Anda di halaman 1dari 23

Arah Kebijakan, Strategi Perbaikan

Gizi Masyarakat, dan Ruang Lingkup


Intervensi Gizi Spesifik di Puskesmas

Agustus 2022

Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia

1
Outline

1. Masalah Gizi dan KIA


2. RPJMN dan Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan 2020 – 2024
3. Sasaran Strategis dan Operasional
Program Gizi dan KIA
4. Ruang Lingkup Intervensi Gizi
Prioritas di Puskesmas (9 intervensi,
indikator input proses output)
STUNTING

“Gangguan pertumbuhan dan


perkembangan anak akibat kekurangan
gizi kronis dan infeksi berulang, yang
ditandai dengan panjang atau tinggi
badannya berada di bawah standar
yang ditetapkan”

(Perpres No 72. tahun 2021)


MASALAH KESEHATAN IBU DAN ANAK BERKONTRIBUSI PADA TERJADINYA STUNTING Capaian Penurunan
Prevalensi Stunting

2007

36,8%
2013
Sebelum Hamil Ibu Hamil-Bersalin Bayi-Balita
37,2%
Anemia Lahir Bayi Berat
Prematur Lahir Rendah 2018
Anemia
48,9% 6,6%
Ibu Hamil 29,5% 30,8%

Panjang Badan
32% KEK Lahir < 48 cm
2019
Remaja
15-24 tahun
17,3% 19,4% 27,7%
Ibu hamil
Balita 2021
Balita Diare
24% 28% Pneumonia
24,4%
Ibu hamil dengan 9,8% 1,7% 2024
Wanita Usia Subur
risiko komplikasi
Balita Gizi Kurang 14%
(Gizi Kurang dan Gizi Buruk)

7,1%
Sumber: Riskesdas 2007, 2013, 2018, SSGBI 2019, SSGI 2021
Beberapa Determinan masalah stunting dari intervensi sensitif
Peta Ketahanan dan Keretanan Pangan Peta Penduduk di bawah garis Kemiskinan Peta Rumah Tangga Tanpa Akses terhadap Air Bersih

Peta Rata – rata Lama Sekolah Perempunan diatas 15 Tahun


Data Cakupan Keluarga Berencana

Sumber: FSVA 2021


Ja
wa
Su
Ba la N
Ja ra
t w TT
wa 971.792 es
iB
37,8
Ja T im ar
wa ur at
Te 651.708 33,8
Su Ac
m ng
ah eh
at Su
er 508.618 la 33,2

Sumber: SSGI 2021


a w
Ut es N
N ar Ka iT TB
us
a a e 31,4
Te Ba 347.437 lim ng
an ga
ng nt ta ra
ga en n 30,2
Su ra 268.158 Ka Se
m Ti lim la
at
er m an ta
n
a ur ta 30,0
218.580 Su n
Su
la
Se la
w B
w la ar
ta es at
es n iT 29,8
iS 196.797 en
el ga
N at
an h
us
a 192.190 Pa
29,7
Te Ac pu
ng G a
ga eh or 29,5
ra 168.657 on
Ba ta
ra lo
t M 29,0
153.200 M a
R lu
al
u ku
D ia
u Ka ku 28,7
KI 142.720
Ka Ja lim Ut
lim ka an ar
Ka t a
an
ta
rta lim an 27,5
n 141.577 an Ut
Ba ta ar
n a
ra
t Su Te 27,5
La
m 131.028 la
Su w ng
a
m pu es
Ka at ng iS h 27,4
lim
er
a 129.355 el
at
Ba Pa an
an pu
ta
n
ra
t Su a 27,4
Se 119.368 m Ba
la at ra
ta Su e ra t 26,2
n m
Su 110.059 U
la P ap
at
er ta
ra
w ua a 25,8
Su es Se
la iT 92.590 la
w e ta
es ng Ja n
iT ah wa 24,8
Ka en 83.139 Ba
12 provinsi prioritas penurunan stunting

lim gg ra
an ar t 24,5
ta a Ba
n 80.354 IN nt
Ti
m D en
ur O 24,5
Ka NE
lim 68.837 Ja SI
Ja A
an
ta m wa 24,4
n bi Su Ti
Te 67.624 m m
D at ur
Prevalensi Stunting Per Provinsi (%)

