Anda di halaman 1dari 59

PENANGGULANGAN PTM DI FKTP

PANDU PTM PROVINSI LAMPUNG


BAPELKES PROV. LAMPUNG , 09-16 APRIL 2023
DR .ADE KURNIAWAN.,MH.KES, SP.KKLP
TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan Pembelajaran Umum :


Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu melakukan pengendalian dan
Penanggulangan terpadu PTM di FKTP sesuai standar

Tujuan Pembelajaran Khusus :


Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu melakukan:
1. Pengendalian terpadu faktor risiko PTM
2. Penanggulangan terpadu PTM di FKTP
3. Upaya rehabilitatif akibat PTM
LATAR BELAKANG
72 % PTM sebagai
Penyebab Kematian
Capaian Indikator Keluarga Sehat Indonesia Tahun 2021
Capaian Indikator
Penderita hipertensi yang berobat teratur 34 Provinsi
Keluarga memiliki akses/menggunakan jamban keluarga 87.20% PAPUA BARAT 21.54%
PAPUA 20.14%
MALUKU UTARA 25.30%
Keluarga memiliki akses/menggunakan sarana air bersih 93.07% MALUKU 21.55%
SULAWESI BARAT 27.38%
GORONTALO 22.55%
Keluarga sudah menjadi anggota JKN 51.80% SULAWESI TENGGARA 22.50%
SULAWESI SELATAN 25.43%
SULAWESI TENGAH 27.10%
Anggota keluarga tidak ada yang merokok *) 43.49% SULAWESI UTARA 34.75%
KALIMANTAN UTARA 32.16%
KALIMANTAN TIMUR 27.45%
Penderita gangguan jiwa berat, diobati dan tidak ditelantarkan 17.46% KALIMANTAN SELATAN 31.88%
KALIMANTAN TENGAH 25.26%
KALIMANTAN BARAT 23.72%
Penderita hipertensi yang berobat teratur 26.37% NUSA TENGGARA TIMUR 17.73%
NUSA TENGGARA BARAT 19.78%
BALI 31.11%
Penderita TB Paru yang berobat sesuai standar 38.86% BANTEN 30.15%
JAWA TIMUR 26.25%
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 23.69%
Pertumbuhan Balita dipantau 88.56% JAWA TENGAH 22.27%
JAWA BARAT 26.48%
DKI JAKARTA 43.10%
Bayi mendapatkan ASI Eksklusif 81.64% KEPULAUAN RIAU 34.38%
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 26.24%
LAMPUNG 31.22%
Bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap *) 91.78% BENGKULU 29.13%
SUMATERA SELATAN 34.87%
JAMBI 29.38%
Persalinan Ibu di fasilitas pelayanan kesehatan 87.99% RIAU 24.47%
SUMATERA BARAT 27.71%
SUMATERA UTARA 26.66%
Keluarga mengikuti program KB *) 44.81% ACEH 38.73%

Sumber : Aplikasi Keluarga Sehat ,6 Oktober 2021


IKS INDONESIA = 0,186
Permenkes No. 71 tahun 2015 tentang Penanggulangan PTM :
4 pilar : Promosi kesehatan, Deteksi dini, Perlindungan khusus,
dan Penanganan Kasus.
PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN TERPADU FAKTOR RISIKO PTM

1. Promosi Kesehatan : Media Komunikasi , Informasi dan Edukasi ( KIE ) , Penyuluhan


kepada masyarakat tentang PHBS ,
CERDIK dan PATUH
2. Deteksi Dini : Dilakukan di POSBINDU/POSYANDU PTM dan PANDU PTM di
Puskesmas / FKTP
3. Perlindungan Khusus : Pencegahan Kanker Leher Rahim dalam bentuk Imunisasi HPV
4. Penanganan Kasus PTM : Tatalaksana Kasus sesuai dengan standar / Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran ( PNPK )/ Panduan Praktik Klinis
(PPK) Bagi Dokter di FKTP
PENANGGULANGAN PTM
HIPERTENSI
CHARTA PREDIKSI RESIKO CARDIOVASKULAR
CARA PENGGUNAAN TABEL PREDIKSI RISIKO PTM
(DENGAN HASIL LABORATORIUM)

