Anda di halaman 1dari 30

U J I K O MPETE N SI

FR.IA.04. PENJELASAN SINGKAT PROYEK TERKAI


T / K E GIATAN T E R ST RU K TU R L A INNYA

Sk e ma Se r t if : A h li Mady a Bid a ng Ke a h lia n Te k n ik


ika
J ensjiang Mekanikal
N a ma A se si : 8
NIK A se si : MOCH.RIDWAN
FOTO ASESI Tgl. A se smen TU SUKRILLAH
K : 3271040611920014
Na ma A se sor : Selasa 06 Februari 2024
: P 3 SM BEKASI
: 1.Ir. Putung Mustari
2.Sugiono,S.T.,M,AP
INSTRUKSI KEPADA ASESI
• Buatlah presentasi berdasarkan pengalaman professional dan
pengetahuan anda dalam melaksanakan pekerjaan di Proyek
Konstruksi sebagai Ahli Madya Bidang Keahlian Teknik Mekanikal.
• Presentasi di susun dalam format Powerpoint
• Asesi disediakan waktu untuk menyampaikan presentasi di hadapan
Asesor kurang lebih 15 menit.
• Asesi dapat menyertakan bukti-bukti berupa foto, dokumen
perencanaan, pengendalian dan pengawasan dalam slide presentasi
• Asesor dapat menggali Kompetensi lebih lanjut melalui Pertanyaan
untuk Mendukung Observasi
SUBSTANSI YANG HARUS DISAMPAIKAN
1. Penerapan SMK3-L dilingkungan Kerja
2. Pelaksanaan pengadaan dan kontrak
3. Pengelolaan Keuangan dan Sumber Daya Manusia
4. Pengendalian pelaksanaan pekerjaan Sistem Plumbing, Sistam Fire
Alarm.
5. Pengawasan pelaksanaan pekerjaan Sistem Plumbing, Sistam Fire
Alarm.
6. Melaksanakan pengendalian Biaya Mutu dan Waktu
Penerapan SMK3-L dilingkungan Kerja
Pelaksanaan Briefing K3 Sebelum Instalasi
3 (tiga) tujuan utama penerapan K3 berdasarkan
Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tersebut antara lain
: Melindungi dan menjamin keselamatan setiap
tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja.
Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan
PLAN
ACTION
secara aman dan efisien. Meningkatkan kesejahteraan
dan produktivitas Nasional.

CHECK DO
APD
Alat pelindung diri atau APD adalah alat yang perlu
dikenakan saat bekerja, untuk mencegah dan mengurangi
risiko terjadinya kecelakaan kerja.

Proses Safety talk


upaya untuk mengingatkan kepada para pekerja tentang
pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja di area kerja
Pelaksanaan Pengadaan dan
Kontrak

Menganalisa dan mengimplementasikan Dokumen Kontrak perencaan dan Kerangka Acuan Kerja
(KAK)

Manganalisis syarat umum dan


Menganalisa isi surat perjanjian syarat khusus serta spesifikasi Melakukan survei lapangan
umum & teknik

Mengkaji Dokumen
Kontrak

Mengidentifikasi syarat umum Menganalisa volume dan Menghitung ulang volume


Mengidentifikasi isi surat Melakukan survei ulang
dan syarat khusus serta harga satuan pekerjaan dalam Membuat gambar kerja pekerjaan untuk pekerjaan
perjanjian kondisi lapangan
spesifik umum & teknik kontrak tambah kurang

Sumber : SKKNI No. 391 Tahun 2015 tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Khusus Bidang Keahlian Teknik
Pengelolaan Keuangan dan Sumber Daya
Manusia

Mengelola Modal Mengelola Mengelola Sumber


Kerja Keuangan Daya Manusia
Likuiditas keuangan ditentukan
Kebutuhan modal kerja disiapkan berdasarkan cash flow pelaksana Membuat Struktur Organisasi dan
dengan cash flow pekerjaan uraian jabatan

Permintaan dana kerja proyek disusun


sesuai pedoman pengelola keuangan
Pembelanjaan modal kerja dikelola
Pengelolaan administrasi karyawan
sesuai dalam pelaksanaan pekerjaan
sesuai dengan prosedur
dan di control melalui budgeting
Pembayaran biaya pekerjaan diatur
berdasarkan budget anggaran
Coaching & konseling SDM
Pengelolaan modal kerja
diselenggarakan oleh Project
dipertanggungjawabkan dengan Laporan keuangan proyek disusun Manager & HRD sesuai kebutuhan
tertib sesuai dengan prosedur proyek

Sumber : SKKNI No. 391 Tahun 2015 tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Khusus Bidang Keahlian Teknik
Melaksanakan pengendalian Biaya Mutu dan
Waktu

