Anda di halaman 1dari 46

KONVERGENSI INTERVENSI PENURUNAN STUNTING

TERINTEGRASI DI PROVINSI NTT


Komitmen Daerah Dalam Pencegahan dan Penanganan
Stunting di Masa Pandemi COVID-19
PELAKSANAAN KONVERGENSI INTERVENSI SPESIFIK DAN SENSITIF
PENANGANAN STUNTING
MATERI KEPALA DI PROVINSI NTT
BAPPELITBANGDA
PROVINSI NTT
Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah
ProvinsiPADA
MATERI DISAMPAIKAN Nusa Tenggara Timur
: KOORDINASI STUNTING KAB. SBD
Sumba Barat Daya, 21-22 Juli 2020
Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah
PERTANYAAN MENDASAR
BAGAIMANA GAMBARAN MASA DEPAN
27,9% / 99.534 ANAK STUNTING
DI NTT DI TAHUN 2024

Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah
STUNTING (Defenisi & Cara Mengenali)
KONDISI GAGAL TUMBUH / STUNTED PADA ANAK BALITA AKIBAT
KEKURANGAN GIZI KRONIS SEHINGGA ANAK LEBIH PENDEK UNTUK USIANYA

 Kekurangan terjadi sejak dalam kandungan dan pada masa awal kehidupan
setelah lahir (1000 Hari Pertama Kehidupan – HPK)
 Baru Nampak setelah anak berusia >2 tahun.

STUNTING disebabkan oleh faktor multidimensi sehingga penanganannya juga


diperlukan Multisektor

CARA MENGENALI STUNTING


 Ukur Panjang atau Tinggi Badan anak (Posisi berbaring jika usia < 2 tahun, posisi
berdiri jika > 2 tahun)
 Bandingkan / plot pada Grafik Pertumbungan (Jika PB/U atau TB/U < - 2 Z Score
dikategori Stunted (Pendek); Jika PB/U atau TB/U < - 3 Z Score dikategori Severly
Stunted (Pendek)
Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah
DAMPAK STUNTING
DAMPAK BAGI INDIVIDU :
1. GAGAL TUMBUH : Perbandingan Tinggi Badan /
Umur (Pendek) dan Kurus (Berat Badan /
Umur)

2. GAGAL KEMBANG : Gangguan Koknitif, lambat


menyerap pelajaran

3. GANGGUAN METABOLISME TUBUH : Potensi


Terkena Penyakit Tidak Menular (Gagal Ginjal,
Jantung, dll)
1. PENURUNAN KECERDASAN, KERENTANAN
TERHADAP PENYAKIT
2. MENGHAMBAT PERTUMBUHAN EKONOMI DAN
PRODUKTIVITAS KERJA
3. MENINGKATKAN INVESTASI DI BIDANG
KESEHATAN, SOSIAL DAN EKONOMI
4. MEMPERBURUK KESENJANGAN DAN
KEMISKINAN
5. TANPA BONUS DEMOGRAFI DAN
MENGHAMBAT PEMBANGUNAN
Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah
KERANGKA PIKIR PERMASALAHAN STUNTING

Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah
KEBIJAKAN STUNTING
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
VISI PEMBANGUNAN 2018 – 2023
RKP WINS
QUICK
2019
REPUBLIK
INDONES
IA

Menajamkan
MORATORIUM
Prioritas
TAMBANG
Nasional

Memastikan
MORATORIUM
Pelaksanaa
PMI
n Program

Menajamkan
PENCEGAHAN/
Integrasi
PENANGANAN
Sumber
STUNTING
Pendanaan

Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah
PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH

1 PERCEPATAN PENURUNAN TINGKAT KEMISKINAN DAN ERADIKASI STUNTING

2 PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT

3 PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP, PERUBAHAN IKLIM & KERENTANAN BENCANA

4 PENGEMBANGAN PARIWISATA DAN INDUSTRI PARIWISATA

PERCEPATAN PENYELESAIAN INFRASTRUKTUR


5 (JALAN, JEMBATAN, AIR, ENERGI, TRANSPORTASI)