1. Tentukan dahulu apakah orang 5. Tekanan darah (TD) yang dipakai adalah tekanan
yang diperiksa penyandang DM darah sistolik – lihat nilai sistolik pada lajur paling
atau tidak. Gunakan kolom yang kanan.
sesuai dengan statusnya. 6. Lihat kolom konversi kadar kolesterol total pada lajur
2. Kemudian tentukan kolom jenis bawah (pada tabel digunakan satuan mmol/l,
kelaminnya (laki-laki di kolom kiri sedangkan di Indonesia umumnya menggunakan
dan perempuan di kolom kanan). satuan mg/dl, angka konversi tercantum).
3. Tentukan status merokok apakah 7. Tarik garis dari blok umur ke arah dalam, kemudian
merokok atau tidak, sesuaikan di tarik garis dari TD ke arah dalam dan nilai kolesterol
kolomnya masing-masing ke atas, angka dan warna kotak yang tercantum pada
4. Selanjutnya tetapkan blok usia. titik temu antara kolom umur, TD, dan kolom
Lihat lajur angka paling kiri kolesterol menentukan besarnya risiko untuk
(misalnya untuk usia 46 tahun mengalami penyakit kardiovaskular dalam kurun
pakai blok usia 45-49 tahun, 68 waktu 10 tahun mendatang.
tahun pakai blok 65-69 tahun, dst 8. Penilaian berdasarkan tingkat risiko ini dilanjutkan
dengan tata laksana
TATA LAKSANA HASIL PREDIKSI RISIKO
MENGGUNAKAN HASIL LABORATORIUM

Risiko PJPD < 5% Risiko PJPD 5-10% Risiko PJPD 10-20% Risiko PJPD >20%

Diet termasuk Diet termasuk Diet termasuk Diet termasuk rendah


rendah lemak, rendah lemak, rendah lemak, lemak, aktivitas fisik,
Konseling aktivitas fisik, Konseling aktivitas fisik, Konseling aktivitas fisik, Konseling UBM,dan berhenti
UBM,dan berhenti UBM,dan berhenti UBM,dan berhenti minum alkohol
minum alkohol minum alkohol minum alkohol
Penggunaan Obat
Pertimbangkan Pertimbangkan Pertimbangkan Hipertensi dan DM dg
penggunaan penggunaan penggunaan mempertimbangkan
Tatalaksana Obat Hipertensi Tatalaksana Obat Hipertensi Tatalaksana Obat Hipertensi Tatalaksana penggunaan obat
dan DM sesuai dan DM sesuai dan DM sesuai penurun lemak darah
dengan PPK dengan PPK dengan PPK sesuai dengan PPK
Dilakukan tiap 3 bln
Follow up dilakukan Dilakukan tiap 3 bln
Dilakukan setiap Bila tidak ada
Follow up 1 tahun kemudian. sampai mencapai Follow up 3 bulan sekali Follow up perubahan penilaian
bila tanpa kondisi yg
pengobatan
Follow up diharapkan
risiko terjadinya PJPD
dalam 6 bulan, rujuk ke
dilanjutkan tiap 6-9
FKRT
bulan kemudian.
TATALAKSANA HIPERTENSI
• Penyekat Reseptor Beta (B Blocker) : Bisoprolol ( concor , maintate )

• Penghambat Kalsium ( CCB) : Amlodipinen, Nifedipine, diltiazem, herbeser

• Penghambat ACE : Captopril

• ARB : Ibesartan dan sejenisnya

• Antagonis kalsium : spironolakton


REHABILITASI PADA HIPERTENSI

 Latihan aerobik jalan telah dibuktikan dapat mencegah hipertensi dan


menurunkan tekanan darah
 Peresepan latihan :
Latihan aerobik jalan yang ritmik dan dinamik menggunakan grup otot
besar sangat dianjurkan untuk
 Menurut American college of sports medicine (ACSM):
a. Frekuensi : 3 – 5 kali perminggu
b. Intensitas : 60-70% VO2max
c. Durasi : 30 – 60 menit/sesi latihan.
d. Target waktu latihan aerobik jalan dilakukan selama 4 – 6 bulan.
e. Penurunan tekanan darah: 5-7 mmHg
RUJUKAN
JADI PERHATIAN
PENANGGULANGAN STROKE
No. ICD-10 : I63.9 Cerebral infarction, unspecified
Tingkat Kemampuan 3B

Stroke adalah manifestasi klinis akut akibat disfungsi neurologis pada otak, medulla
spinalis, dan retina baik sebagian atau menyeluruh yang menetap selama ≥ 24 jam
atau menimbulkan kematian akibat gangguan pembuluh darah

Klasifikasi Stroke :
a. Stroke hemoragik biasanya disertai dengan sakit kepala hebat, muntah,
penurunan kesadaran, tekanan darah tinggi.

b. Stroke iskemik biasanya tidak disertai dengan sakit kepala hebat, muntah,
penurunan kesadaran dan tekanan darah tidak tinggi.

