Anda di halaman 1dari 18

Management Physiotherapy

Brain & Spinal Cord Injury


Kelompok 6

ANINDYA MUFIDHATUL CHOIRUNNISYA (228075AJ)


NOVITA ANGGRAINI
(228004AJ)
PAULLA RORO PRATIWI (228002AJ)
RIKO RONALDO PATTI PELOHY
(228072AJ)
VIRDA ADITYA VIRGINA (228078AJ)
WIWIK YULIATI (228092AJ)
Introduction
Cedera tulang belakang traumatis pediatrik adalah
presentasi yang tidak biasa, terhitung hanya
5%. Mekanisme cedera, rasio laki-laki: perempuan, dan
tingkat cedera semua berbeda dari cedera tulang
belakang orang dewasa.

Cedera tipikal yang terjadi pada anak-anak termasuk


disosiasi occipito-atlantal atau atlanto-aksial,
subluksasi putar atlanto-aksial, cedera sumsum tulang
belakang tanpa kelainan radiologis, dan fraktur
kompresi toraks multipel
Epidemiologi
Pada pasien anak, cedera tulang belakang traumatis
relatif jarang terjadi, dengan:

1. Hanya sekitar 2% hingga 5% yang merupakan


cedera tulang belakang [4]
2. >80% cedera terjadi pada tulang belakang
servikal, sedangkan persentase daerah servikal
pada orang dewasa hanya sekitar 30% sampai
40% [5] .
3. Cedera tulang belakang toraks dan lumbar
mewakili 6% sampai 9% dari semua trauma
tulang belakang anak [6]
4. Penurunan kejadian cedera serviks setelah usia
14 dengan kemiripan pola pasien dewasa
Etiologi
1. Kecelakaan Kendaraan Bermotor
2. Kekerasan dan Olahraga
3. Trauma akibat cedera sabuk pangkuan, pelecehan anak,
dan cedera kelahiran
4. Penyebab non-trauma, seperti ketidakstabilan tulang
belakang leher bagian atas yang terlihat pada sindrom
Down , stenosis tulang belakang yang terlihat pada
displasia tulang, dan kondisi peradangan, seperti
rheumatoid arthritis remaja
5. Fenomena cedera tulang belakang tanpa kelainan
radiografi (SCIWORA).
Patofisiologi
Anatomi tulang belakang pada anak-anak berbeda dari
orang dewasa dalam hal-hal berikut:

1. Anak-anak memiliki titik tumpu yang berbeda karena


kepalanya yang besar
2. Tulang belakang anak-anak tidak mengeras secara
sempurna
3. Ligamen mereka melekat erat pada permukaan tulang
artikular yang lebih horizontal.
Patofisiologi
● Insidensi cedera servikal berkurang hingga 75%
dari cedera yang terjadi pada masa bayi hingga usia
8 tahun karena tumpuan mobilitas serviks bergerak
ke bawah secara progresif dengan bertambahnya
usia anak.
● Modus kejadian cedera dapat diklasifikasikan
sebagai:
1. Primer: Cedera primer diakibatkan oleh gaya
mekanis secara langsung karena dampak traumatis.
2. Sekunder: Cedera sekunder terjadi karena berbagai
proses vaskular dan kimia yang dihasilkan dari
cedera primer.
Gejala yang timbul
1. Syok Tulang Belakang - Dinyatakan kehilangan
sensasi, gerakan otot, dan refleks di bawah
tingkat cederanya.
2. Kelemahan otot
3. Nada yang Diubah
4. Sensasi yang Diubah
5. Kesulitan Pernapasan
6. Hilangnya Fungsi Buang Air Besar dan Kandung
Kemih
Klasifikasi