ng er 23,5
IY ah Ka a
Estimasi Jumlah Kasus Stunting Per Provinsi

og lim
ya 66.683 an
Ba
ra
ka ta t 23,3
rt a n
48.853 Ti
M m
Su al ur
la uk 22,8
w u Ja
es 47.947 m
Su iB bi
la ar 22,4
w at R
es 44.719 ia
Ke iU u
pu ta Be 22,3
la ra Su ng
ua
n
41.397 la
w
ku
lu
Ri
au
es
iU
22,1
Be 39.961 Ja ta
ng wa ra
ku Ba Te 21,6
lu ng ng
36.995 ka ah
M Ba Be 20,9
al li lit
uk 34.788 un
u g
Ut
ar Ke
La
m 18,6
G a pu p
Ke
pu o ro 32.039 la
un
g
la Pa nt ua
n
18,5
ua al
o D
n pu 27.810 IY Ri
Ba a au
ng B ar
og
ya 17,6
ka at ka
Ka Be 25.317 D rta
KI
lim litu Ja 17,3
an ng ka
ta 23.089
n rta
Ut 16,8
ar
a Ba
17.439 li 10,9
7 prevalensi tertinggi (NTT, Sulbar, Aceh, NTB, Sultra, Kalsel, & Kalbar) & 5 kasus tertinggi (Jabar, Jatim, Jateng, Sumut, & Banten)

6
Data terkait Stunting Regional 2
Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua Barat

Persentase Stunting dan Wasting TW 1 Tahun 2022

26,7

21,5

15,6
15,2
14,8

14,8

11,8
10,5

9,8

9,8

8,7
8,5
7,8
6,6

5,5

4,7
7
4,6

4,6
4,1
3,8
3,3

SULAWESI UTARA SULAWESI TENGAH SULAWESI SELATAN SULAWESI TENGGARA GORONTALO SULAWESI BARAT MALUKU MALUKU UTARA PAPUA BARAT PAPUA INDONESIA

Stunting Wasting

Persentase Bayi <6 bulan Mendapat ASI Eksklusif, TW 1 Tahun 2022


74,1

67,6
55,5

50,6
48,5
47,2

42,9
41,3

29,0

21,4

17,3
SULAWESI SULAWESI SULAWESI SULAWESI GORONTALO SULAWESI MALUKU MALUKU UTARA PAPUA BARAT PAPUA INDONESIA
UTARA TENGAH SELATAN TENGGARA BARAT

Sumber: Sigizi Terpadu, 22 April 2022


Data terkait AKI AKB Regional 2
Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua Barat

Jumlah Kematian Ibu


40
35
35
30
25
20 18
16
15
10 9
10 8
5
5 3 2 1
0
SULAWESI UTARA SULAWESI TENGAH SULAWESI SELATAN SULAWESI GORONTALO SULAWESI BARAT MALUKU MALUKU UTARA PAPUA BARAT PAPUA
TENGGARA
Jumlah Kematian Bayi
180 161
160
140
120 100
100 92
80 58
54
60 42
40 20 26 22
20 13
0
SULAWESI UTARA SULAWESI TENGAH SULAWESI SELATAN SULAWESI GORONTALO SULAWESI BARAT MALUKU MALUKU UTARA PAPUA BARAT PAPUA
TENGGARA
Sumber: Komdat Kesmas, 22 April 2022
Data terkait Capaian Persalinan di Fasilitas Kesehatan, Kunjungan Neonatal dan Balita Tumbuh Kembang Regional 2
Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua Barat

Persentase PF dan KN TW 1 Tahun 2022


25,00% 23%
21% 22%
20,00%
17% 17%
15% 15% 16%
15,00% 14% 14%
11% 10% 11%
10,00% 8%
7% 8% 7%
5,00% 4% 4%
1%
0,00%
SULAWESI UTARA SULAWESI TENGAH SULAWESI SULAWESI GORONTALO SULAWESI BARAT MALUKU MALUKU UTARA PAPUA BARAT PAPUA
SELATAN TENGGARA
Persentase Balita Dipantau Pertumbuhan dan Perkembangan, TW 1 Tahun 2022
25,00%
20%
20,00%
17%

15,00% 14%

10%
10,00% 9%
6%
4% 4% 4%
5,00% 3%

0,00%
SULAWESI UTARA SULAWESI TENGAH SULAWESI SULAWESI GORONTALO SULAWESI BARAT MALUKU MALUKU UTARA PAPUA BARAT PAPUA
Sumber: Komdat Kesmas, 22 Mei 2022 SELATAN TENGGARA
Intervensi stunting perlu dilakukan sebelum dan setelah kelahiran

