Anda di halaman 1dari 53

PEDOMAN STANDAR ETIK

PENELITIAN KESEHATAN
PRODI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT
PENDAHULUAN
Agar hasil penelitian dapat dimanfaatkan dengan aman dan efektif
untuk kesehatan manusia, diperlukan penelitian yang
mengikutsertakan manusia

Suatu penelitian yang mengikutsertakan manusia sebagai subjek


dapat diterima secara etik apabila dilakukan berdasarkan metode
ilmiah yang valid
PENDAHULUAN
Peneliti yang etis, bukan saja wajib menghargai kesediaan dan
pengorbanan subjek penelitian, melainkan juga menghormati
dan melindungi kehidupan, kesehatan, keleluasaan pribadi
(privacy), dan martabat (dignity)

Pelaksanaan kewajiban moral (moral obligations)


tersebut adalah inti etika penelitian kesehatan
PENDAHULUAN
Perkembangan etik penelitian harus mempertimbangkan dua isu
pokok, yaitu
1) perlunya penelitian dilakukan dan
2) metode telaah etik terhadap protokol penelitian.

Kode etik dan pedoman adalah sarana untuk membangun dan


mengartikulasi berbagai nilai yang menjadi kewajiban
Lembaga penelitian atau praktisi profesi
PENDAHULUAN
Peran Komite Etik Penelitian Kesehatan adalah memastikan ditegakkannya konsepteori
moral dan aplikasinya pada setiap penelitian.
Kompleksitas hubungan antara kode etik, praktik etis, dan hukum meliputi
a) Evaluasi etik dan bukan semata-mata persoalan “penerapan” kode etik atau aspek
hukum;
b) Panduan yang jelas yang seringkali tidak mudah diberikan ketika dihadapkan pada
kasus yang kompleks;
c) Pembahasan aspek legalitas usulan penelitian seringkali tergantung pada persepsi
KEPK, dan
d) Isi pedoman tertentu mungkin bersifat kontroversial dan/atau bertentangan dengan
pedoman lainnya (internal atau eksternal)
PELANGGARAN ETIK 1947

the Doctor’s trial di Nuremberg, Jerman


Nuremberg Military Tribunal bertugas mengadili kejahatan
perang rezim Nazi Jerman yang dilakukan selama Perang
Dunia II.

Para dokter yang diadili dipersalahkan melakukan penelitian


kesehatan secara paksa pada tawanan perang di pusat
penampungan dengan keji

Kode Nuremberg
Pokok-pokok yang tercantum dalam Kode
Nuremberg di bidang etik penelitian
kesehatan

1. melindungi integritas subjek penelitian


2. menetapkan persyaratan untuk secara etik melaksanakan penelitian
kesehatan dengan mengikutsertakan manusia sebagai subjek penelitian,
3. menekankan diperlukannya persetujuan sukarela (voluntary consent) dari
manusia sebagai subjek penelitian dengan menandatangani PSP
(persetujuan setelah penjelasan) secara khusus
1948

Majelis Umum PBB menetapkan


Universal Declaration of Human Rights

1966
Untuk memberi kekuatan hukum dan moral pada deklarasi
tersebut, Majelis Umum PBB pada tahun 1966 menetapkan

The International Covenant on Civil and Political Rights.


1964
Pada sidang General Assembly, World Medical Association
(WMA, Ikatan Dokter Sedunia) di Kota Helsinki

the Declaration of Helsinki tentang Ethical Principles for


Medical Research Involving Human Subjects

delapan kali dimutakhirkan pada sidang General


Assembly, World Medical Association

tahun 1975 di Tokyo, 1983 di Venice, 1989 di Hongkong, 1996 di


Sommerset West, 2000 di Edinburg, 2002 di Washington, 2004 di
Tokyo, 2008 di Seoul, dan terakhir tahun 2013 di Fortalesa Brasil
PERINSIP ETIK

