Anda di halaman 1dari 46

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Nn.

P DENGAN GANGGUAN
SISTEM REPRODUKSI: CA. OVARIUM STADIUM III POST
KEMOTERAPI DI RSUD A. W. SJAHRANIE SAMARINDA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Profesi Keperawatan dalam mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah (KMB)
Dosen Pembimbing : Sri Wulan Megawati, S.Kep., Ners., M.Kep

Disusun oleh :
Lala Dwi Apriliana
201FK04029

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,


karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas
laporan kasus ini.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis banyak mendapat saran, dorongan,
serta keterangan-keterangan dari berbagai pihak yang merupakan pengalaman
yang tidak dapat diukur secara materi, namun dapat membukakan mata penulis
bahwa sesungguhnya pengalaman dan pengetahuan tersebut adalah guru yang
terbaik bagi penulis.

Dalam penyusunan laporan ini, penulis menyadari masih terdapat banyak


kekurangan yang dibuat baik sengaja maupun tidak sengaja, dikarenakan
keterbatasan ilmu pengetahuan dan wawasan serta pengalaman yang penulis
miliki. Untuk itu kami mohon maaf atas segala kekurangan tersebut dan tidak
menutup diri terhadap segala saran dan kritik serta masukan yang bersifat
kontruktif bagi penulis.

Akhir kata semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandung, Juni 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penulisan 2
1.4 Manfaat Penulisan 2

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Kanker Ovarium 3


2.1.1 Definisi 3
2.1.2 Klasifikasi 3
2.1.3 Epidemiologi 4
2.1.4 Etiologi 4
2.1.5 Manifestasi Klinis 5
2.1.6 Patofisiologi 6
2.1.7 Komplikasi 9
2.1.8 Penatalaksanaan 9
2.1.9 Pemeriksaan Penunjang 11
2.1.10 Pencegahan 12
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 13
2.2.1 Pengkajian Keperawatan 13
2.2.2 Diagnosa Keperawatan 17
2.2.3 Intervensi Keperawatan 17
2.2.4 Implementasi Keperawatan 21
2.2.5 Evaluasi Keperawatan 22

BAB III LAPORAN KASUS

ii
BAB IV PENUTUP

3.1 Kesimpulan 23
3.2 Saran 23

Daftar Pustaka 24

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker Ovarium adalah proses keganasan primer yang terjadi pada

ovarium. Meskipun pemeriksaan fisik dilakukan dengan cermat, kanker

ovarium seringkali sulit dideteksi karena biasanya terdapat jauh didalam

pelvis (Brunner, 2015). Tumor ovarium terjadi atas 3 kelompok, yaitu tumor

jinak, borderline (kanker deferensiasi sedang), dan tumor ganas. Kanker

ovarium diperkirakan 30% terjadi dari seluruh kanker pada system genetalia

wanita (Arania & windarti, 2015).

Menurut American Cancer Society tahun 2016, kanker ovarium

menduduki peringkat kelima dari seluruh kanker yang ditemukan pada

wanita. Sekitar 22.280 kasus baru kanker ovarium terdiagnosis dan 14.240

wanita meninggal karena kanker ovarium di Amerika Serikat. Angka

kelangsungan hidup 5 tahun hanya sekitar 46,2%. Berdasarkan laporan

International Agency for Research on Cancer (IARC) tahun 2012 angka

kejadian kanker ovarium pada tingkat global adalah 3,6% dari 100.000

penduduk. Kelangsungan hidup diperkirakan dalam 5 tahun pada stadium I,

II, III dan IV yaitu masing-masingnya sekitar 90%, 70%, 39%, dan 17%.

Penyebab kanker ovarium masih belum jelas, namun beberapa factor

yang mungkin berkaitan dengan timbulnya penyakit ini antara lain : factor

reproduksi, factor haid, factor lingkungan, dan factor gentik (Kampono N,

1
dkk, 2011). Mayoritas kanker ovarium adalah jenis sel epitel yang berasal

dari epitel ovarium. Kelompok lainnya yaitu non epithelial, termasuk

diantaranya ialah sel tumor germinal, dan tumor sex-cord stromal. Terdapat

beberapa stadium pada kanker ovarium yang dibagi menurut International

Federation of Gynecologi and Obstetri (FIGO) tahun 1988 . dalam

penanganan kanker ovarium dilaksanakan berdasarkan stadium penyakit.

Prognosis kanker ovarium buruk pada pasien stadium menengah dan lanjut

(Jihong L, 2011).

Dampak dari kanker ovarium pada stadium awal tidak mengalami

perubahan pada tubuh yang tidak begitu terasa pada diri wanita karena

awal perubahannya di dalam tubuh mengalami keputihan yang dianggap

wanita adalah hal yang biasa. Pada stadium lanjut yaitu stadium II-IV akan

mengalami perubahan pada tubuh karena sudah bermetastase ke jaringan

luar pelvis misalnya jaringan hati, gastrointestinal, dan paru-paru sehingga

akan menyebabkan anemia, asites, efusi pleura, nyeri ulu hati dan anoreksia

(Reeder, Martin, & Koniak-Griffin, 2013).

Berdasarkan uraian diatas, dalam laporan ini akan dibahas mengenai

penyakit Ca. Ovarium dan asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus

Ca. Ovarium.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu :

1. Apa definisi Ca. Ovarium?

2
2. Apa saja etiologi dari Ca. Ovarium?

3. Apa manifestasi klinis Ca. Ovarium?

4. Bagaimana patofisiologi Ca. Ovarium?

5. Bagaimana penatalaksanaan Ca. Ovarium?

6. Apa saja pemeriksaan penunjang Ca. Ovarium?

7. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien Ca. Ovarium?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui konsep teori penyakit Ca. Ovarium.

2. Mengetahui penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan Ca.

Ovarium.

1.4 Manfaat Penulisan

Untuk mengetahui dan menambah wawasan mengenai penyakit Ca.

Ovarium dan melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan Ca.

Ovarium.

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Kanker Ovarium

2.1.1 Definisi

Kanker ovarium adalah kanker ginekologis yang paling mematikan

sebab pada umumnya baru bisa dideteksi ketika sudah parah. Tidak ada

tes screening awal yang terbukti untuk kanker ovarium. Tidak ada

tanda-tanda awal yang pasti. Beberapa wanita mengalami

ketidaknyamanan pada abdomen dan bengkak (Digitulio, 2014).

Kanker ovarium adalah kanker ganas yang berasal dari ovarium

dengan berbagai histologi yang menyerang pada semua umur. Tumor

sel germinal lebih banyak dijumpai pada penderita berusia <20 tahun,

sedangkan tumor sel epitel lebih banyak pada wanita usia >50 tahun

(Manuaba, 2013).

