Anda di halaman 1dari 51

Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Geologi

Mineral Dan Batubara

Bimbingan Teknis Rekayasa Hidrologi dan


Hidrogeologi Penanganan Air Tambang Terbuka Hari
1 Sesi 1
Dr. Tedy Agung Cahyadi, S.T., M.T., IPM.

Kelompok Bidang Keahlian Pengelolaan Sumber Daya Air


Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

Samarinda, 30 Mei - 1 Juni 2022


Permasalahan akibat Air pada Lokasi Tambang

Kendaraan tergelincir/terperosok Kendaraan terperosok


http://www.miningmayhem.com/2009/11/komatsu-pc5500-slip-off-float.html https://www.amsj.com.au/a-dump-truck-incident-at-open-cut-coal-mine/

Runtuhan Karena Sisa Hujan Open Pit Mine Wall Collapse At Palabora Mine 2
https://www.worldatlas.com/articles/worst-mining-disasters-in-human-history.html https://www.mindat.org/loc-3091.html
Permasalahan akibat Air pada Lokasi Tambang

Banjir pada Tambang Bawah Tanah


https://worldbulletin.dunyabulteni.net/asia-pacific/around-20-miners-trapped-in-
Banjir pada Tambang Terbuka flooded-mines-in-china-h174540.html
https://www.greenleft.org.au/content/mining-industry-slammed-queensland-water-summit

Banjir pada Tambang Bawah Tanah


Air Sungai Meluap menuju Tambang 3
https://duniatambang.co.id/Berita/read/1509/Tambang-Batubara-di-Xinjiang-Banjir-
https://kaltim.idntimes.com/news/kaltim/yuda-almerio-pratama-lebang/ 21-Penambang-Terjebak
Outline
a. Peran Hidrologi dan Hidrogeologi dalam Aspek Kegiatan
Penambangan Tambang Terbuka
b. Faktor yang Berpengaruh dalam Hidrogeologi Tambang
c. Rekayasa Hidrogeologi

4
Peran Hidrologi dan Hidrogeologi dalam Aspek
Kegiatan Penambangan Tambang Terbuka

• Mengapa Hidrogeologi Tambang Penting ?


• Kehadiran Air Tanah dapat Mempengaruhi Penggalian Tambang
Terbuka dalam Dua Cara
• Proses desain lereng
• Porositas dan Tekanan Pori
• Kontribusi Hidrogeologi Tambang Terbuka dalam Perencanaan
Tambang Terbuka
Mengapa Hidrogeologi Tambang Penting

• Air dapat mengganggu kegiatan penambangan


– Air masuk ke dalam daerah kerja tambang > menghambat, produktivitas turun,
– Air masuk ke dalam daerah kerja tambang > penurunan benefit,
– Air masuk ke dalam daerah kerja tambang > kecelakaan tambang,
– Airtanah dalam massa batuan > penurunan stabilitas batuan.
• Tambang dapat mengganggu kesetimbangan sumberdaya air
– Kuantitas
• Pengurangan aliran dasar > pengurangan aliran dalam aliran sungai,
• Peningkatan aliran limpasan pada waktu hujan,
• Perubahan geometri sungai,
• Penurunan muka airtanah berlebihan,
• Penurunan kuantitas sumberdaya air secara umum.
– Kualitas
• Buangan air tambang dan penurunan kualitas lingkungan,
• Penurunan kualitas air > AAT, TSS, logam berat, hidrokarbon, BOD, COD dll,
• Penyebaran kontaminan melalui air permukaan dan airtanah, 6
Kontribusi Hidrogeologi Tambang Terbuka dalam Perencanaan
Tambang Terbuka

• Studi kelayakan Tambang Terbuka;


• Studi rona awal dan analisis mengenai dampak lingkungan;
• Konsep Penyaliran Tambang Terbuka;
• Perencanaan lereng Tambang Terbuka;
• Pemodelan Hidrogeologi untuk aplikasi dewatering dan / atau
depressurisation;
• Pertimbangan penutupan Tambang Terbuka.
7
Kehadiran Air Tanah dapat Mempengaruhi Penggalian Tambang
Terbuka dalam Dua Cara.
• Dapat mengubah tegangan efektif dan tekanan pori pada massa batuan di mana
lereng pit telah digali. Peningkatan tekanan pori akan mengurangi kekuatan geser
massa batuan, meningkatkan kemungkinan kelongsoran lereng dan berpotensi
menyebabkan perataan lereng atau kejadian lainnya untuk mengkompensasi
penurunan kekuatan massa batuan secara keseluruhan.

