga dari obligasi dengan kupon
1. Wajib Pajak dalam negeri dan Badan Usaha Tetap (BUT) dikenakan tarif 15%.
2. Wajib Pajak luar negeri non BUT seusai Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda
(P3B) dikenakan tarif 20%. 
 Diskonto dari obligasi dengan kupon
1. Wajib Pajak luar negeri non BUT seusai BUT dikenakan tarif 15% dari selisih
lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga perolehan obligasi atau tidak
termasuk harga berjalan.
2. Wajib Pajak luar negeri non BUT seusai P3B dikenakan tarif 20% dari selisih
lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga perolehan obligasi atau tidak
termasuk harga berjalan.3. 
 Diskonto dari obligasi tanpa bunga
1. Wajib Pajak dalam negeri dan BUT dikenakan tarif 15% dari selisih lebih harga
jual atau nilai nominal di atas harga perolehan obligasi.
2. Wajib Pajak luar negeri non BUT seusai P3B dikenakan tarif 20% dari selisih
lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga perolehan obligasi.
 Bunga dan/atau diskonto dari obligasi yang diterima dan/atau diperoleh Wajib Pajak
reksadana yang terdaftar pada Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
untuk :
1. Tahun 2009 – 2010 dikenakan tarif sebesar 0%.
2. Tahun 2011 - 2013  dikenakan tarif 5%.
3. Tahun 2014 dan seterusnya dikenakan tarif 15%.

Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat
pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh Manajer Investasi.
Manajemen investasi adalah manajemen profesional yang mengelola beragam sekuritas
atau surat berharga seperti saham, obligasi dan aset lainnya seperti properti dengan
tujuan untuk mencapai target investasi yang menguntungkan bagi investor.
 
Contoh Perhitungan 1:
Pada tanggal 1 Juli 2018, PT. Gyan (wajib pajak dalam negeri) menerbitkan obligasi
dengan kupon (interest bearing bond) dengan nilai nominal Rp10.000.000 per lembar.
Jangka waktu Obligasi 5 tahun (jatuh tempo tanggal 1 Juli 2023). Bunga tetap sebesar
16% per tahun, jatuh tempo bunga setiap tanggal 30 Juni dan 31 Desember. Penerbitan
perdana tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).

PT. Mekari pada saat penerbitan perdana membeli 10 lembar Obligasi dengan harga di
bawah nilai nominal Rp9.000.000 per lembar. Berapa besaran pajak yang harus
dibayarkan atas bunga obligasi tersebut?

Jawab:
Bunga = 6/12x 16% x Rp10.000.000 x 10 lembar = Rp8.000.000

PPh Final = 15% x Rp8.000.000 = Rp1.200.000


Apabila dalam contoh di atas investor atau pembeli obligasi adalah wajib pajak
reksadana maka penghitungan PPh Pasal 4 ayat 2 atas bunga yang diperoleh pada saat
jatuh tempo:
Pajak   = 15% x Rp8.000.000 = Rp1.200.000
Contoh perhitungan 2:
PT. Garuda membeli 100 lembar Obligasi tanpa bunga tersebut dengan harga perdana
sebesar Rp6.000.000,00 per lembar. Pada tanggal 31 Agustus 2014, PT. Garuda
menjual 50 lembar Obligasi tersebut di Bursa Efek Indonesia kepada PT. Pemuda
seharga Rp7.000.000,00 per lembar. Penjualan dilakukan tanpa melalui perusahaan
perantara. Hitunglah PPh Final yang dipotong.
Jawab:
Diskonto = (Rp7.000.000,00 - Rp6.000.000,00) x 50 = Rp50.000.000,00
PPh final = 15% x Rp50.000.000,00 = Rp7.500.000,00

Penghasilan Atas Diskonto SuratPerbendaharaan Negara (SPN)
 
Surat Perbendaharaan
Negara yang selanjutnya disebut SPN adalah Surat UtangNegara
yang berjangka waktu paling lama 12
(dua belas) bulan dengan pembayaranbunga secara diskonto.
 
Objek Pajak :
Penghasilan berupa diskonto SPN yaituselisih lebih antara nilai nominal/ harg
ajual dengan harga perolehan di pasarperdana/ pasar sekunder.
 