Kriteria Rujukan

Semua pasien stroke setelah ditegakkan diagnosis secara klinis dan diberikan
penanganan awal, segera mungkin harus dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan
sekunder yang memiliki dokter spesialis saraf, terkait dengan angka kecacatan dan
kematian yang tinggi. Dalam hal ini, perhatian terhadap therapeutic window untuk
penatalaksanaan stroke akut sangat diutamakan
Rencana Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)

Penanganan Stroke Prahospital


a. Menilai jalan nafas, pernafasan, dan sirkulasi
b. Menjaga jalan nafas agar tetap adekuat
c. Memberikan oksigen bila diperlukan
d. Memposisikan badan dan kepala lebih tinggi (head-and-trunk up) 20-30
derajat
e. Memantau irama jantung
f. Memasang cairan infus salin normal atau ringer laktat (500 ml/12 jam)
g. Mengukur kadar gula darah perifer (finger stick)
h. Memberikan Dekstrose 50% 25 gram intravena (bila hipoglikemia berat)
i. Menilai perkembangan gejala stroke selama perjalanan ke rumah sakit
layanan sekunder
j. Menenangkan penderita Your Footer Here 28
b. Pengiriman pasien
• Bila seseorang dicurigai terkena serangan stroke, maka
segera panggil ambulans gawat darurat. Ambulans gawat
darurat sangat berperan penting dalam pengiriman pasien
ke fasilitas yang tepat untuk penanganan stroke. Semua
tindakan dalam ambulans pada pasien hendaknya
berpedoman kepada protokol transportasi pasien.

Date Your Footer Here 29


c. Transportasi/ambulans
Utamakan transportasi (termasuk transportasi udara) untuk pengiriman pasien ke
rumah sakit yang dituju. Petugas ambulans gawat darurat harus mempunyai
kompetensi dalam penilaian pasien stroke pra rumah sakit. Fasilitas ideal yang
harus ada dalam ambulans sebagai berikut:
1) Personil yang terlatih
2) Mesin EKG
3) Peralatan dan obat-obatan resusitasi dan gawat darurat
4) Obat-obat neuroprotektan
5) Telemedisin dengan dokter/petugas ruang gawat darurat RS yang dituju
6) Ambulans yang dilengkapi dengan peralatan gawat darurat, antara lain,
peralatan oksigen, pemeriksaan glukosa (glucometer), kadar saturasi 02 (pulse
oximeter
Date Your Footer Here 30
Personil pada ambulans gawat darurat yang terlatih
mempunyai kemampuan mengerjakan:
a. Memeriksa dan menilai tanda-tanda vital
b. Tindakan stabilisasi dan resusitasi (Airway
Breathing Circulation /ABC). Intubasi perlu
dipertimbangkan pada pasien dengan koma yang
dalam, hipoventilasi, dan aspirasi.
c. Bila kardiopulmuner stabil, pasien diposisikan
setengah duduk

Date Your Footer Here 31


Infark Miokard DD / Angina Pectoris
No. ICD-10 : I21.9 Acute Myocardial Infarction, Unspecified
Tingkat Kemampuan 3B
Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan
a. Nyeri dada retrosternum seperti tertekan atau tertindih benda berat.
b. Nyeri menjalar ke dagu, leher, tangan, punggung, dan epigastrium. Penjalaran ke
tangan kiri lebih sering terjadi.
c. Disertai gejala tambahan berupa sesak, mual, muntah, nyeri epigastrium, keringat
dingin, dan cemas.

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)


Pemeriksaan Fisik
a. Pasien biasanya terbaring dengan gelisah dan kelihatan pucat
b. Hipertensi/hipotensi
c. Dapat terdengar suara murmur dan gallop S3
d. Ronki basah disertai peningkatan vena jugularis dapat ditemukan pada AMI yang
disertai edema paru
Date Your Footer Here 32
e. Dapat ditemukan aritmia
Pemeriksaan Penunjang EKG:

a. Pada ST Elevation Myocardial infarct (STEMI), terdapat elevasi segmen ST diikuti


dengan perubahan sampai inversi gelombang T, kemudian muncul peningkatan
gelombang Q minimal di dua sadapan.

b. Pada Non ST Elevation Myocardial infarct (NSTEMI), EKG yang ditemukan dapat
berupa depresi segmen ST dan inversi gelombang T, atau EKG yang normal.