Klasifikasi SCI pertama kali dikemukakan oleh Stokes


Manville sebelum PD II
Dipopulerkan oleh Frankel tahun 1970an
Skor asli terdiri dari 5 kategori, yaitu:
– no function di bawah level cedera (A)
– sensory only (B)
– some sensory and motor preservation (C)
– useful motor function (D)
– normal (E).
ASIA Impairment
1. ASIA Impairment Scale
sebenarnya mengikuti Frankel
scale tetapi ada beberapa
perbedaan yang prinsip
2. ASIA A adalah pasien SCI dimana
tidak ada fungsi motor dan
sensori yang tersisa hingga level
terbawah (S4-S5).
3. ASIA B sama dengan Frankel B,
hanya ditambahkan masih ada
fungsi tersisa dari segmen S4-S5.
No Mekanisme Cedera Penyebab Level

1 Fleksi Kecelakaan lalu lintas C5 – C6


2 Rotasi Kecelakaan lalu lintas Th 12 – L1
3 Hyperekstensi Kecelakaan di rumah Cervical
4 Kompresi Menyelam C5 – C6
Jatuh dr ketinggian Th 12 – L1
5 Penetrasi Luka tembak, tusuk
Diagnosis
Dengan 3 aspek yang meliputi :
1. Diagnosis etiologi
2. ex: post trauma, virus, tumor,
infeksi
3. Diagnosis topis
4. ex : pada segmaentasi C6, fraktur
kompresi Th 1
5. Diagnosis klinik
6. ex: tetraplegia dan paraplegia
Paraplegia:
Seseorang yg mengalami kelumpuhan komplet atau
sebagian pd ekstremitas bawah dan trunk akibat cedera medula
spinalis segmen thoraco-lumbo-sacral
Quadriplegia/tetraplegia
Seseorang yg mengalami kelumpuhan komplet atau
sebagian pd keempat anggota gerak dan trunk termasuk otot-otot
pernapasan akibat cedera medula spinalis segmen cervical
Gejala Awal

1. Spinal shock:
- Sel-sel saraf med spinalis di bawah lesi tak berfungsi
- Reflek
- Flaccid
- Berlangsung bbrp jam – hari bahkan sampai 6 minggu
2. Berangsur-angsur pulih -> spastis
3. Cedera di bawah L1 tdk menyebabkan spastisitas
4. Cedera pd level atas bisa pula flaccid krn tjd kerusakan
vaskuler
Cedera yang menyertai

Cedera muskuloskeletal
1. Fraktur tulang panjang (ekstremitas)
2. Trauma kepala (menyertai cedera cervical)
3. Trauma dada dgn fraktur costa, pneumothorax, haemothorax (menyertai cedera
thoracal)

Cedera organ dalam


Trauma abdominal
Penanganan Medis
Operasi
Pada 95% kasus
Memungkinkan dan harus diberikan mobilisasi dini
Jenis: plate and screw
z plate (pendekatan lateral)
titanium cage
bone graft (crista iliaca)
Konservatif
Tidak cocok untuk dilakukan operasi (usia, KU dll)
Cedera yang stabil
Cedera yang incomplete
Reposisi sebelum dilakukan operasi
Konservatif

1. Postural reduction/bed rest 6-12 minggu


2. Brace/orthose
3. Plaster/gips
Management Ft pada masa Akut

1. Menjaga fungsi respirasi


1. Kelemahan otot-otot respirasi pd tetraplegia
2. Trauma pd dada & perut pd paraplegia (ggn diafragma)
2. Penguluran (cegah kontraktur) dan penguatan yang tersisa & yang
sehat
3. Perhatian thd gerak yang boleh/tdk boleh
1. Cedera yg stabil
2. Cedera tak stabil
4. Perubahan posisi (pencegahan pressure shore, kontraktur, inhibisi
spastisitas, mengkoreksi kelurusan dari fraktur
Komplikasi SCI

Autonomic Pneumonia,
OA & Fracture
Dysreflexia Atelectasis,
Aspiration

Heterotopic Deep Vein


Spastaticty
Ossification Thrombosis

Anda mungkin juga menyukai