Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Etika merupakan seperangkat prinsip yang harus dipatuhi agar
pelaksanaan suatu kegiatan oleh seseorang atau profesi dapat berjalan secara
benar (the right conduct), atau suatu filosofi yang mendasari prinsip tersebut.
Etika adalah aturan yang dipegang oleh peneliti dalam melakukan riset dan
oleh karenanya para peneliti harus mengetahui dan paham tentang etika ini
sebelum melakukan penelitian.
Aspek isu etik dalam penelitian terdiri dari nilai individu peneliti terkait
kejujuran dan integritas personal, serta tanggung jawab terhadap subyek riset
terkait izin, kerahasiaan, keanoniman, dan kesopanan. Subyek penelitian
kemudian dimaknai bukan hanya sebagai hal yang menunjang keberhasilan
penelitian, melainkan juga sebagai bentuk tanggung jawab sosial dan moral
peneliti.
Etika riset dilandaskan dalam prosedur yang terdiri dari penghormatan
terhadap harkat dan martabat manusia, penghormatan terhadap privasi dan
kerahasiaan subyek penelitian, keadilan dan inklusivitas, serta
memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan penelitian. Ketika
peneliti melakukan pelanggaran terhadap etika ini, sanksi yang dikenakan
disesuaikan dengan bentuk pelanggaran. Namun pelanggaran yang terjadi
biasanya berupa plagiarisme ataupun penipuan saintifik oleh akademisi yang
berakibat pada pencopotan gelar, penarikan artikel ilmiah, dan bahkan
pencabutan hak-hak akademisi lainnya.
Penelitian bidang kesehatan pada awalnya merupakan penelitian bidang
kedokteran, umumnya dilakukan oleh para dokter pada diri sendiri atau
anggota keluarganya serta orang-orang yang terdekat. Pada waktu dulu hal ini
dilakukan tanpa terjadi masalah mengganggu.
Etik penelitian kedokteran mulai menjadi perhatian karena mulai
menimbulkan masalah antara lain akibat adanya pelanggaran hak individu atau
subyek manusia dan kesadaran masyarakat yang makin meningkat.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Jelaskan dan sebutkan Konsep Etik Penelitian!
2. Jelaskan dan sebutkan Konsep Etika Penelitian!
3. Jelaskan dan sebutkan Kepentingan Etik Penelitian!
4. Jelaskan dan sebutkan Prinsip Dasar Etik Penelitian Keperawatan!
5. Jelaskan dan sebutkan Konsep Protocol!
6. Jelaskan dan sebutkan Alur Uji Etik Penelitian!
7. Jelaskan dan sebutkan Penelitian yang Membutuhkan Ethical
Clearance!
8. Jelaskan dan sebutkan Standar Etik Penelitian Kesehatan!

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan mempermudah
mahasiswa dalam mempelajari tentang Konsep Etik Penelitian.

1.4 Manfaat penulisan


1. Untuk mengetahui Konsep Etik Penelitian.
2. Untuk mengetahui Konsep Etika Penelitian.
3. Untuk mengetahui Kepentingan Etik Penelitian.
4. Untuk mengetahui Prinsip Dasar Etik Penelitian Keperawatan.
5. Untuk mengetahui Konsep Protocol.
6. Untuk mengetahui Alur Uji Etik Penelitian.
7. Untuk mengetahui Penelitian yang Membutuhkan Ethical
Clearance.
8. Untuk mengetahui Standar Etik Penelitian Kesehatan.

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Etik Penelitian


2.2.1 Pengertian Etik, Legal dan Riset Penelitian
Etik sering disebut sebagai moral philosophy atau filsafat moral
yang memiliki pengertian akhlak, adat kebiasaan, watak, perasaan,
sikap yang baik, yang layak. Etik bukan ajaran moral tetapi cabang ilmu
filsafat mengenai pemikiran kritis dan mendasar dari yang baik, pantas

2
dan benar dari ajaran moral. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
etik adalah ilmu tentang apa yang baik dan yg buruk, tentang kewajiban
dan hak moral, kumpulan asas yang berkenaan dengan akhlak, nilai
yang benar dan salah yang dianut dalam masyarakat (Cecep Tribowo.
2014).
Riset keperawatan merupakan sebuah pelaksanaan penyelidikan
ilmiah terhadap kejadian keperawatan pada klien baik itu individu,
keluarga, masyarakat beserta pengalaman kesehatannya. Riset
keperawatan merupakan suatu sarana untuk menemukan jawaban atas
permasalahan perawatan pada pasien. Melalu proses aktif
pengidentifikasian masalah, mengumpulkan, memeriksa dan
menganalisa menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah
secara valid.
Sedangkan pengertian legal adalah sesuai dengan hukum yang
berlaku (KBBI, 2014). Suatu peristiwa kehidupan bisa saja legal tetapi
tidak etis, atau tidak etis juga tidak legal. Dalam penelitian sering
dihadapkan pada pemilihan keputusan etik dan legal. Apakah keputusan
tersebut benar atau salah, sesuai dengan hukum atau bertentangan
dengan hukum.(Pamela Brink, 2000).
Peneliti dalam melaksanakan seluruh kegiatan penelitian harus
memegang teguh sikap ilmiah (scientific attitude) serta menggunakan
prinsip-prinsip etika penelitian. Meskipun intervensi yang dilakukan
dalam penelitian tidak memiliki risiko yang dapat merugikan atau
membahayakan subyek penelitian, namun peneliti perlu
mempertimbangkan aspek sosioetika dan menjunjung tinggi harkat dan
martabat kemanusiaan (Jacob, 2004).

2.2.2 Peraturan terkait Etik Legal Riset Keperawatan

Peraturan terkait Etik Legal Riset Keperawatan.

3
1. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.17 Tahun 2010
tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan
Tinggi

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun


1995 tentang Penelitian dan Pengembangan Kesehatan secara rinci
menjelaskan:
Pasal 1
1. Penelitian dan pengembangan kesehatan adalah kegiatan
ilmiah yang dilakukan menurut metode yang sistematik untuk
menemukan informasi ilmiah dan/atau teknologi yang baru,
membuktikan kebenaran atau ketidakbenaran hipotesis sehingga
dapat dirumuskan teori atau suatu proses gejala alam dan/atau
sosial di bidang kesehatan, dan dilanjutkan dengan menguji
penerapannya untuk tujuan praktis di bidang kesehatan.
2. Penyelenggara peneliti dan pengembangan kesehatan
adalah setiap peneliti, lembaga atau badan hukum baik milik
Negara maupun swasta, yang menyelenggarakan penelitian dan
pengembangan kesehatan.
3. Peneliti adalah setiap orang yang bertugas melakukan
penelitian dan pengembangan kesehatan.
4. Penerapan hasil penelitian dan pengembangan kesehatan
adalah setiap kegiatan untuk memanfaatkan atau menggunakan
hasil penelitian dan pengembangan kesehatan bagi kepentingan
praktis.

Pasal 2
Penelitian dan pengembangan kesehatan bertujuan untuk memberikan
masukan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengetahuan lain yang
diperlukan untuk menunjang pembangunan kesehatan dalam rangka
mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Pasal 3

4
Penelitian dan pengembangan kesehatan dilaksanakan oleh
penyelenggara penelitian dan pengembangan kesehatan.
Pasal 4
Penelitian dan pengembangan kesehatan dilaksanakan berdasarkan
standar profesi penelitian kesehatan.
Pasal 5
1. Penelitian dan pengembangan kesehatan dapat dilakukan
terhadap manusia atau mayat manusia, keluarga, masyarakat,
hewan, tumbuh-tumbuhan, jasad renik, atau lingkungan.
2. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan kesehatan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan penerapannya dilakukan
dengan memperhatikan norma yang berlaku dalam masyarakat
serta upaya pelestarian lingkungan.
Pasal 8
1. Penelitian dan pengembangan kesehatan terhadap manusia
hanya dapat dilakukan atas dasar persetujuan tertulis dari manusia
yang bersangkutan.
2. Persetujuan tertulis dapat pula dilakukan oleh orang tua
atauahli warisnya apabila manusia sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1): a.tidak mampu melakukan tindakan hukum; b.karena
keadaan kesehatan atau jasmaninya sama sekali tidak
memungkinkan dapat menyatakan persetujuan secara tertulis;
c.telah meninggal dunia, dalam hal jasadnya akan digunakan
sebagaiobyek penelitian dan pengembangan kesehatan.
3. Persetujuan tertulis bagi penelitian dan pengembangan
kesehatan terhadap keluarga diberikan oleh kepala keluarga yang
bersangkutan danterhadap masyarakat dalam wilayah tertentu oleh
Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah yang bersangkutan.
Pasal 9
Pelaksanaan penelitian dan pengembangan kesehatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 wajib dilakukan dengan memperhatikan