THE BELLMONT REPORT


• PRINSIP MENGHORMATI HARKAT MARTABAT MANUSIA
(RESPECT FOR PERSONS)
• PRINSIP BERBUAT BAIK (BENEFICENCE) DAN TIDAK
MERUGIKAN (NON-MALEFICENCE)
• PRINSIP KEADILAN (JUSTICE)
PERINSIP DAN KERANGKA ETIK
Pendekatan etika konsekuensialis (teori
konsekuensialis) berpendapat bahwa kebenaran atau
kesalahan atau tindakan ditentukan oleh konsekuensi
aktual perbuatan itu beserta kemungkinannya
menurut utilitarianisme benar atau salahnya
suatu tindakan itu tergantung pada manfaat
(utilitas ) tindakan itu

Sangat mungkin bahwa pendekatan hanya berdasarkan asas manfaat untuk


pembuatan keputusan etik dari sisi peneliti, belum mencerminkan keadilan
yang sebenarnya
PERINSIP DAN KERANGKA ETIK
Deontologis menekankan bahwa benar dan tidaknya suatu perbuatan
bukan tergantung pada konsekuensinya, melainkan pada kewajiban
yang harus dibuat oleh pelaku  Hukum Agama

• Menghormati Harkat dan Martabat Manusia

• Hak Asasi Manusia dan Hak Banding


Kerangka untuk menyediakan cara berpikir dan menanggapi
perbedaan moral yaitu sebagai berikut
Wacana Etik
Tujuan wacana etik adalah untuk memberikan penjelasan
tentang kewajiban moral kita yang muncul dari berbagai norma
dan praktik komunikasi

Prinsiplisme
‘”Empat Prinsip” yang dikembangkan oleh Tom Beauchamp dan
James Childress adalah Respect for autonomy, non maleficence,
beneficence dan justice

Komunitarianisme
Kegagalan liberalism  individu hanya bermakna bila diterpkan dalam
konteks nilai bersama
Peran dan Legitimasi KEPK

melindungi dan mendukung otonomi manusia, baik


sebagai calon maupun subjek penelitian

melindungi kesejahteraan calon dan subjek penelitian

menyeimbangkan sejumlah pertimbangan moral yang relevan ketika


menentukan protokol penelitian, termasuk menghormati otonomi,
pelindungan, dan peningkatan kesejahteraannya
Perkembangan Mutakhir Etik Penelitian Kesehatan
penelitian yang mengikutsertakan subjek manusia, pedoman yang lazim dipakai di
seluruh dunia ialah Deklarasi Helsinki

Pesan moral yang ada dalam Deklarasi Helsinki kemudian


dibuat petunjuk pelaksanaannya dalam bentuk Good
Clinical Practice

Penerapan GCP yang baik akan menghasilkan dua manfaat, yaitu sebagai
berikut:
1. Data yang dihasilkan akurat dan dapat dipercaya;
2. Keselamatan subjek penelitian terjamin.
Proses Penilaian Etik Penelitian Kesehatan

Pada penilaian etik penelitian tidak dapat digunakan cara yang absolut, antara benar
dan salah, tetapi digunakan skala antara yang lebih baik, wajar atau pantas, dan
kurang baik, atau tidak dapat diterima. Penilaian etik penelitian tidak mungkin dan
tidak dapat dibakukan dengan pendekatan seragam atau blanket approach. Setiap
protokol penelitian yang dinilai harus diperlakukan sebagai karya unik.
Tanggung Jawab Komposisi Sumber Daya
Sistem Telaah Etika Anggota KEPK KEPK

Standar 1 Standar 2 Standar 3

Transparansi,
Independensi Pelatihan Akuntabilitas, STANDAR
KEPK Anggota KEPK dan Kualitas INSTITUSI
KEPK KOMITE ETIK
Standar 4 Standar 5 Standar 6 PENELITIAN
KESEHATAN

Prosedur
Dasar Etik Untuk Kebijakan dan
Pengambilan
Keputusan KEPK Operasional Baku
Keputusan KEPK

