Anda di halaman 1dari 39

Pusat Pengaturan Pernapasan dan

Pola Pernapasan

dr. Widia Sari, M.Biomed


dr. Alief Dhuha, PhD

Bagian Fisiologi
Overview
Pusat Pernapasan
Pengendalian Kimiawi pada Pernapasan
Pengendalian Nonkimiawi pada Pernapasan
Mekanisme Pola Pernapasan
Dampak Aktivitas Fisik terhadap Kerja Paru
OVERVIEW
 Bernapas adalah suatu proses berirama yang terjadi tanpa disadari (involunteer) atau
dapat secara disadari (volunteer).
 Proses bernapas mirip dengan irama denyut jantung, akan tetapi otot rangka (yang
berperan dalam otot pernapasan) tidak seperti otot jantung yang dapat bersifat
autorimik (menghasilkan potensial aksinya sendiri), sehingga otot rangka tidak bisa
berkontraksi secara spontan.
 Otot rangka membutuhkan stimulasi dari suatu neuron motoric somatik agar dapat
berkontraksi.
PUSAT PERNAPASAN
Pusat pernapasan terdapat pada batang otak yaitu pada :

Medullary respiratory center / Pusat Terdiri dari kumpulan badan sel saraf
pernapasan medula yang memengaruhi otot-otot pernapasan

Mempengaruhi keluaran dari pusat pernapasan di medulla.


Pusat pernapasan pada pons

Pneumotaxic center

Apneustic center

© Sherwood, 2016
Pusat Pernapasan di Medula

Memengaruhi kontraksi dan relaksasi dari otot-otot pernapasan

Terdiri dari 2 kelompok sel saraf, yaitu :


1
Dorsal Respiratory Group (DRG)

 Terletak pada bagian dorsal medula dan sebagian


besar di dalam nucleus tractus solitarius (NTS).
 NTS → menerima sinyal dari kemoreseptor perifer,
baroreseptor, reseptor di hati, pankreas, berbagai
bagian di gastrointestinal, dan berbagai tipe reseptor
di paru.
© Silverthorn, 2019
1
Dorsal Respiratory Group (DRG)

 Sebagian besar terdiri dari neuron-neuron inspirasi


yang akan berakhir pada motor neuron yang
mempersarafi otot-otot yang berperan dalam
inspirasi.
 Neuron di DRG teraktivasi → otot-otot yang berperan
dalam inspirasi terstimulasi dan teraktivasi → terjadi
inspirasi.
 Potensial aksi DRG menurun → otot-otot yang
berperan dalam inspirasi berelaksasi → pernapasan
pasif
© Silverthorn, 2019
2
Ventral Respiratory Group (VRG)
 Terletak pada bagian ventrolateral medula.
 Terutama terdiri dari neuron-neuron yang berperan
dalam inspirasi dan ekspirasi → tidak aktif dalam
pernapasan normal
 Diaktifkan oleh neuron-neuron di DRG pada saat
kebutuhan ventilasi meningkat → olahraga, memainkan
instrumen yang ditiup, saat berada di ketinggian.
 Kebutuhan ventilasi meningkat → impuls/sinyal saraf
dari DRG tidak hanya mengaktivasi diafragma dan otot
interkosta eksterna, tetapi juga otot pernapasan
tambahan (sternokleidomastoideus, skalenus, dan
pektoralis minor) → kontraksi otot-otot ini akan © Silverthorn, 2019

menyebabkan terjadi pernapasan yang kuat.


 Neuron-neuron ini berperan aktif dalam ekspirasi aktif.
2
Ventral Respiratory Group (VRG)

 Terdapat area yang dikenal dengan pre-Botzinger


complex → berperan penting dalam pembentukan
ritme pernapasan (rhythm generator)
 pre-Botzinger complex → analog dengan sel
pacemaker pada jantung → mengatur ritme
pernapasan.
 Mekanisme kerja pre-Botzinger complex belum jelas
→ pre-Botzinger complex (pacemaker pada paru)
mengirimkan sinyal ke DRG → menyebabkan
terjadinya potensial aksi pada DRG → mengaktivasi
DRG © Silverthorn, 2019
Pusat Pernapasan di Pons

