Pola Pernapasan
Bagian Fisiologi
Overview
Pusat Pernapasan
Pengendalian Kimiawi pada Pernapasan
Pengendalian Nonkimiawi pada Pernapasan
Mekanisme Pola Pernapasan
Dampak Aktivitas Fisik terhadap Kerja Paru
OVERVIEW
Bernapas adalah suatu proses berirama yang terjadi tanpa disadari (involunteer) atau
dapat secara disadari (volunteer).
Proses bernapas mirip dengan irama denyut jantung, akan tetapi otot rangka (yang
berperan dalam otot pernapasan) tidak seperti otot jantung yang dapat bersifat
autorimik (menghasilkan potensial aksinya sendiri), sehingga otot rangka tidak bisa
berkontraksi secara spontan.
Otot rangka membutuhkan stimulasi dari suatu neuron motoric somatik agar dapat
berkontraksi.
PUSAT PERNAPASAN
Pusat pernapasan terdapat pada batang otak yaitu pada :
Medullary respiratory center / Pusat Terdiri dari kumpulan badan sel saraf
pernapasan medula yang memengaruhi otot-otot pernapasan
Pneumotaxic center
Apneustic center
© Sherwood, 2016
Pusat Pernapasan di Medula
1 Pusat Pneumotaksik
Pusat pneumotaksik akan mengirimkan impuls ke DRG dan
menyebabkan penurunan aktivasi neuron-neuron inspirasi dan
berdampak pada terbatasanya durasi inspirasi.
2 Pusat Apneustik
Mencegah penurunan aktivasi pada neuron-neuron inspirasi di
sehingga akan meningkatkan proses inspirasi
Bisakah kita mengatur pernapasan kita secara volunter / secara kita sadari?
Contoh : pengaturan pernapasan secara volunter → kita dapat menahan napas dalam waktu singkat
Bersifat volunter
Kontrol volunteer dari pusat pernapasan bersifat protektif → membantu kita untuk
mencegah masuknya air atau gas-gas iritan ke dalam paru-paru.
Kemampuan dalam menahan napas dibatasi oleh peningkatan dari konsentrasi CO 2 dan
H+→ saat PCO2 dan konsentrasi ion H+ meningkat hingga nilai tertentu → neuron-neuron
DRG terstimulasi sangat kuat → mengirimkan sinyal ke neuron-neuron inspirasi →
proses bernapas dilanjutkan tanpa mempedulikan individu tersebut mengingingkannya
atau tidak.
Menahan napas dalam waktu lama hingga menyebabkan pingsan → proses bernapas
akan kembali dilanjutkan saat kesadaran seseorang tersebut hilang
Sinyal/impuls yang berasal dari hipotalamus dan sistem limbik juga dapat mengaktivasi
pusat pernapasan → menyebabkan stimulus emosi (tertawa atau menangis) dapat
merobah pernapasan.
PENGENDALIAN KIMIAWI PADA PERNAPASAN
Beberapa stimulus kimiawi dapat memodulasi seberapa cepat dan dalamnya proses
pernapasan
Fungsi sistem respirasi → mempertahankan konsentrasi O2 dan CO2 dalam nilai tertentu
→ sangat responsif terhadap perubahan konsentrasi gas-gas tersebut
Perubahan dari konsentrasi zat-zat kimia ini akan dideteksi oleh suatu reseptor →
kemoreseptor.
Kemoreseptor pada sistem pernapasan terdapat pada dua lokasi :
1. Kemoreseptor sentral → berlokasi di dalam atau di dekat medula oblongata dan
akan berespon terhadap perubahan konsentrasi ion H+ dan PCO2.
2. Kemoreseptor perifer → berlokasi di badan karotis dan badan aorta.
Pusat Pernapasan di pengaruhi tekanan O2 (PO2), tekanan CO2 (PCO2), dan konsentrasi H+
© Silverthorn, 2019
Efek CO2 dan H+ pada Pusat Pernapasan
CO2 dapat dengan mudah melewati sawar darah otak → peningkatan Pco 2 darah →
Pco2 di cairan interstisial medulla dan cairan serebrospinal juga akan meningkat →
dalam kedua cairan ini, CO2 segera bereaksi dengan air untuk membentuk H+ →
terjadi peningkatan pelepasan H+ ke dalam area kemosensitif pernapasan di medulla
apabila konsentrasi CO2 meningkat di darah dibandingkan peningkatan konsentrasi
H+ di darah. Oleh karena itu, perubahan CO2 darah akan sangat meningkatkan
Kemoreseptor Perifer
Reseptor kimia saraf khusus (kemoreseptor) yang
terletak di luar otak
Penting untuk mendeteksi perubahan O2 dalam darah
Mengirimkan sinyal ke pusat pernapasan untuk
membantu mengatur aktivitas pernapasan
Sebagian besar terletak di badan karotis dan
sebagian kecil di badan aorta
Badan karotis → terletak bilateral pada
percabangan arteri komunis
Badan aorta → terletak di sepanjang arkus aorta
Keduanya terpajan pada daerah arteri setiap saat
sehingga nilai PO2 yang dideteksi adalah niai PO2 di
arteri perifer © Guyton dan Hall, 2021
Efek O2 pada Sistem Kemoreseptor Perifer
suhu tubuh
kelebihan panas dengan cara meningkatkan ventilasi
Hering-
Breuer Akibat teraktivasinya reseptor regang yang ada bronkus dan bronkiolus
Saat volume tidal di dalam paru meningkat → paru akan meregang dan mengaktivasi reseptor
regang yang terdapat di dalam lapisan otot polos pada jalan napas→ menghasilkan suatu