Pemotong Pajak : 
 Penerbit SPN (emiten)  
 Perusahaan efek (broker) selakupedagang perantara
Tarif Pajak :
  20%  bagi Wajib Pajak dalam negeridan Bentuk Usaha Tetap (BUT); da
n
 20%  bagi Wajib Pajakpenduduk/berkedudukan di luarnegeri,
Contoh Perhitungan:
Pada tanggal 1
Mei 2018 Pemerintah Kota Meraman (emiten) menerbitkan SuratPerbendaha
raan Negara sebagai berikut:
 Nilai nominal Rp 100.000.000,00.
 Jangka waktu SPN 12 bulan (jatuhtempo tanggal 1 Mei 2019).
 PT. Domestika (investor) pada saatpenerbitan perdana membeli SPN de
ngan harga Rp 94.000.000,00.
 PT. Domestika tetap memegang SPN tersebut hingga saat jatuh tempo.  

Perhitungan diskonto dan PPh final
yang terutang oleh PT. Domestika pada saat jatuhtempo
SPN adalah sebagai berikut:
 Diskonto: Rp 100.000.000,00 – Rp94.000.000,00 = Rp 6.000.000,00

 PPh Final: 20% x Rp 6.000.000,00 = Rp1.200.000,00   


Penghasilan berupa Dividen
ObjekPajak :
dividen, termasukdividendariperusahaan asuransi kepada pemegang polis, danpembag
ian sisa hasil usaha koperasi. Dividen merupakan laba atau keuntungan yang diterima oleh
pemilik saham yang berasal dari keuntungan perusahaan dalam menjalankan usaha selama satu
periode.
 
Tarif Pajak : 10% dari jumlah bruto dividenyang diterima.
 
Pemotong Pajak :
Pihak yang membayar atau pihak lain
yang ditunjuk selaku pembayar dividensekaligus melakukan penyetoran Pajak
Penghasilan atas dividen tersebut danmelaporkannya ke Kantor Pelayanan Paj
ak
 
Contoh perhitungan :
Berdasarkan hasil RUPS PT. Malika Jaya akan membagikan dividen kepada p
ara pemegang sahamnya dengan mekanismesebagai berikut:
qDeviden yang dibagikan adalah sebesarRp250 per lembar saham;
qKomposisi pemegang saham yang tercatat:
1.Sabrina, dengan kepemilikan sebesar100.000 lembar saham;
2.Wibowo, dengan kepemilikansebesar 150.000 lembar saham; dan
3.Tyas, dengan kepemilikan sebesar300.000 lembar saham.
Bagaimana kewajiban pemotongan danpemungutan  
 
Jawab: 

PPh atas transaksi pembagian dividentersebut?
- PPh final atas dividen yang diterimaSabrina  : 10%
x Rp250 x 100.000 = Rp2.500.000,00
- PPh final atas dividen yang diterimaWibowo  : 10%
x Rp250 x 150.000 = Rp3.750.000,00
- PPh final atas dividen yang diterima Tyas  : 10%
x Rp250 x 300.000 = Rp7.500.000,00

Penghasilan berupa Hadiah Undian


Objek Pajak :
atas penghasilan berupahadiah undian dengan nama dan dalambentuk apapu
n dipotong atau dipungutPajak Penghasilan yang bersifat final.
 
Tarif Pajak : 25% dari jumlah bruto hadiahundian.
 
Ketentuan :
 Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) dipotong, disetor dan dilaporkan oleh
Wajib Pajak penyelenggara hadiahundian.
 Penerima hadiah undian berhakmenerima bukti pemotongan PPhPasal 
4 ayat (2) dari penyelenggarahadiah undian.
 Hadiah undian berupa barang akanditentukan nilainya berdasarkanhar
ga Pasar.
Contoh Perhitungan: 

PT Oke Indonesia menyelenggarakanpenarikan hadiah undian atas kupon-
kupon yang telah dikirimkan oleh parapelanggannya, dengan hadiah mobil se
nilaiRp470.000.000. Dalam penarikan undiantersebut nama Budiman muncu
l sebagaipemenang hadiah undian. Bagaimanapenghitungan Pajak Penghasila
n (PPh) Pasal 4 ayat 2 atas hadiah undian yangharus dipotong oleh PT Oke In
donesia?
 
