Anda di halaman 1dari 11

CONTOH PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

Contoh 1.a.

PT. Anda adalah importir yang telah memiliki API. Pada Desember 2018, melakukan impor barang (pakaian selam) dari
Jepang dengan harga faktur USD100.000. Biaya asuransi dan biaya angkut pengapalan barang dari Jepang ke dalam
daerah pabean (Indonesia) masing-masing sebesar 0,5% dan 10% dari harga faktur. Biaya tersebut dibayar oleh PT.
Anda. Tarif bea masuk 10% dari CIF. Pungutan lain yang sah di daerah Pabean adalah Rp10.000.000. Kurs yang
diterapkan oleh Menteri Keuangan pada saat itu adalah USD1 = Rp14.500, sedangkan kurs BI adalah USD1 = Rp14.540.
Hitung PPh Pasal 22 yang harus dibayar oleh PT Anda.

PPh Pasal 22 dihitung sebagai berikut:

1. Menghitung nilai impor


- Harga faktur (cost) USD100.000
- Biaya asuransi (insurance): 0,5% x USD100.000 USD500
- Biaya angkut (freight): 10% x USD100.000 USD 10.000
CIF (cost, insurance, freight) USD110.500
Bea masuk: 10% x USD110.500 USD11.050
Nilai impor USD121.550
Nilai impor (dalam rupiah): USD121.550 x Rp14.500 Rp1.762.475.000
Pungutan lain yang sah di daerah pabean Rp10.000.000
Nilai Impor (NI) Rp1.772.475.000
2. Menghitung PPh Pasal 22 impor
Besarnya PPh Pasal 22 adalah:
10% x Rp1.772.475.000 Rp177.247.500

Contoh 1.b.

PT. Bunda tidak menggunakan API. Pada Desember 2018, melakukan impor barang (tas olahraga) dari Negara X dengan
harga faktur USD100.000. Biaya asuransi dan biaya angkut pengapalan barang dari Negara X ke dalam daerah pabean
(Indonesia) masing-masing sebesar 2% dan 6% dari harga faktur. Biaya tersebut dibayar oleh PT. Bunda. Tarif bea
masuk dan bea masuk tambahan masing-masing 10% dan 20% dari CIF. Pungutan lain yang sah di daerah Pabean
adalah Rp10.000.000. Kurs yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan pada saat itu adalah USD1 = Rp14.500, sedangkan
kurs BI adalah USD1 = Rp14.540. Hitung PPh Pasal 22 yang harus dibayar oleh PT. Bunda.

1. Menghitung nilai impor


- Harga faktur (cost) USD100.000
- Biaya asuransi (insurance): 2% x USD100.000 USD2.000
- Biaya angkut (freight): 6% x USD100.000 USD6.000
CIF (cost, insurance, freight) USD108.000
Bea masuk: 10% x USD108.000 USD10.800
Bea masuk tambahan: 20% x USD108.000 USD21.600
Nilai impor USD140.400
Nilai impor (dalam rupiah): USD140.400 x Rp14.500 Rp2.035.800.000
Pungutan lain yang sah di daerah pabean Rp10.000.000
Nilai Impor (NI) Rp2.045.800.000
2. Menghitung PPh Pasal 22 impor
7,5% x Rp2.045.800.000 Rp153.435.000

Tas olahraga termasuk kelompok barang impor tertentu dikenakan PPh Pasal 22 dengan tarif 7,5% dengan atau tanpa
menggunakan API.

Contoh 1.c.

