• Sastra warisan turun-temurun dari nenenk moyang • Tidak diketahui pengarangnya • Bemuatan nilai-nilai moral, agama, budi pekerti, dan nasehat lainnya. Puisi lama biasanya disampaikan dari mulut-kemulut. Puisi lama terlihat kaku karena terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah kata, jumlah baris, jumlah bait dan juga pengulangan kata yang bisa di awal maupun di akhir sajak atau kita kenal dengan sebutan rima. PANTUN SYAIR
GURINDAM Apakah kalian penah mendengar orang berpantun? atau penah membuat pantun sendiri?
Seperti apa pantun yang pernah kalian dengar?
PANTUN 1
Ikan nila dimakan berang-berang,
Katak hijau melompat ke kiri; Jika berada di rantau orang, Baik-baik membawa diri.
PANTUN 2
Baik bergalas baik tidak,
Buli-buli bertali benang; Baik berbalas baik tidak, Asal budi sama dikenang. Menolong orang dengan tali Tapi tetap harus hati-hati Hidup itu hanya sekali Jadikan hidup lebih berarti
Kota Sampit di Kalimantan,
Kota Makasar di Sulawesi; Teruslah berusaha jadi teladan, Raihlah cita raih prestasi. GURINDAM
Barag siapa hendak bertanya Jika berilmu janganlah angkuh
Maka tanyalah pada ahlinya Nanti dirimu akan terjatuh
Barang siapa mencari ilmu Ketika engkau tengah belajar
Maka carilah ke para guru Haruslah tekun dan juga sabar
Jika belajar bersungguh-sungguh Ilmu jangan hanya dihafalkan
Keberhasilan akan kau rengkuh Namun juga harus diamalkan SYAIR
Syair Perahu
Inilah gerangan suatu madah
Perteguh jua alat perahumu Mengarangkan syair terlalu indah Hasilkan bekal air dan kayu Membetuli jalan tempat berpindah Dayung pengayuh taruh di situ Di sanalah iktikat diperbetuli sudah Supaya laju perahumu itu Wahai muda kenali dirimu Sudahlah hasil kayu dan ayar Ialah perahu tamsil hidupmu Angkatlah pula sauh dan layar Tiadalah berapa lama hidupmu Pada beras bekal jantanlah taksir Ke akhirat jua kekal hidupmu Niscaya sempurna jalan yang kabir Hai muda arif budiman Karya: Hamzah Fansuri Hasilkan kemudi dengan pedoman Alat perahumu jua kerjakan Itulah jalan membetuli insan SEKIAN TERIMA KASIH