Anda di halaman 1dari 10

Hitungan 4 diterapkan bagi:

1. Mantan pegawai yang menerima jasa produksi, gratifikasi dan bonus atau imbalan lain yang tidak teratur.
2. Dewan Komisaris/pengawas yang bukan pegawai tetap atas imbalan/honorarium yang diterimanya.
3. Peserta program pensiun yang masih berstatus pegawai atas penarikan dana pensiun.

PPh Pasal 21 = Tarif pasal 17 x penghasilan bruto kumulatif

Contoh 1 Mantan pegawai yang menerima jasa produksi, gratifikasi dan bonus atau imbalan lain yang tidak teratur

Victoria Endah bekerja di PT. Fajar Wisesa. Pada 1 Januari 2016, ia berhenti bekerja di perusahaan tersebut karena pensiun. Pada
Maret 2016, Victoria Endah menerima bonus tahun 2015 dari PT. Fajar Wisesa sebesar Rp25.000.000.

Perhitungan PPh Pasal 21 yang dipotong:

5% x Rp25.000.000 Rp1.250.000

Apabila dalam tahun kalender yang bersangkutan, dibayarkan penghasilan kepada mantan pegawai lebih dari satu kali, PPh Pasal
21 atas pembayaran penghasilan yang berikutnya dihitung dengan menerapkan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh atas jumlah
penghasilan bruto yang diterima dengan memperhitungkan penghasilan yang telah diterima sebelumnya.

Pada Juni 2016, perusahaan menerima jasa produksi tahun 2015 sebesar Rp35.000.000.

Perhitungan PPh Pasal 21:

5% x Rp25.000.000 Rp1.250.000
15% x Rp10.000.000 Rp1.500.000
PPh Pasal 21 dipotong Rp2.750.000
Contoh 2 Dewan Komisaris/pengawas tidak merangkap sebagai pegawai tetap menerima imbalan/honorarium

Pandaya menjabat sebagai komisaris di PT. Wahana Sejahtera, tetapi ia bukan pegawai tetap. Pada tahun 2016, ia menerima
honorarium sebesar Rp60.000.000.

Perhitungan PPh Pasal 21 yang terutang:

5% x Rp50.000.000 Rp2.500.000
15% x Rp10.000.000 Rp1.500.000
PPh Pasal 21 dipotong Rp4.000.000

Apabila dalam tahun kalender yang bersangkutan, dibayarkan penghasilan kepada yang bersangkutan lebih dari satu kali, PPh
Pasal 21 atas pembayaran penghasilan berikutnya dihitung dengan menerapkan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh atas jumlah
penghasilan bruto kumulatif yang diterima dengan memperhitungkan penghasilan yang telah diterima sebelumnya.

Pada bulan Desember 2016, menerima honorarium sebesar


Rp60.000.000.
PPh Pasal 21 dipotong 15% x Rp60.000.000 = Rp9.000.000

Contoh 3 Peserta program pensiun yang masih berstatus pegawai atas penarikan dana pensiun

Zakaria Safaat adalah pegawai PT. Sampurna Sejati. Ia menerima gaji sebesar Rp2.000.000 sebulan. PT. Sampurna Sejati
mengikuti program pensiun bagi para pegawainya. PT. Sampurna Sejati membayar iuran dana pensiun untuk Zakaria Safaat
sebesar Rp100.000 sebulan ke Dana Pensiun Manfaat Sejahtera, yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan. Zakaria
Safaat membayar iuran serupa ke Dana Pensiun yang sama sebesar Rp50.000 sebulan.

Pada April 2016, Zakaria Safaat memerlukan biaya untuk perbaikan rumahnya, maka ia mengambil iuran dana pensiun yang telah
dibayar sendiri sebesar Rp20.000.000. Pada Juni 2016, ia menarik lagi dana sebesar Rp15.000.000. Kemudian, bulan Oktober 2016
untuk keperluan lainnya, ia menarik lagi dana sebesar Rp25.000.000.