6 PENINGKATAN AKSESIBILITAS & KUALITAS LAYANAN BIDANG PENDIDIKAN & KESEHATAN

7 REFORMASI BIROKRASI
KERANGKA PIKIR PENURUNAN STUNTING
PENANGGUNGJAWAB

2019 :
27,9% 2021 :
20%
2020 :
A. AKSI SPESIFIK :
24%
 DINAS KESEHATAN
2022 :  BKKBN
16%
B. AKSI SENSITIF :
2023 :
12%  DINAS PENDIDIKAN
 DINAS P3A
 DINAS PUPR
 DINAS SOSIAL
 KETAHANAN PANGAN
 KELAUTAN PERIKANAN
 PETERNAKAN
 BAPPEDA
 KEMENTRIAN AGAMA
 BPOM

Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah
5 PENYEBAB RENDAHNYA STATUS GIZI ANAK DI NTT

01 Ketersediaan Air Bersih untuk konsumsi dan Sanitasi yang Layak 


BAB Sembarangan masih tinggi.

Rendahnya Pengetahuan tentang Pola Asuh Anak dan Pola


02 Konsumsi Pangan Keluarga yang bergizi dengan memanfaatkan
potensi sumberdaya lokal.

Status Kurang Gizi kronis (Gizi Kurang dan Gizi Buruk) maupun
03 stunting dalam waktu yang lama dan tidak tertangani secara
medis.

04 Jumlah Anggota Keluarga yang cukup tinggi mengakibatkan


pemenuhan pangan dan gizi bagi anak terabaikan

Persoalan administrasi Kependudukan  pentingnya data


05 kependudukan untuk dapat mengakses Berbagai Skema
Jaminan Sosial (PKH, KIS, KIP, dll).
DESAIN OPERASIONAL QUICK WIN PENANGANAN STUNTING

1 PRIORITAS PERTAMA QUICKWIN  PADA 1000 HPK


Dengan Sasaran Utama Ibu Hamil, Ibu Menyusui dan
Baduta melalui :
a. Jaminan Asupan Pangan & Gizi bagi 1000 HPK
b. Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan ASI Eksklusif
c. Pemeriksaan Kesehatan dan Vaksinasi

2 PRIORITAS KEDUA DAN UTAMA  pada Anak, Remaja,


dan WUS :
a. Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap (IDL), Vitamin A
dan Tablet Tambah Darah,
b. Promosi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

3 PRIORITAS 3 DAN UTAMA  pada PUS; melalui :


a. Penyuluhan dan Pendampingan Kesehatan Pra Nikah
b. Promosi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
c. Penyuluhan pengolahan pangan berbasis sumberdaya
lokal
KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTING
INTERVENSI SPESIFIK INTERVENSI SENSITIF
SEKTOR KESEHATAN SEKTOR NON KESEHATAN

1. IMUNISASI DASAR LENGKAP 1. PENYEDIAAN SANITASI YANG LAYAK


2. PELAYANAN IBU NIFAS 2. PENYEDIAAN AIR MINUM YANG LAYAK
3. PEMBERIAN ZINK BALITA DIARE
4. ASI EKSLUSIF DAN MP-ASI
3. KONSELING GIZI DAN BINA KELUARGA
5. LAYANAN IBU HAMIL  KONTAK MINIMAL 4 BALITA
KALI SEMASA KEHAMILAN (K4) 4. LAYANAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
6. PEMBERIAN TABLET TAMBAH DARAH UNTUK 5. PROGRAM PERLINDUNGAN SOSIAL
IBU HAMIL DAN REMAJA PUTRI
(JKN, JAMKESDA, PKH, SEMBAKO, DLL)
7. LAYANAN PMT BAGI IBU HAMIL KEK DAN BALITA
KURUS 6. JAMINAN PANGAN BERAGAM, BERGIZI,
8. PEMBERIAN VITAMIN A UNTUK BALITA (6 SEIMBANG DAN AMAN (B2SA) BERBASIS
BULAN S.D. 59 BULAN) RUMAHTANGGA
9. PROMOSI DAN KONSELING PEMBERIAN 7. PENYULUHAN POLA ASUPAN /
MAKANAN BAYI DAN ANAK (PMBA)
10.PEMBERIAN OBAT CACING
KONSUMSI PANGAN
11.PENANGANAN DIARE DAN MALARIA 8. POLA HIDUP BERSIH DAN SEHAT
Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah
SKEMA PENANGANAN DAN PEMETAAN PERAN SEKTOR / SUB SEKTOR

