Contoh 1.a.
PT. Anda adalah importir yang telah memiliki API. Pada Desember 2018, melakukan impor barang (pakaian selam) dari
Jepang dengan harga faktur USD100.000. Biaya asuransi dan biaya angkut pengapalan barang dari Jepang ke dalam
daerah pabean (Indonesia) masing-masing sebesar 0,5% dan 10% dari harga faktur. Biaya tersebut dibayar oleh PT.
Anda. Tarif bea masuk 10% dari CIF. Pungutan lain yang sah di daerah Pabean adalah Rp10.000.000. Kurs yang
diterapkan oleh Menteri Keuangan pada saat itu adalah USD1 = Rp14.500, sedangkan kurs BI adalah USD1 = Rp14.540.
Hitung PPh Pasal 22 yang harus dibayar oleh PT Anda.
Contoh 1.b.
PT. Bunda tidak menggunakan API. Pada Desember 2018, melakukan impor barang (tas olahraga) dari Negara X dengan
harga faktur USD100.000. Biaya asuransi dan biaya angkut pengapalan barang dari Negara X ke dalam daerah pabean
(Indonesia) masing-masing sebesar 2% dan 6% dari harga faktur. Biaya tersebut dibayar oleh PT. Bunda. Tarif bea
masuk dan bea masuk tambahan masing-masing 10% dan 20% dari CIF. Pungutan lain yang sah di daerah Pabean
adalah Rp10.000.000. Kurs yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan pada saat itu adalah USD1 = Rp14.500, sedangkan
kurs BI adalah USD1 = Rp14.540. Hitung PPh Pasal 22 yang harus dibayar oleh PT. Bunda.
Tas olahraga termasuk kelompok barang impor tertentu dikenakan PPh Pasal 22 dengan tarif 7,5% dengan atau tanpa
menggunakan API.
Contoh 1.c.
PT. Ceria menggunakan API dalam melakukan impor barang. Pada Januari 2019, melakukan impor barang (kedelai) dari
Negara X dengan harga faktur USD30.000. Biaya asuransi dan biaya angkut pengapalan barang dari Negara X ke dalam
daerah pabean (Indonesia) masing-masing sebesar 0,5% dan 15% dari harga faktur. Biaya tersebut dibayar oleh PT.
Ceria. Tarif bea masuk 10% dari CIF. Kurs yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan pada saat itu adalah USD1 =
Rp13.750, sedangkan kurs BI adalah USD1 = Rp14.553. Hitung PPh Pasal 22 yang harus dibayar oleh PT. Ceria.
1. Menghitung nilai impor
- Harga faktur (cost) USD30.000
- Biaya asuransi (insurance): 0,5% x USD30.000 USD150
- Biaya angkut (freight): 15% x USD30.000 USD4.500
CIF (cost, insurance, freight) USD34.650
Bea masuk: 10% x USD34.650 USD3.465
Nilai impor (NI) USD38.115
Nilai impor (dalam rupiah): USD38.115 x Rp13.570 Rp517.220.550
2. Menghitung PPh Pasal 22 impor
0,5% x Rp517.220.550 2.586.103
Kedelai termasuk kelompok barang impor tertentu dikenakan PPh Pasal 22 dengan tarif 0,5% apabila importir
menggunakan API.
Contoh 1.d.
Pada Januari 2019, PT. Dinda melakukan impor barang elektronik. Barang yang diimpor sebanyak 100 unit dengan harga
faktur USD900 per unit. Biaya asuransi dan biaya angkut pengapalan barang dari negara X ke dalam daerah pabean
(Indonesia) masing-masing sebesar 5% dan 10% dari harga faktur. Biaya tersebut dibayar oleh PT. Dinda. Tarif bea
masuk 10% dari CIF. Kurs yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan pada saat itu adalah USD1 = Rp13.570, sedangkan
kurs BI adalah USD1 = Rp14.553. Hitung PPh Pasal 22 yang harus dibayar oleh PT. Dinda.
