PENGETAHUAN, TEKNOLOGI,
DAN KEMISKINAN TERHADAP
BUDAYA
Sitta Nurindah Surgo, M.Pd.
Identifikasi Pengetahuan dan Teknologi,
The Liang Gie Mengumpulkan Tujuh Pembeda, Yaitu:
Pengetahuan Teknologi
Berkaitan dengan pemahaman dan bertujuan untuk meningkatkan Memusatkan diri pada manfaat dan tujuannya adalah untuk menambah
pikir manusia kapasitas kerja manusia.
Tujuan Pengetahuan adalah memajukan pembangkitan Tujuan teknologi memajukan kapasitas teknik dalam membuat barang
pengetahuan atau layanan
Mencari tahu
Mengerjakan
Bersifat “suprarasional” (mengatasi batasan negara) Bersifat menyesuaikan diri dengan lingkungan tertentu
• Adanya emansipasi wanita. Setiap wanita berhak menentukan hidupnya dalam berkarir. Dalam
hal ini ditunjukkan banyaknya wanita-wanita yang memiliki karier, misalnya sebagai anggota
DPR, Gubernur, Guru, Dokter, dll.
•Tekanan Kompetisi yang tajam di berbagai aspek kehidupan sebagai konsekuensi globalisasi,
akan melahirkan generasi yang disiplin, tekun dan pekerja keras.
Contoh Dampak Negatif IPTEK
(Terhadap Lingkungan)
◦ Terkurasnya sumber daya
◦ Gangguan iklim
◦ Pencemaran lingkungan
◦ Destabilisasi dan dekompesasi lingkungan
◦ Beban lebih informasi
◦ Konsumsi tinggi dan massal
◦ Destruksi dan kepunahan spesies hewandan tumbuh-tumbuhan
◦ Distorsi biokultural
Upaya meminimalisasi dampak negatif yang harus dilakukan untuk mengendalikan
Faktor penyebab kemiskinan berdasarkan permasalahan pada negara berkembang yaitu sebagai berikut :
1. Laju Pertumbuhan Penduduk yang Tinggi
Angka kelahiran yang tinggi di suatu daerah dapat mengakibatkan laju pertumbuhan penduduk suatu negara menjadi lebih besar. Sehingga, dapat
menyebabkan lapangan pekerjaan yang tersedia menjadi terbatas untuk dapat merekrut masyarakat yang membutuhkan pekerjaan demi
mendapatkan gaji agar dapat membeli kebutuhan pokoknya.
Selain itu, apabila laju pertumbuhan penduduk tinggi tetapi tidak sebanding dengan laju pertumbuhan ekonomi. Maka akan mengakibatkan angka
kemiskinan semakin meningkat.
2. Masyarakat Pengangguran Meningkat
Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi dapat menyebabkan lapangan kerja yang ada di suatu negara menjadi terbatas. Oleh sebab itu, angka
pengangguran di daerah tersebut akan meningkat. Semakin banyak masyarakat yang pengangguran, maka angka kemiskinan pun akan meningkat.
3. Pendidikan yang Rendah
Individu yang memiliki pendidikan yang rendah, cenderung tidak memiliki keterampilan, wawasan maupun pengetahuan yang memadai untuk
mendapatkan pekerjaan. Sehingga, masyarakat yang berpendidikan rendah tidak dapat bersaing dengan masyarakat yang memiliki pendidikan
tinggi di dunia kerja maupun usaha.
Hal inilah yang membuat masyarakat berpendidikan rendah kalah saing dan membuat angka pengangguran serta kemiskinan menjadi bertambah.
4. Terjadi Bencana Alam
Bencana alam dapat menjadi faktor penyebab terjadinya kemiskinan yang tidak dapat dihindari. Bencana alam seperti banjir, tanah longsor
maupun tsunami dapat menimbulkan kerusakan pada infrastruktur serta kerusakan psikologis masyarakat yang tertimpa bencana.
Selain itu, bencana alam dapat menjadi penyebab kemiskinan, karena masyarakat yang terdampak bencana tersebut akan kehilangan harta
bendanya.
5. Distribusi Pendapatan yang Kurang Merata
Distribusi pendapatan yang tidak merata dapat menyebabkan terjadinya ketimpangan pada pola kepemilikan sumber daya. Umumnya, masyarakat
yang memiliki sumber daya terbatas serta rendah umumnya berada di bawah garis kemiskinan.