Penghitungan PPh Pasal 21 yang terutang:

a) Atas penarikan dana sebesar Rp20.000.000 pada April 2016 terutang PPh Pasal 21 sebesar:
5% X Rp20.000.000 = Rp1.000.000
b) Atas penarikan dana sebesar Rp15.000.000 pada Juni 2016 terutang PPh Pasal 21 sebesar:
5% x Rp15.000.000 = Rp750.000
c) Atas penarikan dana sebesar Rp25.000.000 pada Oktober 2016 terutang PPh Pasal 21 sebesar:

5% x Rp15.000.000 Rp750.000
15% x Rp10.000.000 Rp1.500.000
Rp2.250.000

Hitungan 5 diterapkan kepada bukan pegawai yang menerima imbalan bersifat berkesinambungan

1. Hitungan 5a. Bukan pegawai yang telah memiliki NPWP dan hanya memperoleh penghasilan dari hubungan kerja dengan
Pemotong PPh Pasal 21/26 serta tidak memperoleh penghasilan lainnya.

PPh Pasal 21 sebulan = Tarif pasal 17 x PKP


PKP = (50% x jumlah penghasilan bruto) - PTKP

Contoh 1

Neneng Khasanah adalah petugas dinas luar asuransi dari PT. Tabarru Life (bukan sebagai pegawai asuransi). Suami Neneng
Khasanah telah terdaftar sebagai Wajib Pajak dan mempunyai NPWP dan bekerja di PT. Kersmanah. Neneng Khasanah telah
menyampaikan fotokopi NPWP suami, fotokopi buku nikah dan fotokopi kartu keluarga pada pemotong pajak. Neneng Khasanah
hanya menerima penghasilan dari kegiatannya sebagai petugas dinas luar asuransi dan telah menyampaikan surat pernyataan yang
menerangkan hal tersebut kepada PT. Tabarru Life.
Pada 2016, penghasilan yang diterima Neneng Khasanah sebagai petugas dinas luar asuransi dari PT. Tabarru Life sebagai berikut:

Bulan Komisi Agen (Rupiah)


Januari 45.000.000
Februari 45.000.000
Maret 50.000.000
April 52.000.000
Mei 54.000.000
Juni 50.000.000
Juli 55.000.000
Agustus 48.000.000
September 50.000.000
Oktober 52.000.000
November 55.000.000
Desember 56.000.000
Total 612.000.000

Perhitungan PPh Pasal 21 untuk bulan Januari s.d. Desember 2016 (dalam Rupiah):

Bulan Penghasilan 50% x PTKP PKP PKP PPh Pasal 21 Terutang


bruto Penghasilan Kumulatif Tarif PKP PPh
Bruto Pasal 17
(1) UU
PPh
Januari 45.000.000 22.500.000 4.500.000 18.000.000 18.000.000 5% x 18.000.000 = 900.000
Februari 45.000.000 22.500.000 4.500.000 18.000.000 36.000.000 5% x 18.000.000 = 900.000
Maret 50.000.000 25.000.000 4.500.000 20.500.000 56.500.000 5% x 14.000.000 = 700.000
15% x 6.500.000 = 975.000
20.500.000 = 1.675.000
April 52.000.000 26.000.000 4.500.000 21.500.000 78.000.000 15% x 21.500.000 = 3.225.000
Mei 54.000.000 27.000.000 4.500.000 22.500.000 100.500.000 15% x 22.500.000 = 3.375.000
Juni 50.000.000 25.000.000 4.500.000 20.500.000 121.000.000 15% x 20.500.000 = 3.075.000
Juli 55.000.000 27.500.000 4.500.000 23.000.000 144.000.000 15% x 23.000.000 = 3.450.000
Agustus 48.000.000 24.000.000 4.500.000 19.500.000 163.500.000 15% x 19.500.000 = 2.925.000
September 50.000.000 25.000.000 4.500.000 20.500.000 184.000.000 15% x 20.500.000 = 3.075.000
Oktober 52.000.000 26.000.000 4.500.000 21.500.000 205.500.000 15% x 21.500.000 = 3.225.000
November 55.000.000 27.500.000 4.500.000 23.000.000 228.500.000 15% x 23.000.000 = 3.450.000
Desember 56.000.000 28.000.000 4.500.000 23.500.000 252.000.000 15% x 21.500.000 = 3.225.000
25% x 2.000.000 = 500.000
23.500.000 725.000
Jumlah 612.000.000 33.000.000