2.1.2 Epidemiologi

Menurut American Cancer Society tahun 2016, kanker

ovarium menduduki peringkat kelima dari seluruh kanker yang

ditemukan pada wanita. Sekitar 22.280 kasus baru kanker ovarium

terdiagnosis dan 14.240 wanita meninggal karena kanker ovarium di

Amerika Serikat. Angka kelangsungan hidup 5 tahun hanya sekitar

46,2%. Berdasarkan laporan International Agency for Research on

Cancer (IARC) tahun 2012 angka kejadian kanker ovarium pada

4
tingkat global adalah 3,6% dari 100.000 penduduk. Kelangsungan

hidup diperkirakan dalam 5 tahun pada stadium I, II, III dan IV yaitu

masing-masingnya sekitar 90%, 70%, 39%, dan 17%.

Data Globocan tahun 2012, insiden dan mortalitas kanker

ovarium di Asia menempati urutan ke Sembilan dari penyakit-penyakit

kanker yang menyerang pada system genetalia wanita. Insiden kanker

ovarium di Asia Tenggara sebanyak 47.689 atau sebanyak 47.689 atau

sebanyak 5,2% dari seluruh usia pada wanita (IARC, 2012). Penduduk

Indonesia yang menderita kanker ovarium menduduki urutan keenam

terbanyak setelah karsinoma serviks, payudara, kolorektal, kulit, dan

limfoma. Insiden kanker ovarium di Indonesia sebanyak 9.664 kasus

atau 6,2% dengan angka mortalitas 7.031 kasus. Data kanker di RS

Kanker Dharmais tahun 2010-2013 pada penyakit kanker ovarium di

tahun 2010 terdapat 113 kasus dan kematian sebanyak 22 kasus,

pada tahun 2011 terdapat 146 kasus dan kematian sebanyak 31 kasus,

tahun 2012 terdapat 144 kasus dan kematian sebanyak 27 kasus, tahun

2013 terdapat 134 kasus dan kematian sebanyak 46 kasus (Kementrian

Kesehatan republic Indonesia, 2015).

2.1.3 Klasifikasi

Menurut Prawirohardjo (2014), klasifikasi stadium kanker

ovarium menurut FIGO (Federation International de Gynecologis

Obstetricts) 1988 sebagai berikut:

5
Klasifikasi stadium
kanker ovarium

Stadium FIGO Kategori


Stadium I Tumor terbatas pada ovarium
Ia Tumor terbatas pada satu ovarium, kapsul utuh, tidak ada
tumor pada permukaan luar, tidak terdapat sel kanker
pada cairan asites atau pada bilasan peritoneum
Ib Tumor terbatas pada kedua ovarium, kapsul utuh, tidak
terdapat tumor pada permukaan luar, tidak terdapat sel
kanker pada cairan asites atau bilasan peritoneum
Ic Tumor terbatas pada satu atau dua ovarium dengan satu
dari tanda- tanda sebagai berikut : kapsul pecah, tumor
pada permukaan luar kapsul. Sel kanker postitif pada
cairan asites atau bilasan peritoneum
Stadium II Tumor mengenai satu atau dua ovarium dengan perluasan
ke pelvis
IIa Perluasan dan implan ke uterus atau tuba fallopi.
Tidak ada sel kanker di cairan asites atau bilasan
peritoneum
IIb Perluasan ke organ pelvis lainnya. Tidak ada sel kanker
di cairan asites atau bilasan peritoneum
IIc Tumor pada stadium IIa/IIb dengan sel kanker positif
pada cairan asites atau bilasan peritoneum
Stadium III Tumor mengenai satu atau dua ovarium dengan
metastasis ke peritoneum yang dipastikan secara
mikroskopik diluar pelvis atau metastasis ke kelenjar
getah bening regional
IIIa Metastasis peritoneum mikroskopik di luar pelvis
IIIb Metastasis peritoneum mikroskopik diluar pelvis dengan
diameter terbesar 2 cm atau kurang
IIIc Metastasis peritoneum diluar pelvis dengan diameter

6
terbesar lebih dari 2 cm atau metastasis kelenjar getah
bening regional
IV Metastasis jauh diluar rongga peritoneum. Bila terdapat
efusi pleura, maka cairan pleura mengandung sel kanker
positif. Termasuk metastasis pada parenkim hati.

2.1.4 Etiologi

Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Faktor

resiko terjadinya kanker ovarium menurut Manuaba (2013) sebagai

berikut:

1) Faktor lingkungan Insiden terjadinya kanker ovarium umumnya

terjadi di negara industri

2) Faktor reproduksi

a) Meningkatnya siklus ovulatori berhubungan dengan tingginya

resiko menderita kanker ovarium karena tidak sempurnanya

perbaikan epitel ovarium.

b) Induksi ovulasi dengan menggunakan clomiphene sitrat

meningkatkan resiko dua sampai tiga kali.

c) Kondisi yang dapat menurunkan frekuensi ovulasi dapat

mengurangi resiko terjadinya kanker.

d) Pemakaian pil KB menurunkan resiko hingga 50 % jika

dikonsumsi selama lima tahun atau lebih.

e) Multiparitas, kelahiran multiple, riwayat pemberian ASI

3) Faktor genetik

a) 5-10 % adalah herediter

b) Angka resiko terbesar 5 % pada penderita satu saudara dan

7
meningkat menjadi 7 % bila memiliki dua saudara yang

menderita kanker ovarium.

2.1.5 Manifestasi Klinis

Menurut Prawirohardjo (2014), tanda dan gejala pada kanker

ovarium seperti, perut membesar/merasa adanya tekanan, dyspareunia,

berat badan meningkat karena adanya massa/asites, peningkatan

lingkar abdomen, tekanan panggul, kembung, nyeri punggung,

konstipasi, nyeri abdomen, urgensi kemih, dyspepsia, perdarahan

abnormal, flatulens. peningkatan ukuran pinggang, nyeri tungkai, nyeri

panggul.

2.1.6 Patofisiologi

Penyebab pasti kanker ovarium tidak diketahui namun

multifaktoral. Resiko berkembangnya kanker ovarium berkaitan

dengan factor lingkungan, reproduksi dan genetik. Faktor- faktor

lingkungan yang berkaitan dengan dengan kanker ovarium epitel

terus menjadi subjek perdebatan dan penelitian. Insiden tertinggi

terjadi di industri barat. Kebiasaan makan, minum kopi, dan

merokok, dan penggunaan bedak talek pada daerah vagina, semua

itu dianggap mungkin menyebabkan kanker. Penggunaan

kontrasepsi oral tidak meningkatkan resiko dan mungkin dapat

mencegah. Terapi penggantian estrogen pascamenopause untuk 10

tahun atau lebih berkaitan dengan peningkatan kematian akibat

8
kanker ovarium. Gen- gen supresor tumor seperti BRCA-1 dan

BRCA-2 telah memperlihatkan peranan penting pada beberapa

keluarga. Kanker ovarium herediter yang dominan autosomal

dengan variasi penetrasi telah ditunjukkan dalam keluarga yang

terdapat penderita kanker ovarium. Bila yang menderita kanker

ovarium, seorang perempuan memiliki 50% kesempatan untuk

menderita kanker ovarium.