• Dapat menciptakan kondisi jenuh dan menyebabkan genangan air di dalam pit, yang
dapat mengakibatkan:
– hilangnya akses ke seluruh atau sebagian wilayah kerja tambang;
– penggunaan bahan peledak yang lebih besar, atau penggunaan bahan peledak khusus dan
peningkatan kegagalan ledakan karena lubang ledakan basah;
– peningkatan keausan peralatan dan pemuatan yang tidak efisien;
– peningkatan kerusakan pada ban dan pengangkutan yang tidak efisien;
8
– kondisi kerja yang tidak aman.
Masalah yang Umum Terkait

• Eksplorasi batubara atau mineral > sebaiknya bukan hanya fokus pada sumberdaya endapan
saja, namun juga pada kondisi pembatasnya seperti:
– Goteknik,
– Hidrogeologi,
– Lingkungan, etc.
• Karakterisasi Hidrogeologi tidak hanya pada saat eksplorasi awal, namun pada saat
pengembangan, eksploitasi dan pasca tambang. Beberapa studi atau kajian berkait dengan
Hidrogeologi Tambang pada saat eksplorasi, pengambangan, eksploitasi dan pasca tambang
adalah:
– Studi Amdal (base line),
– Studi Kelayakan,
– Studi development dan planing,
– Perencanaan tambang, mine drainage and dewatering,
– Penutupan tambang.
9
Masalah yang Umum Terkait dengan SDA

• Tambang Terbuka, karena kegiatannya berkait dengan perubahan bentang alam di


permukaan bumi, maka masalah air permukaan menjadi dominan dan lebih signifikan
daripada masalah airtanah. Bebrapa masalah terkait dengan air permukaan yang paling
sering dihadapi diantaranya adalah:
– Baseline, feasibility, development, planing & closure study,
– Pit & wall (slope) dewatering dan pit drainage dengan pemompaan;
– Pengelolaan air permukaan yang terintegrasi
– Pengelolaan kualitas air permukaan
– Pemindahan sungai dan pengalihan aliran permukaan;
– Penanganan banjir dan atau erosi.
• Sedangkan masalah terkait dengan airtanah adalah:
– Wall (slope) dewatering terkait masalah stabilitas pit dan timbunan;
– Pencemaran airtanah.
10
Bagaimana Pengelolaannya?

• Kaitan SDA – Tambang – SDA umumnya bersifat iteratif;


• Tambang > ekskavasi atau backfilling > perubahan media aliran > Air Tanah > Air
Permukaan;
• Drainage & dewatering > rencana awal > implementasi, verifikasi, monitoring 1
> perubahan rencana 2 > implementasi, verifikasi, monitoring 2 > perubahan
rencana 2 > dst;
• Rencana drainage & dewatering yang ditetapkan pada studi kelayakan bisa jadi
berbeda sama sekali dengan apa yang ada pada saat implementasi;
• Namun paling tidak pada saat studi kelayakan sudah dapat diperkirakan
kesulitan berkait dengan Hidrogeologi Tambang yang akan ditemui pada saat
eksploitasi.
11
Contoh pada Proses Desain Lereng

Model hidrogeologi konseptual merupakan komponen keempat


dan terakhir dari model geoteknik dikembangkan.

12
Porositas dan Tekanan Pori

• Porositas
– Dalam sebagian besar formasi berpori jenuh seperti
batupasir, batulanau atau serpih, dan dalam sedimen
klastik yang tidak terkonsolidasi seperti pasir, lanau
dan lempung, sebagian besar air tanah terkandung
dalam ruang pori interstisial primer formasi. Begitu
pula pada batuan yang mengalami pelapukan
memperlihatkan ruang interstisial di antara butir-
butir. Selain itu, batuan yang sangat retak dan pecah
dapat menunjukkan sifat hidrogeologi yang mirip
dengan lapisan berpori.
– Sebagian besar lereng pit terdiri dari kombinasi jenis
batuan yang terkonsolidasi (keras) dan berpori.
Sebagai contoh, lereng pit tembaga porfiri dapat
menunjukkan porositas yang dikendalikan oleh
rekahan pada batuan primer yang tidak berubah,
kondisi berpori-sedang di zona alterasi argilik atau
serisit, dan kedua jenis porositas di zona teroksidasi.
Read dan Stacey (2009)
13
Porositas dan Tekanan Pori