Jika Neneng Khasanah tidak dapat menunjukkan fotokopi NPWP suami, fotokopi buku nikah dan fotokopi kartu keluarga dan
Neneng Khasanah sendiri tidak memiliki NPWP, maka perhitungan PPh Pasal 21 dilakukan sebagaimana contoh tersebut, tetapi
tidak memperoleh pengurangan PTKP setiap bulan. Selain itu, jumlah PPh Pasal 21 yang terutang sebesar Rp120% dari PPh Pasal
21 yang seharusnya terutang dari yang memiliki NPWP.

Perhitungan PPh Pasal 21 untuk bulan Januari s.d. Desember 2016 (dalam rupiah):

Bulan Penghasilan PKP PKP PPh Pasal 21 Terutang


bruto Sebulan = Kumulatif Tarif PKP PPh
50% x Pasal 17
Penghasilan
Bruto
Januari 45.000.000 22.500.000 22.500.000 5% 120% 22.500.000 1.350.000
Februari 45.000.000 22.500.000 45.000.000 5% 120% 22.500.000 1.350.000
Maret 50.000.000 25.000.000 70.000.000 5% 120% 5.000.000 300.000
15% 120% 20.000.000 3.600.000
25.000.000 3.900.000
April 52.000.000 26.000.000 96.000.000 15% 120% 26.000.000 4.680.000
Mei 54.000.000 27.000.000 123.000.000 15% 120% 27.000.000 4.860.000
Juni 50.000.000 25.000.000 148.000.000 15% 120% 25.000.000 4.500.000
Juli 55.000.000 27.500.000 175.500.000 15% 120% 27.500.000 4.950.000
Agustus 48.000.000 24.000.000 199.500.000 15% 120% 24.000.000 4.320.000
September 50.000.000 25.000.000 224.500.000 15% 120% 25.000.000 4.500.000
Oktober 52.000.000 26.000.000 250.500.000 15% 120% 25.500.000 4.590.000
25% 120% 500.000 150.000
26.000.000 4.740.000
November 55.000.000 27.500.000 278.000.000 25% 120% 27.500.000 8.250.000
Desember 56.000.000 28.000.000 306.000.000 25% 120% 28.000.000 8.400.000
Jumlah 612.000.000 55.800.000
Jika suami Neneng Khasanah atau Neneng Khasanah sendiri telah memiliki NPWP, tetapi Neneng Khasanah mempunyai
penghasilan lain di luar kegiatannya sebagai petugas dinas luar asuransi, maka penghitungan PPh Pasal 21 terutang adalah
sebagaimana contoh tersebut, tetapi tidak dikenakan tarif 20% lebih tinggi karena yang bersangkutan atau suaminya telah memiliki
NPWP.

2. Hitungan 5b. Bukan pegawai tidak memiliki NPWP atau memperoleh penghasilan lainnya dari pemotong PPh Pasal
21/26 atau memperoleh penghasilan lainnya.