AKSES DAN KUALITAS


ADVOKASI
PENYEDIAAN PEMBERDAYAAN
PENDIDIKAN & PERLIDUNGAN SOSIAL
KEBUTUHAN DASAR EKONOMI YANG
KESEHATAN SERTA (DATA, BANTUAN
KELUARGA BERENCANA PANGAN B2SA, RUMAH, BERKELANJUTAN
SOSIAL, JAMINAN
(PENURUNAN TFR) SANITASI, AIR BERSIH
SOSIAL)

 Kesehatan,  Sektor
 Dinsos,
 Dikbud,  PUPR, Kemakmuran
 Dinas P3A,  PMD,
 PMD, (PPPK)
 Kominfo  Kesehatan
 BPOM,  Kopnaker
 Kementrian  Pendidikan
Agama,  Pertanian/Pangan  Perindag
 Dukcapil.
 BKKBN,  NGO, BISNIS, PT  NGO, BISNIS,
 NGO, BISNIS, PT
 NGO, BISNIS, PT  TOMAS, TOGA PT
 TOMAS, TOGA  TOMAS, TOGA
 TOMAS, TOGA

SISTEM RUJUKAN DAN LAYANAN TERPADU / ONE STOP SERVICE


DENGAN SASARAN PENDUDUK MISKIN DAN RENTAN STUNTING
YANG INKLUSI (IBU HAMIL DAN IBU MENYUSUI BADUTA)
TINDAK LANJUT PENAJAMAN DAN PENGUATAN INTERVENSI

MENJADI PERHATIAN UTAMA:


2021
29% Menjadi 20,0% 1. 5 (LIMA) KABUPATEN
DENGAN JUMLAH KASUS
TARGET TERTINGGI  41.13%
PENURUNAN JUMLAH KASUS : TTS
(13.601); KUPANG (7,891);
PREVALENSI 2022
TTU (7,189); MANGGARAI
STUNTING 24,5% menjadi (6.180); DAN SBD (6.074)
DI NTT 16,0%
2. KABUPATEN DENGAN
PREVALENSI DIATAS 30% :
SABU (40,9), MALAKA
2023 (33,7%), SBARAT (32,4),
20% menjadi 12,0% KOTA (32,2%), DAN ROTE
(30,5%)
INOVASI KONVERGENSI STUNTING DI NTT
1. PENYEDIAAN “RUANG” BAGI KONVERGENSI DAN KOLABORASI PERAN
BERBAGAI PEMANGKU KEPENTINGAN  DALAM KONSEP ABG++ (Akademisi,
Bisnis, Government, 1+ Masyarakat/Tomas, dan 2+ TOGA)
2. Memastikan Sasaran 1000 HPK dari Keluarga Miskin mendapatkan akses
terhadap Pangan B2SA  Pangan 1000 HPK melalui APBDes, APBD Kab/Kota,
APBD Provinsi, APBN, Dukungan dari peBisnis, dan Masyarakat dan Lembaga
Agama
3. Penyiapan Model PMT Daerah  Memenuhi Syarat Kesehatan ) Kerja Sama
Pokja Stunting dan Perguruan Tinggi
4. Penyiapan dan Updating Data Kependudukan  Desk Kependudukan untuk
akses Perlindungan Sosial melalui Sistem Layanan dan Rujukan Terpadu (One
Stop Service)
5. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat yang Berkelanjutan  Pinjaman PEN
8 (delapan) Aksi Konvergensi Stunting
AKSI 1 : ANALISA SITUASI - ANSIT
1. Analisis sebaran stunting
Ruang 2.
3.
Analisis cakupan layanan, data supply, ketersedian program/kegiatan
Analisis permasalahan dalam menargetkan layanan pada 1000HPK
lingkup 4.
5.
Analisis kendala rumah tangga 1000HPK mengakes layanan
Analisis kondisi koordinasi antar institusi

