Anda di halaman 1dari 30

VII.

GEOMORFOLOGI WILAYAH KEPESISIRAN

A. Pengertian dan Konsep Wilayah Kepesisiran


B. Lingkup Wilayah Kepesisiran
C. Klasifikasi Pesisir dan Perkembangannya
D. Bentuklahan Terpengaruh Erosional di Wilayah Pesisir
E. Bentuklahan Konstruksional di Wilayah Kepesisiran
A. Pengertian dan Konsep Geomorfologi Kepesisiran
• Gunawan (2005) wilayah kepesisiran merupakan ekosistem yang dinamik
dan memiliki kekayaan yang beragam, baik di darat maupun di laut.
Antara habitat tersebut saling berinteraksi.
• Arnott (2010) geomorfologi kepesisiran kajiannya fokus pada wilayah
yang terpengaruh oleh tubuh air yang luas termasuk laut, samudra, dan
danau.
• Blomm (1991) kajian geomorfologi kepesisiran adalah proses
bentuklahan yang terdapat wilayah peralihan antara darat dengan laut,
tidak termasuk bentuklahan di kedalaman dasar laut.
• Bird (2008) geomorfologi kepesisiran mengkaji pembentukan
kenampakan kepesisiran, proses yang bekerja terhadap pembentukannya
dan perubahan yang terjadi dalam keruangan wilayahnya.
Bird tema geomorfologi kepesisiran:
1. Pembentukan bentuklahan
2. Perubahan garis pantai
3. Proses pada zona pecah gelombang
4. Keterangan sejarah geologi
5. Sumber dan pola pergerakan sedimen
6. Proses pelapukan
Kesepakatan internasional wilayah kepesisiran merupakan peralihan antara laut dan daratan ,
ke arah darat sampai pada daerah pasang surut, dan kelaut meliputi paparan benua.
Para pakar sepakat wilayah kepesisiran adalah suatu jalur yang saling pengaruh antara darat
dan laut.
Secara genetik wilayah kepesisiran adalah bentanglahan yang terletak diantara garis batas
wilayah laut yang ditandai bentukan zona pecah gelombang hingga pada suatu bentanglahan di
darat yang masih dipengaruhi aktivitas marine.
B. Lingkup Wialayah Kepesisiran
• Gunawan dkk (2005) wilayah pesisir meliputi pantai (shore) dan pesisir
(coast).
• Pantai berkedudukan antara daratan dan laut, antara garis pantai
(shoreline) adalah garis surut terendah dengan garis pesisir (coastline)
adalah garis pasang tertinggi.
• Boak dan Turner (2005) kedudukan garis pantai sepanjang waktu
mengalami perubahan oleh adanya dinamika alam di wilayah kepesisiran.
Konsep wilayah kepesisiran Gunawan (2005) menurut Shepard:
1. Lingkup wilayah kepesisiran pada daerah berpasir
• Topografi landai dan berpasir
• Proses utama sedimentasi pasir marine dan aeolin.
• Hasil utamanya adalah gisik (beach) dan bukit pasir (sand dunes)
• Wilayahnya: zona pecah gelombang, pantai (shore), pesisir (coast)

2. Wilayah kepesisiran pada daerah rataan terumbu karang


• Topografi landai, pelataran pantai (platform) dari terumbu karang
• Proses utamanya pasang surut air laut.
• Wilayahnya: zona pecah gelombang dan pantai berupa reef flate
3. Wilayah kepesisiran pada rataan pasang surut
• Topografi landai dengan material penyusunnya lumpur
• Proses utamanya sedimentasi lumpur dan pasang surut air laut.
• Wilayahnya: zona pecah gelombang dan pantai rataan lumpur/pasir