5
kesehatan dankeselamatan jiwa manusia, keluarga dan masyarakat
yang bersangkutan.
Pasal 10
Manusia, keluarga, dan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 berhak mendapat informasi terlebih dahulu dari penyelenggara
penelitian dan pengembangan kesehatan mengenai:
a. tujuan penelitian dan pengembangan kesehatan serta
penggunaan hasilnya;
b. jaminan kerahasiaan tentang identitas dan data pribadi;
c. metode yang digunakan;
d. risiko yang mungkin timbul;
e. hal lain yang perlu diketahui oleh yang bersangkutan dalam
rangka penelitian dan pengembangan kesehatan.
Pasal 11
Penyelenggara penelitian dan pengembangan kesehatan berkewajiban
menjagakerahasiaan identitas dan data kesehatan pribadi atau keluarga
atau masyarakat yang bersangkutan.
Pasal 12
Manusia, keluarga, atau masyarakat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 berhak sewaktu-waktu mengakhiri atau menghentikan
keterlibatannya dalampenelitian dan pengembangan kesehatan.
Pasal 13
Penelitian dan pengembangan kesehatan terhadap:
a. anak-anak hanya dapat dilakukan dalam rangka
peningkatan derajat kesehatan anak-anak;
b. wanita hamil atau menyusui hanya dapat dilakukan dalam
rangka pembenaran masalah kehamilan, persalinan, atau
peningkatan derajat kesehatannya;
c. penderita penyakit jiwa atau lemah ingatan hanya dapat
dilakukan dalam rangka mengetahui sebab terjadinya penyakit
jiwa atau lemah ingatan, pengobatan, atau rehabilitasi sosialnya.
Pasal 14

6
1. Manusia, keluarga, atau masyarakat berhak atas ganti rugi
apabila pelaksanaan penelitian dan pengembangan kesehatan
terhadapnya mengakibatkan terganggunya kesehatan, cacat atau
kematian yang terjadi karena kesalahan atau kelalaian
penyelenggara penelitian dan pengembangan kesehatan.
2. Tuntutan ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilaksanakansesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Pasal 15
1. Penerapan hasil penelitian dan pengembangan kesehatan
pada tubuh manusia hanya dapat dilakukan setelah sebelumnya
diterapkan pada hewan percobaan.
2. Pelaksanaan penerapan hasil sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) hanyadilaksanakan apabila dapat dipertanggungjawabkan
dari segi kesehatan dan keselamatan jiwa manusia.
Pasal 16
Penyelenggara penelitian dan pengembangan kesehatan berhak
sepenuhnya atas hasil penelitian dan pengembangan kesehatan.
Pasal 17
Menteri memberikan penghargaan kepada penyelenggara penelitian
dan pengembangan kesehatan yang hasil penelitian dan
pengembangan kesehatannya merupakan suatu temuan atau teknologi
baru bagi pembangunan kesehatan.
Pasal 19
Barang siapa dengan sengaja melakukan penelitian dan
pengembangan kesehatan dan penerapannya terhadap manusia,
keluarga, atau masyarakat tanpa memperhatikan norma yang berlaku
dalam masyarakat serta kesehatan dan keselamatan yang bersangkutan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) dan Pasal 9, dipidana
berdasarkan ketentuan Pasal 81 ayat (2) Undang-undang Nomor 23
Tahun 1992 tentang kesehatan.
Pasal 20

7
Berdasarkan ketentuan Pasal 86 Undang-undang Nomor 23 Tahun
1992 tentang Kesehatan, barang siapa dengan sengaja
menyelenggarakan penelitian dan pengembangan kesehatan:
a. dengan cara yang tidak sesuai dengan standar profesi
penelitian kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat
(1);
b. tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7;
c. tanpa persetujuan tertulis sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 ayat(1),ayat (2), dan ayat (3);
d. tanpa memberi informasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10;
dipidana denda paling banyak Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta
rupiah).

2.2 Konsep Etika Penelitian


2.2.1 Etika Penelitian
Etika berasal dari bahasan Yunani ”Ethos”, yaitu kebiasaan dan
peraturan perilaku yang berlaku dalam masyarakat, refleksi filsafati
atas moralitas masyarakat.
David B. Resnik, J.D, Ph.D dalam “What is Ethics in Research and
Why is it Important?”, mendefinisikan etika sebagai metode, prosedur
dan perspektif yang digunakan untuk bertindak dan menganalisa
sebuah permasalahan kompleks. Etika penelitian merupakan suatu
sikap dan acuan yang haruslah dijunjung tinggi dalam melakukan
suatu penelitian agar penelitian dapat berjalan dengan lancar.
Etika penelitian berkaitan dengan beberapa norma, yaitu norma
sopan-santun yang memperhatikan konvensi dan kebiasaan dalam
tatanan di masyarakat, norma hukum mengenai pengenaan sanksi
ketika terjadi pelanggaran, dan norma moral yang meliputi itikad dan
kesadaran yang baik dan jujur dalam penelitian.
Etika penelitian membantu untuk merumuskan pedoman etis yang
lebih adekuat dan norma – norma baru yang dibutuhkan karena
adanya perubahan dinamis dalam kehidupan masyarakat. Etika
penelitian menunjuk pada prinsip – prinsip etis yang diterapkan dalam

8
kegiatan penelitian. Dalam melaksanakan seluruh kegiatan penelitian,
peneliti harus memegang teguh sikap ilmiah (scientific attitude) serta
menggunakan prinsip – prinsip etika penelitian.
Etika mencakup norma untuk berperilaku, memisahkan apa yang
seharusnya dilakukan dan apa yang seharusnya tidak boleh dilakukan.
Rangkuman Etika Penelitian meliputi butir-butir berikut:
a. Kejujuran
Jujur, dalam pengumpulan bahan pustaka, pengumpulan data,
pelaksanaan metode dan prosedur penelitian, publikasi hasil. Jujur
pada kekurangan atau kegagalan metode yang dilakukan. Hargai
rekan peneliti, jangan mengklaim pekerjaan yang bukan pekerjaan
Anda sebagai pekerjaan Anda.
b. Obyektivitas
Upayakan minimalisasi kesalahan/bias dalam rancangan
percobaan, analisis dan interpretasi data, penilaian ahli/rekan
peneliti, keputusan pribadi, pengaruh pemberi dana/sponsor
penelitian.

c. Integritas
Tepati selalu janji dan perjanjian; lakukan penelitian dengan tulus,
upayakan selalu menjaga konsistensi pikiran dan perbuatan.
d. Ketelitian
Berlaku teliti dan hindari kesalahan karena ketidakpedulian;
secara teratur. Catat pekerjaan yang Anda dan rekan anda
kerjakan, misalnya kapan dan di Mana pengumpulan data
dilakukan. Catat juga alamat korespondensi responden, jurnal
atau agen publikasi lainnya.
e. Keterbukaan
Secara terbuka, saling berbagi data, hasil, ide, alat dan sumber
daya penelitian. Terbuka terhadap kritik dan ide-ide baru.

9
f. Penghargaan terhadap Hak Atas Kekayaan Intelektual
(HAKI)
Perhatikan paten, copyrights, dan bentuk hak-hal intelektual
lainnya. Jangan gunakan data, metode, atau hasil yang belum
dipublikasi tanpa ijin penelitinya. Tuliskan narasumber semua
yang memberikan kontribusi pada riset Anda. Jangan pernah
melakukan plagiasi.
g. Penghargaan terhadap Kerahasiaan (Responden)
Bila penelitian menyangkut data pribadi, kesehatan, catatan
kriminal atau data lain yang oleh responden dianggap sebagai
rahasia, maka peneliti harus menjaga kerahasiaan data tersebut.
h. Publikasi yang terpercaya
Hindari mempublikasikan penelitian yang sama berulang-ulang
ke berbagai media (jurnal, seminar).
i. Pembinaan yang konstruktif
Bantu membimbing, memberi arahan dan masukan bagi
mahasiswa/peneliti pemula. Perkenankan mereka
mengembangkan ide mereka menjadi penelitian yang berkualitas.

j. Penghargaan terhadap Kolega/Rekan Kerja


Hargai dan perlakukan rekan penelitian Anda dengan semestinya.
Bila penelitian dilakukan oleh suatu tim akan dipublikasikan,
maka peneliti dengan kontribusi terbesar ditetapkan sebagai
penulis pertama (first author), sedangkan yang lain menjadi
penulis kedua (co-author(s)). Urutan menunjukkan besarnya
kontribusi anggota tim dalam penelitian.
k. Tanggung Jawab Sosial
Upayakan penelitian Anda berguna demi kemaslahan masyarakat,
meningkatkan taraf hidup, memudahkan kehidupan dan
meringankan beban hidup masyarakat. Anda juga bertanggung

10
jawab melakukan pendampingan bagi masyarakat yang ingin
mengaplikasikan hasil penelitian Anda.
l. Tidak melakukan Diskriminasi
Hindari melakukan pembedaan perlakuan pada rekan kerja atau
mahasiswa karena alasan jenis kelamin, ras, suku, dan faktor-
faktor lain yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan
kompetensi dan integritas ilmiah.
m. Kompetensi
Tingkatkan kemampuan dan keahlian meneliti melalui pendidikan
dan pembelajaran seumur hidup; secara bertahap tingkatkan
kompetensi Anda sampai taraf Pakar.
n. Legalitas
Pahami dan patuhi peraturan institusional dan kebijakan
pemeintah yang terkait dengan penelitian Anda. Rancang
pengujian dengan hewan percobaan dengan baik Bila penelitian
memerlukan hewan percobaan, maka percobaan harus dirancang
sebaik mungkin, tidak dengan gegabah melakukan sembarang
perlakuan pada hewan percobaan.

o. Mengutamakan keselamatan Manusia


Bila harus mengunakan manusia untuk menguji penelitian, maka
penelitian harus: dirancang dengan teliti, efek negatif harus
diminimalkan, manfaat dimaksimalkan, hormati harkat
kemanusiaan, privasi dan hak obyek penelitian Anda tersebut
siapkan pencegahan dan pengobatan bila sampel Anda menderita
efek negatif penelitian.