1 Sebelum lahir 2 Setelah lahir


Sekitar 23% anak lahir Stunting meningkat signifkan pada usia 6-23 bulan, akibat kurang
dengan kondisi sudah protein hewani pada makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang
stunted, akibat ibu hamil mulai diberikan sejak usia 6 bulan.
sejak masa remaja kurang
gizi dan anemia. 37%
35%
32%
1,8 x
26%
23% 23%
21%

Stunting pada balita

Lahir 0-5 bln 6-11 bln 12-23 bln 24-35 bln 36-47 bln 48-60 bln
Sumber: Riskesdas 2018 10
INDIKATOR RPJMN-RENSTRA 2020 – 2024
RENSTRA TARGET
NO INDIKATOR RPJMN
IKK IKP 2020 2021 2022 2023 2024
Prevalensi Stunting (pendek dan
1 √ 24,1 21,1 18,4 16 14
sangat pendek) pada balita
Prevalensi Wasting (Gizi Kurang dan
2 √ 8,1 7,8 7,5 7,3 7
Gizi Buruk) pada balita
Persentase Ibu Hamil Kurang Energi
3 √ √ 16 14,5 13 11,5 10
Kronik (KEK)
Cakupan Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan
4 √ √ 40 45 50 55 60
Mendapat ASI Eksklusif
Jumlah balita yg mendapatkan
5 √ 90,000 140,000 190,000 240,000 290,000
suplementasi gizi mikro
Persentase Kabupaten/Kota
6 √ √ 51 70 90 100 100
melaksanakan Surveilans Gizi
Persentase Puskesmas mampu
7 √ 10 20 30 45 60
Tatalaksana Gizi Buruk pada Balita
Evidence-based interventions for improvement of maternal and child nutrition
STRATEGI NASIONAL
Kampanye PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING
diarahkan pada
praktek
pemenuhan
gizi salah
dengan
menerapkan
pola konsumsi
yang bergizi
seimbang

Memastikan
ketersediaan
ikan dan
kemudahan
masyarakat
dalam
mengakses
makanan
bergizi dan
sehat 05
STRATEGI OPERASIONAL TATA LAKSANA GIZI BURUK DAN STUNTING PADA
BALITA

Pemberdayaan Meningkatkan
kualitas dan Meningkatkan Penguatan sistem
keluarga dan
cakupan deteksi kualitas dan kewaspadaan dini
masyarakat
dini di tingkat akses melalui
termasuk
masyarakat pelayanan surveilans
pelibatan lintas
sebagai upaya kesehatan kesehatan dan
sektor dan dunia
pencegahan gizi dan gizi gizi
usaha
buruk

Meningkatkan Meningkatkan
kerjasama dukungan dan Deteksi dini , rujukan
dengan lintas peran serta kasus stunting dan
program, lintas Pemerintah pemantauan paska
sektor, mitra Daerah dalam rujukan
pembangunan dukungan
dan masyarakat kebijakan dan
pembiayaan 15
Kemenkes berkomitmen untuk melakukan transformasi sistem kesehatan
6 pilar transformasi penopang kesehatan Indonesia
Visi
Sejalan dengan visi Presiden untuk mewujudkan masyarakat yang sehat, produktif, mandiri dan berkeadilan

Outcome Meningkatkan kesehatan ibu, Gerakan Masyarakat Memperkuat sistem kesehatan


Mempercepat perbaikan gizi Memperbaiki
RPJMN bidang anak, keluarga berencana dan Hidup Sehat (GERMAS) & pengendalian obat dan
masyarakat pengendalian penyakit
kesehatan kesehatan reproduksi makanan