4. Wilayah kepesisiran pada cliff batugamping dan pseudocliff batuan


beku
• Topografi tebing terjal (cliff)
• Proses utamanya abrasi dan runtuhan batuan (rockfall)
• Wilayahnya: zona pecah gelombang dan tebing cliff
Gambar 7.1
Gambar 7.2 Wilayah kepesisiran pada cliff batugamping
C. Klasifikasi Pesisir dan Perkembangannya
Proses yg berlangsung di wilayah kepesisiran sangat kompleks sehingga
menghasilkan kenampakan yang kompleks pula. Untuk itu diperlukan
klasifikasi untuk mempermudah pengkajian.
1. Klasifikasi D.W. Johnson (1919)
a. Pesisir penenggelaman (submergence coast)
Pesisir ini dihasilkan ketika permukaan air laut menempati bagian
wilayah lahan yang tenggelam.
b. Pesisir pemunculan (emergence coast)
Terbentuk akibat munculnya dasar laut kepermukaan karena
pengangkatan atau susut laut.
Gambar 7.4 Tipe Garis Pantai
c. Pesisir netral (netral coast)
Pesisir yang terbentuk tidak dipengaruhi oleh perubahan kedudukan lahan maupun laut.
d. Pesisir gabungan (compound coast)
Pesisir yang terbentuk sebagai akibat adanya perubahan permukaan lahan dan
laut/gabungan pemunculan dan penenggelaman
Garis pantai yang termasuk dalam klasifikasi Johnson mengalami perubahan dari waktu
kewaktu akibat hantam gelombang di satu sisi dan sedimentasi di sisi lain
a. Garis Pantai penenggelaman
• Stadia awal: garis pantai yang tidak beraturan atau tidak lurus, dasar lautnya tidak rata,
terdapat banyak teluk atau lembah yang tenggelam.
• Stadia muda: garis pantai yang tidak teratur (crenulate shore line), tampak cliff-cliff
kecil, timbunan di depan cliff, beach, speet, bar, tombolo.
• Stadia dewasa: terjadi erosi secara bertahap pada sedimen, garis pantai terdorong ke arah
lahan dan terletak pada lahan induk.
b. Garis Pantai Pemunculan
• Stadia awal: garis pantai yang lurus karena dasar permukaan laut rata, terbentuknya cliff
yang rendah, ketika muncul bar maka peralihan ke stadia muda.
• Stadia muda: adanya offshore bar, barrier bar, laguna, inlet, tidal delta.
• Stadia dewasa: terjadi erosi secara bertahap pada sedimen, garis pantai terdorong ke arah
lahan dan terletak pada lahan induk dan terjadi pendalaman pada bagian depan.
c. Garis Pantai Netral
• Garis pantai delta, datara alluvial, dataran outwash. Stadia dewasa dicapai ketika erosi
membentuk garis pantai yang relatif lurus.
• Garis pantai sesaran: garis pantai yang terbentuk tergantung sesaran yang mengarah ke
laut.
d. Garis Pantai Gabungan
• Garis pantainya sebagai hasil pengangkatan atau penurunan lahan.
2. Klasifikasi F.P. Shepard
Pesisir dibagi 2 kategori, yakni pesisir primer (primary coast) dan pesisir sekunder
(secondary coast).
Pesisir primer dikelompokan menjadi 4 tipe, yakni:
a. Pesisir akibat erosi lahan (land erosion coast)
Bentuk lahan pesisir yang berkembang dibawa pengaruh erosi lahan.
b. Pesisir akibat depositional pengendapan (sub-areal depositional coast)
Terbentuk akibat akumulasi sedimen sungai, angin, es atau longsoran.
c. Pesisir akibat proses vulkanik (volcanic coast)
Terbentuk akibat proses vulkanisme di tengah laut
d. Pesisir akibat proses struktural (structurally shaped coast)
Terbentuk akibat proses patahan, perlipatan atau intrusi sedimen
Pesisir sekunder dikelompokkan kedalam 3 tipe, sebagai berikut:
a. Pesisir akibat erosi gelombang (wave erosion coast)
Terbentuk oleh proses erosi dapat lurus atau tidak teratur
b. Pesisir akibat pengendapan marine
Terbentuk oleh proses sedimentasi (barrier atau beach)
c. Pesisir akibat organisme (coast built by organisme)
Terbentuk oleh aktivitas hewan atau tumbuhan (bakau, koral)
3. Klasifikasi C.A. Cotton
Cotton (1952) pesisir dibagi kedalam 2 tipe yakni: pesisir wilayah stabil
dan pesisir wilayah berpindah.
• Pesisir wilayah stabil mengalami perubahan akibat gelombang laut
• Pesisir wilayah berpindah akibat pengangkatan atau penurunan.
4. Klasifikasi H. Valentin
Valentin (1952) pesisir dibagi kedalam 2 tipe yakni: genetiknya dan
dinamika kepesisiran.
Berdasarkan genetiknya:
a. Pesisir yang mengalami pemajuan (organik dan inorganik)
b. Pesisir yang mengalami pemunduran (penenggelaman, glasial, fluvial)
D. Bentuklahan Terpengaruh Erosional di Wilayah Kepesisiran

