• Orang-orang yang berbicara umumnya tidak diasumsikan
untuk berusaha membingungkan, mempermainkan, atau menyembunyikan informasi yang relevan satu sama lain. • Contoh: – A: bagaimana nasi gorengnya? – B: nasi goreng ya nasi goreng • Jika seorang pendengar mendengar tuturan tersebut (A), pertama-tama dia (B) harus berasumsi bahwa penutur sedang melaksanakan kerja sama dan bermaksud untuk menyampaikan informasi. • Informasi tersebut tentunya (memiliki makna) lebih banyak dari pada sekedar kata-kata itu. Makna ini merupakan makna tambahan yang disampaikan, yang disebut dengan implikatur. • Contoh: – LK: apakah anjingmu galak? – PR: tidak – LK: (menggapai ke bawah untuk membelai anjing itu. Dan anjing itu menggigit tangannya) kamu bilang anjingmu tidak galak – PR: memang tidak. Yang itu bukan anjingku Prinsip Kerja sama • (grice, 1975) menyatakan terdapat 4 sub-prinsip (maksim) dalam prinsip kerja sama. Yaitu: – Kuantitas: • Buatlah percakapan yang informatif seperti yang diminta (dengan maksud pergantian percakapan yang sedang berlangsung). • Jangan mengatakan percakapan lebih informatif dari yang diminta. – Kualitas: cobalah untuk membuat suatu informasi yang benar. Anda tidak meyakini informasi tersebut salah dan tidak mengatakan sesuatu jika tidak memiliki bukti – Hubungan: relevan – Tindakan: Cerdik • Menghindari ungkapan tidak jelas • Menghindari ambiguitas • Singkat • berurut Implikatur percakapan • Contoh: – A: saya harap kamu membawakan roti dan mentega – B: saya bawakan roti. • Penuturlah yang menyampaikan makna lewat implikatur dan pedengarlah yang mengenali makna-makna yang disampaikan lewat inferensi itu. Implikatur percakapan umum • Tidak ada latar belakang pengetahuan khusus dan konteks tuturan yang diminta untuk membuat kesimpulan yang diperlukan. • Jika pengetahun khusus tidak dipersyaratkan untuk memperhitungkan makna tambahan yang disampaikan, hal ini disebut dengan implikatur umum. Implikatrut berskala • Implikatur yang disampaikan dengan memilih sebuah kata yang menyatakan suatu nilai dari suatu skala nilai (semua, sebagian besar, banyak, beberapa, sedikit) (selalu, sering, kadang-kadang) • Contoh: – Saya sedang belajar ilmu bahasa dan saya telah melengkapi beberapa mata pelajaran yang diperlukan. • Implikatur berskala dapat dihasilkan dengan menggunakan ungkapan-ungkapan yang mungkin tidak kita anggap sebagai suatu skala. • Contoh: – (a) Mungkin mereka tertunda – (b) Ini harus disimpan di tempat yang dingin. • Pada tuturan (a) diinterpretasikan sebagai yang berkaitan dengan ‘tidak tentu’ sebagai suatu nilai yang lebih tinggi pada skala ‘kemungkinan’ dan pada (b) ‘tidak mesti’ dalam skala ‘keharusan’ Implikatur percakapan khusus • terdapat konteks yang sangat khusus dalam informasi dan menentukan maksud yang disampaikan. • Contoh: – A: apakah malam ini kau hadir ke pesta? – B: orang tuaku akan mengunjungiku Sifat-sifat implikatur percakapan • Dapat diperhitungkan – Anda sudah menang 5 kali • Dapat ditangguhkan – Anda sudah menang paling tidak 5 kali • Dapat dibatalkan – Anda sudah menang 5 kali, tapi sebenarnya anda sudah menang 10 kali • Dapat ditegaskan – Anda sudah menang 5 kali, itu sama dengan 4 ditambah 1 Implikatur konvesional • Tidak didasarkan pada prinsip kerja sama atau maksim-maksim. • Tidak harus terjadi dalam percakapan dan tidak bergantung pada konteks khusus untuk menginterpretasikannya. • Diasosiasikan dengan kata-kata khusus dan menghasilkan maksud tambahan yang disampaikan apabila kata-kata itu digunakan. • Contoh: – (a) Mary menyarankan warna hitam (=p), tetapi saya pilih warna putih (=q). – (b) (q bertolak belakang dengan p) – (a) Bahkan john datang ke pesta itu – (b) (tidak seperti yang diharapkan) – (a) Dia bahkan membantu merapikan setelah itu – (b) (tidak seperti yang diharapkan) – (a) Dennis belum datang ke sini – (b) (diharapkan benar kemudian) – (a) Kemarin, Mary senang (p) dan siap untuk bekerja(q) – (b) (p + q) – (a) dia mengenakan bajunya (p) dan berangkat (q) – (b) (q setelah p)