1 Transformasi layanan primer 2 Transformasi layanan 3 Transformasi sistem ketahanan


rujukan kesehatan

a b c d
Edukasi Pencegahan Meningkatkan Meningkatkan akses Meningkatkan a Memperkuat b
Pencegahan dan mutu layanan
penduduk sekunder kapasitas dan ketahanan sektor ketahanan
6 kategori primer sekunder & tersier
kapabilitas layanan farmasi & alat tanggap darurat
utama 7 kampanye utama: Skrining 14 penyakit
Penambahan primer kesehatan
imunisasi, gizi penyebab kematian Pembangunan RS di Jejaring nasional
imunisasi rutin
seimbang, olah raga, tertinggi di tiap sasaran Pembangunan Kawasan Timur, jejaring Produksi dalam negeri surveilans berbasis lab,
menjadi 14 antigen
anti rokok, sanitasi & usia, skrining stunting, & Puskesmas di 171 kec., pengampuan 6 layanan 14 vaksin rutin, top 10 tenaga cadangan
dan perluasan
kebersihan peningkatan ANC untuk penyediaan 40 obat unggulan, kemitraan obat, top 10 alkes by tanggap darurat, table
cakupan di seluruh
lingkungan, skrining kesehatan ibu & bayi. esensial, pemenuhan dengan world’s top volume & by value. top exercise
Indonesia.
penyakit, kepatuhan SDM kesehatan primer healthcare centers. kesiapsiagaan krisis.
pengobatan

4 Transformasi sistem Transformasi SDM 6 Transformasi teknologi


5
pembiayaan kesehatan Kesehatan kesehatan
Regulasi pembiayaan kesehatan dengan Penambahan kuota mahasiswa, Pengembangan dan pemanfaatan teknologi, digitalisasi,
3 tujuan: tersedia, cukup, dan dan bioteknologi di sektor kesehatan.
beasiswa dalam & luar negeri,
berkelanjutan; alokasi yang adil; dan kemudahan penyetaraan nakes lulusan
pemanfaatan yang efektif dan efisien. luar negeri.

16
Penguatan Manajemen Pelayanan Gizi Spesifik di Puskesmas
Implementasi Konvergensi Stunting
INTERVENSI SPESIFIK GERAKAN BERSAMA INTERVENSI SENSITIF
PEMDA - CAMAT – KADES/LURAH
Akses geografis

IBU
HAMIL
ANEMIA

IBU
Remaja STUNTING HAMIL
KEK

BALITA
STUNTING

MONITORING TERPADU OPD


TERKAIT

ZERO NEW STUNTING


Dukungan Kemenkes dalam upaya penurunan stunting
Peraturan Presiden No. 72 Tahun 2021
Intervensi Sensitif
Intervensi Spesifik Kontribusi
Target (Penyebab tidak langsung)
Kontribusi

Target (Penyebab Langsung) 30% 70% pelayanan KB pascapersalinan


70%
15,5% kehamilan yang tidak diinginkan
58%
Sebelum Lahir

remaja putri mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD)


90% cakupan calon Pasangan Usia Subur (PUS)
memperoleh pemeriksaan kesehatan sebagai
80% ibu hamil mengonsumsi 90 tablet TTD selama kehamilan bagian pelayanan nikah

100% rumah tangga mendapat akses air minum


layak di kab/kota prioritas
90% ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) mendapat tambahan asupan gizi
90% rumah tangga mendapat akses sanitasi (air
limbah domestik) layak di kab/kota prioritas
80% bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI Eksklusif
112,9 juta penduduk menjadi Penerima Bantuan
Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan Nasional
80% anak usia 6-23 bulan mendapat Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) 90% keluarga berisiko stunting memperoleh
Setelah Lahir

pendampingan

90% balita dipantau pertumbuhan dan perkembangannya 10 juta keluarga miskin dan rentan memperoleh
bantuan tunai bersyarat

90% balita gizi kurang mendapat tambahan asupan gizi 70% target sasaran memiliki pemahaman yang
baik tentang stunting di lokasi prioritas
15,6 juta keluarga miskin dan rentan yang
90% balita gizi buruk mendapat pelayanan tata laksana gizi buruk
menerima bantuan sosial pangan
90% desa/ kelurahan stop Buang Air Besar
90% bayi memperoleh imunisasi dasar lengkap Sembarangan (BABS)

19
13 program intervensi spesifik dan sensitif untuk menurunkan stunting
Sasaran Program
Screening anemia
1

Sebelum
Pemeriksaan kesehatan termasuk kadar hemoglobin siswi kelas 7 & 10

hamil
Remaja Putri
Konsumsi tablet tambah darah (TTD)
2
Sebelum lahir

Pemberian TTD setiap minggu di sekolah


Pemeriksaan kehamilan
3
Pelaksanaan antenatal care (ANC) 6x (2x dengan dokter), termasuk penggunaan USG
hamil