Melakukan Tindakan
Melakukan
koreksi terhadap Melaksanakan Melaksanakan
pengendalian biaya
penyimpangan pengendalian mutu pengendalian waktu
secara rinci per item
rencana anggaran pekerjaan pekerjaan
pekerjaan
pelaksanaan (RAP)

Sumber : SKKNI No. 391 Tahun 2015 tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Khusus Bidang Keahlian Teknik
Memahami apa itu Fire Fighting
Fire fighting jika didefinisikan akan memiliki pengertian sebuah sistem proteksi gedung terhdapat bahaya bencana
kebakaran dengan menggunakan banyak jenis media. Dalam beberapa sistem proteksinya, beberapa media yang
digunakan untuk fire fighting adalah sistem fire hydrant, fire sprinkler, dan fire alarm sistem.

ISO 9001 : ISO 45001 :


2018 2018
* SISTEM PLUMBING*
Plambing adalah teknologi pemipaan dan peralatan untuk menyediakan air bersih,
pembuangan air bekas dan air kotor dari tempat-tempat tertentu tanpa mencemari bagian
penting lainnya untuk mencapai kondisi higienis dan kenyamanan yang diinginkan,
pemipaan venting dan air hujan, instalasi pemadam kebakaran (fire fighting) dan pipa
bertekanan lainnya misal gas.

*SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN*


Sistem pemadam kebakaran (Fire Fighting) adalah suatu system proteksi gedung
terhadap bahaya kebakaran yang metode proteksinya menggunakan berbagai macam
media, antara lain adalah dengan menggunakan media air yang ditekan ke pipa
instalasi secara manual pada sistem hydrant dan secara automatic pada sistem
sprinkler.
*SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN AKTIF*

POMPA PROTEKSI KEBAKARAN


Tata cara perencanaan dan pemasangan sistem pipa
tegak dan slang untuk pencegahan bahaya kebakaran
pada bangunan rumah dan gedung"
SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PROYEK DATA CENTER GTN
• Peraturan Menteri PUPR No.26/PRT/M/2008 Tentang
Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada
Bangunan Gedung dan Lingkungan.

• SNI 03-6570-2001 Instalasi Pompa yang Dipasang Tetap


untuk Proteksi Kebakaran.

• SNI 03-1745-2000 Tata Cara Perencanaan dan


Pemasangan Sistem Pipa Tegak dan Slang untuk
Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah
dan Gedung.

• SNI 03-3987-1995 “Tata cara perencanaan, pemasangan


pemadam api ringan untuk pencegahan bahaya
kebakaran pada bangunan gedung dan rumah

• NFPA 14 Standard for The Installation of Standpipe and


Hose Systems, 2019.
Sistem
Plumbing
Plambing adalah teknologi pemipaan dan
• Peraturan SNI 03-17-7065-2005 Tata Cara
peralatan untuk menyediakan air bersih,
pembuangan air bekas dan air kotor dari Perancangan Sistem plambing
tempat-tempat tertentu tanpa mencemari
• SNI 03-6481- 2000 Sistem Plambing
bagian penting lainnya untuk mencapai
kondisi higienis dan kenyamanan yang • PERMEN PUPR No.2/PRT/M/2015 Tentang
diinginkan, pemipaan venting dan air
hujan, instalasi pemadam kebakaran (fire Bangunan Hijau
fighting) dan pipa bertekanan lainnya
• Permen LH Nomor 5 Tahun 2014 Tentang
misal gas.
Baku Mutu Air Limbah

(SKKNI No. 391 Tahun 2015)


SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN
• Peraturan Menteri PUPR No.26/PRT/M/2008 Tentang
Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada
Bangunan Gedung dan Lingkungan. Sistem pemadam kebakaran Fighting) adalah
suatu
(Fire system proteksi gedung terhadap bahaya
• SNI 03-6570-2001 Instalasi Pompa yang Dipasang
Tetap untuk Proteksi Kebakaran.
kebakaran yang metode proteksinya menggunakan berbagai
macam media, antara lain adalah dengan menggunakan
• SNI 03-1745-2000 Tata Cara Perencanaan dan media air yang ditekan ke pipa instalasi secara manual pada
Pemasangan Sistem Pipa Tegak dan Slang untuk sistem hydrant dan secara automatic pada sistem sprinkler.
Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan
Rumah dan Gedung.

• SNI 03-3987-1995 “Tata cara perencanaan, pemasangan (SKKNI No. 391 Tahun 2015)
pemadam api ringan untuk pencegahan bahaya kebakaran
pada bangunan gedung dan rumah

• NFPA 14 Standard for The Installation of Standpipe


and Hose Systems, 2019.
SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN AKTIF

Outdoor
Hidran

Indoor Hidran
Box
Apa itu Fire Alarm ?
Fire alarm adalah komponen dari sistem yang memberikan isyarat/tanda
setelah kebakaran terdeteksi.