1 Pusat Pneumotaksik
Pusat pneumotaksik akan mengirimkan impuls ke DRG dan
menyebabkan penurunan aktivasi neuron-neuron inspirasi dan
berdampak pada terbatasanya durasi inspirasi.
2 Pusat Apneustik
Mencegah penurunan aktivasi pada neuron-neuron inspirasi di
sehingga akan meningkatkan proses inspirasi

 Pusat pnemotaksik lebih mendominasi pusat apneustic. Tanpa


adanya penghentian inspirasi dari pusat pneumotaksik, pola
pernapasan akan menjadi napas terengah-engah berkepanjangan
yang tiba-tiba disela oleh ekspirasi yang singkat.
© Sherwood, 2016
Pusat pernapasan terdapat pada batang
Bersifat involunter
otak

Bisakah kita mengatur pernapasan kita secara volunter / secara kita sadari?

Bisa Pengaturan pernapasan dapat terjadi secara involunter dan volunter

Contoh : pengaturan pernapasan secara volunter → kita dapat menahan napas dalam waktu singkat

Dimanakah pusat pengaturan pernapasan secara volunter?

Korteks serebri memiliki hubungan dengan


Korteks Serebri
pusat pernapasan yang ada di batang otak
Pusat Pernapasan di Korteks Serebri

 Bersifat volunter
 Kontrol volunteer dari pusat pernapasan bersifat protektif → membantu kita untuk
mencegah masuknya air atau gas-gas iritan ke dalam paru-paru.
 Kemampuan dalam menahan napas dibatasi oleh peningkatan dari konsentrasi CO 2 dan
H+→ saat PCO2 dan konsentrasi ion H+ meningkat hingga nilai tertentu → neuron-neuron
DRG terstimulasi sangat kuat → mengirimkan sinyal ke neuron-neuron inspirasi →
proses bernapas dilanjutkan tanpa mempedulikan individu tersebut mengingingkannya
atau tidak.
 Menahan napas dalam waktu lama hingga menyebabkan pingsan → proses bernapas
akan kembali dilanjutkan saat kesadaran seseorang tersebut hilang
 Sinyal/impuls yang berasal dari hipotalamus dan sistem limbik juga dapat mengaktivasi
pusat pernapasan → menyebabkan stimulus emosi (tertawa atau menangis) dapat
merobah pernapasan.
PENGENDALIAN KIMIAWI PADA PERNAPASAN
 Beberapa stimulus kimiawi dapat memodulasi seberapa cepat dan dalamnya proses
pernapasan
 Fungsi sistem respirasi → mempertahankan konsentrasi O2 dan CO2 dalam nilai tertentu
→ sangat responsif terhadap perubahan konsentrasi gas-gas tersebut
 Perubahan dari konsentrasi zat-zat kimia ini akan dideteksi oleh suatu reseptor →
kemoreseptor.
 Kemoreseptor pada sistem pernapasan terdapat pada dua lokasi :
1. Kemoreseptor sentral → berlokasi di dalam atau di dekat medula oblongata dan
akan berespon terhadap perubahan konsentrasi ion H+ dan PCO2.
2. Kemoreseptor perifer → berlokasi di badan karotis dan badan aorta.
Pusat Pernapasan di pengaruhi tekanan O2 (PO2), tekanan CO2 (PCO2), dan konsentrasi H+

Kelebihan/kekurangan CO2 Kelebihan/kekurangan H+ Kelebihan/kekurangan O2

Tidak bekerja langsung pada pusat


Dideteksi langsung oleh pusat pernapasan pernapasan tapi pada kemoreseptor
perifer

Peningkatan sinyal motorik inspirasi dan


Pengiriman sinyal saraf ke pusat
ekspirasi ke otot-otot pernapasan
pernapasan untuk mengatur pernapasan
Efek CO2 dan H+ pada Pusat Pernapasan (Kemoreseptor Sentral)

 CO2 dan H+ memengaruhi area pusat kemosensitif


yang terletak di bawah permukaan ventral medula
dan terdiri dari neuron-neuron yang sangat sensitif
pada perubahan PCO2 dan H+.
 Neuron-neuron di area pusat kemosensitif terutama
sangat sensitif terhadap perubahan H+ → H+ tidak
dapat melewati sawar darah otak → CO2 yang lebih
© Guyton dan Hall, 2021
berperan dalam merangsang neuron-neuron
kemosensitif di pusat pernapasan
Efek CO2 dan H+ pada Pusat Pernapasan

