Anda di halaman 1dari 31

GENERATOR SINKRON (2)

SISTEM EKSITASI

 Eksitasi medan DC pada generator sinkron merupakan hal yang penting. Medan
DC ini harus menjamin tegangan terminal AC yang stabil dan mempertahankan
stabilitas saat terjadi perubahan beban yang tiba-tiba.
 Respon yang cepat merupakan fitur penting sistem eksitasi. Oleh karena itu
digunakan 2 buah generator DC yang digunakan untuk eksitasi utama dan
eksitasi pilot.
 Eksitasi utama menyuplai arus eksitasi ke medan generator sinkron melalui sikat
dan slip-ring. Saat kondisi normal, tegangan eksitasi antara 125-600 volt.
Pengaturan dilakukan secara manual atau otomatis dengan mengatur arus eksitasi
pilot Ic.
Diagram skematik generator sinkron 500 MW dan eksitasi 2400 kW. Arus eksitasi I x 6000 A mengalir melalui
komutator dan sikat. Arus Ic memungkinkan pengaturan medan variabel, yang selanjutnya mengatur I x.
 Rating daya eksitasi utama tergantung pada kapasitas generator sinkron.
Umumnya, eksitasi 25 kW digunakan untuk alternator 1000 kVA (2,5% dari
rating) dan eksitasi 2500 kW cukup untuk alternator 500 MW (0,5% dari rating)
 Saat kondisi normal, eksitasi diubah secara otomatis untuk merespon perubahan
tegangan AC atau untuk mengatur daya reaktif yang disuplai.
 Gangguan yang serius dapat menyebabkan tegangan generator turun secara tiba-
tiba. Sistem eksitasi harus memberikan respon yang cepat untuk mempertahankan
tegangan AC.
EKSITASI TANPA SIKAT

 Karena penggunaan sikat dan adanya abu karbon, maka diperlukan


pembersihan, perbaikan, penggantian sikat, slip-ring, dan komutator
pada sistem eksitasi DC konvensional.
 Untuk mengatasi hal tersebut digunakan sistem eksitasi tanpa sikat.
Pada sistem ini digunakan generator medan stasioner 3 fasa yang
outputnya disearahkan dengan penyearah. Output dari penyearah ini
disuplai langsung ke generator sinkron.
Sistem eksitasi tanpa sikat
 Armatur eksitasi AC dan penyearah diletakkan pada sumbu yang
sama dan diputar bersama generator sinkron.
 Dibandingkan dengan sistem eksitasi konvensional, penyearah 3
fasa digunakan pada sistem eksitasi tanpa sikat untuk menggantikan
slip ring, komutator, dan sikat. (Komutator / penyearah mekanik
digantikan dengan penyearah elektronik)
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI UKURAN GENERATOR
 Efisiensi generator merupakan hal yang perlu diperhatikan mengingat jumlah
energi yang sangat besar yang dihasilkan oleh pembangkit listrik.
 Efisiensi generator meningkat seiring dengan peningkatan kapasitasnya 
Sebuah generator sinkron kecil 1 kW memiliki efisiensi 50%, tetapi generator 10
MW dengan model yang sama, memiliki efisensi 90%.
 Peningkatan efisiensi ini menjadi alasan mengapa generator dengan kapasitas
diatas 1000 MW memiliki efisiensi sampai dengan 99%.
 Keuntungan lain penggunaan mesin besar adalah peningkatan rasio output daya
per kilogram berat sehingga mesin besar harganya lebih murah.
 Generator 1 kW beratnya 20 kg  50 W/kg
 Generator 10 MW beratnya 20000 kg  500 W/kg
 Akan tetapi, semakin besar daya mesin, muncul masalah pendinginan yang serius.
Mesin besar akan menghasilkan rugi panas yang tinggi per luas permukaan
(W/m2)  menyebabkan overheat.
 Untuk mencegah kenaikan temperatur, perlu didesain sistem pendinginan yang
efisien.
 Generator dibawah 50 MW  sirkulasi udara dingin
 Generator 50-300 MW  pendinginan hidrogen
 Generator 1000 MW  konduktor pendingin air
 Akan didapatkan sebuah titik yang membatasi ukuran mesin yaitu peningkatan
biaya pendinginan vs penghematan.
 Perkembangan alternator besar sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi
pendinginan.
KURVA SATURASI TANPA BEBAN