• Tekanan Pori
– Tekanan pori (u) didefinisikan sebagai tekanan air
tanah yang terjadi di dalam ruang pori batuan
atau tanah. Tekanan pori dapat terjadi pada
ruang interstisial antara butir (lapisan berpori)
atau pada rekahan terbuka dan kumpulan kekar
(batuan kompeten). Tekanan pori adalah 0 di
muka air, positif di bawah muka air dan negatif di
atas muka air.
– Tekanan pori merupakan parameter integral
untuk setiap penilaian teknik lereng batuan. Ini
Read dan Stacey (2009)
memberikan kontrol geoteknik berikut:
• Mengubah tegangan efektif massa batuan di dalam Variasi lateral dalam tekanan pori sebagai akibat dari aliran air
lereng; tanah
• Dapat menyebabkan perubahan volume material
lereng;
• Dapat menyebabkan perubahan beban hidrostatik.

14
Faktor yang Berpengaruh dalam Hidrogeologi
Tambang

• Faktor Geologi
• Faktor Hidrogeologi
• Faktor Geoteknik
• Faktor Hidrologi
• Faktor Perencanaan dan Metode
• Faktor Lain-lain
Faktor Geologi

• Litologi, struktur, stratigrafi, petrografi


• Tebal lapisan,
• Kedalaman badan bijih,
• Model geologi badan bijih.

16
Faktor Hidrogeologi

• Karakter lapisan pembawa airtanah dan distribusinya,


• Parameter hidraulik dan distribusinya terhadap ruang,
• Heterogenitas dan anisotropi,
• Komposisi kimia (Hidrogeokimia) dan korosivitas airtanah,
• Hidrogeokimia terutama yang berkait dengan endapan bijih,
• Daerah imbuh airtanah dan infiltrasinya ke dalam badan bijih dan host rock,
• Koneksi hidraulik dengan sistem air permukaan,
• Karakter air masuk ke dalam badan bijih dan debitnya,
• Sumber air masuk ke dalam tambang.

17
Faktor Geoteknik

• Sifat fisik dan mekanik unconsolidated formation, RQD,


• Sifat fisik dan mekanik host rock, RQD,
• Sifat fisik dan mekanik batuan badan bijih, RQD,
• Pengkekaran dan derajat stabilitas batuan pada front
penambangan,
• Modus perubahan dalam batuan padawaktu penambangan.

18
19
Faktor Hidrologi

• Rupa bumi dan topografi,


• Daerah aliran sungai, pola aliran sungai, geometeri sungai,
• Hidrografi permukaan secara umum,
• Aliran limpasan permukaan dan hidrograf sungai,
• Curah hujan,
• Evapotranspirasi,
• Koneksi hidraulik dengan badan bijih

20
Faktor Perencanaan dan Metode

• Metode penambangan terbuka atau,


• Metode penambangan dalam,
• Konsekuensi air masuk front penambangan akibat metode tertentu,
• Perencanaan tambang dan progresnya,
• Geometri rencana tambang,
• Fase development dan fase exploitasi,
• Akses pertama ke badan bijih: shaft, decline, incline dll,
• Proteksi lingkungan akibat penambangan.

21
Faktor Lain-lain

• Pemilihan alternatif skema drainase tambang,


• Kondisi gas alam dan kemungkinan formasinya,
• Korosivitas dan kereaktivian kimia gas,
• Derajat kejenuhan gas,
• Ukuran proteksi terhadap gas dalam front penambangan,
• Sumber dan suplai air bersih,
• Regulasi,
• Fasilitas pendukung operasi penambangan.
22
Rekayasa Hidrogeologi

• Sub-Sistem Hidrogeologi Tambang


• Filosofi Umum Rekayasa
• Contoh Rekayasa
Sub-Sistem Hidrogeologi Tambang

• Geologi,
• Hidrogeologi,
• Hidrologi,
• Geoteknik,
• Rencana Tambang dan Metode Penambangan,
• Ekonomi,
• Suplai air.