Lebih dari 30 jenis neoplasma ovarium telah diidentifikasi.

Kanker ovarium dikelompokkan dalam 3 kategori besar : 1. Tumor-

tumor epiteliel, 2. Tumor stroma gonad, dan 3. Tumor-tumor sel

germinal. Keganasan epiteliel yang paling sering adalah adenoma

karsinoma serosa. Kebanyakan neoplasma epiteliel mulai

berkembang dari permukaan epitelium, atau serosa ovarium.

Kanker ovarium bermetastasis dengan invasi langsung struktur yang

berdekatan dengan abdomen dan pelvis. Sel-sel ini mengikuti

sirkulasi alami cairan perinetoneal sehingga implantasi dan

pertumbuhan. Keganasan selanjutnya dapat timbul pada semua

permukaan intraperitoneal. Limfasik yang disalurkan ke ovarium

juga merupakan jalur untuk penyebaran sel-sel ganas. Semua

kelenjer pada pelvis dan kavum abdominal pada akhirnya akan

terkena. Penyebaran awal kanker ovarium dengan jalur

intraperitoneal dan limfatik muncul tanpa gejala atau tanda

spesifik. Gejala tidak pasti akan muncul seiring dengan waktu

adalah perasaan berat pada pelvis, sering berkemih, dan disuria, dan

9
perubahan gastrointestinal, seperti rasa penuh, mual, tidak enak

pada perut, cepat kenyang, dan konstipasi.pada beberapa

perempuan dapat terjadi perdarahan abnormal vagina sekunder

akibat hiperplasia endometrium bila tumor menghasilkan estrogen,

beberapa tumor menghasilkan testosteron dan menyebabkan

virilisasi. Gejala-gejala keadaan akut pada abdomen dapat timbul

mendadak bila terdapat perdarahan dalam tumor, ruptur, atau torsi

ovarium.

Namun, tumor ovarium paling sering terdeteksi selama

pemeriksaan pelvis rutin. Pada perempuan pramenopause,

kebanyakan massa adneksa yang teraba bukanlah keganasan tetapi

merupakan kista korpus luteum atau folikular. Kista fungsional ini

akan hilang dalam satu sampai tiga siklus menstruasi. Namun pada

perempuan menarkhe atau pasca menopause, dengan massa

berukuran berapapun, disarankan untuk evaluasi lanjut secepatnya

dan mungkin juga eksplorasi bedah. Walaupun laparatomi adalaha

prosedur primer yang digunakan untuk menentukan diagnosis, cara-

cara kurang invasif, )misal CT-Scan, sonografi abdomen dan pelvis)

sering dapat membantu menentukan stadium dan luasnya

penyebaran. Lima persen dari seluruh neoplasma ovarium adalah

tumor stroma gonad, 2 % dari jumlah ini menjadi

keganasanovarium. WHO (World Health Organization),

mengklarifikasikan neoplasma ovarium ke dalam lima jenis

dengan subbagian yang multipel. Dari semua neoplasma ovarium,

10
25 % hingga 33 % tardiri dari kista dermoid ; 1 % kanker ovarium

berkembang dari bagian kista dermoid. Eksisi bedah adalah

pengobatan primer untuk semua tumor ovarium, dengan tindak

lanjut yang sesuai, tumor apa pun dapat ditentukan bila ganas.

2.1.7 Penatalaksanaan

1) Penatalaksanaan medis

(1) Pembedahan

Tindakan pembedahan dapat dilakukan pada kanker

ovarium sampai stadium IIA dan dengan hasil pengobatan

seefektif radiasi, akan tetapi mempunyai keunggulan dapat

meninggalkan ovarium pada pasien usia pramenopouse.

Kanker ovarium dengan diameter lebih dari 4 cm menurut

beberapa peneliti lebih baik diobati dengan kemoradiasi

dari pada operasi. Histerektomi radikal mempunyai

mortalitas kurang dari 1%. Morbiditas termasuk kejadian

fistel (1% sampai 2%), kehilangan darah, atonia kandung

kemih yang membutuhkan katerisasi intermiten,

antikolinergik, atau alfa antagonis.

(2) Radioterapi

Terapi radiasi dapat diberikan pada semua stadium,

terutama mulai stadium II B sampai IV atau bagi pasien

pada stadium yang lebih kecil tetapi bukan kandidat

untuk pembedahan. Penambahan cisplatin selama radio

11
terapi whole pelvic dapat memperbaiki kesintasan hidup

30% sampai 50%.

(3) Kemoterapi

Terutama diberikan sebagai gabungan radio-

kemoterapi lanjutan atau untuk terapi paliatif pada kasus

residif. Kemoterapi yang paling aktif adalah ciplastin.

Carboplatin juga mempunyai aktivitas yang sama dengan

cisplatin.

2) Penatalaksanaan Keperawatan

Asuhan keperawatan pada pasien dengan kenker ovarium

meliputi pemberian edukasi dan informasi untuk meningkatkan

pengetahuan klien dan mengurangi kecemasan serta ketakutan

klien. Perawat mendukung kemampuan klien dalam perawatan

diri untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah komplikasi

(Reeder dkk, 2013).

Intervensi keperawatan kemudian difokuskan untuk

membantu klien mengekspresikan rasa takut, membuat

parameter harapan yang realistis, memperjelas nilai dan

dukungan spiritual, meningkatkan kualitas sumber daya

keluarga komunitas, dan menemukan kekuatan diri untuk

meghadapi masalah.

12
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang

Ultrasonografi transvagina dan pemeriksaan antigen CA-125

sangat bermanfaat untuk wanita yang beresiko tinggi. Pemeriksaan

praoperasi dapat mencakup enema barium atau kolonoskopi,

serangkaian pemeriksaan GI atas, MRI, foto ronsen dada, urografi

IV, dan pemindaian CT.Scan. Uji asam deoksiribonukleat

mengindikasikan mutasi gen yang abnormal. Penanda atau

memastikan tumor menunjukkan antigen karsinoma ovarium,

antigen karsinoembrionik, dan HCG menunjukkan abnormal atau

menurun yang mengarah kekomplikasi.

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian

2.2.1.1. Identitas pasien

Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis

kelamin, tanggal lahir, umur, asal suku bangsa, tempat

lahir, nama orang tua, pekerjaan orang tua. Keganasan

kanker ovarium sering ditemui pada usia sebelum

menarche atau diatas 45 tahun(Manuaba, 2010).