PPh Final dipotong oleh PT Oke Indonesia adalah:
25% x Rp 470.000.000 = Rp117.500.000.
 
Transaksi Penjualan Saham
Objek Pajak:
Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi ataubadan dari t
ransaksi penjualan saham di
bursa efek dipungut Pajak Penghasilanyang bersifat final.
 
Pemotong Pajak :
Penyelenggara bursa efek wajib memungutPajak Penghasilan setiap transaksi
penjualan saham di bursa efek.
 
Tarif Pajak :
 0,1% dari jumlah bruto nilai transaksi penjualan saham (bukan saham
pendiri) 
 Dikenakan tambahan 0,5% dari jumlah bruto nilai transaksi penjualan
saham (saham pendiri)
Pengertian Pendiri disini adalah:
 Orang Pribadi atau badan yangtercantum namanya dalam DaftarPemeg
ang Saham PT atau AD PT sebelum pendaftaran kepadaBapepam. 
 Orang Pribadi atau badan yangmenerima pengalihan saham daripendiri 
melalui:
1. Warisan
2. Hibah
3. Cara pengalihan lain yang tidak dikenai PPh.
Tidak termasuk dalam pengertian sahampendiri adalah:
1. saham yang diperoleh pendiri yangberasal dari pembagian dividenberup
a saham;
2. saham yang diperoleh pendirisetelah penawaran umum perdana(initial
public
offering) yang berasaldari pelaksanaan hak pemesananefek terlebih dahu
lu (right issue), waran, obligasi konversi dan efekkonversi lainnya;
3. saham yang diperoleh pendiriperusahaan Reksadana 
Contoh perhitungan :
Brian menjual saham yang dimilikinya, yang terdiri atas :
 20 lot saham Unilever @ Rp 1.200 per lembar,
 30 lot saham Indofood @ Rp 1.500 per lembar, dan
 10 lot saham Astra @ Rp 6.000 per lembar.
Hitunglah PPh final yang dikenakanterhadap Brian (1 lot saham = 100 lbr).
 
Jawaban:
Saham Unilever  = 20 x 100 x 1.200   =  2.400.000,00
Saham Indofood  = 30 x 100 x 1.500  =   4.500.000,00
Saham Astra  = 10 x 100 x 6.000         =   6.000.000,00
                       Total saham yang dijual  =  12.900.000,00
 
PPh Final   = 0,1% x 12.900.000,00 = 12.900,00
 
Jika terdapat 5
lot saham Astra merupakansaham pendiri, maka tambahan bebanpajak diken
akan atas transaksi tersebut:
 
PPh  = 12.900 + (0,5% x (5 x 100 x 6.000)
    = 12.900 + (0,5% x 3.000.000)
    = 12.900 + 15.000
    = 27.900
 
Penghasilan atas Jasa Konstruksi
 
Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhanatau sebagian rangkaian kegiatanper
encanaan dan/atau pelaksanaan besertapengawasan yang mencakup pekerjaa
narsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masing-masing 
besertakelengkapannya untuk mewujudkan suatubangunan atau bentuk fisik l
ain.
 
Objek PPh yang bersifat final adalahpenghasilan dari usaha jasa konstruksi.

Tarif:

 Pelaksana Jasa Konstruksi kecil dikenakan tarif 2%.


 Pelaksana Jasa Konstruksi tanpa sertifikasi dikenakan tarif 4%.
 Pelaksana Jasa Konstruksi sedang dan besar dikenakan tarif 3%.
 Perancang atau pengawas Jasa Konstruksi oleh penyedia Jasa Konstruksi dengan
sertifikat usaha dikenakan tarif 4%.
 Perancang atau pengawas Jasa Konstruksi oleh penyedia Jasa Konstruksi tanpa
sertifikat usaha dikenakan tarif 6%.
Contoh perhitungan :
 
Tuan Karso mendapat pekerjaan untukmembangun pos satpam di pintu depa
ndan pintu belakang Perumahan Indah Permai senilai Rp50.000.000,00.
Tuan Karsomemiliki sertifikasi yang diterbitkan olehLPJK sebagai pengusaha 
jasa pelaksanaankonstruksi gred 1
(kualifikasi usaha kecil) . Pembayaran atas pekerjaan pembangunanpos satpa
m tersebut dilakukan oleh PT. Semampai selaku pengembang PerumahanInda
h Permai. Bagaimana kewajibanpemotongan atau pemungutan PPh final PT. S
emampai terkait pembayaran pekerjaanpembangunan dua pos satpam kepada
Tuan Karso ? 
 
