Anda di halaman 1dari 14

RESUSITASI JANTUNG PARU

Pembimbing : dr. Panji, Sp. An

Disusun Oleh : Christinia Sagita Parinussa 102122071


Defenisi
o Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan gawat darurat akibat
kegagalan sirkulasi dan pernafasan untuk dikembalikan ke fungsi optimal
guna mencegah kematian biologis.

o RJP harus segera dilakukan dalam 4-6 menit setelah ditemukan telah terjadi
henti nafas dan henti jantung untuk mencegah kerusakan sel-sel otak dan
lain-lain. Jika penderita ditemukan bernafas namun tidak sadar maka
posisikan dalam posisi mantap agar jalan nafas tetap bebas dan sekret dapat
keluar dengan sendirinya.
Resusitasi jantung Paru terdiri dari 2 tahap, yaitu :

1. Survei Primer (Primary Survey) yang dapat dilakukan oleh


setiap orang

2. Survei Sekunder (Secondary Survey), yang hanya dapat


dilakukan oleh tenaga medis
Langkah Sebelum Memulai Resusitasi Jantung Paru (RJP)

o Penentuan Tingkat Kesadaran ( Respon Korban )

o Memanggil bantuan (call for help)

o Bila petugas hanya seorang diri, jangan memulai RJP


sebelum memanggil bantuan.

o Posisikan Korban

o Posisi Penolong Korban di lantai, penolong berlutut di sisi


kanan korban

o Pemeriksaan Pernafasan

o Pemeriksaan Sirkulasi
Henti napas
Henti Jantung :
Henti Napas :
RJP dapat dilakukan oleh satu orang penolong atau dua orang
1. Mouth to Mouth Ventilation penolong. Lokasi titik tumpu kompresi.

o 1/3 distal sternum atau 2 jari proksimal Proc. Xiphoideus


2. Mouth to Stoma
o Jari tengah tangan kanan diletakkan di Proc. Xiphoideus, sedangka
3. Mouth to Mask ventilation
n jari telunjukmengikuti

4. Bag Valve Mask Ventilation (Ambu Bag) o Tempatkantumit tangan di atas jari telunjuk tersebut

5.Flow restricted Oxygen Powered Ventilation o Tumit tangan satunya diletakkan di atas tangan yang sudah berada
tepat di titik pijat jantung
(FROP)
o Jari-
jari tangan dapat dirangkum , namun tidak boleh menyinggung da
da korban
Teknik Resusitasi Jantung Paru (Kompresi) Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan ABC RJP
- Kedua lengan lurus dan tegak lurus pada sternum tersebut adalah,
- Tekan ke bawah sedalam 4-5 cm 1) RJP jangan berhenti lebih dari 5 detik dengan alasan apapun
- Tekanan tidak terlalu kuat 2) Tidak perlu memindahkan penderita ke tempat yang lebih baik,
- Tidak menyentak kecuali bila ia sudah stabil

- Tidak bergeser / berubah tempat 3) Jangan menekan prosesus xifoideus pada ujung tulang dada, karena
dapat berakibat robeknya hati
- Kompresi ritmik 100 kali / menit ( 2 pijatan / detik )
4) Diantara tiap kompresi, tangan harus melepas tekanan tetapi melekat
- Fase pijitan dan relaksasi sama ( 1 : 1)
padasternum, jari-jari jangan menekan iga korban
- Rasio pijat dan napas 30 : 2 (15 kali kompresi : 2 kali hembusan napas)
5) Hindarkan gerakan yang menyentak. Kompresi harus lembut, teratur
- Setelah empat siklus pijat napas, evaluasi sirkulasi untuk menyelamatkan
dantidak terputusPerhatikan komplikasi yang mungkin karena RJP.
nyawa sampai korban dapat dibawa atau tunjangan hidup lanjutan sudah
tersedia.
Bantuan hidup lanjut