Contoh 2
PT. Endra merupakan eksportir komoditas tambang batubara. Pada Januari 2019 melakukan ekspor bubuk mika ke
Negara Y dengan nilai ekspor sebesar USD200.000. Kurs yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan pada saat itu adalah
USD1 = Rp13.570, sedangkan kurs BI adalah USD1 = Rp14.553. Hitung PPh Pasal 22 yang harus dibayar oleh PT.
Endra.
Contoh 3.a.
Pada 1 April 2019, Dinas Perhubungan membeli mebel dan peralatan kantor lainnya dari Perdana Furniture senilai
Rp220.000.000 (termasuk PPN 10%). Pembayaran dilakukan dengan uang persediaan.
PPh Pasal 22 yang dipungut oleh bendaharawan dinas tersebut pada saat pembayaran dihitung sebagai berikut:
Contoh 3.b.
Pada 20 April 2019, Dinas Pekerjaan Umum membeli peralatan senilai Rp962.500.000 (termasuk PPN 10%) dari PT.
Nagata. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku di wilayah tersebut, untuk pembelian dengan nilai di atas Rp200.000.000
dilakukan dengan cara mekanisme langsung, yaitu pembayaran dilakukan oleh bendahara umum daerah dalam hal ini
Badan Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah langsung kepada PT. Nagata.
PPh Pasal 22 yang dipungut oleh bendaharawan dinas tersebut pada saat pembayaran dihitung sebagai berikut:
Contoh 3.c.
Pada tanggal 20 April 2019, Dinas Pendidikan dan Olahraga melakukan pembelian barang mewah sebanyak 10 unit
dengan harga per unit Rp3.900.000.000 (termasuk PPN 10% dan PPnBM 20%). PPh Pasal 22 yang dipungut oleh
bendaharawan dinas tersebut pada saat pembayaran dihitung sebagai berikut:
Contoh 3.d.
Pada 25 April 2019, Dinas Koperasi dan UMKM melakukan pembelian alat tulis kantor dari Toko Putih senilai
Rp2.200.000 (termasuk PPN 10%). PPh Pasal 22 yang dipungut oleh bendaharawan dinas tersebut pada saat
pembayaran dihitung sebagai berikut:
Dasar Pengenaan Pajak tidak melebihi Rp2.000.000, maka atas transaksi ini tidak dikenakan PPh Pasal 22.
Contoh 3.e.
Pada 26 April 2019, Bagian Umum Setda Kab. X melakukan pembelian snack dari Toko Jajan Pasar sebanyak 200 kotak
dengan harga Rp20.000 per kotak (tidak termasuk PPN). Toko Jajan Pasar tidak memiliki NPWP. PPh Pasal 22 yang
dipungut oleh bendaharawan Bagian Umum Setda tersebut pada saat pembayaran dihitung sebagai berikut:
Nilai transaksi pembelian: 200 x Rp20.000 Rp4.000.000
Dasar Pengenaan Pajak = nilai transaksi pembelian Rp4.000.000
Besarnya PPh Pasal 22 adalah: 1,5% x Rp4.000.000 Rp60.000
Tambahan karena Toko Jajan Pasar tidak memiliki NPWP:
100% x 1,5% x Rp4.000.000 Rp60.000
Rp120.000
Contoh 4.a.
PT. Bank BNI merupakan salah satu BUMN. Pada Januari 2019, melakukan pembayaran kepada PT. Bahtera Motor atas
pembelian kendaraan sebanyak 14 unit dengan harga Rp220.000.000 per unit. Harga ini termasuk PPN 10%.
PPh Pasal 22 yang dipungut oleh PT. Bank BNI pada saat pembayaran dihitung sebagai berikut:
Contoh 4.b.
PT. Indonesia Power merupakan salah satu BUMN yang ditunjuk sebagai Pemungut Pajak. Pada Maret 2019, melakukan
pembayaran kepada PT. Edoluxary atas pembelian barang tersebut. Harga barang senilai Rp24.000.000.000. Harga ini
termasuk PPN 10% dan PPnBM 10%. PPh Pasal 22 yang dipungut oleh PT. Indonesia Power pada saat pembayaran
dihitung sebagai berikut:
PT. Pupuk Kujang merupakan salah satu BUMN yang ditunjuk sebagai Pemungut Pajak. Pada Maret 2019, melakukan
pembayaran kepada PT. X atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri senilai Rp10.800.000. Harga barang
termasuk PPN 10%.