Jawaban:
PPh yang bersifat final atas penghasilandari usaha jasa kontruksi:
2% x Rp50.000.000,00 = Rp1.000.000,00.

 
Persewaan atas Tanah dan Bangunan
Objek Pajak: 
Penghasilan berupa sewa atas tanah danatau bangunan berupa tanah, rumah, 
rumah susun, apartemen, kondominium, gedung perkantoran, gedung pertok
oan, atau gedung pertemuan termasukbagiannya, rumah kantor, toko, rumaht
oko, gudang dan bangunan industri, dikenakan Pajak Penghasilan yang bersif
atfinal.
 
Tarif : 
10% jumlah bruto nilai persewaan tanahdan atau bangunan.
Pemotong Pajak:
 Pemotongan dilakukan oleh penyewadalam hal penyewa adalah BadanP
emerintah, Subjek Pajak badandalam negeri, penyelenggarakegiatan, be
ntuk usaha tetap, kerjasama operasi, perwakilanperusahaan luar negeri 
lainnya, danorang pribadi yang ditetapkan olehDirektur Jenderal Pajak.
 Dalam penyewa adalah orang pribadiatau bukan Subjek Pajak, selain ya
ngtersebut di atas, PPh disetor sendirioleh yang menyewakan.
Contoh perhitungan :
Moreno menyewa rumah milik Damas selama 5 tahun dari Desember 2017
sampai dengan Desember 2022 sebesar Rp 125.000.000 yang dibayar pada
awal sewa. Atas pembayaran sewa tersebut hitunglah pembayaran pajak yang
dilakukan oleh damas atas transaksi penyewaan tanah dan bangunan tersebut.
 
Jawab:
PPh Terutang   = 10% x 125.000.000
                     =  12.500.000
  
Pengalihan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan
Dasar hukum PP Nomor 34 Tahun 2016.  

 
Objek Pajak :
a. pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan; atau b. perjanjian
pengikatan jual beli atas tanah dan/atau bangunan beserta perubahannya,
terutang Pajak Penghasilan yang bersifat final.

Sumber: https://setkab.go.id/pp-no-342016-pph-pengalihanjual-beli-
tanahbangunan-25-di-bawah-rp-60-juta-dikecualikan/
 Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan, yaitu penghasilan yang
diterima atau diperoleh pihak yang mengalihkan hak atas tanah
dan/atau bangunan melalui penjualan, tukar-menukar, pelepasan hak,
penyerahan hak, lelang, hibah, waris, atau cara lain yang disepakati
antara para pihak
penghasilan yang diterima atau diperoleh pihak yang mengalihkan hak atas
tanah dan/atau bangunan melalui penjualan, tukar-menukar, pelepasan hak,
penyerahan hak, lelang, hibah, waris, atau cara lain yang disepakati antara
para pihak