PT. Ceria menggunakan API dalam melakukan impor barang. Pada Januari 2019, melakukan impor barang (kedelai) dari
Negara X dengan harga faktur USD30.000. Biaya asuransi dan biaya angkut pengapalan barang dari Negara X ke dalam
daerah pabean (Indonesia) masing-masing sebesar 0,5% dan 15% dari harga faktur. Biaya tersebut dibayar oleh PT.
Ceria. Tarif bea masuk 10% dari CIF. Kurs yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan pada saat itu adalah USD1 =
Rp13.750, sedangkan kurs BI adalah USD1 = Rp14.553. Hitung PPh Pasal 22 yang harus dibayar oleh PT. Ceria.
1. Menghitung nilai impor
- Harga faktur (cost) USD30.000
- Biaya asuransi (insurance): 0,5% x USD30.000 USD150
- Biaya angkut (freight): 15% x USD30.000 USD4.500
CIF (cost, insurance, freight) USD34.650
Bea masuk: 10% x USD34.650 USD3.465
Nilai impor (NI) USD38.115
Nilai impor (dalam rupiah): USD38.115 x Rp13.570 Rp517.220.550
2. Menghitung PPh Pasal 22 impor
0,5% x Rp517.220.550 2.586.103

Kedelai termasuk kelompok barang impor tertentu dikenakan PPh Pasal 22 dengan tarif 0,5% apabila importir
menggunakan API.

Contoh 1.d.

Pada Januari 2019, PT. Dinda melakukan impor barang elektronik. Barang yang diimpor sebanyak 100 unit dengan harga
faktur USD900 per unit. Biaya asuransi dan biaya angkut pengapalan barang dari negara X ke dalam daerah pabean
(Indonesia) masing-masing sebesar 5% dan 10% dari harga faktur. Biaya tersebut dibayar oleh PT. Dinda. Tarif bea
masuk 10% dari CIF. Kurs yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan pada saat itu adalah USD1 = Rp13.570, sedangkan
kurs BI adalah USD1 = Rp14.553. Hitung PPh Pasal 22 yang harus dibayar oleh PT. Dinda.

1. Menghitung nilai impor


- Harga faktur (cost): 100 unit x USD900 USD90.000
- Biaya asuransi (insurance): 5% x USD90.000 USD4.500
- Biaya pengapalan (freight): 10% x USD90.000 USD9.000
CIF (cost, insurance, freight) USD103.500
Bea masuk: 10% x USD103.500 USD10.350
Nilai impor (NI) USD113.850
Nilai impor (dalam rupiah): USD113.850 x Rp13.570 Rp1.544.944.500
2. Menghitung PPh Pasal 22 impor
2,5% x Rp1.544.944.500 Rp38.623.613

Contoh 2

PT. Endra merupakan eksportir komoditas tambang batubara. Pada Januari 2019 melakukan ekspor bubuk mika ke
Negara Y dengan nilai ekspor sebesar USD200.000. Kurs yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan pada saat itu adalah
USD1 = Rp13.570, sedangkan kurs BI adalah USD1 = Rp14.553. Hitung PPh Pasal 22 yang harus dibayar oleh PT.
Endra.

Dasar Pengenaan Pajak = nilai ekspor USD200.000


Nilai impor (dalam rupiah): USD200.000 x Rp13.570 Rp2.714.000.000
Besarnya PPh Pasal 22 adalah: 1,5% x Rp2.714.000.000 Rp40.710.000

Contoh 3.a.

Pada 1 April 2019, Dinas Perhubungan membeli mebel dan peralatan kantor lainnya dari Perdana Furniture senilai
Rp220.000.000 (termasuk PPN 10%). Pembayaran dilakukan dengan uang persediaan.

PPh Pasal 22 yang dipungut oleh bendaharawan dinas tersebut pada saat pembayaran dihitung sebagai berikut:

Dasar Pengenaan Pajak: (100 ÷ 110) x Rp220.000.000 Rp200.000.000


PPh Pasal 22: 1,5% x Rp200.000.000 Rp3.000.000

Contoh 3.b.