Konsumsi tablet tambah darah (TTD)


Saat

Ibu Hamil 4
Pemberian tablet tambah darah ibu hamil (minimal 90 selama kehamilan)
Pemberian makanan tambahan bagi Ibu KEK
5
Pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil KEK berupa protein hewani
Spesifik

Pemantauan tumbuh kembang


6
Penimbangan, pengukuran panjang badan, dan pemantauan perkembangan balita di Posyandu setiap bulan
ASI eksklusif
7
Pemberian ASI eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan
Pemberian makanan tambahan protein hewani bagi baduta
Setelah lahir

8
Pemberian protein hewani bagi anak 12-23 bulan, berupa telur dan sumber protein lainnya.
Balita
Tatalaksana balita dengan masalah gizi
Merujuk balita dengan weight faltering & masalah gizi dari Posyandu ke Puskesmas, serta memberikan makanan tambahan
9
untuk weight faltering & gizi kurang, formula 75 dan formula 100 untuk gizi buruk. Merujuk balita stunting & masalah gizi yang
tidak tertangani di Puskesmas ke RS dan memberikan PKMK.
Peningkatan cakupan dan perluasan jenis imunisasi
10 Pelayanan rutin, kampanye bulan imunisasi dasar dan 3 imunisasi tambahan (PCV, Rotavirus, HPV). Imunisasi tambahan
PCV mencegah pneumonia dan Rotavirus mencegah diare, sehingga mencegah terganggunya pertumbuhan.
11 Edukasi remaja putri, ibu hamil, dan keluarga balita
Sebelum dan

Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan Nasional


Setelah lahir
Sensitif

12 Sinkronisasi data PBI secara berkala, monev kontribusi pemda untuk iuran bagi peserta PBI dan PBPU Kelas III dan
pembayaran iuran PBI.
Remaja Putri, Ibu Hamil,
Balita & Masyarakat Desa / kelurahan Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS)
Umum 13 20
Advokasi, koordinasi dan kemitraan dalam percepatan Stop BABS, peningkatan kapasitas petugas dan mitra, pemberdayaan
masyarakat dan pemantauan kualitas.
Perpres 72 tahun 2021 tentang percepatan penurunan stunting

Intervensi Sensitif
TARGET 2024

70% 15,5% 90% 100% 90%


Persentase rumah
Persentase pelayanan Cakupan PUS yang Persentase rumah tangga yg mendapatkan
Persentase kehamilan memperoleh pemeriksaan
keluarga berencana yang tidak diinginkan tangga yg mendapatkan akses sanitasi (air limbah
(KB) pasca persalinan kesehatan à bagian dari akses air minum layak di domestic) layak di
pelayanan pranikah kab/kota lokasi prioritas kab/kota lokus prioritas

112,9 Jt 90% 10 Jt 70% 15,6Jt 90%


Persentase target
Cakupan penerima Cakupan keluarga Jumlah keluarga sasaran yang memiliki Jumlah keluarga Persentase
bantuan iuran (PBI) berisiko stunting miskin dan rentan pemahaman yang miskin dan rentan desa/kelurahan
Jaminan Kesehatan yang memperoleh dan memperoleh baik tentang stunting dan memperoleh Stop BABS atau
Nasional pendampingan bantuan tunai di lokasi prioritas bantuan tunai ODF
bersyarat bersyarat

21
REKOMENDASI HASIL ANALISIS WORLD BANK UNTUK MEMPERKUAT KUALITAS
LAYANAN GIZI DI INDONESIA.

1. Analisis dilakukan secara komprehensif, meliputi berbagai ranah, antara lain:


• uraian tugas petugas gizi, bidan, kader posyandu dan kader pembangunan manusia
(HDW);
• Indikator kinerja,
• Standar pelayanan gizi di Puskesmas;
• Reward system dan peningkatan kinerja; serta pelatihan dan pengembangan.

2. Rekomendasi : pengembangan strategi intervensi yang diimplementasikan di fasilitas


Kesehatan primer, dan perifer serta yang diselenggarakan melalui kegiatan berbasis
masyarakat (posyandu, kelas bumil, kelas P2K2 dll).

Pedoman Manajemen Pelayanan Gizi di Puskesmas dan Panduan Supervisinya (Daftar Tilik)

Anda mungkin juga menyukai