Sumber: https://setkab.go.id/pp-no-342016-pph-pengalihanjual-beli-
tanahbangunan-25-di-bawah-rp-60-juta-dikecualikan/penghasilan yang
diterima atau diperoleh pihak yang mengalihkan hak atas tanah dan/atau
bangunan melalui penjualan, tukar-menukar, pelepasan hak, penyerahan hak,
lelang, hibah, waris, atau cara lain yang disepakati antara para pihak
 perjanjian pengikatan jual beli atas tanah dan/atau bangunan
1. pihak penjual yang namanya tercantum dalam perjanjian
pengikatan jual beli pada saat pertama kali ditandatangani; 
2. pihak pembeli yang namanya tercantum dalam perjanjian
pengikatan jual beli sebelum terjadinya perubahan atau adendum
perjanjian pengikatan jual beli, atas terjadinya perubahan pihak
pembeli dalam perjanjian pengikatan jual beli tersebut.
Besarnya Pajak Penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/ atau
bangunan sebagaimana dimaksud adalah sebesar: 
 2,5% (dua koma lima persen) dari jumlah bruto nilai pengalihan hak
atas tanah dan/ atau bangunan selain pengalihan hak atas tanah dan/
atau bangunan berupa Rumah Sederhana atau Rumah Susun Sederhana
yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang usaha pokoknya melakukan
pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan
 1% (satu persen) dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah dan/
atau bangunan berupa Rumah Sederhana dan Rumah Susun Sederhana
yang dilalukan oleh Wajib Pajak yang usaha pokoknya melakukan
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan; 
 0% (nol persen) atas pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan
kepada pemerintah, badan usaha milik negara yang mendapat
Penugasan khusus dari Pemerintah, atau badan usaha milik daerah
yang mendapat penugasan khusus dari kepala daerah, sebagaimana
dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai pengadaan
tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum.
Besarnya Pajak Penghasilan atas penghasilan dari perjanjian pengikatan jual
beli atas tanah dan/atau bangunan beserta perubahannya sebagaimana
dimaksud berdasarkan tarif dari jumlah bruto, yaitu: 
 nilai yang sesungguhnya diterima atau diperoleh, dalam hal pengalihan
tanah dan/ atau bangunan dilakukan melalui pengalihan yang tidak
dipengaruhi hubungan istimewa; atau
 nilai yang seharusnya diterima atau diperoleh, dalam hal pengalihan
tanah dan/ atau bangunan dilakukan melalui pengalihan yang
dipengaruhi hubungan istimewa.
Sementara kriteria Rumah Sederhana dan Rumah Susun Sederhana
sebagaimana dimaksud, sesuai dengan kriteria Rumah Sederhana dan Rumah
Susun Sederhana yang mendapat fasilitas dibebaskan dari pengenaan Pajak
Pertambahan Nilai sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
di bidang perpajakan. 
 
Yang dikecualikan dari kewajiban pembayaran atau pemungutan Pajak
Penghasilan sebagaimana dimaksud adalah: 
1. Orang pribadi yang mempunyai penghasilan di bawah Penghasilan
Tidak Kena Pajak yang melakukan pengalihan hak atas tanah dan/ atau
bangunan dengan jumlah bruto pengalihannya kurang dari
Rp60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) dan bukan merupakan
jumlah yang dipecah-pecah; 
2. Orang pribadi yang melakukan pengalihan harta berupa tanah dan/
atau bangunan dengan cara hibah kepada keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan,
badan sosial termasuk yayasan, koperasi atau orang pribadi yang
menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang hibah tersebut
tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau
penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan; 
3. Badan yang melakukan pengalihan harta berupa tanah dan/ atau
bangunan dengan cara hibah kepada badan keagamaan, badan
pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi atau orang pribadi
yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang hibah
tersebut tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan,
atau penguasaan antara pihakpihak yang bersangkutan; 
4. Pengalihan harta berupa tanah dan/ atau bangunan karena waris; 
5. Badan yang melakukan pengalihan harta berupa tanah dan/atau
bangunan dalam rangka penggabungan, peleburan, atau pemekaran
usaha yang telah ditetapkan Menteri Keuangan untuk menggunakan
nilai buku; 
6. Orang pribadi atau badan yang melakukan pengalihan harta berupa
bangunan dalam rangka melalsanakan perjanjian bangun guna serah,
bangun serah guna, atau pemanfaatan barang milik negara berupa
tanah dan/atau bangunan; 
7. Orang pribadi atau badan yang tidak termasuk subjek pajak yang
melakukan pengalihan harta berupa tanah dan/ atau bangunan.
Contoh perhitungan :
PT. Widya Property menjual 1 (satu)
unit rumah dengan tipe 45/150 kepada ibu Dian seharga Rp580.000.000,-. Ib
u Dianmembayar uang muka sebesarRp180.000.000,- pada tanggal 21 Agustu
s2016 dan selisihnya akan dibayar bulanberikutnya. Hitunglah PPh Terutang 
atastransaksi tersebut.
  