Pada 20 April 2019, Dinas Pekerjaan Umum membeli peralatan senilai Rp962.500.000 (termasuk PPN 10%) dari PT.
Nagata. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku di wilayah tersebut, untuk pembelian dengan nilai di atas Rp200.000.000
dilakukan dengan cara mekanisme langsung, yaitu pembayaran dilakukan oleh bendahara umum daerah dalam hal ini
Badan Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah langsung kepada PT. Nagata.
PPh Pasal 22 yang dipungut oleh bendaharawan dinas tersebut pada saat pembayaran dihitung sebagai berikut:

Dasar Pengenaan Pajak: (100 ÷ 110) x Rp962.500.000 Rp875.000.000


PPh Pasal 22: 1,5% x Rp875.000.000 Rp13.125.000

Contoh 3.c.

Pada tanggal 20 April 2019, Dinas Pendidikan dan Olahraga melakukan pembelian barang mewah sebanyak 10 unit
dengan harga per unit Rp3.900.000.000 (termasuk PPN 10% dan PPnBM 20%). PPh Pasal 22 yang dipungut oleh
bendaharawan dinas tersebut pada saat pembayaran dihitung sebagai berikut:

Dasar Pengenaan Pajak: (100 ÷ 130) x Rp3.900.000.000 Rp3.000.000.000


PPh Pasal 22: 1,5% x Rp3.000.000.000 Rp45.000.000

Contoh 3.d.

Pada 25 April 2019, Dinas Koperasi dan UMKM melakukan pembelian alat tulis kantor dari Toko Putih senilai
Rp2.200.000 (termasuk PPN 10%). PPh Pasal 22 yang dipungut oleh bendaharawan dinas tersebut pada saat
pembayaran dihitung sebagai berikut:

Dasar Pengenaan Pajak: (100 ÷ 110) x Rp2.200.000 Rp2.000.000

Dasar Pengenaan Pajak tidak melebihi Rp2.000.000, maka atas transaksi ini tidak dikenakan PPh Pasal 22.

Contoh 3.e.

Pada 26 April 2019, Bagian Umum Setda Kab. X melakukan pembelian snack dari Toko Jajan Pasar sebanyak 200 kotak
dengan harga Rp20.000 per kotak (tidak termasuk PPN). Toko Jajan Pasar tidak memiliki NPWP. PPh Pasal 22 yang
dipungut oleh bendaharawan Bagian Umum Setda tersebut pada saat pembayaran dihitung sebagai berikut:
Nilai transaksi pembelian: 200 x Rp20.000 Rp4.000.000
Dasar Pengenaan Pajak = nilai transaksi pembelian Rp4.000.000
Besarnya PPh Pasal 22 adalah: 1,5% x Rp4.000.000 Rp60.000
Tambahan karena Toko Jajan Pasar tidak memiliki NPWP:
100% x 1,5% x Rp4.000.000 Rp60.000
Rp120.000

Contoh 4.a.

PT. Bank BNI merupakan salah satu BUMN. Pada Januari 2019, melakukan pembayaran kepada PT. Bahtera Motor atas
pembelian kendaraan sebanyak 14 unit dengan harga Rp220.000.000 per unit. Harga ini termasuk PPN 10%.

PPh Pasal 22 yang dipungut oleh PT. Bank BNI pada saat pembayaran dihitung sebagai berikut:

Nilai transaksi pembelian: 14 x Rp220.000.000 Rp3.080.000.000


Dasar Pengenaan Pajak: (100÷110) x Rp3.080.000 Rp2.800.000.000
PPh Pasal 22: 1,5% x Rp2.800.000.000 Rp42.000.000

Contoh 4.b.

PT. Indonesia Power merupakan salah satu BUMN yang ditunjuk sebagai Pemungut Pajak. Pada Maret 2019, melakukan
pembayaran kepada PT. Edoluxary atas pembelian barang tersebut. Harga barang senilai Rp24.000.000.000. Harga ini
termasuk PPN 10% dan PPnBM 10%. PPh Pasal 22 yang dipungut oleh PT. Indonesia Power pada saat pembayaran
dihitung sebagai berikut:

Nilai transaksi pembelian Rp24.000.000.000


Dasar Pengenaan Pajak: (100÷120) x Rp24.000.000.000 Rp20.000.000.000
PPh Pasal 22: 1,5% x Rp20.000.000 Rp300.000.000
Contoh 4.c.