 Gambar di samping menunjukkan generator sinkron 2


kutub saat tidak dibebani.
 Belitan stator 3 fasa terhubung Y (A, B, C, N)
 Arus eksitasi Ix menghasilkan fluks di celah udara.
 Penggambaran kurva Eo sebagai fungsi Ix:
 saat Ix kecil maka kenaikan Eo sebanding dengan kenaikan Ix.
 Setelah besi mulai saturasi, kenaikan tegangan Eo akan lebih kecil
dibandingkan dengan kenaikan Ix sebelumnya.
 Kurva saturasi generator 3 fasa, 21 kV, 36 MVA
 Tegangan nominal generator 12 kV L-N
 Sampai dengan 9 KV, kenaikan tegangan
berbanding lurus dengan kenaikan arus
 Diatas 9 kV, besi mulai saturasi.
 Saat arus 100 A  tegangan 12 kV
 Saat arus 200 A  tegangan 15 kV
 Rangkaian listrik generator sinkron
RANGKAIAN EKIVALEN GENERATOR
SINKRON – REAKTANSI SINKRON
 Generator sinkron 3 fasa dengan terminal A, B,
dan C menyuplai beban seimbang 3 fasa.
 Generator diputar turbin dan dieksitasi dengan
arus DC Ix.
 Mesin dan beban terhubung Y. Titik N1 dan N2
tidak terhubung tetapi memiliki tegangan yang
sama karena sistemnya seimbang.
 Arus yang mengalir di belitan medan akan
menghasilkan fluks.
 Karena belitan medan diputar maka pada
stator akan diinduksikan 3 buah tegangan
dengan beda fasa 120o.
 Masing-masing fasa pada belitan stator
memiliki tahanan R dan induktansi L.
Karena mesin bolak-balik maka
Tegangan dan impedansi generator
Xs=2fL
Xs = reaktansi sinkron generator
 Nilai X umumnya 10-100 kali R sehingga
nilai R dapat diabaikan.

Rangkaian ekivalen generator sinkron


PENENTUAN NILAI XS

 Pengujian hubung buka dan hubung singkat


 Pengujian:
 Saat hubung buka, generator diputar pada kecepatan nominal. Arus eksitasi dinaikkan sampai tegangan
terminal mencapai nominal. Catat Ixn dan Tegangan L-N En.
 Turunkan arus eksitasi menjadi nol dan lakukan hubung singkat pada terminal generator. Dengan
generator berputar pada kecepatan nominal, maka arus eksitasi akan kembali meningkat menjadi I xn.
 Ukur arus hubung singkat pada belitan stator I sc.
 Nilai reaktansi sinkron per fasa Xs dapat dihitung dengan persamaan:

Xs = En / Isc
Contoh Soal

Generator sinkron 3 fasa menghasilkan tegangan kawat hubung buka


6928 V ketika arus eksitasi 50 A. Saat terminal AC dihubung singkat,
arus hubung singkatnya 800 A.
a. Hitung reaktansi sinkron per fasa!
b. Hitung tegangan terminal jika resistor 12  dihubung Y pada
terminal!
a. Tegangan fasa netral:
Eo = EL / 3 = 6928 / 3 = 4000 V
Reaktansi sinkron:
Xs = Eo / I = 4000 / 8 = 5 

b. Impedansi rangkaian:

Arus:
Io = Eo / Z = 4000 / 13 = 308 A
Tegangan pada resistor:
E = I R = 308 x 12 = 3696 V
Tegangan kawat pada terminal:
E1 = 3 E = 6402 V
IMPEDANSI DASAR

 Dalam sistem per unit (pu), digunakan nilai tegangan dasar dan daya dasar
 Dalam kasus generator sinkron, digunakan tegangan nominal fasa netral E B sebagai
tegangan dasar dan daya nominal per fasa sebagai daya dasar.
 Nilai impedansi dasar:

 Reaktansi sinkron dapat dinyatakan dalam pu. Umumnya nilai X s (pu) antara 0,8 – 2.
Contoh Soal

Generator ac 30 MVA, 15 kV, 60 Hz memiliki reaktansi sinkron 1,2 pu


dan resistansi 0,02 pu.
Hitunglah:
a. Tegangan dasar, daya dasar, dan impedansi dasar generator.
b. Nilai actual reaktansi sinkron.
c. Resistansi belitan aktual per fasa.
d. Rugi-rugi tembaga beban penuh total.
a. Tegangan dasar:
EB = E1 / 3 = 15000 / 3 = 8660 V
Daya dasar:
SB = 30 MVA / 3 = 10 MVA = 107 VA
Impedansi dasar:
ZB = EB2 / SB = 86602 / 107 = 7,5 

b. Reaktansi sinkron:
Xs = Xs(pu) x ZB = 1,2 ZB = 1,2 x 7,5 = 9 
c. Resistansi per fasa:
R = R(pu) x ZB = 0,02 x 7,5 = 0,15 
d. Rugi-rugi tembaga pu beban penuh:
P(pu) = I2(pu) R(pu) = 12 x 0,02 = 0,02
Saat beban penuh maka I = 1.
Rugi-rugi tembaga 3 fasa:
P = 0,02 SB = 0,02 x 30 = 0,6 MW = 600 kW
RASIO HUBUNG SINGKAT