1) Adrenalin :0,5– 1mg iv diulang setelh 5 menit sesuai kebutuhan


2) Natrium bikarbonat iv dengan dosis awal : 1mEq/kgBB, baik berupa bolus ataupun dalam infus selama periode 10menit.
3) Sulfat Atropin : Dosis yang dianjurkan ½ mg, diberikan iv. Sebagai bolus dan diulang dalam interval 5 menit sampai tercapai denyut
nadi >60 /menit, dosis total tidak boleh melebihi 2 mg kecuali pada blok atrioventrikuler derajat 3 yang membutuhkan dosis lebih
besar.
4) Lidokain : Dosis 50-100 mg diberikan iv sebagai bolus, pelan-pelan dan bisa diulang bila perlu. Dapat dilanjutkan dengan infus
kontinu 1-3 mg.menit, biasanya tidak lebih dari 4 mg.menit, berupa lidocaine 500 ml dextrose 5 % larutan (1 mg/ml).
5) Isoproterenol diberikan dalam infus dengan jumlah 2 sampai 20mg/menit (1-10 ml larutan dari 1 mg dalam 500 ml dectrose 5 %), dan
diaturuntuk meninggikan denyut jantung sampai kira-kira 60 kali/menit.
6) Propanolol : 1 mg iv, dapat diulang sampai total 3 mg, dengan pengawasan yang ketat.
7) Kortikosteroid : (5 mg/kgBB methyl prednisolone sodium succinate atau 1 mg/kgBB dexamethasone fosfat. Bila ada kecurigaan
edema otak setelah henti jantung, 60-100 mg methyl prednisolon sodium succinate tiap 6 jam akan menguntungkan. Bila ada
komplikasi paru seperti pneumonia post aspirasi, maka digunakan dexamethason fosfat 4-8 mg tiap 6 jam.
EKG
Indikasi RJP

- Henti napas (apneu)


- Henti jantung

Bantuan hidup dasar merupakan bagian dari


pengelolaan gawat darurat medik yang bertujuan:
Aktivasi Aliran Darah
Maksimalisasi Oxygen
Return of Spontanious Circulation
Minimalisir Kerusakan Neurologis
Kriteria untuk Tidak Memulai RJP

Pasien memiliki perintah jangan Pasien memiliki tanda-tanda Tidak ada manfaat fisiologis
lakukan upaya rsusitasi (Do Not kematian yang tidak dapat yang dapat diharapkan karena
Attempt Resuscitation atau dipulihkan (misalnya, rigor fungsi vital-vital telah
DNAR). mortis, pemenggalan kepala, memburuk meskipun telah
dekomposisi, atau lividitas dilakukan terapi maksimal
dependen). (misalnya syok septik atau
kardiogenik yang progresif)
Mengakhiri Upaya Resusitasi

Keputusan untuk menghentikan upaya resusitasi berada di tangan dokter yang merawat di rumah sakit dan didasarkan
pada pertimbangan banyak faktor, termasuk waktu untuk melakukan RJP, waktu untuk melakukan defibrilasi, penyakit
penyerta, kondisi sebelum henti jantung, dan ritme.

Dalam banyak laporan hasil resusitasi pediatrik, kelangsungan hidup menurun seiring dengan bertambahnya durasi
upaya resusitasi, peluang pasien untuk keluar dari rumah sakit dalam keadaan hidup dan secara neurologis utuh berkurang
seiring dengan bertambahnya durasi upaya resusitasi.

Untuk bayi baru lahir, penghentian resusitasi dapat dibenarkan setelah 10 menit tanpa tanda-tanda kehidupan
meskipun upaya resusitasi yang terus menerus dan memadai. Prognosis untuk bertahan hidup atau bertahan hidup tanpa
kecacatan telah terbukti menjadi sangat buruk bila tidak ada respons terhadap upaya resusitasi intensif selama 10 menit

Masalah lain, seperti overdosis obat dan hipotermia pra-henti napas yang parah (misalnya, perendaman dalam air
dingin), harus dipertimbangkan ketika menentukan apakah untuk memperpanjang upaya resusitasi.
THANK YOU!

Anda mungkin juga menyukai