◦ Budaya INDONESIA merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki isu kemiskinan sebagai salah
satu isu yang perlu dituntaskan. Menurut TNP2K (Tim Nasional Percepatan dan Penanggulangan
Kemiskinan Kemiskinan), pada 2010, tingkat kemiskinan di Indonesia adalah 13,33 persen dari total penduduk
Indonesia, atau sekira 31,02 juta Jiwa penduduk hidup di bawah garis kemiskinan.
atau Secara umum, angka kemiskinan Indonesia sejak 1998-2011 terus menurun. Penurunan tersebut tidak
Kemiskinan lepas upaya keras pemerintah untuk menanggulangi kemiskinan melalui berbagai program pro-rakyat.
Walau dapat dikatakan belum maksimal, tren penurunan angka kemiskinan menunjukkan bahwa
Akibat program-program penanggulangan kemiskinan yang diluncurkan pemerintah telah memberikan efek
positif bagi peningkatan kemampuan masyarakat dalam mengembangkan hak-hak dasar.Terdapat
Kebijakan? berbagai macam indikator kemiskinan yang dapat digunakan untuk mengukur angka kemiskinan.
Indonesia menggunakan indikator kemiskinan yang terdiri atas kemampuan pendapatan seseorang
◦ Kamis 11 Juli 2013 untuk memenuhi kebutuhan pokok. Kebutuhan pokok yang dimaksud antara lain sandang, pangan,
10:31 WIB pemukiman, pendidikan, dan kesehatan. Oleh karena itu, di Indonesia, ketika pendapatan seseorang
(okenews) tidak mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut maka seseorang tersebut dikatakan miskin.
Menurut Bradshaw (2006), sebelum dirumuskan strategi penanganan kemiskinan, perlu ditemukenali
lebih dalam terjadinya kemiskinan. Penyebab kemiskinan dapat dikelompokkan menjadi dua
kelompok utama. Penyebab pertama adalah penyebab kemiskinan secara kultural atau budaya.
Penyebab kemiskinan secara kultural dapat ditemu kenali dari sifat individu, keluarga, dan lingkungan.
Menurut Bradshaw (2006) kelemahan individu dan sistem budaya yang mendukung sub-kultur
kemiskinan menjadi beberapa penyebab dari terjadinya kemiskinan.
◦ Kelemahan individu tersebut diterjemahkan oleh Feagin (1972 dalam Lepianka, et al, 2009) sebagai
kelemahan individu dalam bertanggungjawab atas dirinya sendiri, seperti kurangnya penghematan,
kurang berusaha, tidak bermoral, dan kemalasan. Penyebab kedua adalah disebabkan oleh faktor
struktural.
◦ Menurut Bradshaw (2006), penyebab kemiskinan dapat disebabkan oleh diskriminasi sosial, ekonomi,
dan politik, serta kesenjangan geografis. Bentuk diskriminasi dapat berupa ketidaksetaraan pendapatan,
ketidaksetaraan gender, dan ras. Diskriminasi seperti ini dapat menyebabkan budaya kemiskinan.
◦ Dalam konteks kemiskinan di Indonesia, penyebab kemiskinan tidak hanya terdiri dari salah satu
penyebab, melainkan kedua penyebab, sebagaimana telah disebutkan sebelumnya. Kemiskinan di
Indonesia terjadi akibat adanya budaya miskin yang terlihat seolah dipelihara oleh masyarakat, seperti
kurang berusaha untuk mendapatkan pendapatan tambahan.
◦ D
i sisi lain, kebijakan-kebijakan ekonomi di Indonesia belum mampu membuat seluruh lapisan
masyarakat. Hal ini mengakibatkan penduduk miskin tidak mampu mengakses modal awal untuk
melakukan usaha sampingan agar dapat pendapatan tambahan.
◦ Selain itu, kemiskinan yang terdapat di Indonesia terdiri atas dua jenis. Pertama adalah kemiskinan di
kawasan perkotaan. Kemiskinan kedua adalah kemiskinan di kawasan pedesaan. Kedua kemiskinan ini
memiliki karakteristik yang berbeda dan memerlukan strategi pengentasan kemiskinan yang berbeda.
Kemiskinan di kawasan perkotaan merupakan kemiskinan yang terjadi di kota-kota yang ada di Indonesia. Penduduk miskin di
kota pada umumnya terjebak dalam kondisi miskin akibat sulitnya bersaing dengan penduduk lain di kota. Sebagai contoh,
suatu kelompok masyarakat A memiliki rata-rata tingkat pendidikan terakhir SMP dan SMA sedangkan kelompok masyarakat
B memiliki rata-rata tingkat pendidikan terakhir SMA dan S-1.
Akibatnya, dalam pasar tenaga kerja, kelompok masyarakat B akan lebih memiliki nilai jual dan lebih mampu bersaing
dibandingkan dengan kelompok masyarakat A sehingga kelompok masyarakat A tidak mampu bekerja dan tidak memiliki
penghasilan yang lebih baik dari kelompok masyarakat B dan akan cenderung terperangkap dalam kondisi kemiskinan.