PPh Pasal 21 = Tarif pasal 17 x PKP


PKP = 50% x penghasilan bruto

Contoh 2

dr. Abdul Ghopar, Sp.JP. adalah dokter spesialis jantung yang melakukan praktik di Rumah Sakit Harapan Jantung sehat dengan
perjanjian bahwa atas setiap jasa dokter yang dibayarkan oleh pasien akan dipotong 20% oleh pihak rumah sakit sebagai bagian
penghasilan rumah sakit dan sisanya sebesar 80% dari jasa dokter tersebut akan dibayarkan kepadanya pada setiap akhir bulan.
Selain praktik di Rumah Sakit Harapan Jantung Sehat, ia juga melakukan praktik sendiri di klinik pribadinya. Dr. Abdul Ghopar,
Sp.JP. telah memiliki NPWP dan pada tahun 2016, jasa dokter yang dibayarkan pasien dari praktiknya di Rumah Sakit Harapan
Jantung Sehat sebagai berikut:

Bulan Jasa Dokter yang Dibayar Pasien (Rupiah)


Januari 45.000.000
Februari 49.000.000
Maret 47.000.000
April 40.000.000
Mei 44.000.000
Juni 52.000.000
Juli 40.000.000
Agustus 35.000.000
September 45.000.000
Oktober 44.000.000
November 43.000.000
Desember 40.000.000
Total 524.000.000
Perhitungan PPh Pasal 21 untuk bulan Januari s.d. Desember 2016 (dalam Rupiah):

Bulan Jasa Dokter Dasar Dasar Tarif PPh Pasal


yang Pemotongan Pemotongan Pasal 17 21
Dibayar PPh Pasal PPh Pasal ayat (1) Terutang
Pasien 21 21 Kumulatif huruf a
UU PPh
Januari 45.000.000 22.500.000 22.500.000 5% 1.125.000
Februari 49.000.000 24.500.000 47.000.000 5% 1.225.000
Maret 47.000.000 3.000.000 50.000.000 5% 150.000
20.500.000 70.500.000 15% 3.075.000
April 40.000.000 20.000.000 90.500.000 15% 3.000.000
Mei 44.000.000 22.000.000 112.500.000 15% 3.300.000
Juni 52.000.000 26.000.000 138.500.000 15% 3.900.000
Juli 40.000.000 20.000.000 158.500.000 15% 3.000.000
Agustus 35.000.000 17.500.000 176.000.000 15% 2.625.000
September 45.000.000 22.500.000 198.500.000 15% 3.375.000
Oktober 44.000.000 22.000.000 220.500.000 15% 3.300.000
November 43.000.000 21.500.000 242.000.000 15% 3.325.000
Desember 40.000.000 8.000.000 250.000.000 15% 1.200.000
12.000.000 262.000.000 25% 3.000.000
Jumlah 524.000.000 262.000.000 35.500.000

Apabila dr. Abdul Ghopar tidak memiliki NPWP, maka PPh Pasal 21 terutang adalah sebesar 120% dari PPh Pasal 21 terutang
sebagaimana contoh sebelumnya.

Hitungan 6 diterapkan pada bukan pegawai yang menerima imbalan bersifat berkesinambungan

PPh Pasal 21 sebulan = Tarif pasal 17 x PKP


PKP = 50% x penghasilan bruto

Contoh 1

Bahrun (menikah, tanpa tanggungan) melakukan jasa perbaikan komputer kepada PT. Cahaya Kurnia dengan fee sebesar
Rp5.000.000.
Besarnya PPh Pasal 21 5% x 50% x Rp5.000.000 = Rp125.000

Jika Bahrun tidak mempunyai NPWP, besarnya PPh Pasal 21 yang terutang:

15% x 120% (50% x Rp5.000.000) = Rp150.000

Contoh 2

Arif Nugraha melakukan jasa perawatan AC kepada PT. Wahana Jaya dengan imbalan Rp10.000.000. Arif Nugraha
mempergunakan tenaga 5 orang pekerja dengan membayarkan upah harian masing-masing sebesar Rp180.000. Upah harian yang
dibayarkan untuk 5 orang selama melakukan pekerjaan sebesar Rp4.500.000. Selain itu, Arif Nugraha membeli spare part AC yang
dipakai untuk perawatan AC sebesar Rp1.000.000.