PT. Pupuk Kujang merupakan salah satu BUMN yang ditunjuk sebagai Pemungut Pajak. Pada Maret 2019, melakukan
pembayaran kepada PT. X atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri senilai Rp10.800.000. Harga barang
termasuk PPN 10%.

PPh Pasal 22 yang dipungut oleh PT. Pupuk Kujang pada saat pembayaran dihitung sebagai berikut:

Nilai transaksi pembelian Rp10.800.000


Dasar Pengenaan Pajak: (100÷110) x Rp10.800.000 Rp9.818.182

Dasar Pengenaan Pajak tidak melebihi Rp10.000.000, maka atas transaksi ini tidak dikenakan PPh Pasal 22.

Contoh 5

PT. Oliendo merupakan importir bahan bakar minyak. Pada bulan Juli 2019 PT. Oliendo melakukan impor bahan bakar
minyak senilai Rp2.000.000.000. Pada bulan Juli 2019 PT. Oliendo menjual sebagian bahan bakar minyak (yang diimpor
bulan Juni 2019) senilai Rp1.700.000.000 kepada PT. Dua Motor.

PPh Pasal 22 atas penjualan tersebut dihitung sebagai berikut:

Nilai transaksi penjualan dari bahan bakar minyak yang diimpor Rp1.700.000.000
Dasar Pengenaan Pajak Rp1.700.000.000
PPh Pasal 22: 0,3% x Rp1.700.000.000 Rp5.100.000

PT. Dua Motor bukan perusahaan penyalur/agen, maka PPh yang dipungut tidak bersifat final.

Contoh 6.a.
PT. Semen Padang pada Mei 2019 menjual hasil produksi berupa semen kepada CV. Bangunan (salah satu distributor)
dengan total harga sebesar Rp340.000.000. Harga tersebut tidak termasuk PPN.

PPh Pasal 22 atas penjualan tersebut dihitung sebagai berikut:

Nilai transaksi penjualan Rp340.000.000


Dasar Pengenaan Pajak = nilai transaksi penjualan Rp340.000.000
PPh Pasal 22: 0,25% x Rp340.000.000 Rp850.000

Contoh 6.b.

PT. Cahaya Dunia Paper pada Mei 2019 menjual kertas hasil produksi kepada CV. Merah Jaya (salah satu distributor)
dengan total harga sebesar Rp880.000.000. Harga tersebut sudah termasuk PPN sebesar 10%.

PPh Pasal 22 atas penjualan tersebut dihitung sebagai berikut:

Nilai transaksi penjualan Rp880.000.000


Dasar Pengenaan Pajak: (100 ÷ 110) x Rp880.000.000 Rp800.000.000
PPh Pasal 22: 0,1% x Rp800.000.000 Rp800.000

Contoh 6.c.

PT. Beton Jaya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang percetakan plat baja untuk keperluan industri. Pada Juni
2019 melakukan penjualan kredit sebesar Rp715.000.000 (termasuk PPN 10%). Penjualan ditujukan kepada beberapa
distributor dalam negeri. PPh Pasal 22 atas penjualan tersebut dihitung sebagai berikut:

Nilai transaksi penjualan Rp715.000.000


Dasar Pengenaan Pajak: (100 ÷ 110) x Rp715.000.000 Rp650.000.000
PPh Pasal 22: 0,3% x Rp650.000.000 Rp1.950.000
Contoh 6.d.

PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia merupakan salah satu industri otomotif. Pada Juni 2019 melakukan penjualan
sebanyak 2.500 unit kendaraan roda dua dengan total nilai sebesar Rp57.200.000.000 (termasuk PPN 10%). Penjualan
ditujukan kepada beberapa distributor dalam negeri.