Standar 7 Standar 8 Standar 9


Standar 1

Tanggung Jawab Sistem Telaah Etika

KEPK harus memiliki kemampuan untuk melakukan telaah secara independen


terhadap semua penelitian kesehatan di tingkat kelembagaan, nasional, regional,
atau swasta. Ini harus menjadi sistem yang tepat dan berkelanjutan untuk memantau
kualitas dan keberhasilan telaah etik penelitian. Sistem telaah etik menekankan pada
perlindungan keikutsertaan manusia sebagai subjek; KEPK merupakan bagian dari
sistem ini, dan meskipun telah dibangun dengan niat terbaik, KEPK mungkin tidak
dapat melakukan telaah etik dengan baik.
Standar 2
Komposisi Anggota Komite Etik

Keanggotaan KEPK bersifat multidisiplin dengan komposisi


yang seimbang antargender, keragaman sosial dan budaya
masyarakat, dan mencakup individu dengan latar belakang
yang relevan dengan bidang penelitian yang akan ditelaah.
Dengan jumlah anggota komite paling sedikit atas lima orang
dengan memperhatikan sekurang-kurangnya termasuk 1
orang awam dan anggota tidak terafiliasi untuk mengambil
keputusan persetujuan etik.
Standar 3

Sumber Daya Komite

Institusi yang membentuk KEPK harus


mendukung kegiatan KEPK dengan sumber
daya yang cukup, yaitu staf, sarana dan
prasarana, serta pendanaan yang memungkinkan
KEPK melaksanakan tugas secara efektif dan
bertanggung jawab.
Nilai Sosial dan/ Nilai Ilmiah Pemerataan
Potensi Risiko
atau Nilai Etik (Desain Ilmiah) Beban dan
Manfaat
dan Manfaat
Kriteria
Satu Dua Ttiga Empat

Kelaikan
Bujujan,
Keuntungan
Perlindungan
Privasi dan
Persetujuan
Setelah
Perlindungan
Subjek Rentan
Etik
dan Biaya Penjelasan
Kerahasiaan (Vulnerable)
Pengganti (PSP)/ IC

Lima Enam Tujuh Delapan


Standar 9
Kebijakan dan Operasional Baku

Kebijakan dan prosedur operasional baku


mengatur keanggotaan KEPK, pengaturan KEPK,
proses telaah, pengambilan keputusan,
komunikasi, tindak lanjut, pemantauan,
dokumentasi dan pengarsipan, pelatihan, jaminan
mutu, dan prosedur untuk berkoordinasi dengan
KEPK lain.
Dikecualikan
(Exempted) /
Dibebaskan
Proses penelitian yang mengikutsertakan
(Waive)
Tata Laksana /
manusia sebagai subjek penelitian, yang
Satu dirancang dan dilakukan oleh mahasiswa (S-1,
S-2, PPDS, dan S-3) menjadi “tanggung
Proses Telaah Dipercepat
jawab” dosen pembimbing dalam hal
pengarahan dan pengawasan. Semua

Etik (Expedited) penelitian yang dilakukan oleh siswa yang


mengikutsertakan subjek manusia harus
Dua ditelaah dengan mematuhi pedoman dan
regulasi yang menjadi tanggung jawab KEPK.

Dibahas penuh
(Fullboard)