2.2.2 Masalah Etika Penelitian


Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang
sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan

11
berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian
harus diperhatikan. Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain
sebagai berikut :
a) Informed consent
Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden
penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed
consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan
memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan
informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan
penelitian, mengetahui dampaknya.
b) Anonimiti (tanpa nama)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan
jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak
memberikan atau menantumkan nama responsen pada lembaran
alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan
data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
c) Kerahasiaan (confidentiality)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-
masalah lainnya. Semua informsi yang telah dikumpulkan dijamin
kerahasiaannya SSoleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang
akan dilaporkan pada hasil riset.

2.3 Kepentingan Etik Penelitian

”Kualitas penelitian tidak hanya dilihat dari apa hasil akhirnya, tetapi juga
bagaimana proses sebuah penelitian itu berlangsung sehingga dibutuhkan
etika dan kode etik untuk mengaturnya”.
Pernyataan di atas menunjukkan tentang arti penting mengapa seorang
peneliti harus beretika, tidak saja terhadap klien, responden, ataupun pada
obyek penelitian yang bukan manusia sekalipun. Jadi, meskipun intervensi
yang dilakukan dalam penelitian tidak memiliki risiko yang dapat merugikan
atau membahayakan subyek penelitian, namun peneliti tetap perlu

12
mempertimbangkan aspek sosioetika dan menjunjung tinggi harkat dan
martabat kemanusiaan (Jacob; 2004).
Bila dirunut dari aspek epistimologinya, etika penelitian merupakan
pedoman etika yang berlaku untuk setiap kegiatan penelitian termasuk
perilaku peneliti, sedangkan kode etik penelitian adalah hal-hal yang
menjelaskan standar kinerja perilaku etis yang diharapkan dari semua pihak
yang terlibat penelitian di lingkungan atau mengatas namakan sebuah institusi
tertentu (Lestari; 2009).

2.4 Prinsip Dasar Etik Penelitian Keperawatan

Beberapa penelitian kesehatan mengikutsertakan subyek manusia.


Penelitian ini diwajibkan memperhatikan aspek etik dalam hal menghormati
martabat manusia. Secara hukum diatur dalam PP 39/1995 tentang penelitian
dan pengembangan kesehatan. Dalam PP tersebut, pelaksanaan penelitian dan
pengembangan kesehatan wajib dilaksanakan dengan memperhatikan
kesehatan dan keselamatan jiwa manusia, keluarga dan masyarakat yang
bersangkutan. Prinsip dasar penerapan etik penelitian kesehatan Internasional
adalah :
1. Respect for person
2. Beneficience & non maleficience
3. Justice

Prinsip dasar etik penelitian adalah sebagai berikut:

a. Menghormati harkat dan martabat manusia

Peneliti perlu mempertimbangkan hak – hak responden untuk;

1) Mendapatkan informasi yang terbuka berkaitan dengan


jalannya penelitian.

13
2) Memiliki kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari
paksaan untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian.

Oleh karena itu, peneliti harus mempersiapkan formulir


persetujuan responden (informed consent).

b. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian

Penelitian akan memberikan akibat terbukanya informasi individu,


termasuk informasi yang bersifat pribadi. Tidak semua orang
menginginkan informasinya diketahui oleh orang lain, sehingga peneliti
perlu memperhatikan privasi dan kebebasan individu tersebut.

Peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas


responden, baik nama maupun alamat dalam kuesioner/alat ukur. Peneliti
dapat menggunakan koding (inisial atau nomor identitas responden).

c. Menghormati keadilan dan inklusivitas

Prinsip keadilan mempunyai makna keterbukaan dan adil.


Penelitian harus dilakukan secara jujur, hati – hati, profesional,
berperikemanusiaan, dan memperhatikan faktor-faktor ketepatan,
keseksamaan, kecermatan, intimitas, psikologis, serta perasaan religius
responden.

Prinsip keadilan menekankan sejauh mana kebijakan penelitian


membagikan keuntungan dan beban secara merata atau menurut
kebutuhan, kemampuan, kontribusi, dan pilihan bebas masyarakat.
Misalnya dalam prosedur penelitian, peneliti mempertimbangkan aspek
keadilan gender dan hak responden untuk mendapatkan perlakuan yang
sama, baik sebelum, selama, maupun sesudah berpartisipasi dalam
penelitian.

d. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan

14
Peneliti harus melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur
penelitian agar hasilnya bermanfaat semaksimal mungkin bagi responden
dan dapat digeneralisasikan di tingkat populasi. Peneliti juga harus
meminimalisasi dampak yang merugikan responden.

Apabila intervensi penelitian berpotensi mengakibatkan cedera


atau stres tambahan, maka responden dikeluarkan dari kegiatan penelitian
untuk mencegah terjadinya cedera, kesakitan, stres, maupun kematian.

2.5 Konsep Protocol


Protokol disusun sangat rinci dari setiap tahapan penelitian baik yang satu
tahun atau tahapan yang bersifat multi years (lebih dari 1 tahun). Protokol
menjelaskan tentang siapa atau apa, mengapa, bagaimana, kapan dan untuk
siapa penelitian ini akan dilaksanakan.
Protokol disusun dengan menggunakan format yang terdiri dari elemen-
elemen sebagai berikut:

1. Judul penelitian
2. Identitas pengusul penelitian
3. Daftar isi
4. Ringkasan penelitian
5. Pendahuluan (yang terdiri dari: latar belakang, masalah, pertanyaan
penelitian, tujuan dan manfaat penelitian).
6. Metode penelitian (yang terdiri dari: kerangka teori kerangka
konsep, hipotesis, definisi operasional variabel, disain penelitian, tempat
dan waktu, populasi dan sampel, instrument pengumpul data, bahan dan
prosedur kerja atau pengumpulan data, pengolahan dan analisis data)
7. Etik penelitian,
8. Daftar kepustakaan
9. Susunan tim peneliti,
10. Jadwal penelitian,
11. Rekapitulasi biaya (Rincian Rencana Anggaran)
12. Biodata ketua pelaksana dan peneliti

15
13. Persetujuan atasan yang berwenang
14. Kesediaan anggota tim peneliti

Setelah proposal dianggap layak oleh PPI untuk diberi dana, maka peneliti
harus menyusun protokol. Penyusunan protokol harus disusun serinci
mungkin dan lebih rinci daripada proposal. Protokol merupakan penyamaan
pemahaman dan menjadi pedoman bagi anggota peneliti lain untuk
melaksanakan penelitian. Kualitas data hasil penelitian dimulai dari rincinya
penyusunan protokol.

1. Judul
Judul mencerminkan masalah, tujuan penelitian dan menggambarkan
secara tepat kepada pembaca tentang ide kunci dari penelitian yang akan
dilaksanakan. Judul harus ringkas (singkat dan padat), jelas dan maksimal
terdiri dari 20 kata (termasuk kata sambung). Setiap penelitian yang
diajukan wajib mencantumkan nomor kode dari PPI (kode terlampir).
Nomor kode penelitian diminta dari PPI dan diperlukan untuk
administratif dan penelusuran penelitian, yang isinya lembaga pengusul,
bidang yang diusulkan, kode penelitian dan urutan usulannya

2. Identitas Pengusul
Pengusul adalah ketua pelaksana penelitian. Identitas terdiri dari: nama
lengkap pengusul, gelar akademik, jabatan fungsional (khusus untuk
peneliti dari balitbangkes), keanggotaan APKESI, instansi/kantor, alamat,
telepon/ faksimili kantor dan e-mail. Untuk penelitian DIPA Badan
Litbangkes, disyaratkan ketua pelaksana adalah peneliti fungsional aktif.
Bagi penelitian dengan sumber dana lain disesuaikan panduan masing-
masing penyandang dana.
3. Daftar Isi
Daftar isi merupakan salah satu bagian yang penting dalam
pembuatan makalah, skripsi, ataupun karya ilmiah yang lain. Pada daftar
isi bisa didapatkan informasi tentang bab, sub bab, isi, dan halaman

16
makalah. Hal tersebut akan memudahkan pembaca untuk mencari
informasi topik dan materi yang dibahas di dalam makalah.
Daftar isi juga membuat penyusunan makalah menjadi lebih mudah
dan lebih rapi karena materi disusun dengan sistematis. Mengingat
pentingnya sebuah daftar isi dalam penulisan sebuah makalah ataupun
karya ilmiah yang lain tentu penulisannya harus jelas dan informatif.
Dengan begitu pembaca tidak akan kesulitan dalam memahami dan
mencari informasi yang dibahas di dalam makalah.
4. Ringkasan Penelitian
Ringkasan penelitian adalah uraian singkat dari latar belakang, masalah
yang akan diteliti, metoda pengumpulan data yang akan dilakukan, tempat
dan waktu penelitian serta data/informasi/pengetahuan teknologi yang
akan dihasilkan. Penulisan ringkasan harus padat, singkat dan jelas,
maksimal 250-300 kata, tanpa sub-judul.