© Silverthorn, 2019
Efek CO2 dan H+ pada Pusat Pernapasan

 CO2 dapat dengan mudah melewati sawar darah otak → peningkatan Pco 2 darah →

Pco2 di cairan interstisial medulla dan cairan serebrospinal juga akan meningkat →

dalam kedua cairan ini, CO2 segera bereaksi dengan air untuk membentuk H+ →
terjadi peningkatan pelepasan H+ ke dalam area kemosensitif pernapasan di medulla
apabila konsentrasi CO2 meningkat di darah dibandingkan peningkatan konsentrasi

H+ di darah. Oleh karena itu, perubahan CO2 darah akan sangat meningkatkan

aktivitas pusat pernapasan.


Efek O2 pada Sistem Kemoreseptor Perifer

Kemoreseptor Perifer
 Reseptor kimia saraf khusus (kemoreseptor) yang
terletak di luar otak
 Penting untuk mendeteksi perubahan O2 dalam darah
 Mengirimkan sinyal ke pusat pernapasan untuk
membantu mengatur aktivitas pernapasan
 Sebagian besar terletak di badan karotis dan
sebagian kecil di badan aorta
 Badan karotis → terletak bilateral pada
percabangan arteri komunis
 Badan aorta → terletak di sepanjang arkus aorta
 Keduanya terpajan pada daerah arteri setiap saat
sehingga nilai PO2 yang dideteksi adalah niai PO2 di
arteri perifer © Guyton dan Hall, 2021
Efek O2 pada Sistem Kemoreseptor Perifer

 Pada badan karotis dan badan aorta terdapat sel


glomus → terdapat kanal K+ yang sangat sensitive
pada O2 → kanal menjadi tidak aktif saat PO2 rendah.
 PO2 rendah →kanal K+ tidak aktif → sel terdepolarisasi
→ membuka kanal Ca2+ berpintu listrik → peningkatan
konsentrasi Ca2+ → pelepasan neurotransmitter →
mengaktifkan neuron aferen → pengiriman sinyal ke
sistem saraf pusat dan pusat pernapasan →
peningkatan pernapasan.
 Penelitian → menunjukkan pada keadaan hipoksia
ATP kemungkinan menjadi neurotransmitter
ekstetorik utama yang dihapuskan oleh sel-sel glomus

© Guyton dan Hall, 2021


PENGENDALIAN NON KIMIAWI
PADA SISTEM PERNAPASAN
Beberapa faktor nonkimiawi yang memengaruhi pengaturan pernapasan :

• Terdapat pada sinus karotis, arkus aorta atrium, ventrikel, dan


pembuluh darah besar.
Baroreseptor • Berespon terhadap perubahan tekanan darah
• TD meningkat → hipoventilasi
• TD menurun → hiperventilasi

Peningkatan • Saat demam / olahraga → tubuh otomatis mengeluarkan

suhu tubuh
kelebihan panas dengan cara meningkatkan ventilasi

Hormon • Peningkatan hormone epinefrin akan meningkatkan


rangsangan simpatis yang juga akan merangsang pusat
epinefrin respirasi untuk meningkatkan ventilasi
Beberapa faktor nonkimiawi yang memengaruhi pengaturan pernapasan :

Teraktivasi saat jumlah volume tidal meningkat (>1 liter)


Refleks Berperan untuk mencegah overinflasi pada paru

Hering-
Breuer Akibat teraktivasinya reseptor regang yang ada bronkus dan bronkiolus

Saat volume tidal di dalam paru meningkat → paru akan meregang dan mengaktivasi reseptor
regang yang terdapat di dalam lapisan otot polos pada jalan napas→ menghasilkan suatu
potensial aksi yang akan dihantarkan ke pusat pernapasan medulla melalui serat saraf eferen →
menghambat aktivasi dari neuron-neuron pernapasan → diafragma dan otot interkosta eksterna
relaksasi → inhalasi berhenti dan dimulainya ekshalasi → udara meninggalkan paru-paru →
paru-paru kembali ke ukuran normal → reseptor regang tidak lagi teraktivasi → bentuk umpan
balik negatif
Regulasi Pernapasan terhadap Perubahan PCO2, PO2, dan H+ terjadi melalui
kontrol umpan balik negatif

