Anda di halaman 1dari 36

Atang Saputra, SKM, M.Med.

Sc(Ph
Kampung Baru No.66 Kembangan Utara
Rt 02/10 Jakarta Barat

KKP Kelas I Soekarno Hatta

E-mail : atang depkes@gmail.com


HP : 081399953652
Trend factor  0.57 cm/year

140
Mean Sea Level(cm)

105 123.06
108.69
94.31
70 79.94
65.56
51.19
35

0
1925 1950 1975 2000 2025 2050
Year
Source : Meliana, 2005
2005

North
UTARA

Source: Susandi et al, 2006


2010

Cilincing

Tanjung
Priok

North
UTARA

Source: Susandi et al, 2006


2080

National Monument
(2080?)
Cilincing

Koja Tanjung
Priok
Pademangan

Penjaringan

Soekarno-Hatta
Airport

North
UTARA

Source: Susandi et al, 2006


MEDIA
SUMBER PEMAJANAN DAMPAK
LINGKUNGAN
Limbah Padat, Cair, gas Sampah

Zat kimia yang


binatang pembawa penyakit berbahaya

Udara yang tercemar

kebisingan
radiasi pengion dan non pengion

air yang tercemar


Makanan yang terkontaminasi
Semua bahan/ senyawa baik padat,
cair, ataupun gas yang mempunyai
potensi merusak terhadap
kesehatan manusia serta
lingkungan akibat sifat-sifat yang
dimiliki senyawatersebut”.

Limbah Medis
Bahan kimia dengan satu atau
lebih karakteristik
• mudah meledak
• mudah terbakar
• bersifat reaktif
• beracun
• penyebab infeksi
• bersifat korosif.
SAMPAH

sampah rumah
tangga;

UU No. 18/2008
tentang sampah sejenis sampah
rumah tangga;
Pengelolaan
Sampah

sampah spesifik.
PP No. NOMOR 81 TAHUN 2012
UU No. 18/2008
TENTANG
tentang PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN
Pengelolaan Sampah SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA

Sampah rumah tangga adalah


sampah yang berasal dari Sampah spesifik
kegiatan sehari-hari dalam
rumah tangga yang sampah yang mengandung bahan
tidak termasuk tinja dan berbahaya dan beracun;
sampah spesifik.
sampah yang mengandung limbah
bahan berbahaya dan beracun;
Sampah sejenis sampah rumah
tangga adalah sampah rumah sampah yang timbul akibat
tangga yang berasal dari kawasan bencana;
komersial, kawasan industri,
kawasan khusus, fasilitas sosial, puing bongkaran bangunan;
fasilitas umum, dan/atau fasilitas
lainnya. sampah yang secara teknologi
belum dapat diolah; dan/atau

sampah yang timbul secara tidak


periodik.
SANITASI DASAR

Kepmenkes 852/
2008
tentang Strategi
Nasional STBM CTPS PAM-RT
Stop BABS

2014
20 Ribu desa
STBM

Pengelolaan Sampah RT Pengelolaan Limbah Cair RT


20%
40%
60%
80%

0%
100%
DKI
Kepri
DIY
Bali
Kaltim
Sulut
Banten
Sumut
Jateng
Sulsel
Bengkulu

Improved
Babel
Riau
Jabar

Shared
Indonesia 51.1
Jatim
Aceh
Jambi
Kalsel
Maluku

unimproved
Sumsel
Malut
Lampung
Kalbar
Sulteng
Sultra
Sumbar
open defecation

Papbar
NTB
Papua
Sulbar
Kalteng
G'talo
Persentase Rumahtangga Dengan Akses Terhadap Sanitasi
(JMP WHO/Unicef 2008) Menurut Provinsi, Riskesdas 2010

NTT
ZAT KIIMIA BERBAHAYA PESTISIDA

KEPMENKES 1350/2001
PENGELOLAAN PESTISIDA

Pengkuran
Aktivitas Enzyme
Cho9linesterase
UDARA YANG KEBISINGAN
TERCEMAR

PERATURAN PEMERINTAH
REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI
NOMOR 41 TAHUN 1999 NEGARA LINGKUNGAN
TENTANG HIDUP NOMOR : KEP-
PENGENDALIAN PENCEMARAN 48/MENLH/11/1996
UDARA TENTANG BAKU TINGKAT
KEBISINGAN
air yang tercemar

UU No. 7 Tahun 2004 Pengawasan Kualitas


tentang Air Minum
SDA

Permenkes 492 tahun 2010


tentang Persyaratan
PP 16/2005 tentang
Kualitas Air Minum
Pengembangan
SPAM
Permenkes 736 tahun 2010
tentang
Tata Laksana Pengawasan
Kualitas Air

PASD
air yang tercemar
DEFINISI (MDG)
Akses terhadap air minum yang layak

• Persentase penduduk dengan akses sumber air minum yang


layak (improved water source) seperti berikut:
a. air leding
b. keran umum Harus berjarak 10 m dari
c. sumur bor atau pompa penampungan (tangki septik)

d. sumur terlindung
e. mata air terlindung
f. air hujan
• Tidak termasuk improved water: air kemasan dalam
botol/galon, air dari truk tangki, sumur dan mata air tidak
terlindung
Permenkes
Binatang pembawa penyakit 374/2010 tentang
Pengendalian Vektor