5. Pendahuluan
1) Latar Belakang
Penjabaran latar belakang penelitian meliputi
komponen - komponen masalah yang teridentifikasi, perlu diteliti
berdasarkan kajian pustaka dan hasil penelitian, topik penelitian,
pertanyaan penelitian, pertimbangan (justification) fokus penelitian.
Suatu penelitian penting untuk dilakukan:
a) apabila ada masalah yang belum pernah diteliti atau sangat
jarang diteliti dan memang diperlukan penelitian untuk
memecahkannya,
b) hasilnya belum lengkap,
c) hasil kurang tajam analisisnya,
d) hasil penelitian masih kontradiktif dan belum konsisten,
serta isu-isu penting lainnya yang belum teridentifikasi
permasalahannya dan fisible untuk dilakukan.
Di dalam pendahuluan disebutkan alasan pemilihan topik
penelitian yaitu :
a) relevan dengan urgensi dan aktualitas masalah kesehatan,
b) tidak duplikasi dengan penelitian lain,

17
c) layak untuk diteliti/ditinjau dari ketersediaan sumber daya
manusia, peralatan, dana, dan kemungkinan menemukan
responden,
d) memberikan hasil yang dapat dimanfatkan oleh
kementerian kesehatan atau stakeholders lainnya,
e) mempertimbangkan aspek etik penelitian.

2) Perumusan Masalah Penelitian


Tidak semua masalah kesehatan memerlukan penelitian,
misalnya ada masalah kesehatan yang dapat diselesaikan melalui
perbaikan manajemen, peningkatan koordinasi, pelatihan, dan
pemenuhan ketersediaan sumber daya baik manusia, teknologi yang
lebih murah dan tepat guna. Setelah masalah teridentifikasi, langkah
selanjutnya adalah membatasi, memfokuskan, dan mendefinisikan
masalah dan alternatif pemecahannya yang menjadi fokus penelitian.

3) Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian dirumuskan berdasarkan kajian
masalah, hasil penelitian terdahulu dan teori. Pertanyaan penelitian
menjadi landasan untuk menentukan alternatif pemecahan masalah,
dan sebagai pedoman dalam menyusun tujuan penelitian, memilih
metode penelitian dan mengembangkan hipotesis (bila diperlukan).
Contoh :
Masalah yang ditemukan : Suplementasi multi gizi mikro saja pada
ibu hamil tidak dapat berhasil optimal.
Hasil penelitian : Berat badan bayi lahir tidak berbeda dengan ibu
hamil yang menerima zat besi. Disisi lain ada fakta bahwa konsumsi
zat gizi makro masih rendah.

Teori : Status gizi tidak cukup hanya dengan zat gizi mikro, tapi juga
harus terpenuhi zat gizi makro. Pertanyaannya Penelitian :
1) Apakah suplementasi multi gizi mikro dan zat gizi makro
dapat menaikkan berat badan bayi lahir,
2) Apakah dapat meningkatkan status gizi ibu,
3) Apakah dapat menurunkan angka kematian ibu,

18
4) Apakah menurunkan angka stunting pada balita. Pertanyaan
penelitian dapat dijadikan pedoman untuk merancang penelitian.
Pertanyaan penelitian dapat merupakan pertanyaan ulangan dari
penelitian yang sudah ada, apabila masih berlaku untuk masa
kini, tempat atau populasi.

4) Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian terdiri dari tujuan umum dan tujuan
khusus. Tujuan harus logis dan sistematis sesuai dengan identifikasi
dan batasan masalah.
Tujuan umum merupakan pernyataan spesifik yang
menggambarkan luaran yang akan dihasilkan dari penelitian yang
diusulkan.
Tujuan khusus merupakan cerminan komponen atau unsur
yang harus dipenuhi untuk mencapai tujuan umum. Tujuan khusus
tergambar dalam kerangka konsep dan searah dengan variabel yang
digunakan. Tujuan ini langsung berkaitan dengan masalah penelitian
dan menunjukkan variabel-variabel yang akan diperiksa/diukur.

Tujuan khusus dapat diukur, nyata, spesifik dan dapat dicapai


dalam waktu yang telah ditentukan. Tujuan khusus dinyatakan
dengan tindakan yang menggunakan kata kerja (to), yang tentu saja
sesuai dengan permasalahannya, misalnya mengukur (to assess, to
measure), mengidentifikasi (to identify), menentukan (to determine),
membandingkan (to compare).

5) Manfaat Penelitian
Hasil penelitian dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak antara lain:

a) Penentu kebijakan sebagai masukan untuk penyusunan


kebijakan dan program pembangunan kesehatan (evidenced
base policy).

19
b) Masyarakat ilmiah (Iptek), sebagai masukan untuk
penelitian lebih lanjut untuk pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta pengembangan hipotesis.
c) Masyarakat umum, misalnya dapat diterapkan dalam
keluarga, atau untuk bahan penyuluhan kesehatan kepada
masyarakat,

d) Masyarakat industri, dalam bentuk paten atau merek,


termasuk proses dan produk, serta penemuan baru di bidang
ilmu pengetahuan.
e) Peneliti, institusi penelitian untuk memperoleh HAKI (bila
diperlukan).
Hasil-hasil yang akan diperoleh dari penelitian ini perlu
disebutkan secara spesifik, dan dengan cara bagaimana hasil
penelitian dapat dimanfaatkan oleh berbagai stakeholders diatas.

6. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan analisis peneliti terhadap teori dan
hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya, dan
merupakan rincian penjelasan untuk mendukung justifikasi urgensi
penelitian. Kristalisasi kajian pustaka menjadi kerangka teori dan
menuntun untuk pengembangan kerangka konsep.

7. Metode Penelitian
1) Kerangka Teori
Kerangka teori sebagai pegangan atau pedoman untuk memberikan
asumsi atau postulat, prinsip, teori, konsep, preposisi dan definisi
operasional. Kerangka teori merupakan kerangka yang dibangun dari
berbagai teori yang ada dan saling berhubungan sebagai dasar untuk
membangun kerangka konsep. Kerangka teori merupakan kerangka
acuan komprehensif mengenai konsep, prinsip, atau teori yang
digunakan sebagai landasan dalam memecahkan masalah yang
dihadapi. Kerangka teori disampaikan dengan maksud untuk

20
memberikan gambaran tentang kaitan upaya pengembangan dengan
upaya-upaya lain yang mungkin sudah pernah dilakukan para ahli
untuk mendekati permasalahan yang sama atau relatif sama. Dengan
demikian pengembangan yang dilakukan memiliki landasan empiris
yang kuat.
2) Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian merupakan uraian tentang hubungan
antara variabel bebas dan terikat yang terkait dalam masalah yang
akan diteliti, sesuai dengan rumusan masalah dan kajian pustaka.
Kerangka konsep penelitian harus dinyatakan dalam bentuk skema
atau diagram hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.
Penjelasan kerangka konsep penelitian diperlukan dalam bentuk narasi
mencakup identifikasi variabel, jenis serta hubungan antar variabel,
berdasarkan kerangka teori. Kerangka konsep bukan alur rencana
kerja/kegiatan.
3) Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu pernyataan tentang hubungan antara
variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent) yang
menjadi pusat perhatian. Hipotesis juga memberi petunjuk tentang tipe
data yang harus dikumpulkan dan tipe analisis yang harus dilakukan
untuk mengukur hubungan yang ada. Hipotesis tidak harus selalu ada
dalam suatu protokol penelitian, kecuali dalam suatu penelitian untuk
mencari pembuktian. Dalam menuliskan hipotesis perlu merujuk pada
kerangka konsep penelitian.

Multizat Gizi Mikro


Kerangka Konsep Penelitian Eksperimen

Ibu Hamil Kelompok 1 Berat Badan Lahir

Multizat Gizi Mikro + Zat Gizi Makro

Ibu Hamil Kelompok 2 Berat Badan Lahir

21
Zat Gizi Tunggal

Ibu Hamil Kelompok 3 Berat Badan Lahir


Pada contoh kerangka konsep eksperiman ditunjukkan tiga
kelompok ibu hamil yang masing-masing mendapat perlakuan yang
berbeda. Kelompok I, ibu hamil diberi suplemen multi gizi mikro,
kelompok II diberi suplemen multi zat gizi mikro dan gizi makro (energi)
dan kelompok III diberi suplemen zat besi. Disain penelitian ini ingin
mengetahui efek suplementasi zat gizi mikro kepada ibu hamil terhadap
berat badan bayi lahir.

Suplementasi diberikan secara acak (random) dan tersamar


(blinding). Status kesehatan /gizi ibu hamil sebelum suplementasi
diseleksi menurut inklusi dan persyaratan tertentu.