Jawaban:
Uang muka : 180.000.000 x 2,5%    =  4.500.000
Pelunasan    : 400.000.000 x 2,5%  = 10.000.000
       Jumlah PPh Final dipotong        = 14.500.000

Penghasilan atas Omzet Usaha Kecil Menegah (UKM)


Pajak Penghasilan Final untuk UKM awalnya diatur pada Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2013 dengan ketentuan PPh Final untuk
usaha kecil menengah yaitu pajak atas penghasilan (omzet) dari bisnis yang
didapat atau diterima wajib pajak dikenakan tarif 1%. Selain itu PPh Final
dikhususkan bagi wajib pajak yang punya omzet kurang dari Rp 4,8 miliar
selama setahun. 
Kemudian pada tanggal 1 Juli 2018, pemerintah menerbitkan PP Nomor 23
Tahun 2018 soal tarif baru untuk PPh Final UKM/UMKM. Tarif tersebut yang
tadinya sejumlah 1% dipotong menjadi 0,5% dengan persyaratan sebagai
berikut:
 Wajib pajak orang pribadi dapat menerima tarif PPh Final 0,5% selama
jangka waktu 7 tahun.
 Wajib pajak badan atau usaha seperti koperasi, Perseroan Komanditer
(CV), dan juga Firma bisa menerima tarif PPh Final 0,5% dalam waktu 4
tahun.
 Sementara untuk Perseroan Terbatas (PT), menerima tarif PPh Final
0,5% hanya dalam jangka waktu 3 tahun.
Sementara tarif PPh Final 0,5% untuk UKM dikenakan berdasarkan:
 Omzet perusahaan atau usaha mencapai Rp 4,8 miliar dalam satu
tahun.
 Wajib pajak tetap dikenakan tarif PPh Final 1% hingga akhir tahun
pajak yang bersangkutan jika omzet kumulatifnya tidak lebih dari Rp
4,8 miliar dalam setahun.
 Wajib pajak dikenakan tarif PPh sesuai ketentuan UU Pajak Penghasilan
jika omzet yang didapat lebih dari Rp 4,8 miliar dalam setahun.
Untuk menghitung PPh Final UKM sebetulnya cukup sederhana, karena
setiap transaksi penjualan dari bisnis Anda per bulan harus ditotalkan dahulu
dan dikalikan dengan 0,5%. Setiap tanggal 15 bulan berikutnya, Anda wajib
membayarkan PPh Final ke kas negara. Setelah melakukan pembayaran, Anda
akan mendapat bukti bayarnya berupa Nomor Transaksi Penerimaan Negara
(NTPN).
Contohnya:
Tuan Komang sebagai wajib pajak orang pribadi mempunyai omzet dari
usahanya setiap bulan sebesar Rp 20.000.000 pada bulan September 2019.
Maka, di tanggal 15 Oktober 2019, Tuan Komang harus membayarkan PPh
Final terhutangnya sebesar Rp 20.000.000 x 0,5% = Rp 100.000.
Pembayaran PPh Final bisa Anda lakukan pada bank persepsi ataupun di
kantor pos, namun sebelum itu Anda harus lebih dulu memiliki kode
pembayaran lewat aplikasi e-Billing (SSE). Selain itu, Anda juga bisa
melakukan pembayaran pajak melalui mesin ATM, internet banking,
maupun mobile banking di bank yang ditunjuk langsung oleh Kementerian
Keuangan.
Setelah Anda membayar pajak, tidak diharuskan lagi untuk melapor lewat SPT
Masa. Karena tanggal validasi Nomor Transaksi Penerimaan Negara sudah
tertera pada setoran surat pajak PPh Final dan dianggap sudah melapor oleh
SPT Masa oleh Dirjen Pajak.
Dengan adanya tarif pajak PPh Final sebesar 0,5% khusus untuk usaha kecil
menengah atau usaha mikro kecil menengah ini, diharapkan tidak lagi
memberatkan pengusaha dalam melakukan pembayaran kepada kas negara.
Disamping itu, penetapan tarif pajak PPh Final tersebut bertujuan untuk
membantu meningkatkan pertumbuhan perekonomian negara, serta minat
masyarakat dalam membangun UKM.
Sementara untuk pembayaran dan pelaporan PPh Final bisa Anda lakukan
secara online di situs resmi Dirjen Pajak atau mitra resmi yang ditunjuk
Dirjen Pajak.

Anda mungkin juga menyukai