 Rasio hubung singkat kadang-kadang digunakan menggantikan nilai reaktansi


sinkron dalam pu dengan ZB.
 Ini adalah perbandingan antara arus medan Ix1 yang dibutukan untuk
menghasilkan tegangan nominal hubung buka EB dengan arus medan Ix2 yang
dibutuhkan untuk menghasilkan arus nominal IB saat hubung singkat.
 Rasio hubung singkat ini (Ix1 / Ix2) sama dengan kebalikan nilai pu Xs.
 Jika nilai pu Xs adalah 1,2 maka rasio hubung singkat adalah 1/1,2 = 0,833.
GENERATOR SINKRON SAAT BERBEBAN

 Perilaku generator sinkron tergantung pada tipe beban yang disuplai.


 Dibagi 2 kelompok beban yaitu beban terisolir dan bus tak hingga.

Rangkaian ekivalen generator saat berbeban


Beban terisolir yang disuplai satu generator
 Generator 3 fasa menyuplai beban dengan pf lag
 Arus I tertinggal terhadap tegangan terminal E dengan sudut 
 Cos  = pf beban
 Tegangan Ex pada reaktansi sinkron mendahului arus I dengan sudut 90 o sesuai
persamaan Ex = jIXs.
 Tegangan Eo yang dihasilkan fluks  sama dengan jumlah fasor E dan Ex.
 Tegangan E dan Eo adalah tegangan di dalam belitan generator sinkron dan
tidak dapat diukur secara langsung.
 Fluks  dihasilkan oleh arus eksitasi DC I x.
 Eo mendahului E dengan sudut .
 Tegangan internal Eo lebih besar daripada tegangan terminal E. Diagram fasor untukj beban pf lag
 Generator 3 fasa menyuplai beban dengan pf lead
 Arus I mendahului tegangan terminal E dengan sudut 
 Tegangan Ex pada reaktansi sinkron mendahului arus I dengan
sudut 90o sesuai persamaan Ex = jIXs.
 Tegangan Eo yang dihasilkan fluks  sama dengan jumlah
fasor E dan Ex.
 Eo mendahului E dengan sudut .
 Tegangan terminal E lebih besar daripada tegangan induksi
Eo . Diagran fasor untuk beban pf lead
CONTOH SOAL

Alternator 3 fasa 36 MVA; 20,8 kV memiliki reaktansi sinkron 9  dan


arus nominal 1 kA. Kurva saturasi tanpa beban ditunjukkan pada
gambar di samping. Dengan pengaturan eksitasi, didapatkan tegangan
terminal tetap 21 kV. Hitunglah arus eksitasi yang dibutuhkan dan
gambarkan diagram fasor untuk kondisi berikut:
a. Tanpa beban
b. Beban resistif 36 MW
c. Beban kapasitif 12 MVar
Tegangan terminal fasa-netral:
E = 20,8 / 3 = 12 kV
a. Saat tanpa beban maka tidak ada drop tegangan pada reaktansi sinkron sehingga:
Eo = E = 12 kV

Dari kurva saturasi didapatkan arus eksitasi:


Ix = 100 A

Diagram fasor saat tanpa beban


b. Dengan beban resistif 36 MW.
Daya per fasa:
P = 36/3 = 12 MW
Arus beban penuh:
I = P/E = 12 x 106 / 12000 = 1000 A
Arus sefasa dengan tegangan terminal.
Tegangan pada Xs:
Ex = jIXs = j1000 x 9 = 9 kV 90o.
Tegangan ini 90o mendahului I.
Tegangan Eo:
Eo = (E2 + Ex2) =  (122 + 92) = 15 kV
Arus eksitasi yang dibutuhkan: (dari kurva saturasi)
Ix = 200 A
c. Beban kapasitif 12 Mvar
Q = 12/3 = 4 Mvar
Arus:
I = Q/E = 4 x 106 / 12000 = 333 A
Tegangan pada Xs:
Ex = jIXs = j333 x 9 = 3 kV 90o
Ex mendahului I dengan sudut 90o.
Tegangan Eo:
Eo = E + Ex = 12 + (-3) = 9 kV
Arus eksitasi: (dari kurva saturasi)
Ix = 70 A

Anda mungkin juga menyukai