Komponen Fire Alarm


1. Detektor kebakaran
2. Panel kontrol deteksi dan alarm kebakaran
3. Kabel
4. Catu daya
5. Peralatan bantu instalasi
DETEKTOR KEBAKARAN

STANDART PEMASANGAN DETECTOR


Detektor kebakaran adalah alat yang dirancang untuk mendeteksi adanya kebakaran dan mengawali suatu tindakan.
Detektor harus diproteksi terhadap kemungkinan rusak karena gangguan mekanis.
Pemasangan detektor dalam semua keadaan harus bebas dari pengikatannya terhadap sirkit konduktor.
Detektor tidak boleh dipasang dengan cara masuk ke dalam permukaan langit- langit kecuali hal itu sudah pernah diuji dan terdaftar (“listed”) untuk
pemasangan seperti itu.
Detektor harus dipasang pada seluruh daerah bila disyaratkan oleh standar yang berlaku atau oleh instansi yang berwenang.
TYPE FIRE DETECTOR
1. ROR (Rate of Rise) Heat Detector
2. Fix Temperature
3. Smoke Detector
4. Flame Detector
5. Gas Detector
ROR (Rate of Rise) Heat Detector
Heat detector adalah pendeteksi kenaikan panas. Jenis ROR
adalah yang paling banyak digunakan saat ini, karena selain
ekonomis juga aplikasinya luas. Area deteksi sensor bisa
mencapai 50m2 untuk ketinggian plafon 4m. Umumnya pada
titik 55oC - 63oC sensor ini sudah aktif dan membunyikan alarm
bell kebakaran
Fix Temperature

Berbeda dengan ROR, maka Fix Temperature


baru mendeteksi pada derajat panas yang
langsung tinggi. Area efektif detektor jenis ini
adalah 30m2 (pada ketinggian plafon 4m) atau
15m2 (untuk ketinggian plafon antara 4 - 8m)
Smoke Detector

Smoke Detector mendeteksi asap yang masuk ke dalamnya. Asap memiliki


partikel-partikel yang kian lama semakin memenuhi ruangan smoke (smoke
chamber) seiring dengan meningkatnya intensitas kebakaran. Jika kepadatan
asap ini (smoke density) telah melewati ambang batas (threshold),rangkaian
elektronik di dalamnya akan aktif. Area proteksinya mencapai 150m2 untuk
ketinggian plafon 4m
Flame Detector

Flame Detector adalah alat yang sensitif terhadap radiasi sinar


ultraviolet yang ditimbulkan oleh nyala api. Tetapi detector ini tidak
bereaksi pada lampu ruangan, infra merah atau sumber cahaya lain
yang tidak ada hubungannya dengan nyala api (flame).
Gas Detector
Sesuai dengan namanya detector ini mendeteksi kebocoran
gas yang kerap terjadi di rumah tinggal. Alat ini bisa
mendeteksi dua jenis gas, yaitu:
a) LPG (El-pi-ji) : Liquefied Petroleum Gas.
b) LNG (El-en-ji): Liquefied Natural Gas.
Perbedaan LPG dengan LNG adalah: Elpiji lebih berat
daripada udara,sedangkan elenji lebih ringan.
PANEL KONTROL DETEKSI
Komponen dari sistem deteksi dan alarm kebakaran
yang berfungsi untuk mengontrol bekerjanya sistem,
menerima dan menunjukkan adanya isyarat kebakaran,
mengaktifkan alarm kebakaran, melanjutkan ke fasilitas
lain terkait, dan lain-lain.
PERALATAN PANEL KONTROL
Peralatan-peralatan tersebut sekurang-kurangnya terdiri dari :
Perlengkapan untuk pengujian terhadap bekerjanya sistem secara keseluruhan.
Perlengkapan pengujian untuk mengetahui apabila terjadi kerusakan pada sistem yaitu buzzer dan lampu indikator.
Perlengkapan pemberitahuan apabila terjadi sinyal palsu.
Perlengkapan pemantau sistem catu daya.
Perlengkapan lampu indikator yang menunjukkan suatu keadaan di mana detektor/alarm kebakaran dalam suatu zona sedang
bekerja.
Fasilitas yang menunjukkan bahwa catu daya dalam keadaan ada/tidak ada, berasal dari PLN, batere atau pembangkit listrik
darurat yang dilengkapi dengan alat ukur tegangan ( voltmeter ).
Pengalihan operasi harus secara otomatik yang disertai dengan bunyi buzzer.
Lampu tanda suatu sirkit ( zona ) terbuka atau dalam keadaan hubung singkat lengkap dengan sakelar pilih (selector switch).
Fasilitas pengujian sirkit detektor/alarm kebakaran zona dalam keadaan normal atau ada gangguan ( berupa sirkit terbuka atau
sirkit tergubung singkat ), dimana simulasi yang dilakukan tidak mempengaruhi kerja zona yang lainnya dalam sistem tersebut.
Fasilitas uji lampu indikator yang berfungsi untuk memeriksa apakah lampu-lampu indikator masih hidup atau mati.
Buzzer untuk keperluan operator yang disertai lampu kedip dan sakelar untuk mematikan alarm.
KABEL
Hantaran berisolasi dan atau berselubung yang digunakan dalam sistem deteksi
dan alarm kebakaran yang memenuhi persyaratan.