1. Prioritas alokasi sumber daya dan lokasi prioritas intervensi pencegahan


stunting tahun berikutnya
2. Rekomendasi kebutuhan program/kegiatan baik melalui realokasi dan
atau penambahan alokasi program.
3. Rekomendasi tindakan perbaikan penyampaian layanan yang perlu
OUTPUT diprioritaskan untuk memastikan rumah tangga 1.000 HPK mengakses
layanan.
4. Rekomendasi kebutuhan kegiatan untuk penguatan koordinasi, baik
koordinasi antar OPD dalam hal sinkronisasi program/kegiatan maupun
koordinasi antara kabupaten/kota dan desa dgn dukungan Kecamatan

Penanggung
jawab BAPPEDA (membentuk Tim pelaksana antar OPD)
25 INDIKATOR STUNTING DI PROVINSI NTT

Ada 15 Indikator terkait


Sektor Kesehatan
(Intervensi spesifik)

Ada 10 Indikator terkiat


Sektor non Kesehatan
(Intervensi sensitif)

TERDAPAT 13
INDIKATOR YANG
TERKAIT ERAT
DENGAN PANGAN DAN
GIZI
AKSI 2 : RENCANA KEGIATAN

Hasil rekomendasi dari Aksi 1


Ruang lingkup
Rencana program/kegiatan untuk peningkatan cakupan
Output dan integrasi intervensi gizi pada tahun berjalan
dan/atau satu tahun mendatang.

BAPPEDA (membentuk Tim pelaksana teknis antar


Penanggung OPD terkait)
jawab
AKSI 3 : REMBUK STUNTING
n tuk pe nin g kata n ca kupa
g ra m / ke g ia ta n da n a nggaran u
Rencana pro un be rja la n da n/a ta u sa tu tahun
te g ra si in te rve n si g izi p ada tah
in
mendatang.
Ruang
lingkup n ga n i o le h b u p a ti , perwakilan
st u nting yang ditan d at a
m it m e n p e n u ru n a n e ri n tah dan masy
1. Ko la n se kt o r n o n p e m
p al a d e sa, p im p in an O PD dan perwaki n ti n g yang telah
ke a si p e n u ru n an st u
n ca n a ke gi a ta n in te rve nsi gizi terintegr n ja O PD tahun be
2. Re a t d a la m R K P D /R e
e p ak ati o le h lin tas se kt or untuk dimu
dis
OUTPUT

Sekda, Bappeda
Penanggung jawab
AKSI 4 : PERBUP / PERWALI TENTANG
PERAN/KEWEWENANGAN DESA

Landasan hukum terkait peran desa dalam menurunan


Ruang stunting (Peraturan Bupati/Walikota tentang peran desa)
lingkup

1. Menetapkan kewenangan desa dalam mendukung integrasi intervensi


penurunan stunting
2. Meningkatkan alokasi penggunaan APBDes terutama penggunaan Dana Desa
untuk kegiatan yang dapat mendukung penurunan stunting
OUTPUT 3. Menyediakan kader pembangunan manusia (KPM) untuk memfasilitasi
pelaksanaan intervensi penurunan stunting terintegrasi di tingkat desa
4. Meningkatkan kuantitas dan kualitas penyediaan layanan penurunan stunting
5. Meningkatkan peran serta masyarakat untuk memanfaatkan layanan
penurunan stunting

Penanggung Sekda /Dinas PMD


jawab
Aksi 5 : Pembinaan Kader Pembangunan Manusia (KPM)
1. Tugas KPM dalam integrasi penurunan stunting di tingkat desa
2. Sumber daya dan operasional Pembiayaan KPM
Ruang 3. Sistem insentif berbasis peningkatan kinerja KPM
lingkup 4. Kinerja KPM dengan Dinas Layanan (OPD) terkait upaya penurunan
stunting

OUTPUT Mobilisasi KPM di seluruh desa berjalan dengan baik

Penanggung
Dinas BPMD
jawab
AKSI 6 : SISTEM MANAJEMEN DATA
Semua kegiatan mulai dari identifikasi kebutuhan data, pengumpulan
R u an g data hingga pemanfaatan data, untuk memastikan adanya informasi
lingkup yang akurat dan mutakhir