24
Filosofi Umum Rekayasa

• Konsep selalu didasarkan pada pendekatan sistem,


• Elemen sistem dan sub-sistem harus didiskripsikan,
• Beban harus terukur secara kuantitatif,
• Proses umumnya dinyatakan dengan model deterministik,
• Respons harus terukur dan selalu dikaitkan dengan aturan, kebijakan,
ambang, kekuatan bahan atau secara umum kriteria,
• Pengujian karakter intrinsik > sifat dasar sistem (proses),
• Desain adalah kegiatan mengelola beban agar menghasilkan respons yang
dikehendaki,
• Evaluasi, monitoring dan re-desain.
25
Contoh Rekayasa – Air dalam Pit

• Elemen-elemen sistem:
– Input : air hujan yang jatuh dalam pit (utama), air limpasan & air tanah,
– Output : debit pemompaan, evaporasi (bisa diabaikan),
– Proses : rencana (desain) pemompaan pit,
• Input : curah hujan diukur dan dihitung (model),
• Proses : dinyatakan dalam persamaan diferensial,
• Output : dikaitkan dng kapasitas pompa dan kondisi hilirnya,
• Pengujian : mungkin tidak ada pengujian media aliran,
• Dalam hal ini desain pemompaan adalah kegiatan mengelola input atau beban berupa
air masuk ke dalam pit agar menghasilkan respons yang dikehendaki (desain
pemompaan),
• Evaluasi, monitoring dan re-desain.
26
Contoh Rekayasa – Kolam Pengendap

• Elemen-elemen sistem:
– Input : debit dan konsentrasi masuk kolam pengendap,
– Output : debit dan konsentrasi keluar kolam pengendap,
– Proses : rencana (desain) kolam pengendap,
• Input : debit dan konsentrasi masuk diukur (sampling),
• Proses : dinyatakan dalam persamaan diferensial,
• Output : dikaitkan dengan ambang batas (comply to regulation),
• Pengujian : small scale > model fisik, namun biasanya tidak dilakukan,
• Dalam hal ini desain kolam pengendap adalah mengelola input atau beban berupa air
dan konsentrasi masuk ke dalam kolam pengendap agar menghasilkan konsentrasi yang
dikehendaki (desain konsentrasi),
• Evaluasi, monitoring dan re-desain atau re-input.
27
Filosofi Rekayasa – Airtanah
• Step dalam Perencanaan Rekayasa Airtanah

28
Dewatering Tambang dan Kontrol Tekanan Pori Lokal Secara
Umum

• Semua tambang yang digali di bawah permukaan air


membutuhkan beberapa bentuk pengeringan. Skala upaya
dewatering tergantung pada tiga faktor berikut:
– karakteristik hidrogeologi massa batuan tempat penggalian
berlangsung;
– kedalaman penggalian di bawah permukaan air;
– kekuatan material yang membentuk lereng pit
• Mine dewatering dan kontrol tekanan pori di lereng pit saling terkait. Lima
kategori yang diketahui secara luas diakui untuk tambang terbuka,
berdasarkan pengaturan hidrogeologisnya. 29
Kategori 1: Tambang yang digali di bawah
permukaan air di dalam batuan permeabel
yang saling berhubungan secara hidraulik
Untuk kategori ini, program pengurasan air
tambang umum dapat secara memadai
mengurangi tekanan di semua lereng pit, tidak
memerlukan tindakan lokal tambahan untuk
menghilangkan tekanan pori.
Penurunan muka air tanah yang lebih lanjut
menggunakan sumur menyebabkan drainase
gravitasi dari ruang pori di dalam massa
batuan yang digali. Jika permeabilitas massa
batuan tinggi dan batuan terhubung secara
hidraulik, profil muka air tanah di belakang
lereng pit akan relatif datar, menunjukkan
bahwa massa batuan dapat mengalir dengan
mudah.

30
Kategori 2: Tambang yang digali di bawah
permukaan air dengan batuan permeabilitas
rendah di sebagian dinding
Untuk kategori ini, massa batuan mungkin
tidak terkuras sepenuhnya karena muka air
tanah diturunkan. Massa batuan yang akan
digali memiliki permeabilitas rendah dan
dewatering lanjutan yang efektif tidak
mungkin atau membutuhkan waktu yang lama
untuk berhasil.
Permeabilitas mungkin rendah di beberapa
bagian area pit dan/atau mungkin ada
interkonektivitas yang buruk dari rekahan.
Akibatnya, tekanan pori di beberapa bagian
massa batuan tidak akan hilang. Saat
penggalian tambang diperdalam, tekanan pori
di dalam semua atau sebagian lereng mungkin
perlu dikontrol dengan menggunakan
langkah-langkah lokal