1. Cliff
• Cliff merupakan lereng yang curam (>40o), kadang vertikal atau menggantung (Goudie,
2004).
• Cliff tingginya bisa beberapa sampai ratusan meter
• Tiga perempat pesisir dunia merupakan cliff (Bird, 2008)
• Arnott (2010) komponen utama cliff terdiri dari enam bagian: table land, puncak cliff
(top), permukaan cliff pesisir (face), kaki cliff (toe), rataan pantai (platform), dan lereng
perairan dangkal (nearshore)
• Arnott (2010) membagi dua tipe, yakni: plunging cliff dan cliff yang dibatasi platform.
• Plunging cliff lereng terjalnya berlanjut hingga di bawah permukaan laut, sedangkan cliff
yang memiliki platform karena adannya erosi horizontal.
• Gambar 7.9
Gambar 7.11 Plunging Cliff
2. Pelengkungan dan pilar laut
• Pelengkungan diawali dengan tebing dengan bidang yang lemah tererosi,
proses ini berlanjut sehingga menimbulkan pelengkungan.
• Proses pelengkungan berlanjut pada batuan zone lemah yang kemudian
runtuh dan terpotong.
• Bentuk sisa yang dihasilkan setelah runtuh disebut dengan pilar laut (sea
stacks).
• Pilar laut akibat kerja gelombang laut akhirnya hancur dan hanya
menyisakan dasar perairan.
Gambar 7.13 Evolusi Pasisir Cliff oleh Erosi
E. Bentuk Konstruksional di Wilayah Kepesisiran
Bentuklahan konstruksional yang terdapat di wilayah kepesisiran
1. Dataran pantai
• Dataran pantai adalah bagian dari contiental shelf yang muncul diatas permukaan laut baik karena
pengangkatan dasar laut maupun karena susut laut.
• Continental shelf adalah suatu tepi benua yang terendam air sebagai laut dangkal dengan kedalaman
kurang dari 180 m.
• Continental shelf sebelum terangkat kepermukaan merupakan tempat pengendapan pasir, kerikil dan
lumpur.
• Apabila pulau di dataran pantai muncul dan air hujan turun maka muncul pola aliran konsekuen
(stadia muda).
• Pada stadia dewasa pengikisan berlangsung intensif maka terbentuklah lembah dengan pematang
yang tegak lurus dengan lereng dengan lereng landai dan curam yang bersebelahan disebut cuesta.
• Pada stadia tua pengikisan berlangsung sangat intensif, sehingga ketinggian dataran pantai hampir
sama dengan permukaan laut disebut peneplane.
2. Gisik (beach)
• Gisik adalah akumulasi pada pantai yang berupa material lepas, tidak padu dengan
ukuran pasir kasar, kerikil, kerakal, hingga boulder.
• Gisik menutupi 40 % garis pantai dunia.
• Sistim gisik berkaitan dengan interaksi antara gisik dengan gelombang.
• Material gisik dapat bertambah dan berkurang akibat sedimentasi dan erosi.
• Beting gesik dalam perkembangannya berkaitan erat dengan pemajuan garis pantai.
• Antara beting gesik yang lebih muda dibatasi oleh lembah kecil (swale)
kadangkala merupakan suatu fase erosi sebelum kembali membentuk beting gesik.
• Beting gesik berpasir terbentuk sepanjang garis pantai oleh swash apabila perairan
di depannya relatif dangkal dan gelombang bersifat konstruktif
Gambar 7.14 Gisik di Pantai Sadranan
3. Spit dan Barrier
• Spit merupakan gisik yang terbentuk di atas garis pasang tertinggi dan
terpisah dari pantai, biasanya berakhir pada sangkutan ke arah darat atau
pelengkungan.
• Spit (barrier) sepanjang pantai kebanyakan lurus, pelengkungan kembali