Rencana Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)

Penatalaksanaan : Segera rujuk ke layanan sekunder dengan spesialis jantung atau


spesialis penyakit dalam, setelah pemberian :

a. Oksigen 2-4 liter/menit

b. Nitrat, ISDN 5-10 mg sublingual maksimal 3 kali

c. Aspirin, dosis awal 320 mg dilanjutkan dosis pemeliharaan 1 x 160 mg

d. Dirujuk dengan terpasang infus dan oksigen


Date Your Footer Here 33
PENANGGULANGAN DM TIPE 2
10 Juta
TATALAKSANA
DIABETES MELITUS (DM TIPE 2)
EDUKASI
I
RAJIN AKTIVITAS FISIK

Hal hal yang tidak Dianjurkan bagi Lanjut Usia

1.Waktu latihan inti lebih dari 60 menit.


2.Gerakan tubuh yang memantul (dihentak-hentakkan) dan melompat-lompat.
3.Latihan beban dengan beban berlebihan (mengangkat dumble).
4.Latihan fisik yang mengganggu keseimbangan, seperti berdiri di atas 1 kaki
tanpa berpegangan atau latihan di tempat yang tidak rata dan licin.
5.Gerakan menengadahkan kepala ke belakang dan memutar kepala.
6.Gerakan membungkukkan badan ke depan.
Pengaturan Pola Makan

Porsi dan Komposisi Sajian Sekali


Makan Yang di Anjurkan untuk orang
dengan berat badan lebih/obesitas
Porsi dan Komposisi Sajian Sekali Makan Yang di
Anjurkan untuk mencegah obesitas 43
44
TATA LAKSANA HASIL PREDIKSI RISIKO
MENGGUNAKAN HASIL LABORATORIUM

Risiko PJPD < 5% Risiko PJPD 5-10% Risiko PJPD 10-20% Risiko PJPD >20%

Diet termasuk Diet termasuk Diet termasuk Diet termasuk rendah


rendah lemak, rendah lemak, rendah lemak, lemak, aktivitas fisik,
Konseling aktivitas fisik, Konseling aktivitas fisik, Konseling aktivitas fisik, Konseling UBM,dan berhenti
UBM,dan berhenti UBM,dan berhenti UBM,dan berhenti minum alkohol
minum alkohol minum alkohol minum alkohol
Penggunaan Obat
Pertimbangkan Pertimbangkan Pertimbangkan Hipertensi dan DM dg
penggunaan penggunaan penggunaan mempertimbangkan
Tatalaksana Obat Hipertensi Tatalaksana Obat Hipertensi Tatalaksana Obat Hipertensi Tatalaksana penggunaan obat
dan DM sesuai dan DM sesuai dan DM sesuai penurun lemak darah
dengan PPK dengan PPK dengan PPK sesuai dengan PPK
Dilakukan tiap 3 bln
Follow up dilakukan Dilakukan tiap 3 bln
Dilakukan setiap Bila tidak ada
Follow up 1 tahun kemudian. sampai mencapai Follow up 3 bulan sekali Follow up perubahan penilaian
bila tanpa kondisi yg
pengobatan
Follow up diharapkan
risiko terjadinya PJPD
dalam 6 bulan, rujuk ke
dilanjutkan tiap 6-9
FKRT
bulan kemudian.
KONSEP PENYEDIAAN OBAT DM DALAM JKN
49

Dalam Kondisi tertentu Dokter FKTP dapat


melakukan Penyesuaian Dosis Insulin
hingga 20 IU/hari
REHABILITASI PADA DM TIPE II DAN
ULKUS DIABETIK

Edukasi terkait bidang rehabilitasi medik yang diberikan kepada pasien


meliputi pemahaman tentang:
• Intervensi farmakologis
• Intervensi non-farmakologis
– Interaksi antara asupan makanan, aktivitas fisik, dan obat hipoglikemik
oral atau insulin serta obat-obatan lain.
– Latihan fisik yang teratur
– perawatan kaki
PENANGGULANGAN OBESITAS

MASALAH KESEHATAN
Obesitas merupakan faktor risiko utama untuk penyakit tidak
menular seperti penyakit kardiovaskular (terutama penyakit
jantung dan stroke), diabetes, gangguan muskuloskeletal,
beberapa jenis kanker (endometrium, payudara, dan usus besar).
Hasil Anamnesis (Subjective)

Keluhan :
Biasanya Pasien Datang Bukan Dengan Keluhan Kelebihan Berat Badan Namun Dengan Adanya
Gejala Dari Risiko Kesehatan Yang Timbul.