4) Definisi Operasional Variabel


Definisi operasional merupakan batasan atau pengertian tentang
variabel yang akan diukur, dan ditetapkan oleh peneliti (bukan definisi
dari kamus bahasa). Definisi operasional dibuat untuk memudahkan
dan menjaga konsistensi pengumpulan data, menghindarkan perbedaan
interpretasi serta membatasi ruang lingkup variabel.
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau
ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang
sesuatu konsep pengertian tertentu. Variabel adalah fenomena yang
dapat berubah nilainya dan terukur. Variabel penelitian yang
dikumpulkan harus jelas antara variabel bebas (independent) dan
variabel terikat (dependent). Variabel bebas adalah variabel yang
dianggap mempengaruhi variabel terikat. Variabel bebas dapat berupa

22
jenis perlakuan, faktor risiko, prediktor, dan kausa. Variabel terikat
adalah variabel yang dipengaruhi. Contohnya status terinfeksi HIV
atau tidak terinfeksi HIV, merupakan variabel terikat. Pengukuran
variabel dikelompokkan menjadi 4 skala pengukuran, yakni:
a. skala nominal
b. skala ordinal
c. skala interval
d. skala ratio
Variabel yang dimasukkan dalam definisi operasional adalah
semua variabel yang dikumpulkan dan dianalisis, dapat diukur secara
operasional dan dapat dipertanggung jawabkan (harus menggunakan
referensi yang sudah baku).

Untuk memudahkan sebaiknya dibuat matriks, mencakup nama


variabel, penjelasan tentang variabel tersebut, metoda pengukuran,
skala ukur, pengkategorian, dan sumber referensi yang sudah baku.

5) Disain Penelitian
Disain penelitian yang dipilih, harus dapat menjawab tujuan
penelitian, meminimalkan kesalahan dengan memaksimalkan
reliabilitas dan validitas. Disain penelitian sangat tergantung pada
masalah penelitian, sejauh mana telah diketahui masalah tersebut, dan
sejauh mana kemungkinan sumber data bisa didapatkan.
Disain penelitian untuk jenis intervensi adalah eksperimen dan
kuasi eksperimen dimana peneliti dapat menciptakan kondisi dan
mengukur pengaruh dari setiap kondisi. Disain penelitian untuk jenis
non-intervensi (observasional) adalah cross sectional, study cohort,
case control. Pemilihan disain penelitian yang tepat akan
menghasilkan kesimpulan penelitian yang sahih (valid).

6) Tempat dan Waktu


Tempat penelitian adalah lokasi dan institusi dimana data akan
diperoleh (subyek penelitian, bahan/sampel yang diperiksa). Waktu
penelitian dimulai sejak awal penelitian (protokol) sampai laporan
akhir penelitian selesai.

23
7) Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah kumpulan individu subyek penelitian
(manusia, hewan, senyawa atau sistem). Cara menentukan populasi
penelitian, tergantung pada masalah yang di teliti.
Sampel penelitian adalah bagian dari populasi yang dipilih untuk
memberikan gambaran karakteristik populasi. Sampel dapat berupa
individu, keluarga, hewan coba, tumbuhan dll.
a. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria inklusi dan eksklusi dari populasi harus dinyatakan
dengan jelas dan logis. Kriteria inklusi merupakan persyaratan
umum yang harus dipenuhi oleh subyek agar dapat diikut sertakan
dalam penelitian. Persyaratan ini biasanya mencakup karakteristik
subyek, termasuk demografis dan geografis, serta periode waktu
yang ditentukan. Kriteria eksklusi, disebut juga kriteria penolakan,
adalah keadaan yang menyebabkan subyek yang memenuhi kriteria
inklusi tidak dapat diikutsertakan dalam penelitian.

Kriteria eksklusi bukan kebalikan dari kriteria inklusi.


Contoh untuk penelitian klinis uji coba malaria, kriteria
inklusi dapat terdiri dari: pasien dengan diagnosis malaria tanpa
komplikasi, berumur 15-50 tahun, tidak sedang hamil/menyusui,
tidak alergi pada obat yang sedang diuji dan bersedia berpartisipasi
dalam penelitian. Kriteria eksklusi dapat mencakup adanya
penyakit lain yang menyertai.
b. Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus yang
sesuai dengan tujuan penelitian, dapat melalui perhitungan sendiri,
tabel, atau bantuan piranti lunak komputer. Bila tujuannya untuk
menghitung perbedaan proporsi maka gunakan rumus perhitungan
sampel untuk beda proporsi. Bila tujuannya untuk menghitung
perbedaan rata-rata, gunakan rumus perhitungan sampel untuk
beda rata-rata. Dalam memilih rumus perhitungan besar sampel

24
harus diperhatikan jenis data yang akan diuji apakah memiliki
skala ratio, interval, ordinal atau nominal.

c. Cara Pemilihan Sampel


Untuk mendapatkan sampel yang sesuai harus memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi maupun eksklusi harus
dinyatakan dengan jelas dan logis. Cara penarikan sampel
tergantung dari metode penelitian yang dipakai (kualitatif,
kuantitatif dan kombinasi) dan kelayakan (SDM, kondisi
lapangan). Dasar penarikan sampel dapat probability sampling, dan
non probability sampling. Probability sampling meliputi (a) simple
random sampling, (b) sistematik random sampling, (c) stratified
random sampling, (d) cluster random sampling dan (e) multistage
random sampling. Non probability sampling terdiri dari (a)
convenience atau accidental sampling, (b) purposive sampling,
(c)judgment sampling, (d) expert sampling dan (e) quota sampling.

8) Instrumen Pengumpul Data


Instrumen dan cara pengumpulan data harus dijelaskan secara rinci. Instrumen
pengumpulan data penelitian dapat berupa alat (harus memenuhi syarat untuk
peralatan penelitian), kuesioner atau formulir untuk observasi. Alat untuk kegiatan
pengumpulan data harus divalidasi/kalibrasi terlebih dahulu sebelum digunakan
untuk pengumpulan data. Kuesioner untuk pengumpulan data harus diuji
reliabilitasnya
.Kuesioner dapat dikembangkan sendiri atau menggunakan
kuesioner dari sumberlain yang sudah merupakan milik
publik (public domain), namun demikian tetap harus melalui proses
uji coba yang sesuai dengan target subyek penelitian. Dalam
penelitian etnografis, instrumen penelitian adalah peneliti itu sendiri.

Cara pengumpulan data:

1) Data primer dikumpulkan dengan cara :

25
- pengamatan/pemeriksaan/pengukurandengan menggunakan
alat, misalnya jam, skala, mikroskop, spektrofotometer, dan
timbangan berat badan wawancara mendalam menggunakan
pedoman wawancara, tape recorder, voice recorder,
- diskusi kelompok terfokus (focus group discussion)
menggunakan pedoman diskusi dan tape recorder,
- teknik pengumpulan data lain yang relevan (misalnya
delphi technique, life history, mapping, nominal group
technique),
2) Data sekunder dikumpulkan antara lain dengan cara
menggunakan daftar isian, formulir kompilasi data, rekam medik dll.
Pelatihan tenaga pengumpul data diperlukan untuk memaksimalkan
kualitas data yang dikumpulkan dan mengurangi adanya bias
pengumpul data. Tenaga pengumpul data harus memenuhi kelayakan
dan uji profesi atau ketrampilan khusus lainnya.

9) Bahan dan Prosedur pengumpulan data


a. Bahan
Bahan penelitian adalah zat, obat, alat dan suplai yang dibutuhkan
dalam penelitian.
b. Prosedur Kerja
Prosedur kerja harus menggunakan metoda yang baku atau
modifikasi, dan kemungkinan untuk dapat dikerjakan (feasible).
Tahapan kerja diuraikan dengan jelas dan rinci, serta dianjurkan
untuk menyertakan bagian alur kerja. Misalnya penelitian yang
menggunakan spesimen manusia atau hewan perlu diuraikan: cara
pengambilan spesimen antara lain peralatan yang digunakan,
tempat pengambilan pada bagian tubuh, tenaga yang melakukan,
frekuensi pengambilan, perlakuan terhadap spesimen (pengawetan,
pengemasan, penyimpanan, pengiriman) dan prosedur
pemeriksaan/penentuan laboratorium yang digunakan dan tenaga
yang melaksanakan. Untuk penelitian lapangan dapat disusun oleh

26
peneliti disesuaikan dengan kondisi dilapangan. Prosedur kerja
dapat disusun dengan bagan alur kerja.

10) Izin Penelitian


Izin penelitian diperoleh dari instansi pemerintah terkait
(Kemendagri, pemerintah provinsi, pemerintah kab/kota) dan lokasi
tempat penelitian dilakukan (Rumah Sakit, Dinas Kesehatan,
Puskesmas), sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Izin penelitian diajukan ke Pemerintah Provinsi dan diteruskan
ke Pemerintah Kab/Kota lokasi penelitian.
11) Pengolahan dan Analisis Data
Harus dijelaskan rencana analisis untuk menjawab tujuan khusus
penelitian. Disamping itu juga perlu disebutkan uji apa yang akan
digunakan untuk menjawab masing-masing tujuan. Uji statistik yang
dapat digunakan antara lain chi square, t-test, anova, regresi, korelasi
dan sebagainya di sesuaikan dengan jenis data (kategori, kontinyu, dll)
dan tujuan penelitian. Piranti lunak (software) pengolah atau
penganalisis data dan versi yang digunakan perlu disebutkan misalnya
Fox-Base, SPSS, Epi Info, word analyzer dan program lain yang
relevan. Analisis data kualitatif dilakukan dengan cara kategorisasi dan
konseptualisasi, naratif, content, dan taxonomy atau dengan pendekatan
kualitatif lain.