Data tersedia dan mudah akses untuk pengelolaan program


penurunan stunting, kebutuhan data dalam Aksi Integrasi lainnya
OUTPUT
terpenuhi

Penanggung Bappeda
jawab
AKSI 7 : PENGUKURAN DAN PUBLIKASI STUNTING
• Memantau kemajuan pada tingkat individu.
• Mengembangkan program/kegiatan yang sesuai untuk peningkatan kesadaran dan partisipasi
keluarga, pengasuh, dan masyarakat untuk menjaga pertumbuhan anak balita yang optimal.
Ruang • Menyediakan upaya tindak lanjut terintegrasi dan konseling dalam rangka komunikasi perubahan
perilaku
lingkup • Peningkatan efektivitas penentuan target layanan dan pengalokasian sumber daya.
• Pemecahan masalah dan memantu proses perencanaan di level desa hingga kabupaten/kota.
• Advokasi kepada unit-unit terkait di pemerintah daerah untuk integrasi program.

• Status gizi anak sesuai umur


OUTPUT • Angka prevalensi stunting di tingkat desa, kecamatan dan kab/kota

Penanggung BAPPEDA, DINAS KESEHATAN


jawab
AKSI 8 : REVIU KINERJA TAHUNAN
1. Pelaksanaan 8 (delapan) Aksi Integrasi kabupaten/kota
RUANG 2. Realisasi rencana kegiatan penurunan stunting tahunan daerah.
LINGKUP 3. Pelaksanaan anggaran program dan kegiatan intervensi stunting.
• Kinerja program/kegiatan penurunan stunting dalam hal realisasi output
(target kinerja cakupan intervensi gizi spesifik dan sensitif),
• Realisasi rencana kegiatan penurunan stunting.
• Realisasi anggaran program/kegiatan penurunan stunting
O U T PU T • Faktor-faktor penghambat pencapaian kinerja dan identifikasi alternatif
solusi.
• Perkembangan capaian outcome (angka prevalensi stunting).
• Rekomendasi perbaikan

Penanggung Sekretaris Daerah bertanggung jawab untuk memimpin dan mensupervisi proses dan hasil reviu.
Bappeda bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan penyiapan materi reviu
jawab
MEMASTIKAN KAB/KOTA MELAKUKAN KEGIATAN SESUAI TAHAPAN AKSI
PENILAIAN KINERJA
KABUPATEN/KOTA

Dokumen Hasil Reviu Kinerja


Tahunan
Februa
DITJEN BINA Kab/Kota ri
BANGDA
Tahun pertama : Aksi konvergensi 1,2,3 dan 4
Agustu
s
Tahun kedua : Aksi konvergensi 5,6,7 dan 8
PEMERINTAH
PROVINSI
Tahun ke tiga dan seterusnya : Meningkatnya
akses rumah tangga 1.000 HPK dengan
intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif secara
terintegrasi

Penilaian kinerja pelaksanaan program & kegiatan penurunan stunting satu


32
tahun terakhir
PERAN PROVINSI DALAM PENCEGAHAN STUNTING

1. Memfasilitasi pembinaan, pemantauan, evaluasi dan tindak lanjut atas


kebijakan dan pelaksanaan program dan anggaran penyediaan intervensi gizi
prioritas di wilayah kab/kota
2. Membentuk dan mengoptimalkan peran tim koordinasi yang sudah ada untuk
pencegahan stunting
3. Memberikan fasilitas dan dukungan teknis bagi peningkatan kapasitas
kab/kota
4. Mengkoordinir pelibatan institusi non-pemerintah untuk mendukung aksi
konvergensi percepatan pencegahan stunting
5. Membantu tugas Kementerian Dalam Negeri untuk melaksanakan penilaian
kinerja kab/kota dalam penyelenggaraan pencegahan stunting, termasuk
memberikan umpan balik serta penghargaan kepada kab/kota sesuai kapasitas
provinsi yang bersangkutan

Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah
Peran Pemerintah Kabupaten/Kota