Fenomena ini terjadi baik oleh penduduk asli kota yang tidak mampu bersaing dengan penduduk pendatang atau sebaliknya.
Kemiskinan di kawasan pedesaan merupakan kemiskinan yang terjadi di desa-desa yang ada di Indonesia. Penduduk miskin di
desa pada umumnya terjebak dalam kondisi kemiskinan akibat tidak memilikinya modal, baik fisik maupun nonfisik, atau
dengan kata lain tidak memiliki faktor produksi.Sebagai contoh, petani-petani yang ada di desa-desa kebanyakan petani
penggarap, terutama bagi petani di daerah pantai utara jawa. Dikarenakan hanya petani penggarap, para petani tersebut
memiliki sistem pendapatan bagi hasil dengan pemilik lahan dan pada umumnya pendapatan yang didapat tidak mampu
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Petani penggarap juga pada umumnya tidak memiliki lahan sehingga tidak memiliki jaminan ketika akan meminjam modal ke
bank. Dengan kata lain, kebijakan kredit UKM masih belum tersentuh oleh seluruh lapisan masyarakat. Selain itu, pada
umumnya, penduduk di desa kurang memiliki keahlian khusus selain bertani.
Hal ini menyulitkan penduduk desa untuk memiliki keahlian lain sebagai modal untuk usaha. Fakta lain yang terdapat dalam
kemiskinan di perdesaan adalah penduduk usia muda banyak yang merantau sehingga secara komposisi penduduk, penduduk
miskin di desa pada umumnya penduduk dengan usia cenderung tua dan sudah tidak produktif.
Dalam usaha untuk mengurangi angka kemiskinan, tim nasional percepatan dan pengentasan kemiskinan Indonesia telah
melakukan berbagai macam strategi pengentasan kemiskinan. Program kemiskinan telah dilaksanakan sejak 1998 hingga saat
ini. Secara umum, program yang telah dilakukan mampu menurunkan angka kemiskinan Indonesia yang berjumlah 47,97
Juta pada 1999 menjadi 30,02 Juta pada 2011.
Adapun empat strategi dasar yang ditetapkan sebagai dasar pembuatan program pengentasan kemiskinan sebagai berikut :
1. Menyempurnakan program perlindungan sosial
2. Peningkatan akses masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar
3. Pemberdayaan masyarakat
4. Pembangunan yang inklusif.
Namun apakah program-program pengentasan tersebut efektif dalam pengentasan kemiskinan di Indonesia? Jika dilihat lebih
dalam, program-program pengentasan kemiskinan yang ada hingga saat ini lebih menitikberatkan kepada output atau hasil
yang terlihat jelas, yaitu penurunan angka kemiskinan yang diukur oleh beberapa indikator.
Padahal, kemiskinan yang terjadi di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi dua jenis kemiskinan utama dan memiliki
karakteristik yang berbeda serta penyebab yang berbeda. Kemiskinan di perkotaan memiliki karakteristik dimana penduduk
miskin tidak dapat bersaing dan kondisi ini didukung dengan kondisi lingkungan sekitarnya. Akibatnya kemiskinan menjadi
sebuah budaya yang dipelihara oleh masyarakat.
Untuk mengatasi kemiskinan seperti ini tentulah memerlukan sebuah proses yang cukup lama untuk mengubah budaya
tersebut. Sedangkan kemiskinan di perdesaan memiliki karakteristik di mana penduduk miskin tidak memiliki modal dan
kondisi ini tidak didukung dengan kebijakan ekonomi-sosial yang ada saat ini. Untuk kemiskinan seperti ini tentu
memerlukan sebuah usaha lebih untuk membuat sebuah kebijakan yang lebih pro-poor.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut, kemiskinan di Indonesia masih memerlukan sebuah program pengentasan
kemiskinan yang lebih menitikberatkan kepada proses dan mengusahakan agar outcome pengentasan kemiskinan merupakan
fokus dari program pengentasan kemiskinan sehingga tidak hanya melihat dari jumlah angka kemiskinan yang berkurang
tetapi juga melihat bagaimana penduduk miskin tidak kembali menjadi miskin.
Nurrahman Putra Waluyo
Mahasiswa Program Magister Perencanaan Wilayah dan Kota
KK Pengelolaan Pembangunan dan Pengembangan Kebijakan, SAPPK-ITB
(Penerima Beasiswa Bakrie Graduate Fellowship Yayasan Bakrie Center, Periode 2012-2013)
(ade)
STUDI KASUS
IPTEK dan Dampak Kemiskinan