2.2.1.2. Keluhan utama

Biasanya mengalami perdarahan yang abnormal

atau menorrhagia pada wanita usia subur atau wanita diatas

usia 50 tahunatau menopause untuk stadium awal. Pada

stadium lanjutakan mengalami pembesaran massa yang

13
disertai asites (Reeder,dkk. 2013).

2.2.1.3. Riwayat kesehatan sekarang

Gejala kembung, nyeri pada abdomen atau pelvis,

kesulitan makan atau merasa cepat kenyang, dan gejala

perkemihan kemungkinan menetap Pada stadium lanjut,

sering berkemih, konstipasi, ketidaknyamanan pelvis,

distensi abdomen, penurunan berat badan, dan nyeri pada

abdomen.

2.2.1.4. Riwayat kesehatan dahulu

Riwayat kesehatan dahulu pernah memiliki kanker

kolon, kanker payudara, dan kanker endometrium (Reeder,

dkk. 2013)

2.2.1.5. Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat kesehatan keluarga yang pernah

mengalami kanker payudara dan kanker ovarium yang

beresiko 50% (Reeder, dkk. 2013)

2.2.1.6. Keadaan psiko-sosial-ekonomi dan budaya

Kanker ovarium sering ditemukan pada kelompok

sosial ekonomi yang rendah, berkaitan erat dengan

kualitas dan kuantitas makanan atau gizi yang dapat

mempengaruhi imunitas tubuh, serta tingkat personal

hygiene.

14
2.2.1.7. Data khusus

Data khusus pada pengkajian asuhan keperawatan

meliputi : Riwayat haid, riwayat obstetri, data psikologis,

data aktivitas atau istirahat, data makanan atau cairan, data

nyeri atau kenyamanan, pemeriksaan fisik (kesadaran,

kepala dan rambut, telinga, wajah, leher, abdomen, dan

genetalia), pemeriksaan penunajang (pemeriksaan

laboratorium : Uji asam deoksiribonukleat

mengindikasikan mutasi gen yang abnormal. Penanda atau

memastikan tumor menunjukkan antigen karsinoma

ovarium, antigen karsinoembrionik, dan HCG

menunjukkan abnormal atau meningkat yang mengarah ke

komplikasi).

2.2.2 Diagnosa
1) Nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor

2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakbugaran

3) Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan

4) Disfungsi seksual b/d perubahan fungsi/struktur tubuh

5) Gangguan rasa nyaman b/d gejala penyakit

15
2.2.3 Intervensi

NO DIAGNOSA KODE NOC NIC


KEPERAWATAN SDKI
1. Nyeri Kronis b/d D.0078 NOC : 1.1 Lakukan pengkajian
infiltrasi tumor  Pain level nyeri secara
 Pain control komprehensif
 Comfort level 1.2 Observasi reaksi non
Kriteria hasil : verbal dari
1. Mampu mengontrol ketidaknyamanan
nyeri 1.3 Ajarkan tehnik
2. Melaporkan bahwa relaksasi nafas dalam
nyeri berkurang untuk mengurangi
dengan nyeri
menggunakan 1.4 Kolaborasi untuk
manajemen nyeri pemberian analgetik
3. Mampu mengenali
skala, intensitas,
lokasi, dan
frekuensi nyeri
4. Menyatakan rasa
nyaman setelah
nyeri berkurang
2. Gangguan mobilitas D.0054 NOC : 2.1 Kaji kemampuan
fisik b/d  Joint movement pasien dalam
ketidakbugaran fisik active mobilisasi
 Mobility level 2.2 Monitoring vital sign
 Self care : ADLs 2.3 Banju pasien dalam
Kriteria Hasil : menggunakan alat bantu
1. Pasien jalan
meningkat dalam 2.4 Konsultasi dengan
aktivitas fisik terapi fisik tentang
2. Mengerti tujuan rencana ambulasi
dari peningkatan sesuai dengan
mobilitas kebutuhan
3. Memperagaka
n penggunaan
alat
4. Bantu
untuk mobilisasi
3. Defisit nutrisi b/d m NOC : 3. 1 Kaji status nutrisi
kurangnya asupan  Nutritional status : pasien
makanan food & fluid intake 3. 2 Berikan informasi
 Nutritional status : tentang kebutuhan
nutrient intake nutrisi
 Weight control 3. 3 Ajarkan pasien
Kriteria hasil : membuat catatan makanan
1. Adanya harian
peningkatan 3. 4 Kolaborasi dengan tim
berat badan gizi untuk kebutuhan
nutrisi
sesuai dengan
tujuan
2. Berat badan ideal
sesuai
dengan tinggi
badan

16
3. Mampu
mengidentifikas
i kebutuhan
nutrisi
4. Tidak ada tanda-
tanda malnutrisi
4. Disfungsi D.0069 Kriteria Hasil : 4. 1 Kaji frekuensi
se 1. Pengenalan berhubungan pasien
ksual b/d dan penerimaan dengan suami setelah
per identitas mengetahui
ubahan seksual pribadi penyakitnya
fungsi/struktur 2. Mengetahui 4. 2 Membangun hubungan
tubuh masalah terapeutik berdasarkan
reproduksi kepercayaan dan rasa
3. Mampu hormat
mengontrol 4. 3 Menyediakan privasi
kecemasan dan menjamin
4. Menunjukkan kerahasiaan
keinginan 4. 4 Menginformasikan
untuk diawal bahwa
mendiskusikan seksualitas adalah
perubahan hal penting dalam
fungsi seksual kehidupan
5. Mengungkapkan
pemahaman
terhadap perubahan
fungsi seksual
5. Gangguan rasa D.0074 NOC: 5. 1 Gunakan pendekatan
nyaman b/d gejala  Ansiety yang menenangkan
penyakit  Fear level 5. 2 Dorong pasien untuk
 Sleep deprivation mengungkapkan
 Comfort, perasaan ketakutan
readness for 5. 3 Dengarkan dengan
enchanched penuh perhatian
Kriteria Hasil : 5. 4 Instruksikan pasien
1. Mampu
mengontrol

2.2.4 Implementasi

Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan

dalam rencana perawat. Tindakan keperawatan mencakup tindakan

mandiri (independen) dan tindakan kolaborasi. Tindakan mandiri

(independen) adalah aktivitas perawat yang didasarkan pada

kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukan merupakan petunjuk

atau perintah dari petugas kesehatan lain. Tindakan kolaborasi adalah

17
tindakan yang didasarkan dari hasil keputusan bersama, seperti dokter

dan petugas kesehatan lain (Tarwoto dan Wartona, 2010).