1. Pemerintah kabupaten/kota memastikan PERENCANAAN DAN


PENGANGGARAN PROGRAM/KEGIATAN UNTUK INTERVENSI PRIORITAS
KHUSUSNYA DILOKASI DENGAN PREVALENSI STUNTING TINGGI dan/atau
kesenjangan kecukupan layanan yang tinggi
2. Pemerintah kabupaten/kota memperbaiki pengelolaan layanan untuk
intervensi gizi prioritas dan MEMASTIKAN SASARAN PRIORITAS
MEMPEROLAH DAN MEMANFAATKAN paket intervensi yang disediakan
3. Pemerintah kabupaten/kota mengkoordinir KECAMATAN DAN
PEMERINTAHAN DESA DALAM MENYELENGGARAKAN INTERVENSI
PRIORITAS, termasuk dalam mengoptimalkan sumber daya, sumber dana,
dan pemutahiran data
Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah
Peran Pemerintah Desa
1. Pemerintah desa melakukan Konvergensi Dalam Perencanaan
Penganggaran Program Dan Kegiatan Pembangunan Desa untuk
mendukung pencegahan stunting
2. Pemerintah desa memastikan setiap sasaran prioritas menerima dan
memanfaatkan paket layanan intervensi gizi prioritas, implementasi
kegiatan dilakukan bekerja sama dengan Kader Pembangunan Manusia
(KPM) pendamping Program Keluarga Harapan (KPH), petuga
puskesmas dan bidan desa serta petugas Keluarga Berencana (KB)
3. Pemerintah desa memperkuat pemantauan dan evaluasi pelaksanaan
pelayanan kepada seluruh sasaran prioritas serta megkoordinir
pendataan sasaran dan pemutahiran data setiap tiga bulan
Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah
CAPAIN KINERJA PENANGANAN
STATUS UNGGAH AKSI 1 – 8 TAHUN 2019
KINERJA 21 KABUPATEN : AKSI 1 – 4 TAHUN 2019
STATUS UNGGAH AKSI 1 – 8 TAHUN 2020
KINERJA 21 KAB : AKSI 5 – 8 TAHUN 2019 & AKSI 1 – 4 TAHUN 2020
No Kabupaten Nilai Peringkat
1 Rote Ndao 58 1
2 Ende 56 2
3 Nagekeo 51 3
4 Ngada 50 4
5 Flores Timur 50 4
6 Sumba Timur 49 6
7 Belu 48 7
8 TTS 48 7
9 Sabu Raijua 47 9
10 Kab. Kupang 47 9
11 Sumba Barat 46 11
12 Manggarai 44 12
13 Sumba Tengah 43 13
14 Alor 43 13
15 Malaka 42 15
16 TTU 42 15
17 Sumba Barat Daya 39 17
18 Lembata 39 17
19 Sikka 29 19
20 Manggarai Timur 27 20
21 Manggarai Barat 27 20
CAPAIAN INTERVENSI PROGRAM DAN KEGIATAN TERKAIT STUNTING

 Jumlah Anak Baduta Kasus Stunting Tahun 2018 – Peb 2020 :


a. Tahun 2018 : 35,4%  Tahun 2019 : 30,1%
b. Agustus-2020 : 67.895 Kasus dengan Prevalensi 24%  Terjadi Tren Penurunan
 Jumlah Anak Balita Kasus Gizi Buruk :
a. Tahun 2018 : 1,9% (3.862 anak dari 198.504)  Tahun 2019 : 2,5% (7.738 anak
dari 309.051)
b. Tahun 2020 (Peb 20) : 8.441 anak dari 353.052 atau 2,4% (Terjadi Tren
Penurunan)
 Jumlah Anak Balita Kasus Gizi Kurang :
a. Tahun 2018 : 6,3% (12.558 anak dari 198.504)  Tahun 2019 : 6,9% (21.432 anak
dari 309.051)
b. Tahun 2020 (Peb 20) : 29.086 anak dari 353.052 atau 8,2% (Ada Tren
Peningkatan)
HASIL PENILAIAN KINERJA AKSI 1-4 2019 DAN 2020
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
NO KABUPATEN/KOTA PERINGKAT
TAHUN 2019 TAHUN 2020
1Rote Ndao 1 1
2Flores Timur 1 5
3Timor Tenga Utara 3 16
4Ngada 3 2
5Ende 5 4
6Timor Tenga Selatan 6 5
7Belu 6 13
8Manggarai 8 5
9Kab. Kupang 9 13
10Lembata 9 13
11Sikka 1 21
12Sabu Raijua 1 2
13Malaka 1 10
14Manggarai Barat 14 19
15Sumba Timur 15 5
16Alor 16 18
17Sumba Tengah 17 16
18Sumba Barat 18 12
19Manggarai Timur 18 20
20Nagekeo 20 5
21Sumba Barat Daya 21 10
PERSENTASE BALITA STUNTING PROVINSI NTT
TAHUN 2019 – FEBRUARI 2020
60.0

