Anda di halaman 1dari 5

Bagaimana Cara Melakukan RJP (Resusitasi Jantung Paru)

Beberapa bulan yang lalu,kita dikejutkan dengan kematian mendadak artis komedian ternama ketika
sedang bermain futsal. Ketika datang ke rumah sakit, beliau dinyatakan sudah meninggal. Diduga karena
serangan jantung mendadak. Jantung yang harusnya berdenyut mengantarkan darah 6-7 liter/menit dan
kaya akan kandungan oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan oleh sel-sel tubuh kita, tiba tiba berhenti
mendadak. Dan butuh waktu kurang dari 3 menit (optimal) untuk melakukan pertolongan awal untuk
melakukan RJP. Barangkali jika teman-teman sang Artis tersebut bisa melakukan pertolongan awal,
mungkin ceritanya akan berakhir lain.

Demikian juga sering kita mendengar ada atlit sedang berolah raga, politikus sedang berbicara,orang
sedang bercanda dengan koleganya, tiba-tiba tersungkur karena henti jantung mendadak yang banyak
sekali penyebabnya. Dan pertolongan pertama, seyogyanya harus segera dilakukan oleh orang-orang
yang ada di sekitarnya.

Oleh karena itulah, di Amerika Serikat, Pemerintah membuat program pelatihan Resusitasi Jantung dan
Paru untuk orang awam misal Satpam , penjaga pantai, Polisi dan sebagainya. Saya teringat dengan
kisah nyata di majalah anak-anak dulu ketika masih kecil. Dikatakan bahwa ada serombongan siswa
sekolah dasar di SD yang sedang melakukan pertandingan sepakbola melawan SD lainnya. Ketika turun
hujan, pertandingan terus dilanjutkan. Sampai kemudian turunlah petir yang menyambar salah seorang
siswa yang harus menghentikan pertandingan tersebut. Beruntung bagi sang anak tersebut, karena sang
ibu yang kebetulan hadir menonton pertandingan, mengetahui dasar-dasar RJP. Dengan bantuan ibu-ibu
yang lain, mereka bahu membahu melakukan RJP sampai pertolongan medis datang. Nyawa sang anak
dapat diselamatkan, walaupun dia mengalami gangguan kognisi yang hebat. Dan dengan kesabaran
sang Ibu dalam mendampingi sang Anak dan ditunjang dengan pengobatan medis, dalam jangka waktu 2
tahun, Sang Anak dapat kembali pulih seperti semula dan dapat bermain bola kembali bersama teman-
temannya. 

Kapan kita melakukan Resusitasi Jantung dan Paru?


Kita harus mengetahui terlebih dahulu tentang definis mati:
Mati klinis
Penderita dinyatakan mati secara klinis apabila berhenti bernapas dan jantung berhenti berdenyut. Pada
keadaan ini masih dapat diusahakan agar penderita hidup kembali apabila dilakukan RJP.
Mati biologis
Kerusakan sel otak dimulai 4-6 menit setelah berhentinya pernapasan dan sirkulasi darah. Setelah 10
menit biasanya sudah terjadi kematian biologis. Pada keadaan ini penderita tidak dapat ditolong lagi.

Apa yang dimaksud dengan Pemijatan jantung?


Jantung dapat dibuat seolah-olah berdenyut dengan menekan dada dari luar. Pada tindakan ini kita
menekan dada sehingga tekanan dalam rongga dada menjadi sangat tinggi, dan saat melepaskan
tekanan pada dinding dada, rongga dada akan kembali ke bentuk semula karena elastis, dan terjadi
penurunan tekanan dalam rongga dada.

RJP harus dilakukan sedini mungkin dan dilakukan sampai :


Penolong lelah dan tidak dapat melanjutkan.
Penderita telah dialihkan pada petugas lain yang lebih ahli atau sudah diserahkan pada Rumah Sakit.
Penderita sudah dinyatakan meninggal.

Langkah-langkah sebelum melakukan RJP:


Sebelum kita melakukan RJP pada penderita kita harus :
Pastikan bahwa penderita tidak sadar
Pastikan bahwa penderita tidak bernapas
Pastikan bahwa nadi tidak teraba

Untuk penderita yang tidak sadar, cari denyutan nadi karotis :


Letakkan dua ja ri di atas laring (jakun), jangan gunakan ibu jari.
Geserkan jari penolong ke samping. Hentikan di sela-sela antara laring dan otot leher.
Rasakan nadi. Tekan selama 5-10 detik, hindari penekanan yang terlalu keras pada arteri.

RJP untuk orang dewasa

RJP dengan satu penolong pada orang dewasa.


Lakukan penekanan dada dengan perbandingan 2 x tiupan diikuti 30 x penekanan dada.

Buka jalan nafas, kemudian berikan 2 tiupan yang masing2 waktunya 1,5 sampai 2 detik. Pastikan kita
menarik nafas yang dalam sebelum memberikan tiupan nafas.
Lanjutkan sampai 4 kali putaran dari 15 tekanan dan 2 ventilasi.

RJP dengan 2 penolong pada orang dewasa.


Penderita harus lurus dan terlentang, pada permukaan yang datar & padat. Jika memakai baju buka
bajunya sehingga kita dapat melihat tulang dadanya.
Penolong pertama berlutut pada ujung kepala penderita. Penolong kedua berlutut pada sisi kanan dada
penderita.