Penghitungan PPh Pasal 21 terutang:

a Dalam hal berdasarkan perjanjian serta dokumen yang diberikan oleh Arif Nugraha, dapat diketahui bagian imbalan bruto
yang merupakan upah yang harus dibayarkan kepada pekerja harian yang dipekerjakan oleh Arif Nugraha dan biaya untuk
membeli spare part AC, maka jumlah imbalan bruto sebagai dasar penghitungan PPh Pasal 21 yang harus dipotong oleh PT.
Wahana Jaya atas imbalan yang diberikan kepada Arif Nugraha adalah sebesar imbalan bruto dikurangi bagian upah tenaga
kerja harian yang dipekerjakan Arif Nugraha dan biaya spare part AC sebagaimana dalam contoh:

Rp10.000.000 – Rp4.500.000 – Rp1.000.000 = Rp4.500.000

PPh Pasal 21 yang harus dipotong PT. Wahana Jaya atas penghasilan yang diterima Arif Nugraha:

5% (50% x Rp4.500.000) = Rp112.500

Jika Arif Nugraha tidak memiliki NPWP, maka PPh Pasal 21 yang harus dipotong PT. Wahana Jaya atas penghasilan
yang diterima Arif Nugraha:

5% x 120% x (50% x Rp4.500.000) = Rp135.000


b PT. Wahana Jaya tidak memperoleh informasi (berdasarkan dokumen perjanjian) mengenai upah yang harus dikeluarkan Arif
Nugraha atau pembelian material/bahan.

PPh Pasal 21 yang harus dipotong PT. Wahana Jaya:

5% (50% x Rp10.000.000) = Rp250.000

c Jika Arif Nugraha tidak memiliki NPWP, PPh Pasal 21 yang harus dipotong PT. Wahana Jaya menjadi:

5% x 120% (50% x Rp10.000.000) = Rp300.000

Catatan:

Untuk pembayaran upah harian kepada masing-masing pekerja wajib dipotong PPh Pasal 21 oleh Arif Nugraha.

Hitungan 7 diterapkan pada peserta kegiatan yang menerima imbalan

Contoh 1

Sony adalah seorang atlet bulutangkis profesional Indonesia yang bertempat tinggal di Jakarta. Ia menjuarai turnamen Indonesia
Grand Prix Gold dan memperoleh hadiah sebesar Rp200.000.000. PPh Pasal 21 atas hadiah tersebut:

5% x Rp50.000.000 Rp2.500.000
15% x Rp150.000.000 Rp22.500.000
Rp25.000.000

Hitungan 8 diterapkan pada pejabat PNS, anggota TNI/Polri dan pensiunannya yang memperoleh honorarium atau imbalan
yang bersumber dari APBN/APBD. PPh bersifat final

Penerima PPh Pasal 21


PNS Golongan I dan II, anggota TNI/Polri golongan pangkat Perwira Tamtama 0% x penghasilan bruto
dan Bintara dan pensiunannya.
PNS Golongan III, anggiota TNI/Polri golongan pangkat Perwira Pertama dan 5% x penghasilan bruto
pensiunannya.
PNS Golongan IV, anggota TNI/Polri golongan pangkat Perwira Menengah dan 15% x penghasilan bruto
Tinggi dan pensiunannya.
Contoh 1

Bendahara Dinas Pendidikan Kota XX membayarkan honorarium kepada peserta Workshop sebagai berikut:

Penerima Jumlah Keterangan


Aji Rp1.000.000 Ber-NPWP, Gol.IV
Bayu Rp500.000 Ber-NPWP, Gol.III
Ratno Rp500.000 Tidak ber-NPWP, Gol.II
Saskia Rp750.000 Ber-NPWP, Gol.III

Penerima/Wajib Pajak PPh Pasal 21


Aji 15% x Rp1.000.000 = Rp150.000
Bayu 5% x Rp500.000 = Rp25.000
Ratno Tidak dikenakan pajak
Saskia 5% x Rp750.000 = Rp37.500

Anda mungkin juga menyukai