48.1
50.0

44.1
42.6

40.9
38.2

37.1
40.0

36.2
35.8

35.7
34.5

33.7
32.4
32.2

32.2
31.3

31.1
30.6

30.5
30.1
30.1
30.1

29.9

29.9
29.8

29.3
27.9
27.1
30.0

26.2

25.5
25.3
25.3

25.0
23.0
21.4

21.3
20.7

20.5
19.6
19.0

19.1
18.7

18.5
18.3
18.2

20.0
16.5

15.6

10.0

0.0

2019 2020
• TERJADI PENURUNAN PROSENTASE STUNTING SEBESAR 2,2 % DARI 30,1% DI TAHUN 2019 MENJADI 27,9% DI PERIODE FEBRUARI 2020
• SEBANYAK 11 KABUPATEN/KOTA DENGAN PROSENTASE STUNTING DI ATAS ANGKA PROVINSI NTT DAN 11 KABUPATEN PROSENTASE
STUNTINGNYA DIBAWAH ANGKA PROVINSI NTT
Sumber: Laporan e-PPGBM 22 Kabupaten/Kota Provinsi NTT
DATA JUMLAH BALITA (0-59 BULAN) STUNTING
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2018, 2019 DAN 2020

2018 2019 FEBRUARI 2020 AGUSTUS 2020


No Kabupaten/Kota Diukur % Diukur % Diukur % Diukur %
Panjang/Tinggi Stunting Panjang/Tinggi Stunting Panjang/Tinggi Stunting Panjang/Tin Stunting
Badan Badan Badan ggi Badan
1 SUMBA BARAT 3,602 1,162 32,3 8,183 2,089 25,5 6,837 2,213 32,4 8.592 2.763 32,2
2 SUMBA TIMUR 12,073 4,188 34,7 11,133 3,019 27,1 18,469 4,839 26,2 18.900 4.060 21,5
3 KUPANG 14,812 6,349 42,9 26,303 9,074 34,5 26,204 7,891 30,1 27.444 6.943 25,3
TIMOR TENGAH
4 17,393 8,727 50,2 29,063 13,969 48,1 30,851 13,601 44,1 35.278 14.657 41,5
SELATAN

5 TIMOR TENGAH UTARA 13,76 6,742 49,0 17,534 7,466 42,6 20,115 7,189 35,7 20.173 5.836 28,9
6 BELU 14,279 3,66 25,6 15,249 3,244 21,3 15,83 3,239 20,5 16.164 3.428 21,2
7 ALOR 9,946 4,045 40,7 9,318 2,855 30,6 14,16 3,584 25,3 14.812 3.347 22,6
8 LEMBATA 3,956 1,764 44,6 6,925 2,17 31,3 8,026 2,353 29,3 8.241 2.115 25,7
9 FLORES TIMUR 13,953 5,318 38,1 15,905 4,953 31,1 17,552 5,245 29,9 17.542 3.974 22,7
10 SIKKA 16,493 5,45 33,0 17,17 4,343 25,3 20,457 4,709 23,0 20.414 4.010 19,6
11 ENDE 12,141 2,992 24,6 14,429 2,985 20,7 17,47 3,196 18,3 19.709 3.430 17,4
12 NGADA 6,319 2,36 37,3 10,891 1,697 15,6 10,689 2,034 19,0 10.375 1.653 15,9
13 MANGGARAI 12,031 5,124 42,6 22,74 6,766 29,8 24,731 6,184 25,0 23.614 5.322 22,5
14 ROTE NDAO 8,413 3,064 36,4 9,111 2,745 30,1 12,473 3,801 30,5 12.883 3.328 25,8
15 MANGGARAI BARAT 14,84 3,115 21,0 17,223 3,376 19,6 21,194 4,04 19,1 21.900 3.788 17,3