31
Kategori 3: Tambang yang digali di bawah
permukaan air dengan zona air tanah yang
bertengger (perched)
Dalam situasi lain, zona air tanah
bertengger dapat berkembang di
ketinggian yang lebih tinggi karena tinggi
muka air tanah utama diturunkan. Zona
bertengger ini dapat menyebabkan
tekanan pori sisa

32
Kategori 4: Tambang yang digali di bawah
permukaan air dalam massa batuan yang
retak di mana struktur geologi subvertikal
membentuk hambatan aliran air tanah
Untuk kategori ini, massa batuan mungkin
tidak terkuras sepenuhnya karena struktur
geologis bertindak sebagai penghalang aliran
air tanah horizontal, menciptakan
kompartemen air yang terperangkap dengan
tekanan pori yang tidak berubah (dan
karenanya tinggi). Akibatnya, program
pengurasan air tambang secara umum tidak
menghilangkan tekanan di semua lereng pit.
Ini adalah kasus di dinding timur laut tambang
Bajo de Alumbrera di Argentina.
Saat penggalian diperluas dan mendekati
kompartemen struktural, tindakan lokal
mungkin diperlukan untuk menembus
struktur dan mengalirkan air di belakangnya.

33
Kategori 5: Tambang yang digali di atas
permukaan air di mana curah hujan musiman
atau pengisian ulang lainnya menyebabkan air
tanah berada di interval stratigrafi atas
Untuk kategori ini, kontrol tekanan pori
mungkin diperlukan meskipun lubang terbuka
seluruhnya berada di atas permukaan air.
Infiltrasi presipitasi yang terlokalisir dapat
terbentuk pada lapisan yang kurang
permeabel dan membentuk zona air tanah
yang bertengger, yang menyebabkan
peningkatan tekanan pori lokal di lereng pit.
Hal ini juga dapat terjadi ketika ada pengisian
ulang buatan dari fasilitas lokasi seperti pipa
bocor atau area tailing yang dekat dengan
puncak lubang.

34
Longsoran pada lereng ‘waste dump’

35
36
Pengaruh Airtanah terhadap Kestabilan Lereng (Faktor Keamanan
Lereng)
• Airtanah (dalam hal ini tekanan hidraulik) menambah beban
pada lereng dan menurunkan nilai Faktor Keamanan (FK):
– Dalam keadaan tanah jenuh air, lereng akan mendapatkan beban
tambahan sebesar Ɣw.h
• Keberadaan air (moisture content) mempercepat proses
pelapukan mineral/ batuan > menurunkan nilai φ dan C

37
Pengaruh Air(tanah) terhadap Kekuatan Batuan

• Airtanah menurunkan tegangan geser (shear strength) tanah/


batuan :
τ = c + (σ - µ) tan φ
dimana :
τ = tegangan geser
c = kohesi
σ = tegangan total
µ = tekanan air pori
φ = sudut geser dalam
*) besaran nilai dari φ dan c juga dipengaruhi oleh kandungan air/ moisture content

38
Kondisi Hidrogeologi

• Jika kondisi airtanah tidak mengganggu (bukaan) tambang =>


tidak ada masalah
• Jika kondisi airtanah mengganggu/ membahayakan tambang
=> harus dicari pemecahannya : dewatering, drainage system,
pemindahan aliran sungai dll.
• Perencanaan tambang, baik tambang terbuka (open pit)
maupun tambang bawah tanah (underground mine) harus
mempertimbangkan kondisi hidrogeologi yang ada

39
Tindakan Pencegahan Gangguan

• Dewatering:
– penurunan muka airtanah dengan penirisan
– penurunan muka airtanah dengan pemompaan diluar tambang
• Penyesuaian lereng geometri lereng:
– pelandaian sudut lereng, baik pada bench maupun untuk seluruh lereng
(overall slope)
– perkuatan lereng
• Pencegahan:
– pencegahan masuknya air (air permukaan dan airtanah) kedalam wilayah
tambang/ bukaan tambang
40
Masalah Lingkungan (air) Karena Pertambangan

• Dampak terhadap air permukaan :


– Perubahan pola aliran permukaan dan sungai
– Kekeruhan air permukaan
– Pendangkalan alur sungai
– Air asam tambang/ pencemaran lainnya
• Dampak terhadap airtanah :
– Penurunan muka airtanah
– Berkurangnya resapan airtanah (limpasan, evaporasi, infiltrasi
– Berkurangnya potensi airtanah(terganggunya akuifer)
41
Konservasi Airtanah