8. Etik Penelitian
Semua penelitian yang menggunakan manusia atau hewan sebagai
subyek penelitian harus mendapatkan persetujuan etik penelitian dari
Komisi Etik. Perlakuan pada subyek yang menggunakan manusia dan
hewan, dampak dan cara mengatasi dampak juga menjadi pertimbangan
Komisi Etik. Selain itu, sebelum penelitian dimulai juga harus
mendapatkan persetujuan dari subyek penelitian setelah yang bersangkutan
mendapatkan penjelasan dari peneliti (persetujuan setelah penjelasan atau

27
informed consent). Format Naskah Penjelasan dan Persetujuan setelah
Penjelasan dapat dibaca dalam Buku Pedoman Operasional Komisi Etik.
Penelitian Kesehatan, Badan Litbangkes atau etik penelitian
setempat. Surat Surat Permohonan persetujuan etik diajukan ke Komisi
Etik Penelitian Kesehatan oleh pimpinan satuan kerja dan melampirkan
tiga eksemplar protocol.

9. Daftar Kepustakaan
Semua publikasi yang digunakan sebagai rujukan tersebut harus
dituliskan sesuai dengan kaidah ilmiah. Rujukan pustaka yang
dituliskan di dalam daftar kepustakaan hanya yang terkait langsung
dengan isi proposal. Penulisan rujukan dilakukan dengan metode
Vancouver (penomeran menurut urutan rujukan yang digunakan).
Contoh penulisan daftar pustaka:

Text book
Dionne RA, Phero JC, Becker DE,editors.Management of pain and anxiety
in the dental office. Philadelphia:WB Saunders:2002.

Dokumen Pemerintah

Canada.Environmental Health Directorate. Radiation protection in


dentistry; recommended safety procedure for use of dental x-ray
equipment. Safety code 30.Ottawa: Ministry of health;2000.

Artikel dari jurnal

Haas AN,de Castro GD,Moreno T, Susin C, Albandar JM, Oppermann RV,


et al.Azithomycin as aadjuntive treatment of aggressive periodontitis:
12-months randomized clinical trial. J clin Periodontol. 2008 Aug:
35(8):696-704.

Referensi publikasi elektronik

28
Tasdemir T, Yesilyurt C, Ceyhanli KT, Celik D,Er K, Evaluation of apical
filling after root canal filling by 2 different techniques.J Can Dent
Assoc [Internet]. 2009 Apr [cited 2009 Jun 14]; 75(3): [about 5pp.].
Available from:http://www.cda-adc.ca/jcda/vol-75/issue-3/201.html.

10. Lampiran
Berkas yang dilampirkan dalam protokol penelitian antara lain:
- Susunan tim peneliti
- Jadwal penelitian
- Rincian Rencana Anggaran
- Biodata Ketua Penelitian
- Kesediaan Anggota peneliti
- Persetujuan Atasan yang Berwenang
- Persetujuan Penyandang Dana,
- Rekomendasi dari Stakeholder,
- Laporan Kemajuan Penelitian (untuk penelitian lanjutan),
- Kuesioner,
- Naskah penjelasan,
- Formulir Persetujuan Setelah Penjelasan,
- Prosedur Pemeriksaan/Penentuan Analisis Laboratorium,
- Prosedur Penanganan Efek samping untuk Uji Klinik,

11. Susunan Tim Peneliti


Susunan tim peneliti disajikan dalam bentuk tabel yang menguraikan
tentang nama anggota tim, kedudukan di dalam tim penelitian, keahlian
yang relevan dan uraian tugasnya. Tim peneliti terdiri dari seorang ketua
pelaksana dan anggota tim peneliti menurut kebutuhan serta konsultan
apabila diperlukan. Ketua pelaksana bertanggung jawab atas semua aspek
penelitian. Para peneliti bertanggung jawab terhadap salah satu aspek
sesuai dengan bidang keahliannya.

29
12. Jadwal Penelitian
Jadwal kegiatan disajikan dalam bentuk tabel (ganchart) berisi uraian
kegiatan yang akan dilaksanakan, tolok ukur beserta masing-masing
satuannya, dan target kegiatan per triwulan dalam jumlah dan persennya.
Uraian kegiatan perlu dituliskan secara berurutan mulai dari persiapan
(pengurusan ijin, pengadaan bahan dan alat, persiapan lapangan,
penyusunan kuesioner, dan lain-lain), pelaksanaan penelitian, pengolahan
dan analisis data, dan pembuatan laporan.

13. Rekapitulasi Biaya (Rincian Rencana Anggaran)


Rincian rencana anggaran disusun berdasarkan jenis pengeluaran
yaitu (a) belanja honor output kegiatan, (b) belanja non operasional, (c)
belanja bahan, (d) belanja perjalanan, (e) belanja jasa profesi (untuk nara
sumber paket meeting lintas sektor) yang sesuai dengan peraturan yang
berlaku. Untuk setiap pembelian, harus disebutkan macam/jenis
(spesifikasi), jumlah yang diperlukan, harga satuan dan harga keseluruhan.
Dalam rencana biaya untuk perjalanan, harus menyebutkan jumlah orang
yang akan bepergian, tempat tujuan, frekuensi, lama dan kategori
transportasi yang akan digunakan. Rencana anggaran harus mencakup
semua tahapan kerja seperti yang diuraikan dalam rincian prosedur kerja.

14. Biodata Ketua Pelaksana dan Peneliti


Biodata ketua pelaksana dan peneliti utama penelitian ditulis secara
berurutan: nama dilengkapi dengan gelar kesarjanaan, alamat yang mudah
dihubungi melalui pos surat, telepon, faksimili dan e-mail, riwayat
pendidikan profesional, riwayat pekerjaan, riwayat penelitian dan
publikasi dalam majalah ilmiah (nama majalah, judul artikel, volume,
nomor, halaman dan tahun). Penelitian dan publikasi dalam majalah ilmiah
5 (lima) tahun terakhir, diutamakan yang berhubungan atau terkait dengan
materi permasalahan penelitian yang diusulkan agar dapat dilihat sebagai
track record.

15. Kesediaan Anggota Tim Peneliti

30
Ketua pelaksana dan anggota tim peneliti inti perlu memberikan
tanda tangan persetujuan berpartisipasi dan menjadi anggota APKESI. Hal
ini merupakan dokumen pelengkap dalam menerbitkan Surat Keputusan
Susunan Anggota Tim Pelaksana Penelitian. Untuk anggota Peneliti
Daerah (NN) persetujuan diberikan pada waktu pengumpulan data.

16. Persetujuan Atasan yang Berwenang


Protokol penelitian harus ditandatangani oleh ketua pelaksana dan
disetujui oleh atasan yang bersangkutan, minimal pejabat sejajar eselon II;
Ketua Panitia Pembina Ilmiah (PPI) untuk Pusat dan Balai Besar; Kepala
Balai, Kepala Loka atasan langsung memberikan paraf
mengetahui/menyetujui pada tanda tangan ketua pelaksana. Hal tersebut
dimaksudkan agar protokol yang dibuat oleh tim peneliti dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan administratif.

2.6 Alur Uji Etik Penelitian


A. Tata Laksana/Proses Kaji Etik
1. Pendahuluan
Semua proposal penelitian yang mengikut sertakan subjek
manusia harus diajukan kesekretariat KEPK untuk ditelaah melalui
beberapa “tingka ttelaahan” meliputi:
1) Dikecualikan (exempt)/ dibebaskan (waive),
2) Dipercepat (expedited),
3) Dibahas penuh (full board) dan
4) Berkelanjutan (continuing)

Bebas telaahan tidak berarti "tidak ada telaahan dari KEPK".


Agar proses telaah dapat lebih cepat, KEPK sebaiknya
mengembangkan sebuah sistem IT/portal agar pengusul dapat
melakukan pendaftaran online. Protokol penelitian yang bisa
diajukan untuk proses telaah etik adalah penelitian yang belum
dimulai pelaksanaannya.
Masa berlaku surat persetujuan etik penelitian kesehatan
selama 1 tahun terhitung sejak tanggal dikeluarkan. Jika penelitian
masih berlanjut, maka dilakukan pengajuan ulang untuk telaah kaji
etik. Penyaringan awal oleh tim secretariat akan mengkonfirmasi

31
bahwa semua dokumentasi yang diperlukan telah disampaikan
seperti: protokol, informasi formulir persetujuan, instrument
penelitian, dan lain-lain. Hanya bila semua dokumen yang
dibutuhkan lengkap, secretariat akan menjadwalkan pembahasan
oleh KEPK.
Proses penelitian yang mengikut sertakan manusia sebagai
subjek penelitian, yang dirancang dan dilakukan oleh mahasiswa (S-
1, S-2, PPDS, S-3) menjadi “tanggung jawab” dosen pembimbing
dalam hal pengarahan dan pengawasan. Semua penelitian yang
dilakukan oleh siswa yang mengikut sertakan subjek manusia harus
ditelaah dengan mematuhi pedoman dan regulasi yang menjadi
tanggung jawab KEPK. Studi kasus diklasifikasikan sebagai
penelitian jika ada implementasi sistematis intervensi dengan
maksud untuk menghasilkan informasi yang akan digeneralisasikan.
Semua kegiatan penelitian yang dirancang untuk mengajar
mahasiswa melakukan penelitian yang memenuhi syarat, sebaiknya
diputuskan oleh KEPK. Kebijakan dan prosedur ini hanya berlaku
untuk “penelitian dengan mengikut sertakan manusia sebagai subjek
dan menggunakan hewan coba”, serta tidak berlaku untuk kegiatan
dosen dan staf dalam pelaksanaan tugas profesi mereka.

