SISTEM EKSITASI
Eksitasi medan DC pada generator sinkron merupakan hal yang penting. Medan
DC ini harus menjamin tegangan terminal AC yang stabil dan mempertahankan
stabilitas saat terjadi perubahan beban yang tiba-tiba.
Respon yang cepat merupakan fitur penting sistem eksitasi. Oleh karena itu
digunakan 2 buah generator DC yang digunakan untuk eksitasi utama dan
eksitasi pilot.
Eksitasi utama menyuplai arus eksitasi ke medan generator sinkron melalui sikat
dan slip-ring. Saat kondisi normal, tegangan eksitasi antara 125-600 volt.
Pengaturan dilakukan secara manual atau otomatis dengan mengatur arus eksitasi
pilot Ic.
Diagram skematik generator sinkron 500 MW dan eksitasi 2400 kW. Arus eksitasi I x 6000 A mengalir melalui
komutator dan sikat. Arus Ic memungkinkan pengaturan medan variabel, yang selanjutnya mengatur I x.
Rating daya eksitasi utama tergantung pada kapasitas generator sinkron.
Umumnya, eksitasi 25 kW digunakan untuk alternator 1000 kVA (2,5% dari
rating) dan eksitasi 2500 kW cukup untuk alternator 500 MW (0,5% dari rating)
Saat kondisi normal, eksitasi diubah secara otomatis untuk merespon perubahan
tegangan AC atau untuk mengatur daya reaktif yang disuplai.
Gangguan yang serius dapat menyebabkan tegangan generator turun secara tiba-
tiba. Sistem eksitasi harus memberikan respon yang cepat untuk mempertahankan
tegangan AC.
EKSITASI TANPA SIKAT
Xs = En / Isc
Contoh Soal
b. Impedansi rangkaian:
Arus:
Io = Eo / Z = 4000 / 13 = 308 A
Tegangan pada resistor:
E = I R = 308 x 12 = 3696 V
Tegangan kawat pada terminal:
E1 = 3 E = 6402 V
IMPEDANSI DASAR
Dalam sistem per unit (pu), digunakan nilai tegangan dasar dan daya dasar
Dalam kasus generator sinkron, digunakan tegangan nominal fasa netral E B sebagai
tegangan dasar dan daya nominal per fasa sebagai daya dasar.
Nilai impedansi dasar:
Reaktansi sinkron dapat dinyatakan dalam pu. Umumnya nilai X s (pu) antara 0,8 – 2.
Contoh Soal
b. Reaktansi sinkron:
Xs = Xs(pu) x ZB = 1,2 ZB = 1,2 x 7,5 = 9
c. Resistansi per fasa:
R = R(pu) x ZB = 0,02 x 7,5 = 0,15
d. Rugi-rugi tembaga pu beban penuh:
P(pu) = I2(pu) R(pu) = 12 x 0,02 = 0,02
Saat beban penuh maka I = 1.
Rugi-rugi tembaga 3 fasa:
P = 0,02 SB = 0,02 x 30 = 0,6 MW = 600 kW
RASIO HUBUNG SINGKAT