Tiga
Tata Laksana
Telaah Etik
Tindak Lanjut Hasil Telaah akan dikomunikasikan
kepada peneliti oleh sekretariat KEPK dengan
beberapa jenis keputusan hasil telaah yaitu
disetujui; atau Perbaikan; atau Ditolak. Kerangka
KEPK melakukan telaah setelah persetujuan yang waktu proses telaah bisa memerlukan waktu lebih
meliputi hal seperti telaah perubahan; dari satu bulan apabila diperlukan telaah komite
berkelanjutan; lapran akhir; kejadian yang tidak penuh.
diinginkan; dan telaah kesenjangan dengan prtokol
atau pelanggaran protokol.
STANDAR ETIK PENELITIAN
Bagi Peneliti
Sebelum Pelaksanaan Saat Pelaksanaan Sesudah Pelaksanaan
• Penguasaan yang baik
• Aplikasi telaah etik penelitian • Berkewajiban melaporkan kepada
• Penelitian dengan subjek manusia
• Melaksanakan tugas sesuai KEPK saat penelitian selesai
dilaksanakan oleh orang yang
protocol • Berkewajiban etik
berkualifikasi
• Tidak diperkenankan melakukan mempublikasikan hasil penelitian
• Memahami standar etik penelitian
• Penilaian cermat mengenai risiko deviasi dengan tetap
• Jika ada perubahan
dan beban
• Meminimalkan menginformasikan KEPK
risiko dan
• Melaporkan keamanan kepada
ketidaknyamanan
• Perlindungan subjek KEPK
• Melaporkan kemajuan dan tindak
• Melakukan protocol yang disetujui
• Jika menggunakan hewan, wajib lanjut
• Informasi kepada subjek penelitian
mengetahui spesies dan jumlah
hewan
Aspek Etik Penelitian pada Korban Bencana
Belum ada pedoman khusus mengenai etik penelitian pada korban bencana di
Indonesia, baik yang dibuat KNEPK maupun KEPPKN. Namun, secara garis
besar peneliti yang menggunakan manusia sebagai subjek penelitian harus
mematuhi International Ethical Guidelines for Biomedical Research Involving
Human Subjects (2002) dari CIOMS karena akan menyinggung masalah hak
asasi manusia

Sesuai dengan Guideline International CIOMS tahun 2016, baik penelitian


Epidemiologik (tahun 1991) maupun penelitian individu manusia (tahun
2002), secara universal telah disepakati bahwa semua penelitian wajib
didasarkan pada prinsip etik menghormati harkat dan martabat manusia
(respect for person), berbuat baik (beneficence) dan keadilan (justice) dan
informed consent.
Bisakah penelitian
pada korban
bencana dilakukan
tanpa informed
Consent ???
PROTOKOL PENELITIAN PADA KORBAN BENCANA

1. Terdapat bukti

2. Informed consent tidak praktis

3. Penilaian risiko manfaat menguntungkan para korban bencana

4. Calon peserta mengetahui desain penelitian dan mendapat penjelasan mengenai hasil

penelitian

5. Data dan identitas peserta terjaga kerahasiaannya

6. Subjek yang ingin keluar dihormati keputusannya

7. Peneliti telah bertemu KEPK setempat untuk membahas penelitian dapat dilakukan atau tidak

tanpa persetujuan informed consent.


Aspek Etik pada Penelitian selama Keadaan Darurat
Kesehatan Masyarakat

Validasi ilmiah Kemitraan kolaboratif

Rasio keuntungan risiko yang


Nilai sosial wajar

Keikutsertaan yang adil dan sukarela reviu


independent, dan

Rasa hormat moral yang sama bagi subjek dan


komunitas yang terkena dampak
Aspek Etik Penelitian Genetika

Prinsip etik umum

Aspek etik pada rancangan penelitian

Aspek etik pengumpulan data

Aspek etik melaporkan hasil penelitian


Aspek Etik Penelitian Pemanfaatan Bahan Biologik
Tersimpan (BBT)

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor


18 tahun 1981 yang mengatur pemanfaat mayat, alat tubuh
manusia, jaringan, transplantasi, dan donor, baik untuk
kepentingan klinis maupun anatomis, harus disertai persetujuan
tertulis penderita dan atau keluarganya yang terdekat setelah
penderita meninggal dunia.
Aspek Etik Penelitian Pemanfaatan Bahan Biologik
Tersimpan (BBT)

Mendapat persetujuan dari komite ilmiah

Penelitian akan menghasilkan informasi yang tidak mungkin dapat diperoleh dengan
cara lain

a.Metode penelitian harus sesuai dengan tujuan penelitian dan bidang ilmu
pengetahuan terkait

Peneliti utama dan seluruh tim peneliti harus kompeten dan memenuhi persyaratan kemampuan

sarana dan prasaranamemadai

menjamin kehidupan, kesehatan, kesejahteraan, keleluasaan pribadi dan martabat manusia sumber BBT

Perlu dijamin bahwa kepentingan dan kesejahteraan manusia sumber BBT tidak pernah dikalahkan (override)
oleh kepentingan dan tujuan penelitian bagaimanapun pentingnya
Aspek Etik Penelitian Obat Herbal/Tradisional
Untuk mendapatkan peran secara optimal, para pihak yang terlibat dalam uji klinik agar memperhatikan hal-hal
sebagai berikut.