STANDART KABEL
Pemasangan kabel sistem deteksi dan alarm kebakaran harus dilaksanakan sesuai dengan instalasi tegangan rendah
sesuai SNI 04-0225-2000, tentang : “Persyaratan umum instalasi listrik 2000”.
Untuk sistem deteksi harus digunakan kabel dari ukuran penampang tidak boleh lebih kecil dari 0,6 mm2.
Untuk sistem alarm dan catu harus digunakan kabel dengan ukuran penampang tidak boleh lebih kecil dari 1,5 mm2.
Pada beban kerja maksimum, penurunan tegangan di titik terjauh dari panel kontrol tidak boleh lebih dari 5%.
Untuk lokasi yang mempunyai kondisi kerja yang keras ( panas, lembab, dan banyak gangguan mekanis ringan ),
harus dipilih jenis kabel NYY atau minimal NYM.
CATU DAYA
Catu harus mempunyai 2 buah sumber energi listrik, yaitu:
1. Listrik PLN atau pembangkit tenaga listrik darurat.
2. Batere.
Tegangan batere yang diijinkan minimum selama 4 jam mencatu energi listrik
dalam kondisi alarm umum.
a) Pemeliharaan batere harus mudah.
b) Mempunyai pengisi batere ( charger ) otomatik.
c) Bila catu daya dari listrik PLN atau pembangkit tenaga listrik darurat lainnya
mati, secara otomatik langsung bisa diambil alih oleh tenaga batere.
d) Batere harus dari jenis batere kering yang dapat diisi kembali ( rechargeable ).
Jenis Fire Alarm
Fire Alarm dikenal memiliki 2 (dua) sistem
1. Sistem Konvensional
Pada sistem konvensional, setiap detector hanya berupa kontak listrik biasa, tidak mengirimkan ID Alamat yang khusus.
Umumnya menggunakan kabel listrik NYM 2x1.5mm atau NYMHY 2x1.5mm yang ditarik di dalam pipa conduit semisal EGA atau
Clipsal.
Pada instalasi yang cukup kritis kerap dipakai FRC (Fire Resistance Cable) dengan ukuran 2x1.5mm, terutama untuk kabel-kabel
yang menuju ke Panel dan sumber listrik 220V.
Oleh karena memakai kabel isi dua, maka instalasi ini disebut dengan 2-Wire Type. Selain itu dikenal pula tipe 3-Wire dan 4-
Wire.
2. Sistem Addressable
Pada sistem ini setiap detector memiliki alamat sendiri-sendiri untuk menyatakan identitas ID dirinya. Jadi titik kebakaran sudah
diketahui dengan pasti, karena panel bisa menginformasikan deteksi berasal dari detector yang mana.
Berbeda dengan sistem konvensional hanya menginformasikan deteksi berasal dari Zone atau Loop, tanpa bisa memastikan
detector mana yang mendeteksi, sebab 1 Loop atau Zone bisa terdiri dari 5 bahkan 10 detector, bahkan terkadang lebih.
Agar bisa menginformasikan alamat ID, maka di sini diperlukan sebuah module yang disebut dengan Monitor Module.
Ketentuannya adalah satu module untuk satu, sehingga diperoleh sistem yang benar-benar addressable (istilahnya fully
addressable).
Maintenance Fire Alarm System.

Apa saja yang dilakukan pada saat melakukan pemeliharaan fire alarm secara
berkala?

1. Kalibrasi dan uji sensor alarm kebakaran, termasuk detektor sensor asap,
panas, percikan dan lainnya terhadap nyala api.
2. Uji suara alarm kebakaran dan melakukan simulasi.
3. Mengatur sensitivitas alarm kebakaran itu.
4. Uji input alarm kebakaran dengan layanan darurat.

Anda mungkin juga menyukai