2.2.5 Evaluasi

Menurut Asmadi (2008) dalam Puspa (2019) evaluasi adalah

tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan

yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan

tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi

dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan

tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukkan tercapainya

tujuan dan kriteria hasil, klien bisa keluar dari siklus proses

keperawatan. Jika sebaliknya, klien akan masuk kembali ke dalam

siklus tersebut mulai dari pengkajian ulang (reassessment). Secara

umum, evaluasi ditujukan untuk:

1) Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan.

2) Menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum.

18
BAB III

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Nn. P DENGAN GANGGUAN


SISTEM REPRODUKSI: CA. OVARIUM STADIUM III POST
KEMOTERAPI DI RSUD A. W. SJAHRANIE SAMARINDA

1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Pengumpulan Data
a. Identitas Klien
Nama : Nn. P
Umur : 13 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pelajar
Suku Bangsa : Indonesia
Status : Belum Menikah
No. CM : 01059261
Tanggal Masuk : 01 Mei 2019
Tanggal : 10 Mei 2019
Pengkajian
Diagnos Medis : Ca Ovarium St. III
Alamat : Jl. Cut Nyak Dien, Sangatta

b. Identitas Penanggungjawab
Nama : Ny. S
Usia : 45 tahun
Hubungan Dengan Klien : Ibu

23
c. Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri pada perut
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan nyeri pada perut, nyeri dirasakan seperti disayat
benda tajam dan terasa diseluruh lapang perut, skala nyeri 7 (skala
nyeri 1-10) dengan waktu terus menerus.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan sebelumnya tidak pernah dirawat di rumah sakit.
3) Riwayat Keluarga
Ibu klien mengatakan tidak ada anggota keluarga lain yang memiliki
penyakit yang sama dengan klien.

d. Pola Aktivitas Sehari-hari


No ADL Saat Sehat Saat Sakit
1. Nutrisi
a. Makan 3x/hari. 3x/hari
Jenis Nasi, lauk pauk, sayur Nasi, lauk pauk, sayur
Frekuensi/Jumlah 1 porsi habis ½ porsi
Pantangan
Keluhan Mual dan muntah
b. Minum
Jenis Air mineral Air mineral
Frekuensi/Jumlah 750 cc/24 jam 750 cc/24 jam
Pantangan Tidak ada pantangan Tidak ada pantangan
Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan

2. Istirahat dan Tidur


a. Malam
Lama 8 jam/hari 7 jam/hari
Kualitas
Keluhan

24
b. Siang 1-2 jam/hari 1-2 jam/hari
Lama
Kualitas
Keluhan
3. Eliminasi
a. BAK
Frekuensi 5-6 x/hari (1300 cc) 5-6 x/hari (1300 cc)
Warna Kuning Kuning
Bau Khas urine Bau amoniak
Kesulitan
b. BAB
Frekuensi 2 hari 1x 2 hari 1x
Konsistensi Lunak dan berbentuk Lunak dan berbentuk
Warna Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan
Bau Khas feses Khas feses
Kesulitan
4. Personal Hygiene
a. Mandi
Frekuensi 2x sehari pasien mengatakan
Penggunaan Sabun Menggunakan sabun saat dirawat di RS
Gosok Gigi 2x sehari aktivitas hygiene
Gangguan dibantu oleh
b. Berpakaian keluarganya.

Frekuensi 2x sehari

e. Pemeriksaan Fisik
1) Penampilan Umum: Keadaan umum lemah
(1) Kesadaran : compos mentis
(2) GCS : 15
E :4
M :6
V :5

25
(3) TTV
TD : 110/80 mmHg
N : 92 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,7 °C
TB : 153 cm
BB : 50 kg
2) Sistem Pernafasan
Pasien terlihat sesak, tidak ada batuk dan secret. Bentuk dada
simetris, irama nafas teratur, pola nafas normal, tidak ada pernafasan
cuping hidung, otot bantu pernafasan, vocal permitus dan ekspansi
paru anterior dan posterior dada normal, perkusi sonor, auskultasi
suara nafas vesikuler.
3) Sistem Kardiovaskular
Pada pemeriksaan inspeksi CRT > 2 detik tidak ada sianosis. Pada
pemeriksaan palpasi iktus kordis teraba hangat. Perkusi batas jantung
: Basic jantung berada di ICS II dari lateral ke media linea , para
sterna sinistra, tidak melebar, Pinggang jantung berada di ICS III
dari linea para sterna kiri, tidak melebar, Apeks jantung berada di
ICS V dari linea midclavikula sinistra, tidak melebar. Pemeriksaan
auskultasi : bunyi jantung I saat auskultasi terdengar bunyi jantung
normal dan regular, bunyi jantung II : saat auskultasi terdengar bunyi
jantung normal dan regular, bunyi jantung tambahan : tidak ada
bunyi jantung tambahan, dan tidak ada kelainan.
4) Sistem Pencernaan
Inspeksi : Bentuk abdomen bulat dan asites, terdapat massa pada
perut, dan tampak bayangan pembuluh darah pada abdomen, tidak
ada luka operasi. Auskultasi : peristaltic 25x/menit. Palpasi : Tegang
nyeri tekan, massa, Hepar Lien tidak ada kelainan, Ginjal tidak ada
nyeri tekan, tidak ada asietas.

26
5) Sistem Persarafan
Memory Panjang, perhatian dapat mengulang, bahasa baik, kongnisi
baik, orientasi orang, saraf sensori nyeri tusuk. Tingkat kesadaran
compos mentis. Tanda rangsangan otak (meningeal sign) :

1. N I (olfaktorius) : penciuman baik, bisa membedakan bau- bauan.


2. N II (optikus) : jarak pandang baik
3. NIII (okulomotorius) : adanya reflek rangsangan pada pupil
4. N IV (troklearis) : bisa menggerakkan bola mata ke atas dan ke
bawah
5. N V (trigeminus) : tidak ada kesulitan mengunyah
6. N VI (abdusen) : bisa menggerakan bola mata ke kanan dan ke kiri
7. N VII (facialis) : pengecapan terhadap rasa-rasa baik
8. NVIII(vestibulotroklearis) : pendengaran baik
9. NIX (glosofaringeus): tidak ada nyeri telan
10. N X (vagus) : bisa mengucap “ah” dan menelan saliva
11. N XI (assesorius) : bisa mengangkat bahu dan menoleh dengan
adanya tahanan
12. NXII (hipoglosus): bisa menjulurkan, menggerakkan lidah ke
kanan dan ke kiri
Fungsi motorik klien normal, bisa menggerakkan ekstremitas atas dan
bawah, nilai motorik 6 (mengikuti perintah), Fungsi sensorik normal,
tidak ada masalah pada fungsi sensorik, reflek fisiologis : patella (-),
reflek patofisiologis : babinski (-)
6) Sistem Endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, dan tidak ada pembesaran
kelenjar getah bening.
7) Sistem Genitourinaria
Kebersihan genitalia bersih, tidak ada keluhan kencing, kemampuan
berkemih spontan, produksi urin 1300 ml/hari warna kuning bau
amoniak, tidak ada nyeri tekan.