Air untuk kehidupan manusia harus selalu ada => perlu konservasi air !
• Menjaga jumlah air tawar:
– Menjaga proses infiltrasi alami
– Menambah infiltrasi (infiltrasi buatan/ artificial infiltration recharge)
– Mengatur pemakaian dan pemanfaatan airtanah
• Menjaga kualitas air:
– Mencegah pencemaran air permukaan dan airtanah
– Melakukan remidiasi atau pemulihan kualitas (untuk airtanah yang sudah
tercemar)

42
Parameter Hidrogeologi

1. Konduktivitas hidraulik/permeabilitas (K) => kemampuan batuan untuk


meluluskan air (L/t)
2. Transmisivitas (T) => kemampuan lapisan akuifer dengan ketebalan tertentu
untuk meluluskan air (L2 /t)
3. Gradien hidraulik (i atau dh/dl ) => hasil bagi antara beda tinggi (head) dengan
jarak mendatar
4. Ketebalan akuifer (b) => (L)
5. Muka airtanah/ tinggi tekan air => diukur dari muka tanah atau dari muka laut
rata-rata (L)
6. Kapasitas aliran/ debit (Q) => jumlah air yang mengalir dalam atau dari lapisan
akuifer (L3 /t)
43
Hasil Pengumpulan Data

1. Curah hujan (termasuk iklim dan angin)


2. Temperatur
3. Kelembaban udara
4. Peta topografi
5. Data geologi (peta, penampang, dll)
6. Muka airtanah/ tinggi tekan air
7. Parameter hidrogeologi (K, T, b)
8. Debit sungai yang ada (Q)
44
Hasil Penyelidikan Lapangan

1. Peta geologi
2. Penampang geologi (2D dan 3D)
3. Peta hidrogeologi
4. Penampang hidrogeologi (2D dan 3D)
5. Peta aliran airtanah (flownet)
6. Model (sistem) hidrogeologi
7. Laju infiltrasi/ perkolasi
8. Parameter akuifer (K, b, T)
9. Data kimia airtanah
45
Evaluasi dan Analisis Data

1. Koreksi data
2. Analisis statistik
3. Perhitungan neraca air
4. Pembuatan peta (flow net, isohyet, dll.)
5. Pembuatan penampang (lereng) dan menggambarkan posisi
airtanah pada lereng ybs
6. Pemodelan sistem hidrogeologi yang ada
7. Dll.
46
PENYELIDIKAN HIDROLOGI & HIDROGEOLOGI
UNTUK KEGIATAN PERTAMBANGAN

47
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM PENYALIRAN TAMBANG

48
Bagan Alir Manajemen Kontrol Air Tambang (Preene, 2015)

49
Kegiatan Dewatering yang efektif harus dapat memenuhi kriteria
berikut:
• Hemat Biaya

• Bekerja dalam skala waktu yang diperlukan

• Tidak mengganggu metode kerja penambangan

• Mematuhi aturan lingkungan

50
Referensi

• Read, J., & Stacey, P. (2009). Guidelines for open pit slope design.
• https://www.usgs.gov/special-topics/water-science-school/science/water-cycle
• Chow, V.T., 1989, Hidrolika Saluran Terbuka (Open Channel Hydraulics), Erlangga, Jakarta, Indonesia
• Suripin, 2004, Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan, Andi Offset, Demangan Baru, Yogyakarta.
• Juleha., Rismalinda., dan Rahmi A., 2016. Analisa Metode Intensitas Hujan Pada Stasiun Hujan Rokan IV
Koto, Ujung Batu, Dan Tandun Mewakili Ketersediaan Air Di Sungai Rokan. Universitas Pasir Pengairan.
• Gautama, R., S., 1999, Sistem Penyaliran Tambang, Jurusan Teknik Pertambangan, FTM, ITB, Bandung.
• Schwab, G.O., Frevert, R.K., Edminster, T.W., Barnes, K.K., 1966. Soil and Water Conservation
Engineering, John Wiley and Sons, Inc. New York.
• American Society of Civil Engineering (ASCE)., 1969. Design and Construction of Saniatary and Storm
Sewers, p.332. New York.
• Perry., 1967. Empiricial Determination Of Rational Method Runoff Coefficients, USA.
• Chow, V.T., Meidment, D.R., and Mays, L.W., 1998. Applied Hydrology. New York : McGraw-Hill.

51

Anda mungkin juga menyukai