B. Jenis/Tingkat Kaji Etik


1. Exempt (Dikecualikan)
a) Dikecualikan dari proses telaah bila tidak ada/kecil
kemungkinan risiko/bahaya yang timbul akibat dari pelaksanaan
penelitian atau ketika informasi yang dikumpulkan tersedia dari
domain publik.
b) Penelitian yang telah mendapatkan persetujuan etik dari
komisi etik terakreditasi maka tidak perlu lagi mendapatkan
persetujuan etik dari komisi etik lainnya. Kecuali penelitian
multi senter yang melibatkan beberapa negara, maka persetujuan
etik juga harus dimintakan pada setiap negara yang mengikut
sertakan subjek penelitian karena mempertimbangkan sosial

32
budaya setempat. Sedangkan penelitian yang melibatkan
beberapa tempat atau rumah sakit masih memerlukan ijin untuk
melakukan penelitian untuk menjamin keselamatan dan
kesejahteraan subjek di tempat penelitian akan dilaksanakan.
c) Penelitian pengaturan pendidikan, melibatkan praktik
pendidikan normal, seperti penelitian
1) Pada strategi instruksional pendidikan reguler dan
khusus, atau
2) Tentang efektivitas atau perbandingan antara teknik
instruksional, kurikulum, atau manajemen kelas.
d) Penelitian yang melibatkan penggunaan tes pendidikan
(kognitif, diagnostik, atitude, prestasi), prosedur survey atau
wawancara, atau pengamatan perilaku publik, kecuali:
1) Informasi yang diperoleh dicatat dalam sedemikian
rupa sehingga subjek manusia dapat diidentifikasi, secara
langsung atau melalui pengenal terkait dengan mata
pelajaran, dan
2) Pengungkapan dari identitas subjek manusia, yang
dapat menempatkan subjek pada risiko tanggung jawab
pidana atau perdata atau risiko atas keuangan, pekerjaan,
bahkan reputasinya.
e) Penelitian tidak dikecualikan, jika:
1) Identifikasi dan pengungkapan data subjek dapat
mengakibatkan konsekuensi serius bagi subjek. Selain itu,
2) Survei yang berisi pertanyaan invasif atau sensitif
yang dapat mengakibatkan ketidaknyamanan dan
meningkatkan risiko.
3) Subjek yang dipilih atau ditunjuk adalah pejabat
public atau calon pejabat public atau calon untuk jabatan
publik,
4) Menurut peraturan perundangan mengharuskan
tanpa kecuali bahwa kerahasiaan informasi pribadi
dipertahankan melalui penelitian dan sesudahnya.
f) Penelitian yang melibatkan pengumpulan atau studi tentang
data yang ada, seperti dokumen, catatan, atau specimen
patologis, atau specimen diagnostik, atau bahan biologic

33
tersimpan, jika sumber-sumber ini tersedia untuk umum atau
jika informasi yang dicatat oleh peneliti sedemikian rupa bahwa
subjek tidak dapat di identifikasi secara langsung atau melalui
pengenal terkait dengan subjek.
1) Untuk memenuhi syarat untuk pembebasan ini,
bahan penelitian harus dihilangkan identitasnya sebelum
kegiatan penelitian.
2) Jika ada kode yang digunakan untuk
mengidentifikasi subjek, maka penelitian ini tidak
dibebaskan.
g) Penelitian dan demonstrasi yang dilakukan oleh atau
tunduk pada persetujuan dari Departemen atau Lembaga, dan
yang dirancang untuk mempelajari, mengevaluasi atau mengkaji
manfaat program atau pelayanan publik, dan barang-barang
lainnya yang di identifikasi dalam peraturan. Kepentingan
public atau program layanan harus dilakukan di bawah otoritas
pemerintah yang spesifik dan tidak ada invasi fisik yang
signifikan atau gangguan pada privasi subjek.
2. Expedited/Accelerated (Dipercepat)
1) Risiko terhadap subjek minimal atau bila tidak
ditemukan/di identifikasi adanya risiko/bahaya minimal untuk
subjek penelitian atau masyarakat;
2) Risiko terhadap subjek wajar dalam kaitannya dengan
manfaat yang diharapkan dan pentingnya pengetahuan;
3) Seleksi subjek yang adil dan non-coersive (tanpa paksaan);
4) Informed consent bersumber dari setiap calon subjek atau
perwakilan resmi secara hukum;
5) Informed consent akan di dokumentasikan dengan baik;
6) Rencana penelitian dengan ketentuan memadai,
pemantauan dan pengumpulan data yang tepat, menjamin
keamanan subjek;
7) Ketentuan yang memadai untuk melindungi privasi subjek
dan menjaga kerahasiaan data.
8) Dalam hal keadaan darurat kesehatan masyarakat, seperti
investigasi kejadian luar biasa/ wabah penyakit atau operasi
bantuan bencana, telaah diproses lebih cepat.

34
Dalam proses kaji etik dipercepat, usulan dikirim kedua
anggota KEPK yang diperlukan untuk memberikan umpan balik
mereka kesekretariat dalam waktu 5-10 hari kerja. Persetujuan
disampaikan ke petugas sekretariat. Jika terjadi perbedaan
pendapat atau keputusan di antara dua anggota KEPK, maka ketua
akan mengirimkan kesatu anggota lainnya atau ahli yang kompeten
untuk pertimbangan keputusan akhir.
Berikut adalah daftar jenis penelitian dengan subjek
manusia yang memenuhi persyaratan untuk proses telaah cepat:
1. Koleksi rambut dan kuku dengan cara yang tidak melukai.
2. Koleksi ekskreta dan sekresi eksternal.
3. Preputium, plasenta dan tali pusat.
4. Pengumpulan data dari subjek dengan usia di atas 18 tahun
menggunakan prosedur non-invasif secara rutin digunakan
dalam praktek klinis.
5. Olahraga ringan oleh subjek yang sehat.
6. Penelitian tentang perilaku individu atau kelompok atau
karakteristik individu, seperti studi persepsi, kognisi, teori
permainan, atau pengembangan tes, yang tidak memanipulasi
perilaku dan tidak menyebabkan stres pada subjek

3. Review Full Board Committee (Lengkap)


Protokol penelitian yang mengindikasikan adanya risiko,
termasuk uji klinik, isu sensitive dari sisietik dan agama, termasuk
kelompok rentan seperti: fetus, bayi, anak, lansia, penderita
gangguan jiwa, wanita hamil, IVF, TNI/Polri, tahanan, yang telah
ditelaah oleh minimal dua anggota KEPK untuk kemudian
disajikan dalam pertemuan tim KEPK secara lengkap. Pertemuan
untuk melakukan pembahasan dan diskusi yang akan menghasilkan
keputusan, dicapai dengan konsensus.

Petugas sekretariat, atas keputusan KEPK mengundang


peneliti untuk presentasi dan klarifikasi. Tim peneliti dan/atau

35
sponsor dapat hadir untuk menanggapi pertanyaan dan saran.
Peneliti mahasiswa wajib didampingi oleh pembimbing. Ketika
semua pertanyaan dan klarifikasi sudah dijawab, mereka diminta
meninggalkan ruang pertemuan untuk member kesempatan KEPK
membuat keputusan. Dalam hal terdapat anggota KEPK yang tidak
menyetujui keputusan secara aklamasi, maka keputusan akhir
diambil melalui pemungutan suara.

4. Continuing (Berlanjut Terus)


Untuk penelitian jangka panjang, melewati masa berlakunya
persetujuan etik, peneliti harus mengajukan berkas dokumen baru
beserta hasil laporan kemajuan penelitian untuk mendapatkan
persetujuan etik lanjutan.