27
8) Sistem Muskuloskeletal
Pergerakan sendi bebas, tidak ada kelainan ekstermitas, tidak ada
kelainan tulang belakang, tidak fraktur, tidak menggunakan traksi,
tidak komparmentet syndrome, kulit kemerahan, turgor kulit kurang,
tidak ada luka.
Kekuatan otot :

5 5

5 5

Keterangan :
0 : otot sama sekali tidak mampu bergerak
1 : tampak sedikit kontraksi dan gerak
2 : mampu menahan tegak dan menahan gaya gravitasi
3 : mampu menggerakkan otot dengan tahanan minimal
4 : dapat bergerak dan melawan hambatan ringan
5 : kekuatan otot penuh
9) Sistem Integumen dan Imun
Akral hangat, warna kulit pucat.
10) Sistem Wicara dan THT
Klien berbicara dengan normal, pendengaran baik, klien tidak
memiliki masalah di tenggorokan, hidung maupun telinga.

f. Data Psikologis
1) Status Emosi : Klien menerima bahwa dirinya sakit dan harus dirawat
di RS.
2) Kecemasan : Klien mengatakan gelisah terhadap penyakitnya.
3) Pola Koping : Klien percaya bahwa dirinya dapat sembuh dengan di
rawat di RS dan meminum obat dengan rutin.
4) Konsep diri :
(1) Body Image : Klien mengatakan bersyukur atas pemberian Allah
SWT dan menyukai semua bagian tubuhnya.

28
(2) Harga Diri : Klien merasa puas dengan apa yang dimilikinya
sekarang.
(3) Ideal Diri : Klien berharap tubuhnya selalu diberikan kesehatan.
(4) Peran Diri : Saat dirumah klien sangat senang menjadi seorang
anak dan ingin selalu berbakti kepada kedua orangtuanya.
(5) Identitas Diri : Pada saat di rumah klien sebagai anak dan
bersyukur dengan jenis kelaminnya yaitu sebagai perempuan.
g. Data Sosial
Hubungan klien dengan keluarganya baik, klien aktif kegiatan di
lingkungan rumahnya.
h. Data Spiritual
klien percaya bahwa dapat sembuh. Klien mengatakan sering melakukan
sholat dan berdoa. Klien juga yakin penyakit klien akan sembuh karena
klien merasa bahwa ini ujian dari sang kuasa.
i. Data Penunjang
1) Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan


Hematologi
Rutin
Hemoglobin 10,5 14-18 g/dl
Leukosit 6.300 4000-11.000
Hematokrit 17,5 40-54 %
Jumlah Trombosit 225.000 150.000-440.000 ml
Eritrosit 2,11 4,3 – 5,6 g/dl

2) Pemeriksaan Penunjang Lainnya


-

29
j. Program dan Rencana Pengobatan

Nama obat Dosis Waktu Cara Golongan Indikasi


pemberian pemberian obat

Bleomycin 15 mg 3x15 mg IV drip Antibiotik Menangani


karsinoma sel
skuamosa,
limfoma atau
efusi pleura
akibat kanker

Etoposid 100mg 3x100 mg IV drip Anti Etoposid


kanker merupakan
obat anti
kanker
topoisomerase
II inhibiting

Carboplatin 200 mg 1x200 mg IV drip Anti Carboplatin


kanker digunakan
untuk terapi
pengobatan
kanker
ovarium lanjut
dan kanker
paru.

30
DATA FOKUS

Data Subjektif Data Objektif

1. Klien mengatakan nyeri pada perut.


- Klien terlihat meringis menahan
2. Klien mengatakan nyeri dirasakan
nyeri.
seperti disayat benda tajam dan
- Klien tampak lemas hanya berbaring
terasa diseluruh lapang perut
di tempat tidur.
3. Klien mengatakan skala nyeri 7
(skala nyeri 1-10) dengan waktu - Wajah klien tampak pucat.
terus menerus.
- Klien makan habis ½ porsi
4. Klien mengatakan merasa mual dan
- Terdapat massa pada perut
muntah serta kurang nafsu makan
setelah menjalani kemoterapi. - Tampak bayangan pembuluh darah
5. Klien mengatakan selama sakit pada abdomen
mengalami penurunan berat badan
SMRS 48 kg, sekarang menjadi 40
kg.

ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1. DS : Faktor pencetus Nyeri Akut

- Klien mengatakan Faktor reproduksi


nyeri pada perut.
Gangguan hormone pengaturan
- Klien mengatakan haid
nyeri dirasakan seperti Gangguan siklus ovulasi
disayat benda tajam
Sel telur gagal berevolusi
dan terasa diseluruh
lapang perut Menghasilkan hormone
- Klien mengatakan hipofisis abnormal

31
skala nyeri 7 (skala Penimbunan folikel
nyeri 1-10) dengan
Pematangan sel telur gagal
waktu terus menerus.

Proses hiperplasia, displasia


DO : dan aplasia

- Klien terlihat meringis Tumor/Kista


menahan nyeri.
Kanker ovarium
- Terdapat massa pada
Stadium III
perut
Menyebar ke peritoneum
- Tampak bayangan
pembuluh darah pada Asites
abdomen
Nyeri akut

2. DS : Faktor pencetus Ketidakseimbangan


Nutrisi Kurang
- Klien mengatakan Faktor reproduksi
Dari Kebutuhan
merasa mual dan
Gangguan hormone pengaturan Tubuh
muntah serta kurang
haid
nafsu makan setelah
menjalani kemoterapi. Gangguan siklus ovulasi

- Klien mengatakan Sel telur gagal berevolusi


selama sakit mengalami
penurunan berat badan Menghasilkan hormone

SMRS 48 kg, sekarang hipofisis abnormal

menjadi 40 kg.
Penimbunan folikel
DO :
Pematangan sel telur gagal
- Klien tampak lemas
hanya berbaring di Proses hiperplasia, displasia
tempat tidur. dan aplasia
- Wajah klien tampak
Tumor/Kista
pucat.

32
- Klien makan habis ½ Kanker ovarium
porsi
Stadium III

Menyebar ke peritoneum

Asites

Menekan saluran cerna

Perut terasa penuh

Anoreksia

Nutrisi kurang dari kebutuhan


tubuh

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS


Tanggal ditemukan
No Diagnose Keperawatan
Nama perawat Paraf
1. Nyeri akut berhubungan dengan infiltrasi
Lala
tumor.
2.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor Lala

biologis (gangguan gastrointestinal).