potensial aksi yang akan dihantarkan ke pusat pernapasan medulla melalui serat saraf eferen →
menghambat aktivasi dari neuron-neuron pernapasan → diafragma dan otot interkosta eksterna
relaksasi → inhalasi berhenti dan dimulainya ekshalasi → udara meninggalkan paru-paru →
paru-paru kembali ke ukuran normal → reseptor regang tidak lagi teraktivasi → bentuk umpan
balik negatif
Regulasi Pernapasan terhadap Perubahan PCO2, PO2, dan H+ terjadi melalui
kontrol umpan balik negatif
Impuls dilanjutkan
Impuls juga
Munculnya melalui nervus frenikus
Aktivasi DRG dan interkostalis ke diteruskan ke
rangsangan diafragma dan otot-otot
interkosta VRG
Udara masuk
Inspirasi
ke paru
Fase Ekspirasi 1 /
Fase Ekspirasi 1
Pascainspirasi
• Ditandai dengan terjadinya • Pada fase ini otot-otot
penurunan stimulasi pada inspirasi mengalami
neuron inspirasi tambahan penghentian aktivitas dan
dan neuron inspirasi serta jika diperlukan neuron
penurunan stimulasi pada penguatan ekspirasi akan
neuron ekspirasi diaktifkan untuk
→menurunkan aktivitas memproduksi peningkatan
pada otot aduktor laring. aktivitas otot ekspirasi
• Fase ini menunjukkan secara gradual
ekspirasi pasif dengan
terjadi penurunan tonus
otot inspirasi secara gradual
dan penghentian awal laju
gas ekspirasi oleh laring.
Pola Pernapasan
Eupnea
Pernapasan Cheyne-Stoke
Pola pernapasan abnormal .
Penyebab utamanya adalah saat seseorang bernapas secara berlebihan hingga
menghembuskan CO2 terlalu banyak dari darah paru sementara saat yang bersamaan
meningkatkan O2 darah→ memerlukan waktu beberapa detik sebelum darah paru yang
berubah ini dapat diangkut ke otak dan menghambat ventilasi yang berlebihan.
Ketika darah akibat ventilasi yang berlebihan mencapai pusat pernapasan di otak,
pusat ini menjadi sangat tertekan dan dimulailah siklus yang berlawanan yaitu CO 2
meningkat dan O2 menurun pada alveoli. Hal ini memerlukan waktu beberapa detik
sebelum otak berespon terhadap perubahan ini.
Pola Pernapasan
1
Apnea Tidur Sentral
Terjadi karena adanya penghentian rangsangan ventilasi saat tidur akibat adanya
kerusakan pusat pernapasan disentral atau kelainan pada apparatus
neuromuscular.
Gejala yang dimiliki :
1. Dengkuran yang keras
2. Kesulitan bernapas segera setelah tidur
Pola Pernapasan
2
Apnea Tidur Obstruktif
dan pembentukan CO2 hingga 20 kali lipat → diperkirakan terjadi karena pada saat
otak mengirimkan impuls motoric ke otot untuk berkontraksi, otak juga
mengirimkan impuls kolateral ke batang otak untuk mengeksitasi pusat
pernapasan.
Saat seseorang mulai melakukan kerja fisik → peningkatan ventilasi otot yang
cukup besar mulai terjadi segera setelah kerja fisik dimulai, sebelum semua bahan
kimiawi darah memiliki waktu untuk berubah. → kemungkinan peningkatan
pernapasan disebabkan oleh sinyal neurogenic yang dikirimkan langsung ke dalam
pusat pernapasan batang otak pada waktu bersamaan dengan sinyal yang menuju
otot-otot tubuh meningkatkan kontraksi otot
Saat otot berkontraksi selama aktivitas fisik → peningkatan penggunaan O 2 dan
pembentukan CO2 dalam jumlah yang banyak.
Pada awal pelaksanaan aktivitas fisik → peningkatan pernapasan secara tiba-tiba →
diikuti dengan peningkatan pernapasan secara bertahap → terjadi karena adanya
perubahan neuronal yang mengirimkan impuls eksitatorik ke DRG di pusat
pernapasan medulla → menyebabkan terjadinya antisipasi terhadap suatu aktivitas
yang akan menstimulasi sistem limbik, peningkatan impuls sensori dari
proprioseptor di otot, tendon, dan sendi, peningkatan impuls motoric dari korteks
motoric primer.
Pada aktivitas fisik sedang → peningkatan pernapasan yang terjadi secara tiba-tiba
→ karena adanya perubahan kimia dan fisik dari pembuluh darah seperti
penurunan PO2 karena peningkatan konsumsi O2, peningkatan PCO2 akibat
peningkatan produksi CO2 oleh kontraksi otot rangka dan peningkatan suhu.
Saat aktivitas fisik berat → peningkatan produksi H+ yang berasal dari asam
laktat akan berperan dalam meningkatan PCO2.
Pada akhir pelaksanaan aktivitas fisik → penurunan pernapasan secara tiba-tiba
→ diikuti dengan penurunan pernapasan secara bertahap hingga mencapai nilai
saat istirahat.
Penurunan awal disebabkan karena terutama adanya perubahan neuronal
saat pergerakan atau kontraksi berhenti, sedangkan penurunan bertahap
terjadi karena penurunan zat-zat kimia yang berperan pada pusat
pernapasan dan penurunan suhu hingga nilai istirahat.
Daftar Pustaka