© Tortora dan Derrickson , 2014


MEKANISME POLA PERNAPASAN
 Pusat pernapasan yang terdapat di batang otak bekerja seperti sebuah generator pola pusat pernapasan
/ central pattern generator.
 Agar bisa melakukan proses bernapas, sekelompok neuron yang berperan sebagai pacemaker akan
terlibat dalam kompleks interaksi yang terdiri atas sekurang-kurangnya 6 kelompok neuron yang
aktivitasnya tersebar di medulla.
 Pola pernapasan dibentuk oleh 3 fase, yaitu :
1. Fase inspirasi
2. Fase ekspirasi 1 / pascainspirasi
3. Fase ekspirasi 2
Fase Inspirasi

Impuls dilanjutkan
Impuls juga
Munculnya melalui nervus frenikus
Aktivasi DRG dan interkostalis ke diteruskan ke
rangsangan diafragma dan otot-otot
interkosta VRG

Penurunan Peningkatan Otot-otot


Paru
tekanan tekanan pernapasan
mengembang
intraalveolar transmural kontraksi

Udara masuk
Inspirasi
ke paru
Fase Ekspirasi 1 /
Fase Ekspirasi 1
Pascainspirasi
• Ditandai dengan terjadinya • Pada fase ini otot-otot
penurunan stimulasi pada inspirasi mengalami
neuron inspirasi tambahan penghentian aktivitas dan
dan neuron inspirasi serta jika diperlukan neuron
penurunan stimulasi pada penguatan ekspirasi akan
neuron ekspirasi diaktifkan untuk
→menurunkan aktivitas memproduksi peningkatan
pada otot aduktor laring. aktivitas otot ekspirasi
• Fase ini menunjukkan secara gradual
ekspirasi pasif dengan
terjadi penurunan tonus
otot inspirasi secara gradual
dan penghentian awal laju
gas ekspirasi oleh laring.
Pola Pernapasan

Eupnea

Pola pernapasan normal

Pernapasan Dangkal Pernapasan Dalam Kombinasi


• Pernapasan Dada • Pernapasan Diafragma
• Melibatkan gerakan dinding • Meliputi gerakan
dada ke atas dan keluar pengembangan abdomen
• Kontraksi otot interkosta • Kontraksi dan pendataran
eksterna diafragma
Pola Pernapasan

Pernapasan Cheyne-Stoke
 Pola pernapasan abnormal .
 Penyebab utamanya adalah saat seseorang bernapas secara berlebihan hingga
menghembuskan CO2 terlalu banyak dari darah paru sementara saat yang bersamaan

meningkatkan O2 darah→ memerlukan waktu beberapa detik sebelum darah paru yang
berubah ini dapat diangkut ke otak dan menghambat ventilasi yang berlebihan.
 Ketika darah akibat ventilasi yang berlebihan mencapai pusat pernapasan di otak,
pusat ini menjadi sangat tertekan dan dimulailah siklus yang berlawanan yaitu CO 2

meningkat dan O2 menurun pada alveoli. Hal ini memerlukan waktu beberapa detik
sebelum otak berespon terhadap perubahan ini.
Pola Pernapasan

 Apnea → tidak adanya pernapasan spontan


Apnea Tidur  Kadang terjadi saat tidur normal

1
Apnea Tidur Sentral

 Terjadi karena adanya penghentian rangsangan ventilasi saat tidur akibat adanya
kerusakan pusat pernapasan disentral atau kelainan pada apparatus
neuromuscular.
 Gejala yang dimiliki :
1. Dengkuran yang keras
2. Kesulitan bernapas segera setelah tidur
Pola Pernapasan

2
Apnea Tidur Obstruktif

 Disebabkan oleh hambatan jalan napas atas.