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Perencanaan
Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional

1. Nyeri akut 1) Memonitor 1. Untuk


Setelah dilakukan
berhubungan tanda-tanda vital mengetahui
tindakan
dengan infiltrasi (nadi, respirasi, kondisi umum
keperawatan selama
tumor. suhu tubuh, dan pasien dan
3X24 jam pada Nn.

33
P diharapkan nyeri tekanan darah) menentukan
akut dapat teratasi. rencana
keperawatan
kriteria hasil :
yang akan
- Mampu
diberikan.
mengontrol
nyeri 2. Untuk
2) Lakukan
- Melaporkan pengkajian nyeri mengetahui
bahwa nyeri secara tingkat nyeri
berkurang / komprehensif dan dapat
hilang termasuk lokasi, menunjang data
karakteristik, untuk
- Menyatakan
durasi, frekuensi, penentuan
rasa nyaman
kualitas dan tindakan yang
setelah nyeri
faktor presipitasi efektif.
hilang

3) Gunakan teknik 3. Teknik komter

komunikasi merupakan

terapeutik untuk teknik

mengetahui komunikasi

pengalaman perawat yang

nyeri dapat
membantu
klien
beradabtasi
dengan
sakitnya dan
mendorong
proses
penyembuhan.

4. Relaksasi
4) Ajarkan teknik membuat

34
non farmakologi adanya
: relaksasi nafas vasodilatasi
dalam pembuluh
darah sehingga
menurunkan
ketegangan.

5) Kolaborasikan 5. Analgesik
pemberian untuk
analgesik mengurangi
rasa nyeri.

2. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan 1. Kaji status 1. Pengkajian


nutrisi kurang dari tindakan nutrisi pasien penting
kebutuhan tubuh keperawatan dilakukan
berhubungan selama 3x24 jam untuk
dengan faktor diharapkan mengetahui
biologis (gangguan ketidakseimbangan status nutrisi
gastrointestinal) nutrisi kurang dari pasien
kebutuhan tubuh sehingga
dapat teratasi dapat
dengan kriteria menentukan
hasil : intervensi
- Klien tidak yang
merasa mual diberikan
dan muntah
- Adanya 2. Berikan 2. Informasi
peningkatan informasi yang
berat badan tentang diberikan
klien sesuai kebutuhan dapat
dengan tujuan nutrisi memotivasi
- Berat badan pasien untuk

35
ideal sesuai meningkatka
dengan tinggi n intake
badan nutrisi.
- Mampu 3. Kaji frekuensi 3. Penting untuk
mengidentifikasi
mual, durasi, mengetahui
kebutuhan
tingkat karakteristik
nutrisi
keparahan, mual dan
- Tidak ada tanda-
faktor frekunsi, faktor-faktor
tanda malnutrisi
presipitasi yang penyebab
menyebabkan mual
mual. diketahui
maka dapat
menentukan
intervensi
yang
diberikan
4. Anjurkan pasien 4. Makan
makan sedikit sedikit demi
demi sedikit tapi sedikit dapat
sering meningkatka
n intake
nutrisi.
5. Kolaborasi 5. Membantu
dengan tim gizi dalam proses
untuk kebutuhan meningkatka
nutrisi n intake
nutrisi klien

36
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Hari / Waktu Implementasi Diagnosa Paraf
ke-
Tanggal

1. Sabtu, 08.00 1. Mengobservasi tanda-tanda vital. 1 Lala


10 Mei WIB
Hasil:
2019
TD : 110/80 mmHg

N : 92 x/menit

RR : 20 x/menit

S : 36,7 °C

TB : 153 cm

BB : 50 kg

08.30 2. Lakukan pengkajian nyeri secara 1 Lala

WIB komprehensif termasuk lokasi,


karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi

Hasil:

DS : Klien mengatakan nyeri pada


perut, nyeri dirasakan seperti disayat
benda tajam dan terasa diseluruh
lapang perut, skala nyeri 7 (skala
nyeri 1-10) dengan waktu terus
menerus.

DO : klien tampak lemah dan


meringis kesakitan.

09.00 3. Gunakan teknik komunikasi

WIB terapeutik untuk mengetahui 1 Lala

37
pengalaman nyeri

Hasil:

Klien mengatakan keluhan nyerinya


secara komprehensif.

09.30 4. Kaji status nutrisi pasien


2 Lala
WIB Hasil : Klien mengalami penurunan
BB dan terdapat keluhan mual
muntah serta tidak nafsu makan.

10.00 5. Kaji frekuensi mual, durasi, tingkat


2 Lala
WIB keparahan, faktor frekunsi, presipitasi
yang menyebabkan mual.

Hasil: Klien mengalami mual sampai


dengan muntah setelah melakukan
kemoterapi.

11.30 6. Kolaborasi pemberian analgesic dan


1 Lala
WIB fakmakoterapi:

Obat kemoterapi : Bleomycin


3x15mg (IV) drip, Etoposid 3x100mg
(IV) drip, Carboplatin 1x200 mg (IV)
drip

2 Minggu, 08.00 1. Mengobservasi tanda-tanda vital. 1 Lala


11 Mei WIB
Hasil:
2019
TD : 110/80 mmHg

N : 92 x/menit

RR : 20 x/menit

S : 36,7 °C

38
TB : 153 cm

BB : 50 kg

2. Ajarkan teknik non farmakologi :


08.30 relaksasi nafas dalam 1
Lala
WIB
Hasil: Klien merasa lebih tenang dan
nyeri sedikit berkurang

3. Kolaborasikan pemberian analgesik


09.00
Hasil: Klien diberi obat analgesic 1
WIB Lala
untuk mengurangi nyeri

4. Berikan informasi tentang kebutuhan


10.00 nutrisi
WIB 2
Hasil: Klien mengetahui kebutuhan Lala

nutrisinya dan mau agar kebutuhan


nutrisinya terpenuhi

5. Anjurkan pasien makan sedikit demi


10.40 sedikit tapi sering
2
WIB Lala
Hasil: Klien mau makan sedikit demi
sedikit dan sering, makan habis ½
porsi

11.00 6. Kolaborasi dengan tim gizi untuk


2
WIB Lala
kebutuhan nutrisi

Hasil: Klien mendapatkan diet nutrisi


tinggi kalori dan tinggi protein

3 Senin, 08.00 1. Mengobservasi tanda-tanda vital. 1 Lala


12 Mei WIB
Hasil:
2019

39
TD : 110/80 mmHg

N : 92 x/menit

RR : 20 x/menit

S : 36,7 °C

TB : 153 cm

BB : 51 kg

2. Mengingatkan teknik non 1 Lala


08.30
farmakologi : relaksasi nafas dalam
WIB
Hasil: Klien merasa lebih tenang dan
nyeri sudah berkurang

3. Anjurkan pasien makan sedikit demi 2 Lala


09.30
sedikit tapi sering
WIB
Hasil: Klien sudah mau makan,
makan habis 1 porsi.