PPh Pasal 22 atas penjualan tersebut dihitung sebagai berikut:

Nilai transaksi penjualan Rp57.200.000.000


Dasar Pengenaan Pajak: (100 ÷ 110) x Rp57.200.000.000 Rp52.000.000.000
PPh Pasal 22: 0,45% x Rp52.000.000.000 Rp234.000.000

Contoh 6.e.

PT. Bio Farma merupakan salah satu perusahaan farmasi. Pada Juli 2019 melakukan penjualan hasil produksi kepada
salah satu distributor dalam negeri senilai Rp825.000.000 (termasuk PPN 10%).

PPh Pasal 22 atas penjualan tersebut dihitung sebagai berikut:

Nilai transaksi penjualan Rp825.000.000


Dasar Pengenaan Pajak: (100 ÷ 110) x Rp825.000.000 Rp750.000.000
PPh Pasal 22: 0,3% x Rp750.000.000 Rp2.250.000

Contoh 7

PT. Astra Honda Motor merupakan salah satu APTM. Pada Mei 2019 melakukan penjualan kendaraan bermotor senilai
Rp1.100.000.000 (termasuk PPN).

PPh Pasal 22 atas penjualan tersebut dihitung sebagai berikut:

Nilai transaksi penjualan Rp1.100.000.000


Dasar Pengenaan Pajak: (100 ÷ 110) x Rp1.100.000.000 Rp1.000.000.000
PPh Pasal 22: 0,45% x Rp1.000.000.000 Rp4.500.000

Contoh 8

PT. Salaka merupakan produsen dan eksportir makanan olahan dari salak. Pada Juni 2019 melakukan pembelian 5 ton
salak dengan harga Rp5.000 per kg dari Reza. Reza merupakan pedagang pengumpul dan tidak memiliki NPWP.

PPh Pasal 22 atas pembelian tersebut dihitung sebagai berikut:

Nilai transaksi pembelian: 5 x 1.000 x Rp5.000 Rp25.000.000


Dasar Pengenaan Pajak = nilai transaksi pembelian Rp25.000.000
PPh Pasal 22 adalah: 0,25% x Rp25.000.000 Rp62.500
Reza tidak memiliki NPWP sehingga PPh Pasal 22 dinaikkan 100%:
100% x Rp62.500 Rp62.500
Rp125.000

Contoh 9

Pada Juni 2019, PT. ABC melakukan pembelian batubara dari Ahmad senilai Rp90.000.000.000. Ahmad adalah salah
satu pemegang izin usaha pertambangan di Balikpapan.

PPh Pasal 22 atas pembelian tersebut dihitung sebagai berikut:

Nilai transaksi penjualan Rp90.000.000.000


Dasar Pengenaan Pajak = nilai transaksi pembelian Rp90.000.000.000
PPh Pasal 22 adalah: 1,5% x Rp90.000.000.000 Rp1.350.000.000
Contoh 10

PT. Antar merupakan badan usaha yang melakukan penjualan emas batangan di dalam negeri. Pada Maret 2019
melakukan penjualan emas batangan di dalam negeri senilai Rp1.200.000.000.

PPh Pasal 22 atas pembelian tersebut dihitung sebagai berikut:

Nilai transaksi penjualan Rp1.200.000.000


Dasar Pengenaan Pajak = nilai transaksi penjualan Rp1.200.000.000
PPh Pasal 22 adalah: 0,45% x Rp1.200.000.000 Rp5.400.000

Contoh 11

PT. Kuantum Property merupakan perusahaan properti yang melakukan penjualan hunian tergolong sangat mewah. Pada
Februari 2019 melakukan penjualan apartemen sebanyak 10 kavling dengan harga Rp6.050.000.000 per kavling. Harga
tersebut termasuk PPN 10%.

Nilai transaksi penjualan: 10 x Rp6.050.000.000 Rp60.500.000.000


Dasar Pengenaan Pajak: (100 ÷ 110) x RpRp60.500.000.000 Rp55.000.000.000
PPh Pasal 22 adalah: 5% x Rp55.000.000.000 Rp2.750.000.000

Anda mungkin juga menyukai