PPh Pasal 22 yang dipungut oleh PT. Pupuk Kujang pada saat pembayaran dihitung sebagai berikut:
Dasar Pengenaan Pajak tidak melebihi Rp10.000.000, maka atas transaksi ini tidak dikenakan PPh Pasal 22.
Contoh 5
PT. Oliendo merupakan importir bahan bakar minyak. Pada bulan Juli 2019 PT. Oliendo melakukan impor bahan bakar
minyak senilai Rp2.000.000.000. Pada bulan Juli 2019 PT. Oliendo menjual sebagian bahan bakar minyak (yang diimpor
bulan Juni 2019) senilai Rp1.700.000.000 kepada PT. Dua Motor.
Nilai transaksi penjualan dari bahan bakar minyak yang diimpor Rp1.700.000.000
Dasar Pengenaan Pajak Rp1.700.000.000
PPh Pasal 22: 0,3% x Rp1.700.000.000 Rp5.100.000
PT. Dua Motor bukan perusahaan penyalur/agen, maka PPh yang dipungut tidak bersifat final.
Contoh 6.a.
PT. Semen Padang pada Mei 2019 menjual hasil produksi berupa semen kepada CV. Bangunan (salah satu distributor)
dengan total harga sebesar Rp340.000.000. Harga tersebut tidak termasuk PPN.
Contoh 6.b.
PT. Cahaya Dunia Paper pada Mei 2019 menjual kertas hasil produksi kepada CV. Merah Jaya (salah satu distributor)
dengan total harga sebesar Rp880.000.000. Harga tersebut sudah termasuk PPN sebesar 10%.
Contoh 6.c.
PT. Beton Jaya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang percetakan plat baja untuk keperluan industri. Pada Juni
2019 melakukan penjualan kredit sebesar Rp715.000.000 (termasuk PPN 10%). Penjualan ditujukan kepada beberapa
distributor dalam negeri. PPh Pasal 22 atas penjualan tersebut dihitung sebagai berikut:
PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia merupakan salah satu industri otomotif. Pada Juni 2019 melakukan penjualan
sebanyak 2.500 unit kendaraan roda dua dengan total nilai sebesar Rp57.200.000.000 (termasuk PPN 10%). Penjualan
ditujukan kepada beberapa distributor dalam negeri.
Contoh 6.e.
PT. Bio Farma merupakan salah satu perusahaan farmasi. Pada Juli 2019 melakukan penjualan hasil produksi kepada
salah satu distributor dalam negeri senilai Rp825.000.000 (termasuk PPN 10%).
Contoh 7
PT. Astra Honda Motor merupakan salah satu APTM. Pada Mei 2019 melakukan penjualan kendaraan bermotor senilai
Rp1.100.000.000 (termasuk PPN).
Contoh 8
PT. Salaka merupakan produsen dan eksportir makanan olahan dari salak. Pada Juni 2019 melakukan pembelian 5 ton
salak dengan harga Rp5.000 per kg dari Reza. Reza merupakan pedagang pengumpul dan tidak memiliki NPWP.
Contoh 9
Pada Juni 2019, PT. ABC melakukan pembelian batubara dari Ahmad senilai Rp90.000.000.000. Ahmad adalah salah
satu pemegang izin usaha pertambangan di Balikpapan.
PT. Antar merupakan badan usaha yang melakukan penjualan emas batangan di dalam negeri. Pada Maret 2019
melakukan penjualan emas batangan di dalam negeri senilai Rp1.200.000.000.
Contoh 11
PT. Kuantum Property merupakan perusahaan properti yang melakukan penjualan hunian tergolong sangat mewah. Pada
Februari 2019 melakukan penjualan apartemen sebanyak 10 kavling dengan harga Rp6.050.000.000 per kavling. Harga
tersebut termasuk PPN 10%.