 Otot-otot faring secara normal menjaga jalan napas tetap terbuka dan udara dapat mengalir ke dalam
paru selama inspirasi. Selama tidur, otot-otot ini berelaksasi namun masih bisa memberikan jalan untuk
udara masuk ke paru.
 Namun, pada beberapa individu memiliki saluran yang sempit dan relaksasi otot-otot ini selama tidur
akan menyebabkan faring tertutup sempurna sehingga udara tidak mengalir ke dalam paru
 Terjadi peristiwa mendengkur dan kemudian disela dengan sebuah periode diam yang panjang selama
terjadi apnea.
 Periode apnea menimbulkan penurunan PO2 dan peningkatan PCO2 bermakna yang sangat merangsang
pernapasan.
 Rangsangan ini menyebabkan upaya yang tiba-tiba untuk bernapas yang menimbulkan dengkuran yang
keras dan megap-megap yang diikuti dengkuran dan episode apnea berulang-ulang.
 Sering terjadi pada lansia dan obese karena terdapat peningkatan penumpukan lemak pada jaringan
lunak faring atau penekanan pada faring yang disebabkan oleh massa lemak yang berlebih pada leher.
Dapat juga disebabkan karena lidah yang besar, tonsil yang membesar
DAMPAK AKTIVITAS FISIK TERHADAP
KERJA PARU
 Pada aktivitas fisik terutama aktivitas fisik berat dapat meningkatkan pemakaian O 2

dan pembentukan CO2 hingga 20 kali lipat → diperkirakan terjadi karena pada saat
otak mengirimkan impuls motoric ke otot untuk berkontraksi, otak juga
mengirimkan impuls kolateral ke batang otak untuk mengeksitasi pusat
pernapasan.
 Saat seseorang mulai melakukan kerja fisik → peningkatan ventilasi otot yang
cukup besar mulai terjadi segera setelah kerja fisik dimulai, sebelum semua bahan
kimiawi darah memiliki waktu untuk berubah. → kemungkinan peningkatan
pernapasan disebabkan oleh sinyal neurogenic yang dikirimkan langsung ke dalam
pusat pernapasan batang otak pada waktu bersamaan dengan sinyal yang menuju
otot-otot tubuh meningkatkan kontraksi otot
 Saat otot berkontraksi selama aktivitas fisik → peningkatan penggunaan O 2 dan
pembentukan CO2 dalam jumlah yang banyak.
 Pada awal pelaksanaan aktivitas fisik → peningkatan pernapasan secara tiba-tiba →
diikuti dengan peningkatan pernapasan secara bertahap → terjadi karena adanya
perubahan neuronal yang mengirimkan impuls eksitatorik ke DRG di pusat
pernapasan medulla → menyebabkan terjadinya antisipasi terhadap suatu aktivitas
yang akan menstimulasi sistem limbik, peningkatan impuls sensori dari
proprioseptor di otot, tendon, dan sendi, peningkatan impuls motoric dari korteks
motoric primer.
 Pada aktivitas fisik sedang → peningkatan pernapasan yang terjadi secara tiba-tiba
→ karena adanya perubahan kimia dan fisik dari pembuluh darah seperti
penurunan PO2 karena peningkatan konsumsi O2, peningkatan PCO2 akibat
peningkatan produksi CO2 oleh kontraksi otot rangka dan peningkatan suhu.
 Saat aktivitas fisik berat → peningkatan produksi H+ yang berasal dari asam
laktat akan berperan dalam meningkatan PCO2.
 Pada akhir pelaksanaan aktivitas fisik → penurunan pernapasan secara tiba-tiba
→ diikuti dengan penurunan pernapasan secara bertahap hingga mencapai nilai
saat istirahat.
 Penurunan awal disebabkan karena terutama adanya perubahan neuronal
saat pergerakan atau kontraksi berhenti, sedangkan penurunan bertahap
terjadi karena penurunan zat-zat kimia yang berperan pada pusat
pernapasan dan penurunan suhu hingga nilai istirahat.
Daftar Pustaka

1. Cloutier MM. Respiratory physiology. 2nd ed. Elsevier. 2019.


2. Guyton dan Hall. Buku Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-14. Elsevier. 2022
3. Kolegium Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi. Buku ajar pulmonology
dan kedokteran respirasi. UI Press. 2017.
4. Sherwood L. Human physiology from cells to systems. 9th ed. Boston :
Cengage Learning, 2016.
5. Silverthorn DU. Human physiology an integrated approach. 8th ed. USA :
Pearson Education, Inc. 2019.
6. Tortora GJ dan Derrickson B. Anatomi & physiology. Ed XIV. USA : John
Willey & Sons, Inc. 2014.
TERIMA KASIH
SEMOGA BERMANFAAT

Anda mungkin juga menyukai