5. EVALUASI KEPERAWATAN

No. Hari / Diagnosa Catatan Perkembangan Paraf


Tanggal

1. Selasa, 13 1 S : Klien mengatakan nyeri sudah Lala


Mei 2019 berkurang

O : klien tampak tenang

A : masalah teratasi

P:-

40
2 S : Klien mengatakan mual sudah Lala
berkurang

O : klien terlihat sudah mau makan dan


makan habis 1 porsi

A : masalah teratasi

P:-

41
ANALISIS JURNAL

No Judul Peneliti Desain Sampel Prosedur Hasil Kesimpulan


1 Efektifitas Sri Utami Penelitian ini Jumlah Alat Hasil penelitian Progressive Muscle
Latihan menggunaka responden 30 pengumpulan ini dapat Relaxation (PMR) dapat
(2016) n desain pasien data yang disimpulkan mengurangi mual muntah
Progressive
Muscle quasy kemoterapi digunakan bahwa latihan pada pasien kemoterapi.
Relaxation experiment. dengan peneliti relaksasi otot
(PMR) Terhadap kanker berupa lembar progresif
Teknik ovarium observasi yang terbukti dapat
Mual Muntah pengambilan untuk berisi data mengurangi
Kemoterapi sampel yang eksperimen tentang data mual muntah
Pasien Kanker digunakan dan kontrol umum pasien pada pasien
Ovarium sesuai dengan serta data yang menjalani
yakni
non probabili kriteria tentang kemoterapi.
ty inklusi yang nyeri sebelum
sampling yait telah dan sesudah
u purposive ditetapkan diberikan
sampling. intervensi

23
PEMBAHASAN

Kanker merupakan penyakit yang kompleks dengan manifestasi yang bervariasi.

Umumnya pasien kanker mengalami gejala fisik, psikologis, dan gangguan fungsional

(Potter & Perry, 2006). Menurut Persatuan Ahli Bedah Onkologi Indonesia (2005),

penatalaksanaanatau pengobatan utama penyakit kanker meliputi empat macam yaitu

pembedahan, radioterapi, terapi hormon dan kemoterapi. Kemoterapi merupakan proses

pengobatan dengan menggunakan obat-obatan yang bertujuan untuk membunuh atau

memperlambat pertumbuhan sel kanker. Banyak obat yang digunakan dalam

kemotarapi. Perawat sebagai bagian dari pemberi layanan kesehatan mempunyai

peranan penting untuk mendukung pasien dalam proses adaptasi dan mempertahankan

keseimbangan selama keluhan-keluhan tersebut berlangsung. Selain itu, perawat

onkologi perlu dibekali keterampilan khusus untuk membantu pasien dan kelurganya

dalam mengatasi stres fisik dan psikologi melalui intervensi keperawatan yang bersifat

mandiri. Intervensi yang dapat dilakukan antara lain teknik relaksasi yang dapat

menimbulkan respon relaksasi yang menjadi antitesis terhadap respon stres (Astuti &

Suandika, 2015 ). Penggunaan relaksasi dalam bidang klinis telah dimulai sejak awal

abad 20, ketika Edmun Jacabson melakukan riset dan dilaporkan dalam sebuah buku

Progressive Relaxation. Jacabson mengemukakan teori bahwa ansietas dan stress

menyebabkan ketegangan otot yang pada akhirnya meningkatkan perasaan

ansietas.Ketika tubuh dalam keadaan rileks, maka hanya

terdapat sedikit otot yang tegang sehingga menurunkan perasaan cemas (Soewondo,

2012 and Rosita, (2013). Relaksasi merupakan salah satu bentuk mind body

therapies yaitu intervensi yang menggunakan berbagai teknik

23
untuk memfasilitasi kapasitas pikiran untuk mempengaruhi gejala fisik dan fungsi tubuh

(Soewondo, 2012). Menurut Virgantari, (2013), melalui terapi relaksasi ini terjadi

harmonisasi atau keselarasan tubuh dan pikiran yang diyakini memfasilitasi

penyembuhan fisik dan psikologis.

Progressive Muscle Relaxation (PMR) merupakan suatu prosedur untuk mendapatkan

relaksasi pada otot melalui dua langkah. Langkah pertama adalah dengan memberikan

tegangan pada suatu kelompok otot, dan kedua dengan menghentikan tegangan

kemudian memusatkan perhatian terhadap bagaimana otot tersebut menjadi relaks,

merasakan sensasi relaks secara fisik dan tegangannya menghilang (Jacobson, 1938

dalam Ramdhani & Putra,

2009). Latihan PMR merupakan latihan terfokus untuk mempertahankan kondisi

relaksasi yang dalam. Pernafasan terfokus dengan seluruh perhatian berpusat pada

sensasi pernafasan, meliputi irama dan naik turunnya dada, digunakan sepanjang latihan

relaksasi ini. Pada dasarnya, latihan PMR melibatkan kontraksi dan relaksasi berbagai

kelompok otot mulai dari kaki ke arah atas atau dari kepala ke

arah bawah. Selama melakukan latihan, pasien berfokus pada ketegangan dan relaksasi

kelompok otot. Untuk menegangkan otot secara progresif, dimulai dengan

menegangkan dan meregangkan kumpulan otot dalam tubuh. Dengan cara ini, maka

akan disadari dimana otot itu berada dan hal ini akan meningkatkan kesadaran terhadap

respon otot tubuh terhadap stres atau ketegangan.

24
BAB IV

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kanker Ovarium adalah proses keganasan primer yang terjadi pada

ovarium. Meskipun pemeriksaan fisik dilakukan dengan cermat, kanker ovarium

seringkali sulit dideteksi karena biasanya terdapat jauh didalam pelvis. Tumor

ovarium terjadi atas 3 kelompok, yaitu tumor jinak, borderline (kanker

deferensiasi sedang), dan tumor ganas. Kanker ovarium diperkirakan 30% terjadi

dari seluruh kanker pada system genetalia wanita.

3.2 Saran

Adapun saran penulis kepada para pembaca, diharapkan dapat

memahaminya dan mengetahui tentang konsep penyakit dan asuhan keperawatan

pasien dengan Ca. Ovarium dan dapat memahami tindakan, khususnya dalam

tindakan sebagai seorang perawat profesional.

23
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, Huda & Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan

Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction Jogja

Tarwoto, Wartono. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi 4.

Jakarta: Salemba Medika

Brunner & Suddarth. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta:

EGC.

Sumiarsih. 2018. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ca Ovarium Stadium III
Post Kemoterapi Di RSUD A. W. SJAHRANIE SAMARINDA.
http://repository.poltekkeskaltim.ac.id/318/1/1%20cover%20%2817%20files%2
0merged%29.pdf.

24

Anda mungkin juga menyukai