HOST PARASITE
PARASITE
HOST

ENVIRONMENT
ENVIRONMENT
Fakta

Tiap 1000 penduduk Economic loss 3,3 trilyun


terdapat 2 orang terkena akibat malaria
malaria

Tiap 100 ribu penduduk Kasus DBD di Indonesia


terdapat 28 orang terkena tertinggi di Asia Tenggara
Demam Berdarah

Profil data kesehatan Tahun


2011
PREDIKSI TEMPAT PERINDUKAN
VEKTOR MALARIA

An.letifer
An.maculatus An.umbrosus
An.nigerrimus An.balabacensis
An.sundaicus An.sinensis
An.subpictus

HUTAN

SAWAH/ PERKEBUNAN
Kolam

RAWA / Laggon
( Mangrove ) MATA AIR / ALIRAN
SUNGAI

Subdit Malaria Dit PPBB Ditjen PPM & PL Deparetemen


Makanan yang
terkontaminasi

Sanitasi pangan
PP No.
28/2004
tentang
Keamanan,
Mutu dan
Gizi
Pangan
Ps 2 ayat 1
PP No.
28/2004
tentang
Keamanan,
Mutu dan
Gizi
Pangan
Ps 2 ayat 2
memasuki setiap tempat yang diduga digunakan
dalam kegiatan atau proses produksi,
penyimpanan, pengangkutan, dan Perdagangan
Pangan untuk memeriksa, meneliti, dan
mengambil contoh Pangan dan segala sesuatu
yang diduga digunakan dalam kegiatan produksi,
penyimpanan, pengangkutan, dan/atau
Perdagangan Pangan;
Horeee
Sekarang kita
ganti topiknya
ya . …..
.
PENGAMATAN KESEHATAN
LINGKUNGAN

MENGUMPULKAN BAHAN,
MENGUMPULKAN, MENGOLAH,
MENYUSUN METODE, MENYUSUN
INSTRUMEN, PELAPORAN, PENYAJIAN,
PENYEBARLUASAN DATA
Mengumpulkan bahan untuk persiapan dalam
pengumpulan data San Pelaksana Pemula
(0,06)

Melakukan pengumpulan data


(a) Primer -- San Pelaksana Pemula (0,024)
(b) Sekunder - San Pelaksana (0,009)

Melakukan pengolahan data


(a) secara manual - San Pelaksana (0,036)
(b) Dengan alat bantu elektronik San Pel Lanjutan
(0.070)
Persiapan dalam
pengumpulan data
a. Menyusun metode pengumpulan data secara
(a) Primer - San Muda (0,04)
(b) Sekunder-> San Madya (0,05)
b. Menyusun instrumen pengumpulan data
(a) Primer -> San Pertama (0,04)
(b)Sekunder ->San Muda (0,01)
Melakukan kajian data secara
a.Deskriptik  San Pertama (0,06)
b. Analitik  San Muda (0,14)

Melakukan penyajian dan penyebarluasan data


a. Penyusunan laporan  San Muda (0,34)
b. Penyajian  San Muda (0,12)
c.Penyebarluasan  (0,08)
 PEMERIKSAAN, PENGAMBILAN SAMPEL,
DIAGNOSA/REKOMENDASi, PENILAIAN
AMDAL, HACCP, ADKL
Pemeriksaan kualitas kesehatan lingkungan
a.Melakukan pemeriksaan obyek kelompok I
(1) Sederhana - San Pelaksana Pemula (0.018)
(2) konvensional - San Pelaksana Pemula (0,028)
b. Melakukan pemeriksan obyek kelompok II
(1) Sederhana - San Pelaksana (0.028)
(2) konvensional - San Pelaksana lanjutan (0,080)
(3) cangggih - San Penyelia (0,020
c. Mengambil sampel dan specimen obyek kelompok I
(1) Sederhana - San Pelaksana Pemula (0.009)
(2) konvensional - San Pelaksana Pemula (0,024)
b. Mengambil sampel dan specimen obyek kelompok II
(1) Sederhana - San Pelaksana (0.027)
(2) konvensional - San Pelaksana lanjutan (0,027)
(3) canggih - San Penyelia (0,16)
Tindak lanjut pengawasan
a.Menentukan diagnosa dan treatment intervensi obyek kel I
(1)Awal
(a) sederhana - San Pel Pemula (0,009)
(b) konvensional  San pelaksana (0,016)
(1)lanjut
(a) sederhana - San Pel lanjutan (0,05)
(b) konvensional  San penyelia (0,1)
b. Menentukan diagnosa dan treatment intervensi obyek kel II
(a) sederhana - San Pelaksana (0,016)
(b) konvensional  San pelaksana lanjutan (0,04)
(c ) canggih - San Penyelia (0,18)
c. Konsultasi kesehatan lingkungan obyek kel I
(a) lokal - San Pelaksana (0,016)
(b) regional  San pelaksana lanjutan (0,04)
(c ) nasional - San Penyelia (0,08)
d.Konsultasi kesehatan lingkungan obyek kel II
(a) lokal - San Pelaksana lanjutan (0,05)
(b) regional  San penyelia (0,12)
e.Kunjungan/bimtek kesehatan lingkungan obyek kel I
(a) lokal - San Pelaksana (0,07)
(b) regional  San penyelia (0,14)
Terima Kasih..….

Anda mungkin juga menyukai