1. Pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, pemagang dan calon pegawai menerima upah harian, upah
mingguan, upah satuan, upah borongan dan uang saku harian.
Tentukan jumlah upah/uang saku harian atau rata-rata upah/uang saku yang diterima atau diperoleh dalam sehari:
a. upah/uang saku mingguan dibagi banyaknya hari dalam seminggu;
b. upah satuan dikalikan dengan jumlah rata-rata satuan yang dihasilkan dalam sehari;
c. upah borongan dibagi dengan jumlah hari yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan borongan.
Hitungan 3a. Jika upah/uang saku harian atau rata-rata upah/uang saku harian tidak melebihi Rp450.000 dan jumlah
kumulatif yang diterima atau diperoleh dalam satu bulan kalender yang bersangkutan tidak melebihi Rp4.500.000, maka
tidak ada PPh Pasal 21 yang terutang.
Contoh 1 Upah sehari tidak melebihi Rp450.000 dan jumlah kumulatif sebulan tidak melebihi Rp4.500.000
Wawan berstatus belum menikah. Pada Juli 2016, ia bekerja sebagai buruh harian di PT Harapan Sentosa. Dia bekerja selama 10
hari dan menerima upah harian sebesar Rp450.000. Wawan menerima upah sehari tidak melebihi Rp450.000 dan upah dalam bulan
Januari sebesar 10 x Rp450.000 = Rp4.500.000. Jadi, Wawan tidak dikenakan PPh Pasal 21 atas upah yang diterimanya.
Hitungan 3b. Jika upah/uang saku harian atau rata-rata upah/uang saku harian telah melebihi Rp450.000 dan jumlah
kumulatif yang diterima atau diperoleh dalam satu bulan kalender yang bersangkutan tidak melebihi Rp4.500.000, PPh
Pasal 21 yang harus dipotong adalah:
Contoh 2 Upah sehari melebihi Rp450.000 dan jumlah kumulatif sebulan tidak melebihi Rp4.500.000
Rizal Fahmi berstatus belum menikah. Ia tercatat sebagai karyawan yang bekerja sebagai perakit televisi di sebuah peru sahaan
elektronik, PT. Tronika. Upah yang dibayar untuknya dihitung berdasarkan jumlah unit/satuan yang diselesaikannya, yaitu
Rp150.000 per unit. Upah tersebut dibayarkan setiap minggu. Dalam waktu satu minggu (6 hari kerja), Rizal Fahmi mampu merakit
20 unit televisi, sehingga total upah yang diterimanya sebesar Rp3.000.000.
Jika Rizal Fahmi tidak memiliki NPWP, PPh Pasal 21 yang dipotong baginya menjadi:
Hitungan 3c. Jika jumlah upah yang diterima atau diperoleh dalam bulan yang bersangkutan telah melebihi Rp4.500.000,
tetapi tidak melebihi Rp10.200.000, maka PPh Pasal 21 harus dipotong sebagai berikut:
Contoh 3 Jumlah kumulatif upah sebulan melebihi Rp4.500.000, tetapi tidak melebihi Rp10.200.000
Marwan berstatus belum menikah. Pada September 2016, ia mengerjakan pembuatan taman sebuah rumah dengan upah borongan
sebesar Rp6.400.000. Upah borongan tersebut tidak termasuk material dan tanaman. Pekerjaan borongan tersebut diselesaikan
dalam waktu 20 hari.
Contoh 4
Lani berstatus belum menikah dan tanpa tanggungan. Ia bekerja di PT. Cahaya sebagai tenaga kerja lepas dengan upah harian.
Pada Oktober 2016, ia menerima upah sebesar Rp250.000 per hari.
Pada hari pertama, upah kumulatif dalam bulan Oktober kurang dari Rp4.500.000 dan upah sehari kurang dari Rp450.000, sehingga
Lani tidak dikenakan pajak. Hal yang sama terjadi sampai Lani bekerja selama 17 hari, karena sampai dengan hari ke-18, upah
kumulatif sebulan sebesar 18 x Rp250.000 atau sama dengan Rp4.500.000 (tidak melebihi Rp4.500.000 sebulan) dan upah sehari
tidak melebihi Rp450.000.
Apabila pada hari ke19 Lani masih bekerja di PT Cahaya, upah kumulatif Lani menjadi 19 x Rp250.000 atau sama dengan
Rp4.750.000, penghitungan PPh Pasal 21 yang dipotong oleh PT Cahaya sebagai berikut:
Apabila setelah hari ke-19 ternyata Lani masih bekerja, maka Pasal 21 yang dipotong setiap hari adalah Rp5.000.
Hitungan 3d. Jika jumlah upah yang diterima atau diperoleh dalam bulan yang bersangkutan telah melebihi
Rp10.200.000, PPh Pasal 21 yang harus dipotong adalah:
Rukmana berstatus menikah dan tanpa tanggungan. Ia bekerja di perusahaan elektronik dengan upah satuan. Pada September
2016, Rukmana bekerja selama 25 hari dan mengerjakan 50 unit barang dengan upah per unit Rp225.000.
2. Pegawai tidak tetap, tenaga kerja lepas, pemagang dan calon pegawai menerima upah yang dibayarkan
bulanan
Hitungan 3e. Jika upah diterima secara bulanan, PPh Pasal 21 yang harus dipotong sama dengan hitungan 3d
Bagus Hermanto berstatus belum menikah dan tanpa tanggungan. Ia bekerja di perusahaan garmen dengan dasar upah harian yang
dibayarkan secara bulanan. Pada September 2016, Bagus Hermanto bekerja selama 20 hari dengan menerima upah sehari sebesar
Rp250.000.