16 SUMBA TENGAH 3,883 1,418 36,5 5,18 1,854 35,8 6,092 1,109 18,2 6.575 1.081 16,4

17 SUMBA BARAT DAYA 8,127 3,494 43,0 10,393 3,758 36,2 15,907 6,074 38,2 17.799 5.917 33,2
18 NAGEKEO 7,782 2,942 37,8 9,784 2,094 21,4 9,997 1,848 18,5 10.390 1.433 13,8
19 MANGGARAI TIMUR 8,716 1,563 17,9 17,349 3,252 18,7 22,092 3,654 16,5 22.136 2.112 9,1
20 SABU RAIJUA 4,843 1,567 32,4 5,545 2,057 37,1 6,584 2,694 40,9 7.192 2.258 31,4
21 MALAKA 12,55 3,123 24,9 13,839 4,452 32,2 14,52 4,886 33,7 14.184 3.719 26,2
22 KOTA KUPANG 10,407 3,267 31,4 13,031 3,892 29,9 15,98 5,151 32,2 11.601 2.578 22,2
NTT 230,32 81,434 35,4 306,3 92,11 30,1 356,23 99,534 27,9 365.918 87.652 24,0
DUKUNGAN KEGIATAN DAN
ANGGARAN PD PROVINSI TAHUN
2021
No. Perangkat Daerah Kegiatan Keterangan Anggaran (Rp)
1 Dinas Kesehatan Penyediaan PMT untuk Penanganan Kasus Gizi  Sumber Anggaran DAK 37.000.000.000
Buruk (Marasmus dan Kuasiorkor) dan Gizi Kurang,  Untuk Penanganan Kasus
serta Stunting

Penyiapan Model PMT Berbasis Pangan Lokal NTT  DAU / PAD 2.500.000.000
 Untuk Pencegahan
Monitoring, Pendampingan dan Evaluasi Kinerja  DAU / PAD 600.000.000
Stunting 21 Kabupaten ) – POKJA STUNTING  Untuk Pencegahan dan Penanganan
2 Bappelitbangda Penilaian Kinerja dan Pendampingan Kabupaten /  DAU / PAD 600.000.000
Kota  Untuk Pencegahan dan Penanganan
3 PUPR Penyediaan Rumah Layak Huni, Sanitasi dan air  DAU / PAD Cakupan sesuai
bersih  Untuk Pencegahan Kemampuan Keuangan
Daerah

4 Ketahanan Pangan Jaminan Asupan Pangan Beragam, Bergizi Seimbang  DAU / PAD Diusulkan
dan Aman (B2SA) Bagi Kelompok 1000 HPK  Untuk Pencegahan pada 2 25 – 30 Milyar
sebanyak 19 ribu Sasaran dengan memanfaatkan  Baru Terakomodir 1,5 Milyar untuk
pekarangan rumah tangga 880 sasaran

5 Perikanan Gerakan Konsumsi Protein dari Ikan untuk Ibu Hamil  Sasaran Desa Miskin dan Stunting Diusulkan 1 Milyar
dan Ibu Menyusui yang dekat sumber daya perikanan Belum Terakomodir

6 Dinas P3A Fasilitasi terwujudnya ketahanan keluarga melalui  Penguatan peran Suami / Ayah Diusulkan 3 Milyar
champion gender – Ayah ASI dalam peningkatan kesehatan dan Belum Terakomodir
asupan pangan bergisi bagi Ibu
Hamil
KOMITMEN SELURUH
PENUTUP STAKEHOLDER
 Pemerintah Kabupaten / Kota
Koordinasi dan Dukungan bagi
pencapaian target Kinerja

 Lembaga Kemasyarakatan /Agama :


Sebagai Tokoh Kunci dalam
mendukung suksesnya implementasi
program / kegiatan

 Lembaga Swasta / Perbankan :


CRS dan kepedulian sosial terhadap
pembangunan kesehatan dan isu
strategis lainnya

 Pemerintah Pusat :
Kolaborasi dan Integrasi Program /
Kegiatan dan Anggaran

Anda mungkin juga menyukai