1. Sponsor dan ORK yang Memiliki sumber daya yang kompeten dan memahami prinsip GCP serta regulasi yang
berlaku

2. Komite Etik Penelitian Kesehatan dan Regulator yang memiliki sumber daya yang kompeten dalam rangka
mengawal protokol uji serta dokumen uji lainnya dapat dipertanggungjawabkan secara etik dan ilmiah untuk
dilaksanakan serta dilakukan pengawasan terhadap pelaksanaan uji tersebut.

3. Peneliti dengan latar belakang yang sesuai dan memahami serta memiliki sertifikat GCP/CUKB

4. Tempat penelitian yang memiliki fasilitas yang cukup


Aspek Etik Penelitian Sel Punca (Stem Cell)

Yang diperlukan adalah persetujuan setelah pemberitahuan penjelasan


(PSP) atau informed consent subjek manusia yang menyumbang bahan
biologiknya dan diupayakan supaya risiko untuk subjek manusia
sekecil mungkin dengan memperoleh manfaat sebesar mungkin.
Aspek Etik Penelitian Sel Punca (Stem Cell)

Sel Punca embrionik

Sel Punca dewasa

Sel punca hasil reprogram sel somatik


Aspek Etik Penelitian Berbasis Layanan

Penelitian berbasis pelayanan kesehatan kepada manusia dilakukan dalam rangka


memberikan nilai tambah, menguji efektivitas, atau memberikan landasan ilmiah pada
teknologi dan produk teknologi kesehatan. Konsep penelitian berbasis pelayanan ini rawan
dalam menimbulkan salah penafsiran, yaitu bila akan mengembangkan produk teknologi
baru, “gunakanlah produk ini dulu dalam pelayanan”, kemudian baru diteliti produk ini aman
dan efektif atau tidak. Cara seperti ini jelas melanggar sistematika penelitian dan juga
melanggar etika penelitian konsep ini memudahkan terjadinya penelitian yang bias, antara
lain melakukan uji klinik tanpa kelompok pembanding, tanpa pengacakan (randomisasi),
tanpa penyamaran (blinding), dsb. Akibatnya, tidak heran peneliti sampai pada simpulan yang
bias yaitu produk teknologi baru itu sudah dibuktikan “aman dan efektif.”
Aspek Etik Penelitian Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence)
First
Teknologi AI, yang digunakan dalam penelitian dan praktik klinis, harus mematuhi persyaratan privasi
dan keamanan data pasien

Next
keandalan dan keamanan teknologi AI karena dapat memengaruhi penelitian dan pengambilan
keputusan klinis termasuk diagnosis banding

Last
transparansi dan akuntabilitas orang-orang yang merancang, menerapkan, dan menggunakan sistem
AI, baik itu industri, pemerintah, sektor swasta, maupun akademisi.
Penelitian Memanfaatkan Hewan Coba

Cause Replacement
Dalam upaya meningkatkan mutu etik Apabila untuk membuktikan suatu hipotesis diperlukan penggunaan hewan, harus
pada penggunaan hewan coba, sejak dimulai dengan menggunakan hewan yang paling rendah tingkatannya atau cukup
tahun 1980 digunakan konsep 3R, menggunakan metode in-vitro (memakai kultur sel ataupun jaringan) atau simulasi
yaitu singkatan Replacement, computer.
Reduction, Refinement. Konsep 3R
adalah sarana untuk menghilangkan Reduction
segi-segi yang tidak manusiawi
(inhumane) pada penggunaan hewan Apabila tidak ada pilihan lain dan harus menggunakan hewan coba, harus ditelaah dengan
coba. Konsep 3R menyediakan baik jumlah hewan yang akan digunakan.
kerangka kerja untuk meningkatkan
mutu pelaksanaan percobaan hewan
dan pembenaran etiknya
Refinement
Pada tahap ini, peneliti ataupun pengguna hewan coba harus memperhatikan metode
pemeliharaan dan perlakuan yang akan digunakan pada hewan coba. Pemeliharaan dan
perlakuan tersebut harus melihat asas kesejahteraan hewan (animal welfare).
Aturan Kode Etik Penelitian Menggunakan Hewan