C. Tindak Lanjut Hasil Telaah


1) Hasil dikomunikasikan kepada peneliti
Sekretariat akan menginformasikan kepada peneliti via email,
untuk semua katagori (dipercepat, lengkap)", dan hasil dari tinjauan
akan dikomunikasikan secara elektronik kepada peneliti diikuti
dengan dokumen lengkap pengusul berikut pendapat dan
rekomendasi KEPK. Ringkasan ulasan dikirim secara elektronik
pada awalnya dan diikuti oleh hard-copy hanya setelah proposal
disetujui sepenuhnya atau ditolak.
2) Makna Hasil Telaah
a. Disetujui sesuai usulan yang diserahkan : disetujui dan
tanpa perubahan/modifikasi yang diperlukan.
b. Disetujui kondisional; membutuhkan perubahan dan /atau
klarifikasi.
Persetujuan usulan bergantung pada penjelasan yang
memadai oleh peneliti; bila belum dapat meyakinkan maka perlu
dilakukan perubahan/amandemen dan selanjutnya
diajukan/diserahkan ke Sekretariat.
c. Tidak disetujui; membutuhkan informasi tambahan dan /
atau menulis ulang

36
Membutuhkan informasi lebih lengkap, bahkan ditulis
ulang dan dikatagorikan sebagai pengajuan baru untuk ditinjau
kembali oleh KEPK.
d. Ditolak
Proposal secara etis tidak dapat diterima dan tidak dapat
disetujui oleh KEPK, atau didukung oleh standar nasional,
WHO 2011, atau pedoman WHO-CIOMS 2016. Peneliti dapat
mengajukan proposal baru yang mempertimbangkan isu-isuetis
yang diangkat oleh Komite.
3) Kerangka waktu proses telaah
a. Hari pertama penerimaan proposal: check list kelengkapan
semua dokumen.
b. Hari 1-5: skrining teknis yang lebih rinci di tingkat
secretariat; umpan balik kepeneliti sebaiknya diinformasikan;
peneliti jangan ragu untuk menghubungi Sekretariat.
c. 14 hari: tergantung jumlah usulan dan anggota KEPK
pengajuan awal.
d. lebih lama jika memerlukan full board committee (bulan):
Ulasan Komite penuh

Lamanya waktu persetujuan, tergantung pada ketepatan


respon, jenis penelitian, jumlah anggota tim, dan sekretariat KEPK
termasuk bagaimana institusi dan KEPK setempat menciptakan
sebuah sistem agar pengusul dapat melacak kemajuan proses.

2.7 Penelitian Yang Membutuhkan Ethical Clearance

Perkembangan ilmu kesehatan diarahkan dan dipacu oleh penelitian


kesehatan. Penelitian kesehatan dapat dilakukan dengan model komputer,
penelitian biokimia di laboratorium, atau penelitian menggunakan bahan
hidup seperti biakan sel dan jaringan yang kemudian perlu dilanjutkan pada
sistem hidup terpadu (integrated living system) menggunakan hewan
percobaan. Pada akhirnya, sebelum hasil penelitian dapat dimanfaatkan

37
secara aman dan efektif untuk kesehatan manusia, perlu penelitian dengan
mengikutsertakan relawan manusia.

Relawan manusia yang bersedia menjadi subjek penelitian mungkin


akan mengalami ketidaknyamanan dan rasa nyeri serta dipaparkan pada
berbagai macam risiko. Sebagai bangsa dan peneliti yang beradab, kesediaan
serta pengorbanan relawan manusia harus dihargai. Selain itu, kita juga wajib
menghormati dan melindungi kehidupan, kesehatan, keleluasaan pribadi
(privacy), serta martabat (dignity) subjek penelitian. Pelaksanaan kewajiban
tersebut adalah inti Etik Penelitian Kesehatan (EPK).

Ethical Clearance merupakan ijin etika. Ethical clearance adalah


pernyataan, bahwa rencana kegiatan penelitian yang tergambar dalam
protocol, telah dilakukan kajian dan telah memenuhi kaidah etik sehingga
layak dilaksanakan. Seluruh penelitian/riset yang menggunakan manusia
sebagai subyek penelitian harus mendapatkan ethical clearance, baik
penelitian yang melakukan pengambilan spesimen, ataupun yang tidak
melakukan pengambilan spesimen. Penelitian/riset yang dimaksud adalah
penelitian biomedik yang mencakup riset pada farmasetik, alat kesehatan,
radiasi dan pemotretan, prosedur bedah, rekam medis, sampel biologik, serta
penelitian epidemiologik, sosial dan psikososial.

2.8 Standar Etik Penelitian Kesehatan

Deklarasi Helsinki memuat prinsip etika, dimana kepentingan subyek


harus diatas kepentingan lain, berarti harus diperhatikan. Seorang dokter
harus bertindak demi kepentingan pasiennya, dan tidak dapat melakukan
tindakan yang merugikan pasien. Terdapat dua pernyataan yang merupakan
kunci suatu penelitian yang menggunakan manusia sebagai subjek, yaitu :

1) Kepentingan individu subjek harus diberi prioritas dibandingkan


dengan komunitas.

38
2) Setiap subjek dalam penelitian klinis harus mendapatkan
pengobatan terbaik yang ada.

Pada Declaration of Helsinki ditetapkan bahwa selain diperlukan


informed consent dari subjek penelitian, diperlukan juga ethical clearance
yang dikeluarkan oleh Komisi Etik. Declaration of Helsinki juga mengatur
tentang pemanfaatan hewan percobaan dalam penelitian kesehatan dengan
memperhatikan kesejahteraan hewan percobaan.

Pada tahun 1966, 2 tahun setelah diterbitkan Deklarasi Helsinki,


Beecher dalam New England Journal of Medicine menerbitkan tulisan yang
cukup menggemparkan dan mendapat tanggapan cukup luas. Beecher dalam
tulisannya menjelaskan bahwa dari 100 artikel hasil penelitian kesehatan yang
diterbitkan dalam jurnal terkemuka, 12 diantaranya dinilai tidak memenuhi
kaidah etik, dan memberikan 22 contoh perlakuan tidak etis para peneliti
terhadap subyek manusia. Belmont dalam laporannya pada 1979
mengemukakan 3 prinsip dasar etika pelaksanaan penelitian kedokteran atau
kesehatan yang menyertakan manusia sebagai subyek penelitian.

Berbeda dengan etika praktek kedokteran yang telah berusia tua sejak
jaman Hippocrates, etika dalam penelitian kesehatan pada umumnya termasuk
epidemiologi masih relatif baru, namun istilah penelitian kedokteran sudah
bergeser menjadi penelitian kesehatan mengingat semakin luasnya aspek
kesehatan manusia yang menjadi lahan penelitian dan pengembangan.
Pedoman etik pada penelitian epidemiologi diterbitkan oleh Council of
International Organization of Medical Science (CIOMS) dengan bantuan
Badan Kesenatan Dunia (WHO) pada tahun 1991. Selanjutnya CIOMS dan
WHO pada tahun 1993 menerbitkan pedoman etika dalam penelitian
Biomedik yang kemudian dijadikan pedoman bagi banyak negara termasuk
Indonesia.

Standar etik penelitian kesehatan di Indonesia yang melibatkan


manusia sebagai subyek didasarkan pada azas perikemanusiaan yang
merupakan salah satu dasar falsafah bangsa Indonesia, yaitu Pancasila. Hal

39
tersebut diatur dalam UU Kesehatan no 23/ 1992, PP no 39/ 1995 tentang
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan mengenai perlindungan dan hak –
hak manusia sebagai subyek penelitian dan sanksi bila penyelenggaraan
penelitian melanggar ketentuan dalam PP tersebut.

40
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Etik sering disebut sebagai moral philosophy atau filsafat moral yang
memiliki pengertian akhlak, adat kebiasaan, watak, perasaan, sikap yang baik,
yang layak. Etik bukan ajaran moral tetapi cabang ilmu filsafat mengenai
pemikiran kritis dan mendasar dari yang baik, pantas dan benar dari ajaran
moral. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, etik adalah ilmu tentang apa
yang baik dan yg buruk, tentang kewajiban dan hak moral, kumpulan asas
yang berkenaan dengan akhlak, nilai yang benar dan salah yang dianut dalam
masyarakat.

3.2 Saran
Kepada pembaca diharapkan untuk terus meningkatkan kompetensi dan
wawasan yang berhubungan dengan penelitian. Hal ini dikarenakan penelitian
merupakan cara primer manusia dalam mengembangkan kajian ilmu. Dengan
berkembangnya ilmu bimbingan dan konseling tentunya akan mempermudah
personal-personal dalam menghadapi persoalan-persoalan hidup yang makin
kompleks mengikuti perkembangan masa.

Daftar Pustaka

41
Cecep, Tribowo. 2014. Etika dan Hukum Kesehatan.. Yogyakarta : Nuha Medika

Brink, Pamela. J. 2000. Langkah Dasar Dalam Perencanaan Riset Keperawatan.


Jakarta : EGC.

Setyad. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. 2007. Yogyakarta: Graha Ilmu

Legal. http://kbbi.web.id/legal. diakses pada tangal 2014-10-05

Prinsip-prinsip Etika Penelitian Ilmiah.


http://www.fkep.unpad.ac.id/2007/09/prinsip-prinsip-etika-penelitian-
ilmiah/. (Diakses pada tanggal 20-04-2019).

Badan penelitian dan pengembangan kesehatan kementerian kesehatan republik


indonesia 2014 Komisi Nasional Etik Penelitian Kesehatan.
http://www.litbang.depkes.go.id/knepk/ (Diakses 20-04-2019).

42

Anda mungkin juga menyukai