Lalu lakukan penekanan dada : 


Lokasi penekanan pada area, dua jari di atas proxesus xifoideus.
Penekanan dilakukan dengan menggunakan pangkal telapak tangan. Dengan posisi satu tangan diatas
tangan yang lain.
Cara melakukan penekanan dada :

a. Tekanan pada tulang dada dilakukan sedemikian rupa sehingga masuk 3-4 cm (pada orang dewasa).
b. Jaga lengan penolong agar tetap lurus, sehingga yang menekan adalah bahu (atau lebih tepat tubuh
bagian atas) dan bukan tangan atau siku.
c. Pastikan tekanan lurus ke bawah pada tulang dada karena jika tidak, tubuh dapat tergelincir dan
tekanan untuk mendorong akan hilang.
Gunakan berat badan saat kita berikan tekanan.
e. Dorongan yang terlalu besar akan mematahkan tulang dada
f. Waktu untuk menekan dan waktu untuk melepas harus sama waktunya.
g. Jangan melepaskan tangan dari atas dada penderita.
h. Ingat bahwa tekanan yang efektif dilakukan hanya akan mencapai 25%-30% dari sirkulasi darah
normal.

Hitungan saat melakukan penekanan sebanyak 15 kali dengan tidak terlalu cepat, karena satu kali
penekanan harus menggunakan waktu kurang dari detik. Setelah penekanan seperti diatas lakukan 2 kali
tiupan masing-masing selama 1,5 sampai 2 detik. Untuk lebih jelasnya bisa klik linkvideo ini 

Pemantauan
Pemantauan merupakan tanggungjawab penolong yang melakukan tiupan (ventilasi). Setelah satu menit
melakukan RJP, periksa nadi penderita. Periksa 3 sampai 5 detik pada arteri karotis.
a. Bila nadi tdk teraba dan pernapasan tidak ada teruskan RJP
b. Bila nadi teraba,pernapasan tidak ada berikan pernapasan buatan.
c. Bila nadi teraba dan penderita bernapas adekuat, hentikan RJP, pantau pernapasan dan nadi
penderita.

Ringkasan RJP pada orang dewasa:


Dalamnya kompresi 3-5 m, laju penekanan dada 80-100 kali per menit.
Lama ventilasi : 1,5-2 detik
Lokasi mencari nadi : arteri karotis
RJP sendiri : 30 penekanan– 2 tiupan
RJP berdua : 30 penekanan-2 tiupan

Tanda-tanda keberhasilan RJP:


Dada harus naik dan turun dengan setiap tiupan (ventilasi).
Pupil bereaksi atau tampak berubah normal (pupil harus mengecil saat diberikan cahaya).
Denyut jantung kembali terdengar
Reflek pernapasan spontan dapat terlihat
Kulit penderita pucat berkurang atau kembali normal.
Penderita dapat menggerakkan tangan atau kakinya
Penderita berusaha untuk menelan
Penderita menggeliat atau memberontak

1. Sebelum menolong korban, pastikan lingkungan sekitar aman untuk Anda maupun orang lain.
Jangan dekati korban bila melihat bahaya, seperti kabel listrik yang menjuntai, percikan api,
longsoran batu, dan lainnya.

2. Cek respons atau kesadaran korban. Jika tingkat kesadaran korban menurun, tepuklah bahunya.
Jika korban masih tidak merespons, mintalah bantuan orang sekitar untuk menelepon ambulans,
mengambilkan kotak P3K, dan alat Automated External Defibrillator (AED). 

3. Sembari menunggu bantuan, lanjutkan dengan mengecek napas korban selama 5-10 detik. Jika
tidak bernapas segera lalukan resusitasi jantung dan paru atau CPR dengan kompresi dada. Agar
kompresi dada efektif, korban harus dalam posisi terlentang pada permukaan yang rata dan keras.

4. Berikan 30 kali kompresi dada pada pertengahan dada (pertengahan bagian bawah tulang
sternum), dengan kecepatan minimal 100-120 kali per menit. 

5. Setelah memberikan 30 kali kompresi dada, buka jalan napas dengan metode head tilt - chin lift.
Caranya letakkan tangan di dahi korban dan tengadahkan kepala korban. Letakkan ujung jari di
bawah dagu, dan angkat dagu korban. Pastikan tidak ada sisa makanan sekitar area mulut. 

6. Berikan dua kali bantuan napas. Tutup hidung dengan ibu jari dan telunjuk. Tiup sekitar 1 detik
untuk membuat dada terangkat, kemudian lanjutkan dengan tiupan berikutnya. 

7. Lanjutkan 30 kali kompresi dada dan 2 kali bantuan napas dalam 2 menit atau sekitar 5 kali
pengulangan. Setiap 2 menit, lakukan pengecekan napas kembali. 

8. CPR baru bisa dihentikan saat korban memberi respon (biasanya terbatuk) atau mulai bernapas
lagi, saat penolong tidak mampu lagi memberikan pertolongan, saat tim medis sudah datang, atau
sudah ada keputusan dari dokter.

9. Jika korban mulai bernapas setelah diberikan CPR, lakukan posisi pemulihan. Tarik lengan
terjauh korban melewati dada, dan punggung tangannya menempel pada pipi. Dengan tangan
satunya, tekuk lutut kaki bagian terjauh korban. 

Balikkan atau miringkan korban ke arah penolong. Biarkan lutut kaki yang sudah ditekuk tetap dalam
posisi demikian. Tengadahkan kepala korban untuk mempertahankan jalan napas. Pantau keadaan
korban hingga bantuan medis tiba.

Anda mungkin juga menyukai