mengajukan protokolnya kepada KEPK yang menggunakan konsep 3R dan 5F sebagai harus dilampirkan persetujuan dari komite
berwenang . pedoman dan landasan berpikir. ilmiah.

harus beranggotakan seorang dokter hewan, seorang


peneliti yang berpengalaman dalam melakukan keseimbangan yang wajar antara risiko dan Hewan coba harus dipilih.
penelitian hewan dan seorang nonpeneliti manfaat.

Harus diupayakan semaksimal mungkin cara Di lembaga harus ditugasi seorang dokter hewan
menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri, jumlah hewan yang digunakan sesedikit
yang memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam
ketidaknyamanan, dan kesusahan bagi hewan coba. mungkin, hasil penelitian tetap sahih.
bidang laboratory animal medicine and science .

Pembelian, transpor, pemeliharaan, pakan, air, Penanganan hewan coba selama penelitian dan
kandang, sanitasi, suhu, kelembapan harus pengorbanan (sacrifice) pada akhir penelitian
memenuhi persyaratan dan dipantau selama harus dilakukan secara manusiawi (humane)
penelitian dengan mengacu pada pedoman terkini
Issue-issue etik dalam Penelitian Kesehatan
Isu prinsip etis

Mekanisme proteksi
informed consent Privasi partisipan Prinsip Imperalis

Dove, Avard, Black, dan Knoppers (2013) Apabila terjadi pelanggaran


Benatar (1998) menyoroti London (2002) mensinyalir sulit
dalam artikelnya mengenai pemerolehan privasi pada titik manapun dari
lemahnya mekanisme terpenuhinya prinsip
informed consent dalam riset kesehatan jalur informasi dalam sistem
perlindungan (proteksi) imparsialitas dalam tinjauan etis
anak . Mereka menemukan bukti-bukti kesehatan maka risiko
partisipan penelitian pada tingkat oleh badan peninjau etik,
bahwa terdapat kesenjangan, variabilitas, tersingkapnya informasi
pelaksanaan penelitian khususnya di negara
serta inkonsistensi yang besar dalam isi kesehatan pasien yang
dibandingkan dengan pada berkembang. Ketidakseimbangan
formulir persetujuan, yang pada akhirnya seharusnya terlindungi menjadi
tingkat perancangan dan relasi kekuasaan antar pemangku
dapat mencederai hak anak, di samping meningkat secara eksponensial
peninjauan protokol riset. kepentingan
menyebabkan perlindungan yang (Love, 2011)
kualitasnya tidak merata antar anak yang
satu dan anak yang lain dalam berbagai
penelitian pediatric.
Issue-issue etik dalam Penelitian Kesehatan
Isu Riset, Praktik, Peninjau Etik dan Hukum Isu pada aspek bidang sosial dan budaya
Sejumlah ahli mempertanyakan batas-batas antara “riset” Dalam penelitian psikologi sosial kesehatan dalam setting
dan “praktik (non-riset)” dalam pembahasan etika multikultural, generalisasi yang berlebihan atas hasil
penelitian. Walaupun dalam kebanyakan kasus, riset dan penelitian (overgeneralization) merupakan hal yang sering
praktik saling tumpang tindih, MacQueen dan Buehler dilakukan oleh peneliti. Artinya, peneliti menyimpulkan
(2004) dalam bidang kesehatan publik (public health) bahwa temuan penelitiannya berlaku bagi seluruh anggota
menegaskan bahwa keduanya dapat dibedakan berdasarkan kelompok budaya yang diteliti, serta mengabaikan
intensi utama (primary intent)-nya. perbedaan individual antar orang yang satu dengan orang
yang lainnya.

Sejumlah poin berikut ini merupakan hasil kajian Smith dan


Williams-Jones (2012) mengenai etika kepengarangan :
Terdapat satu bidang profesi di mana kontroversinya lebih
Desainer atau perancang penelitian seringkali ditempatkan
sedikit dibandingkan penelitian klinis seperti kloning
sebagai penulis utama, Seorang penulis teknis (technical
jaringan tubuh manusia, yakni occupational health research
writer) jika tidak terlibat dalam proses riset tidak boleh
(Coggon, 2001). Dalam penelitian-penelitian okupasional ini,
ditempatkan namanya sebagai pengarang, Relasi kekuasaan
intervensi eksperimental dilakukan pada tingkat kelompok,
yang asimetrik atau tidak seimbang (misalnya antara dosen
bukan individual.
dan mahasiswa)
Isu Ragam Profesi Kesehatan Isu terkait kepengarangan
Studi Kasus
Pelanggaran Etik Ilmiah Analisis Kasus Pelanggaran
Salah satu kasus yang terkuak kepermukaan adalah kasus Elias A. K. Alsabti
pada akhir 1970 dan awal 1980. Alsabti adalah seorang warganegara Irak, Dari kasus Elias A. K. Alsabti diatas terdapat dua pelanggaran etika ilmiah.
Pertama terkaitfalsifikasi data, yaitu kegiatan mengubah suatu informasi supaya
memperoleh sarjana kedokteran diIrak dan datang ke Amerika Serikat pada
sesuai dengan keinginan penulis. Falsifikasi biasanya dilakukan terhadap data
1977 untuk bekerja dalam bidang immunologi di Temple University di yang diperoleh. Data, kemudian dirubah agarselaras dengan simpulan yang
Philadelphia, dan dilanjutkan di beberapa institute lainnya. Alsabti didapati ingin diambil dari sebuah penelitian. Jika data tidak difalsifikasi, dikhawatirkan
terlibat dalam penipuan saintifik. Alsabti melakukan perbuatan plagiat, simpulan yang diambil tidak sesuai dengan teori yang ada dan ini akan sulit
mengambil data dari jurnal, dan mempublikasikannya lagi dalam jurnal yang mempertahankannya di depan penguji/ reviewer sehingga falsifikasi dianggap
sebagai jalankeluar terbaik.
lain. Dalam beberapa kasus yang lain, plagiat yang dilakukan oleh Alsabti
Hal ini dibuktkan oleh rekan kerjanya yang menyatakan bahwa ada
dengan mudah dapat ditemukan karena kecerobohan dia dalam menghilangkan manipulasidata yang dilakukan Alsabti untuk mampu lolos publikasi jurnal
tanda-tanda bahwa data tersebut telah diambil dari artikel orangl ain. Sebelum ilmiah. Pelanggaran kedua adalah plagiasi, ketika Alsabti dengan sengaja
kasus ini ditemukan Alsabti tealah memperoleh posisi di enam buah institut “mengambil data dari jurnal, dan mempublikasikannya lagi dalam jurnal
yang berbedadan mendapatkan izin untuk membuka praktek kedokteran di dua yang lain” tanpa memberikan keterangan sumber datatersebut dari artikel atau
sumber publikasi ilmiah penulis lain sebelumnya. Permasalahan yang terjadi
slidesmania.com

negara bagian di Amerika Serikat. Kasus ini telah dipublikasikan di Nature, the
menggambarkan bahwa proses filter/seleksi dari penulisan ilmiah yang ada
British Medical Journal dan disebuah buku yang berjudulStealing Into Print tidak terlalu bagus danprofesional. Sehingga kesalah-kesalahan (pelanggaran)
oleh Marcel C. Lafollette. Kasus ini ditutup setelah Alsabti ditemukan etika ilmiah tetap saja terjadi, bahkan pada orangyang sama dan berada pada
tewaskecelakaan mobil pada tahun 1991. (Nur, 2001) sistem ilmiah di negara maju (Amerika Serikat) masih bisa dikelabuhi.

Anda mungkin juga menyukai