terjadi apabila terdapat dua pergerakan gelombang dari arah yang
berlawanan.
• Gudie (2004) pembentukan spit sama dengan pembentukan coastal barrier
yaitu deposisi gisik dengan arah memotong kepesisiran yang menjorok
atau teluk.
• Barrier biasanya memotong memotong mulut suatu teluk, memiliki laguna
atau rawa di belakangnya yang memisahkan dari daratan utama atau
barrier yang lebih muda
Gambar 7.15 Pembentukan Pelengkungan Kembali Spit
4. Tombolo
• Tombolo merupakan pematang dengan material gisik yang terbentuk oleh
gelombang dan menghubungkan pulau2 atau pilar dengan daratan utama.
• Gouide (2004) menyebut tombolo sebagai gosong pasir, barrier, atau spit
yang menggabungkan suatu pulau utama dengan pulau lainnya dengan
daratan utama sebagai hasil kerja dari ingsutan sepanjang pantai atau
perpindahan gosong laut menuju pesisir.
• Dibyosaputro (2000) tombolo terbentuk karena gelombang besar dari
arah samudera tertahan oleh pulau kecil, sehingga terjadi gelombang
difraksi dan mengakibatkan gelombang melemah dan lambat menuju
penghalang dan akhirnya mengendapkan sedimennya yang makin lama
makin bertambah.
5. Cuspate Foreland
• Sunarto (1991) merupakan akumulasi pasir dan kerikil dengan morfologi
segitiga yang kedua sisinya cekung ke arah darat dan terjadi dari penggabungan
dua beting gesik yang bertemu di satu titik yang letaknya menjorok ke arah
laut.
• Cupspate foreland sama dengan gesik, tombolo, spit, dan barrier merupakan
kenampakan akresi. Kepesisiran yang tidak teratur.
• King (1972) cuspate foreland dapat terjadi di sepanjang pantai yang
dipengaruhi dua kondisi, yakni: (1) pantai terlindungi oleh pulau di lepas
pantai, (2) terhalangnya arah mendekat gelombang laut karena bentuk pantai yg
tidak beraturan.
• Bila pantai terhalang oleh pulau di lepas pantai maka faktor yang berpengaruh:
difraksi gelombang, arus sepanjang pantai, dan ingsutan gesik.
Gambar 7.16 Perkembangan Cuspate Foreland
DAFTAR PUSTAKA
• Arnott, R.D, 2010, An Introduction to Coastal Process and Geomorphology, Cambrige: Cambrige
University Press.
• Bird, E.C.F, 2008, Coastal Geomorphology an Introduction, Second Edition, West Sussex: John Wiley and
Sons
• Bullard, J.E. 2004, Arid Geomorphology, Progress in Physical Geography.
• Haryono, E, 2004, Geomorfologi Karst, Yogyakarta: Fakultas Geografi Universitas Gajah Mada.
• Huggett, R.J., 2007, Fundamentals of Geomorphology, London: Routledge
• Lobeck, A.K, 1939, Geomorphology, New York: Mc. Graw-Hill Book Company.
• Ritter, D.F., Kochel, R.C., dan Miller, JR., 1995, Process Geomorphology, Third Edition, Dubuque: Wm. C.
Brown Publisher
• Strahler, A.N, 1969, Physical Geography, New York: John Willey and Sons
• Thornbury, W.D, 1969, Principle of Geomorphology, New York: John Wiley and Sons.
• Verstappen, H.Th, 1983, Applied Geomorphology, Amsterdam: Elsevier.
TUGAS 7
• Buat makalah dengan judul: GEOMORFOLOGI WILAYAH KEPESISIRAN
• Waktu: 1 minggu
• Dikerjakan: Mandiri
• Dikirim ke email mdarwisfalah@gmail.com
• Makalah: judul sampul, kata pengantar, dafatar isi, pendahuluan,
pembahasan (sesuai materi), kesimpulan dan saran, daftar pustaka. Isi
15 sd 20 halaman, 1,5 spasi.

Anda mungkin juga menyukai