Penyebab
a. Ketidakseimbangnya asupan energi dengan tingkatan aktifitas fisik.
b. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan antara lain kebiasaan makan berlebih, genetik,
kurang aktivitas fisik, factor psikologis dan stres, obat-obatan (beberapa obat seperti steroid,
KB hormonal, dan anti-depresan memiliki efek samping penambahan berat badan dan
retensi natrium), usia (misalnya menopause), kejadian tertentu (misalnya berhenti merokok,
berhenti dari kegiatan olahraga, dsb).
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)
Pemeriksaan Fisik
a. Pengukuran Antropometri (BB, TB dan LP)
• Indeks Masa Tubuh (IMT/Body mass index/BMI) menggunakan rumus Berat Badan (Kg)/Tinggi Badan kuadrat (m2)
• Pemeriksaan fisik lain sesuai keluhan untuk menentukan telah terjadi komplikasi atau risiko tinggi

b. Pengukuran lingkar pinggang (pada pertengahan antara iga terbawah dengan kristailiaka, pengukuran dari
lateral dengan pita tanpa menekan jaringan lunak). Risiko meningkat bila laki-laki >85 cm dan perempuan
>80cm.
c. Pengukuran tekanan darah Untuk menentukan risiko dan komplikasi, misalnya hipertensi

Pemeriksaan Penunjang
Untuk menentukan risiko dan komplikasi, yaitu pemeriksaan kadar gula darah, profil lipid, dan asam urat.
Obesitas dikelompokkan menjadi obesitas risiko tinggi bila disertai
dengan 3 atau lebih keadaan di bawah ini:
a. Hipertensi
b. Perokok
c. Kadar LDL tinggi
d. Kadar HDL rendah
e. Kadar gula darah puasa tidak stabil
f. Riwayat keluarga serangan jantung usia muda
g. Usia (laki-laki > 45 thn, atau perempuan > 55 thn).
PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF (PLAN)
PENATALAKSANAAN
NON –MEDIKAMENTOSA

a. Penatalaksanaan dimulai dengan kesadaran pasien bahwa kondisi sekarang adalah obesitas, dengan berbagai risikonya dan berniat
untuk menjalankan program penurunan berat badan
b. Diskusikan dan sepakati target pencapaian dan cara yang akan dipilih (target rasional adalah penurunan 10% dari BB sekarang)
c. Usulkan cara yang sesuai dengan faktor risiko yang dimiliki pasien, dan jadwalkan pengukuran berkala untuk menilai keberhasilan
program
d. Penatalaksanaan ini meliputi perubahan pola makan (makan dalam porsi kecil namun sering) dengan mengurangi konsumsi lemak dan
kalori, meningkatkan latihan fisik dan bergabung dengan kelompok yang bertujuan sama dalam mendukung satu sama lain dan diskusi
hal-hal yang dapat membantu dalam pencapaian target penurunan berat badan ideal.
e. Pengaturan pola makan dimulai dengan mengurangi asupan kalori sebesar 300-500 kkal/hari dengan tujuan untuk menurunkan berat
badan sebesar ½-1 kg per minggu.
f. Latihan fisik dimulai secara perlahan dan ditingkatkan secara bertahap intensitasnya. Pasien dapat memulai dengan berjalan selama 30
menit dengan jangka waktu 5 kali seminggu dan dapat ditingkatkan intensitasnya selama 45 menit dengan jangka waktu 5 kali
seminggu.
PENGATURAN POLA MAKAN

Porsi dan Komposisi Sajian Sekali


Porsi dan Komposisi Sajian Sekali Makan Yang di
Anjurkan untuk mencegah obesitas Makan Yang di Anjurkan untuk orang
dengan berat badan lebih/obesitas

56
KRITERIA RUJUKAN OBESITAS

a. Konsultasi pada dokter spesialis penyakit dalam bila pasien merupakan obesitas dengan
risiko tinggi dan risiko absolut
b. b. Jika sudah dipercaya melakukan modifikasi gaya hidup (diet yang telah diperbaiki,
aktifitas fisik yang meningkat dan perubahan perilaku) selama 3 bulan, dan tidak
memberikanrespon terhadap penurunan berat badan, maka pasien dirujuk ke spesialis
penyakit dalam untuk memperoleh obat-obatan penurun berat badan

Prognosis
Terdapat berbagai komplikasi yang menyertai obesitas. Risiko akan meningkat seiring dengan
tingginya kelebihan berat badan.
REHABILITASI PADA OBESITAS

Rehabilitasi pada obesitas tanpa komplikasi dapat dilakukan dengan


beberapa latihan dasar :
 Latihan peregangan
 Latihan aerobik
 Latihan kekuatan otot
 Latihan keseimbangan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai