Anda di halaman 1dari 111

See discussions, stats, and author profiles for this publication at:

https://www.researchgate.net/publication/340512042

Penanganan Limbah Hasil Perikanan

Presentation · April 2020


DOI: 10.13140/RG.2.2.20683.95526

CITATIONS READS

0 1,005

1 author:

Belvi Vatria
Politeknik Negeri Pontianak
19 PUBLICATIONS 21 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related
projects:

Fisheries 01 View project

All content following this page was uploaded by Belvi Vatria on 08 April
2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


1. LIMBAH DAN
KLASIFIKASINYA
2. LIMBAH HASIL PERIKANAN
3. PENANGANAN LIMBAH PADAT
4. PENANGANAN LIMBAH CAIR

Dr. Belvi Vatria


1.1. Definisi Limbah dan Pencemaran
 Limbah adalah buangan/sisa hasil usaha dan/atau kegiatan, yang
jika tidak ditangani dengan baik maka dapat mencemari lingkungan
hidup
 Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda,
daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan
perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan
perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain
 Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam
lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku
mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan
 Baku mutu lingkungan hidup adalah ukuran batas atau kadar
makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus
ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya
dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup
 UU nomor 32/ 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup
1.2. Klasifikasi Limbah ORGANIK

ANORGANIK
JENIS/SENYAWA
B3

PADAT

CAIR
WUJU GAS
LIMBAH D
SUARA

DOMESTIK
INDUSTRI

SUMBE TAMBANG
R TRANSPORTAS
I PERTANIAN

PERIKANAN
Jenis Limbah

 Limbah B3 (Bahan berbahaya dan beracun)


adalah zat, energi, dan/atau komponen lain
yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan dan/atau
merusak lingkungan hidup, dan/atau
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
serta kelangsungan hidup manusia dan
makhluk hidup lain
 Limbah Organik adalah limbah yang dapat
mengalami proses penguraian secara alamiah,
contohnya sisa hewan dan tumbuhan
 Limbah Anorganik adalah limbah yang sulit
terurai oleh proses alamiah, biasanya berasal
dari sisa olahan dari sumber daya alam yang
tidak dapat diperbaharui, seperti minyak bumi,
plastik, kaleng, botol,dan sebegainya
Limbah B3
Wujud Limbah

• Jenis limbah yang berbentuk gas


Gas • Karbon dioksida, Amonia, Freon, dll

• Jenis limbah yang berbentuk cair


Cair • Air sabun, Minyak, Oli, dll

• Jenis limbah yang berbentuk padatan


PADA • Plastik, kaca, karet, kaleng, dll
T
• Jenis limbah yang berbentuk suara
SUAR • Suara mesin produksi, suara kendaraan
A
Sumber Limbah

• Limbah yang berasal dari kegiatan rumah tangga,


restoran, pasar, sekolah, rumah sakit, dll
DOMESTI • Sisa cucian, sisa makanan, jarum suntik, dll
K
• Limbah yang berasal dari kegiatan industri

INDUSTR • Minyak, pelumas, karbondioksida, amonia

I
• Limbah yang berasal dari kegiatan tambang

TAMBAN • Merkuri, karbon dioksida, dll

G
• Limbah yang berasar dari kegiatan transportasi
TRANSPORTA • Asap kendaraan, minyak, pelumas, dll
SI
• Limbah yang berasal dari kegiatan pertaniaan

PERTANIAN • Sisa pupuk, insektisida, dll

• Limbah yang berasal dari kegiatan perikanan

PERIKANAN • Cucian ikan, tulang ikan, ikan busuk, dll


1.3. Konsep Penanganan Limbah
Prinsip Penanganan Limbah

1. MENCEGAH

2. MENGURANGI

3. GUNA ULANG

4. DAUR ULANG

5. MEMPEROLEH
KEMBALI

6. OLAH AMAN
Mencegah

 Mencegah timbulnya limbah dari sumbernya (waste


prevention) sehingga tidak dihasilkan limbah (zero
waste)
 Penerapan prinsip produksi bersih (clean
production), melalui teknologi bersih, pengolahan
bahan, subtitusi bahan, modifikasi proses, dan
tidak menggunakan bahan katagori B3
 Dengan penerapan produksi Bersih secara
berkelanjutan diharapkan akan meningkatkan
kualitas lingkungan tanpa membebani operasional
industri dan dapat memberikan nilai tambah
Mengurangi

 Apabila upaya pencegahan tidak dapat dilakukan


secara total, maka perlu dilakukan upaya
pengurangan limbah (waste reduction)
 Dapat dilakukan dengan menerapkan produksi
bersih, penggunaan teknologi yang tepat, dan
mengurangi konsumsi energi
Guna Ulang

 Menggunakan ulang dapat dilakukan


dengan
mengolah kembali limbah yang masih bermanfaat
 Dalam bidang pengolahan hasil perikanan,
contohnya dapat memanfaatkan sisa daging olahan
fillet ikan menjadi bahan baku surimi
Daur Ulang

 Mendaur ulang komponen-komponen limbah yang


bermanfaat untuk menghasilkan produk yang sama
atau berbeda
 Contohnya limbah plastik di daur ulang menjadi
produk plastik yang bermanfaat
 Dibidang perikanan dapat memanfaatkan limbah
tulang ikan untuk dijadikan tepung ikan
Memperoleh Kembali

 Memanfaatkan kembali limbah dengan cara


recovery, yaitu perolehan kembali komponen
limbah yang masih bermanfaat melalui proses
fisika, kimia, biologi untuk proses produksi
Contohnya pada usaha perumahan, menggunakan
limbah kayu sebagai subtitusi bahan bakar
Memanfaatkan sisa air cucian (yang sudah diberi
perlakuan) untuk membersihkan lantai
Mengolah Limbah Dengan Aman

 Yaitu mengolah limbah sesuai dengan metode


standar dan sesuai peraturan yang berlaku
Untuk limbah padat dapat dilakukan dengan
metode pembakaran limbah (insinerasi) dan
penimbunan (land filling)
Untuk limbah cair dapat melalui instalasi
pengolahan air limbah (IPAL)
2.1. Sumber Daya Ikan
 Sumber Bahan Baku:
1. Perikanan laut
2. Perairan umum (sungai, rawa, danau)
3. Budidaya kolam (kolam, tambak, keramba)
 Klasifikasi:
1. Ikan Bertulang Belakang dan Bersirip (disebut Ikan)
2. Ikan Tidak Bertulang Belakang dan Tidak Bersirip (Kerang-
kerangan (Molusca), Udang-udangan (Crustacea))
 Manfaat
1. Ketahanan Pangan
2. Asupan Gizi
3. Pengentasan Kemiskinan
Potensi Perikanan WPP-RI 711(KEPMEN KP 50/2017)

WPP-RI 711 : Selat Karimata, Laut Natuna, dan Laut China Selatan
No SDI Potensi (ton) JTB (ton) Pemanfaatan

1 Pelagis Kecil 330,284 264,227 1.41

2 Pelagis besar 185,855 148,684 0.93

3 Demersal 131,070 104,856 0.61

4 Ikan Karang 20,625 16,500 1.53

5 Udang 62,342 49,873 0.53

6 Lobster 1,421 1,137 0.54

7 Kepiting 2,318 1,854 1.09

8 Rajungan 9,711 7,769 1.18

9 Cumi 23,499 18,799 1.84

Jumlah 767,125 613,699


Keterangan: JTB=Jumlah yang boleh ditangkap, E,0.5=Moderate, 0.5≤E<1=fully
exploited, E≥1over exploited
Produksi Perikanan 2017: Kalimantan Barat
Perairan Parairan Budidaya
Kabupaten/Kota Laut Umum Kolam Total (ton) Total
(%)

Sambas 24,130.16 8,813.00 32,943.16 20.47

Bengkayang 7,404.76 305.03 968.00 8,677.79 5.39

Mempawah 12,206.24 4,213.30 16,419.54 10.20

Ketapang 24,845.70 18,468.00 43,313.70 26.91

Kayong Utara 32,540.37 325.72 32,866.09 20.42

Kubu Raya 19,393.15 2,754.64 22,147.79 13.76

Singkawang 3,363.87 1226.05 4,589.92 2.85

Total 123,884.25 305.03 36,768.71 160,957.99 100.00


Sumber BPS 2017
Menurut buckle et al (1987) ikan laut dibagi 8 jenis, yaitu:
1. Spesies demersal; yaitu ikan bersirip yang hidup di dasar laut yang
dalam, seperti seperti cod dan haddock
2. Spesies pelagis besar; yaitu ikan bersirip dan berukuran relatif
besar yang hidup di permukaan air laut, seperti tuna, cakalang,
tongkol
3. Spesies pelagis kecil, yaitu ikan bersirip dan berukuran relatif kecil
yang hidup di permukaan air laut, seperti herring, pechard, dan
anchovy (ikan teri)
4. Spesies crustacea, cirinya tidak bersirip, berkulit keras, memiliki
kaki dan antena, seperti udang (shrimp ) dan kepiting (crabs)
5. Jenis molusca; cirinya berdaging lunak, memiliki kaki dan memiliki
cangkang, seperti kerang (clam), remis (oyster), abalone dan
mussel
6. Jenis cephalopoda; berdaging lunak, memiliki tentakel, seperti
cumi-cumi (squid), sotong (sepia), dan gurita (octopus)
7. Spesies anadromus, yaitu ikan yang dapat berpindah dari air laut
ke air tawar untuk bertelur, misalnya ikan salmon,
8. Jenis-jenis hasil perikanan lainnya, seperti ubur- ubur, teripang,
rumput laut
2.2. Komposisi Ikan
1. Komposisi Fisikawi
 Secara fisik ikan dibedakan menjadi bagian yang dapat
dimakan dan bagian yang tidak dapat dimakan yang terdiri dari
kepala, badan, ekor
 Bagian kepala terdiri dari ujung mulut terdepan hingga ujung
tutup insang paling belakang. Pada bagian mulut terdapat
rahang atas dan rahang bawah, gigi, sungut, hidung, mata,
insang, tutup insang, otak, jantung
 Bagian badan terletak antara tutup insang paling belakang
hingga permulaan sirip dubur. Pada bagian badan terdapat
sirip punggung, sirip dada, sirip perut, dan organ dalam
seperti hati, empedu, lambung, usus, gonad, gelembung
renang, ginjal, limfa, dan sebagainya
 Bagian ekor terletak antara permulaan sirip dubur hingga
ujung sirip ekor paling belakang. Pada bagian ini terdapat
anus, sirip dubur, dan sirip ekor
Komposisi Fisik Ikan
Bagian Keterangan

Daging/Otot Ikan • Jenis otot pada ikan, yaitu otot liken (polos), otot bergaris, dan otot
jantung. Daging/otot ikan terdiri dari otot gelap (merah) dan putih. Otot
gelap adalah lapisan otot berwarna merah yang terletak sepanjang
badan di bawah kulit ikan. Berkisar 1-2% untuk ikan berdaging putih
dan 20% untuk ikan berdaging merah

Rangka/tulang • Rangka axial, terdiri dari tulang tengkorak, tulang punggung dan tulang
rusuk,
• Rangka visceral, terdiri dari tulang lengkung insang dan turunannya, dan
• Rangka appendicular, yaitu rangka anggota badan, seperti jari-jari sirip
dan pelekat-pelekat lainnya

Organ Dalam • Saluran pencernaan terdiri atas mulut, pharinx, oesophagus, lambung,
pylorus, usus, rektum dan anus
• Kelenjar pencernaan terdiri atas hati, empedu dan pankreas
• Jantung untuk memompa darah
Kulit dan Sisik • Kulit berfungsi sebagai alat respirasi, ekskresi (pengeluaran), dan
osmoregulator (regulasi tekanan osmotik). Kulit ikan terdiri atas dua
lapisan, yaitu epidermis (lapisan luar), dan dermis (lapisan dalam)
• Sisik melekat pada kantung-kantung di dalam dermis . Terdiri dari Sisik
bagian luar (exposed part ) dan bagian dalam (embeded part )
Lendir • Pada permukaan epidermis terdapat kelenjar-kelenjar lendir yang
mengeluarkan lendir pada permukaan kulit yang dapat memberikan bau
amis ikan
Kelenjar Racun • Beberapa jenis ikan, misalnya ikan pari, lele dan sejenisnya, cucut, dan
lain-lain, mempunyai kelenjar racun,umumnya terdapat dalam duri sirip
Persentase Komposisi Fisik Ikan

Komponen Rata-rata Berat (%)


Kepala 21
Usus 7
Hati 5
Tulang 14
Sirip 10
Kulit 3
Daging (fillet) 36
Sisa Lainnya 4
2. Komposisi Kimiawi

 Komposisi kimia ikan dipengaruhi antara lain oleh


faktor
biologi dan faktor alami lainnya

 Faktor biologis berasal dari ikannya sendiri, seperti; jenis


ikan, umur dan jenis kelamin. Makin tua umur ikan pada
biasanya kadar lemaknya makin meningkat

 Faktor alami meliputi tempat hidup ikan (habitat)),


musim,
dan jenis makanan yang tersedia
Komposisi Kimia Beberapa Jenis Ikan
Perbandingan Komposisi Kimia Beberapa Jenis Ikan

Golongan Ikan Air (%) Protein (%) Lemak (%) Abu (%)

Ikan gemuk 68.6 20.0 10.0 1.4

Ikan sedang 77.2 19.0 2.5 1.3

Ikan kurus 81.8 16.4 0.5 1.3

Udang 76.0 17.8 2.1 2.1

Kerang 81.0 13.0 1.5 1.6


Perbandingan Gizi Ikan dan Sapi

Gizi Ikan (%) Sapi (%)


Air 66-84 65-80
Protein 15-24 16-22
Lemak 0.1-22 1.5-13
Kabohidrat 1-3 0.3-13
Senyawa Anorganik 0. 8- 2 1
2.3. Pemanfaatan Hasil Perikanan
Katagori pemanfaatan ikan:
1. Ready to eat: yaitu ikan dapat langsung dikonsumsi,
contohnya produk ikan kaleng
2. Ready to cook: yaitu ikan harus dimasak terlebih dahulu
sebelum di makan, contohnya ikan segar, ikan beku, ikan
asin
3. Advanced process: yaitu ikan di olah sebagai bahan setengah
jadi untuk diproses lanjut, contohnya surimi
Jenis Konsumen:
 Y = Young (balita)
 O = Old (manula)
 P = Pregnant (ibu hamil)
 I = Immuno-suppressed (daya tahan terbatas)
 A = Allergic (alergi)
 G= General (umum)
Jenis Pengolahan Hasil Perikanan

Pengolahan
Hasil Perikanan

Pengendalian
Pengendalia Reduksi & Pelumata
Water
n Suhu n
Activity (Aw)
Ekstraksi Daging

Pendingina
Pengeringan Tepung Ikan Surim
n (Ikan
i
Segar)

Pembekua
Penggaraman Kolagen Bakso Ikan
n (Ikan
Beku)

Sterilisasi
Fermentasi Minyak Ikan Sosis Ikan
(Ikan Kaleng)

Pasteurisasi
Nuget Ikan
(Perebusan)
Ikan Bersirip
 Ikan bersirip dijual dalam bentuk:
1. Whole fish adalah ikan yang dipasarkan dalam bentuk dan
keadaan utuh seperti pada waktu diangkat dari air
2. Drawn fish adalah ikan yang telah dibuang insang dan isi
perutnya (jeroannya)
3. Dressed fish, di samping jeroan, dihilangkan pula kepala, ekor
dan sirip-siripnya
4. Steak adalah potongan melintang dari dressed fish
5. Fillets adalah daging tidak bertulang yang diperoleh dari hasil
potongan memanjang sepanjang sisi kiri dan kanan tulang
belakang
 Ikan bersirip dijual menjadi produk ikan segar, ikan beku, dan ikan
kaleng
Udang
 Udang untukkom oditi biasanya
ekspor
dijual dalam
 Untuk pasar bentuk beku
domestik (Frozen)
(lokal) dijual dalam
bentuk segar, namun biasanya kualitas
udang yang dijual dibawah standar ekspor
 Udang beku tersedia dalam bentuk:
1. Head on shell on (HOSO): udang dalam bentuk
utuh seperti baru di tangkap/panen
2. Head less shell on (HLSO): udang yang
dibuang kepalanya tetapi kulitnya masih utuh
3. Peel undeveined (PUD): udang dikupas kepala
dan kulit hingga sisa dagingnya saja
4. Pell deveined (PD): udang dikupas kepala,
kulit, dan dibuang ususnya hingga sisa
dagingnya saja
5. Cook (dimasak): biasanya udang PUD dan PD
direbus setengah matang terlebih dahulu baru
dijual
Rajungan

 Rajungan juga merupakan komoditi


ekspor yang dijual dalam bentuk
beku berupa daging putihnya saja,
namun ada juga ditemukan di
supermarket lokal
 Rajungan segar direbus setengah
matang untuk memudahkan
mengambil daging putihnya,
kemudian dibekukan dan dikemas
dalam berbagai ukuran
 Rajungan juga dijual di pasar
domestik dalam bentuk segar
 Sedangkan kepiting biasanya di jual
di pasar domestik dalam bentuk
hidup
Kerang
 Daging kerang beratnya sekitar 2 0 - 4 0 %
dari berat total
 Kerang dapat diperoleh di pasaran dalam
bentuk utuh hidup (bersama cangkangnya)
atau dalam bentuk daging kerang yang
telah dilepaskan dari cangkangnya
 Kerang tersedia dalam keadaan segar, beku
atau yang telah diawetkan dalam kaleng
 Pengelompokkan mutu kerang didasarkan
atas ukurannya: ukuran pertama (extra
large atau counts), ukuran kedua (large
atau extra select), ukuran ketiga ( medium
atau select), ukuran keempat (small atau
standard) dan ukuran kelima yaitu sub-
standard (very small).
Cephalopoda (cumi, sotong, gurita)
 Chepalophoda untuk komoditi ekspor
biasanya dijual dalam bentuk beku
(Frozen)
 Untuk pasar domestik (lokal) dijual dalam
bentuk segar dalam kondisi utuh
 Cumi dan sotong tersedia dalam bentuk:
1. Whole: dipasarkan dalam bentuk dan keadaan
utuh seperti pada waktu ditangkap
2. Tube: telah dibuang kepala, isi perut, dan kulitnya
sehingga tersisa hanya dagingnya saja
3. Ring: daging tube kemudian di potong-potong
melintang secara proposional membentuk seperti
cincin
4. Head: kepala yang telah dipisahkan dari badannya
kemudian di buang mata dan capitnya lalu
dibersihkan
 Gurita tersedia dalam bentuk utuh atau
dipotong-potong secara proposional
agar mudah dikonsumsi
Teripang
 Teripang kaya akan protein dan sangat baik untuk kesehatan
 Teripang (timun laut) juga merupakan komoditi ekspor (Jepang,
taiwan, hongkong), biasanya dijual dalam bentuk kering melalui
pengasapan
 Teripang segar, dibersihkan dibuang isi perutnya, kemudian direbus
dengan penambahan garam ±15% selama 20 – 30 menit (sampai
tekstur kenyal) dan ditiriskan, selanjutnya diasapkan selama 10 – 20
jam dengan ketebalan asap sedang dan suhu 60 – 80°. Setelah itu
dikeringkan sampai benar-benar kering dan dikemas sesuai
permintaan
 Teripang dapat disajikan menjadi sup teripang yang dicampur dengan
sayur-sayuran seperti jamur dan sebagainya (teripang kering
direndam dengan air panas sedang hingga mengembang dan kenyal,
kemudian diiris-iris dan siap dimasak menjadi sup)
Rumput Laut
Beberapa pemanfaatan rumput laut:
 Agar-agar, yang dihasilkan oleh rumput laut jenis alga merah yang dikenal
sebagai agarofit. Species yang termasuk adalah Gracilaria sp dan Gellidium sp.
Pemanfaatan agar dalam bidang pangan adalah sebagai pembentuk gel,
pengental, koagulan, penjernih, dan sebagainya. Pemanfaatan dalam bidang
farmasi dan kosmetik juga beragam. Selain itu agar juga dimanfaatan dalam
analisis laboratorium sebagai media perkembangan mikroba, analisis DNA, dan
media kultur jaringan.
 Karaginan, yang dihasilkan oleh rumput laut jenis alga merah yang dikenal
sebagai karaginofit. Species yang termasuk adalah Eucheuma cottonii,
Eucheuma spinosum, Kapahicus sp. Pemanfatannya dalam industry farmasi dan
kosmetik, dalam industry pangan, dalam industry kertas dan laian-lain.
 Alginat, yang dihasilkan oleh rumput laut jenis alga coklat yang dikenal
sebagai alginofit. Species yang termasuk di dalamnya adalah Sargasum sp dan
Turbinaria sp. Pemanfaatannya dalam industry kosmetik, perawatan tubuh,
pengental cat, industry pangan dan sebagainya
2.4. Limbah Hasil Perikanan

 Limbah hasil perikanan terdiri dari limbah cair (seperti; air cucian ikan,
darah ikan, dan sebagainya ) dan limbah padat (seperti; tulang, kepala,
insang, sirip,kulit, sisik, cangkang, isi perut, dan sebagainya)
 Sebagian besar limbah hasil perikanan adalah limbah organik yang
dapat mengalami proses penguraian secara alamiah
 Namun demikian jika tidak ditangani dengan baik dapat mencemari
lingkungan, antara lain:
 Menghasilkan bau yang tidak enak (bau busuk)
 Media tumbuhnya bakteri yang merugikan (pathogen)
 Dapat mengkontaminasi produk yang dihasilkan
 Limbah hasil perikanan juga dapat dimanfaatkan (memberikan
nilai tambah), seperti:
 Menjadi perhiasan
 Bahan dasar pakan ternak (seperti; silase dan tepung ikan)
 Sebagai obat dan multivitamin (seperti; kolagen, minyak ikan)
Limbah Pengolahan Ikan
Proses

Bahan
Baku
Produk

Sortasi Whole round


Limbah

Limbah Kepala Buang Kepala Headless

Limbah Insang dan Buang Insang Whole Gilled &


Isi Perut & Isi Perut Gutted

Pisahkan daging dan


Limbah Tulang Fillet
tulang

Limbah kulit & Buang Kulit Steak


Sisik
Skema Penanganan Limbah Hasil Perikanan
SUMBER DAYA IKAN

PRODU INDUSTR
K I

KONSUMEN LIMBAH

PENGOLAHA
N
LIMBAH PADAT

LIMBAH CAIR TEPUNG IKAN FLAVOR

SILASE IKAN SNAC


IPA K
MINYAK IKAN
L
KITOSAN PERHIASAN
PUPUK

GELATIN LAIN-LAIN

PEMBUANGAN MEMENUHI SYARAT


3.1. Pembuatan Tepung Ikan

Tepung ikan merupakan salah satu bentuk


pemanfaatan limbah pengolahan ikan seperti kepala,
tulang, sirip, insang, dan sisa daging ikan
Tepung ikan merupakan sumber protein utama dalam
pembuatan pelet ikan atau pakan ternak lainnya
Permasalahan yang sering dihadapi adalah kualitas
tepung ikan yang dihasilkan oleh pengolah skala kecil
tidak seragam dan masih di bawah kualitas tepung
impor
Proses Pembuatan Tepung Ikan

tulang, jeroan)
PENCUCIAN 1. Limbah ikan (kepala,
dicuci bersih untuk menghilangkan
kot oran
2. Masukan limbah ik an t ersebut kedalam
PENGUKUSAN
wadah pengukusan, kemudian
dikukus/rebus selama kurang lebih 1 jam
3. Limbah ik an yang sudah direbus
PENGEPRESAN
kemudian dilakukan pengepresan
mengeluarkan minyak dan air pada ikan
untuk
4. Limbah Ikan yang sudah dipres kemudian
PENGERINGAN di jemur selama kurang lebih 1 - 2 hari
hingga benar-benar kering
5. Limbah ikan yang sudah kering kemudian
PENGGILINGAN digiling hingga halus menjadi tepung
ikan
6. Tepung ikan yang sudah jadi kemudian di
kemas dalam wadah (karung) yang kedap
PENGEMASA
air
N
Standar Mutu Tepung Ikan (SNI 2715:2013)
3.2. Pembuatan Silase Ikan

 Silase adalah produk cairan kental yang berasal dari ikan rucah (ikan
sisa hasil tangkapan yang kurang bermutu) atau sisa olahan hasil
perikanan (potongan kepala, sisa filet, isi perut ikan ) уаng sengaja
dicairkan оlеh enzim-enzim уаng terdapat pada ikan-ikan іtu sendiri
dеngаn bantuan asam atau mikroba уаng sengaja ditambahkan.
 Silase merupakan produk alternatif yang dapat mengganti tepung ikan
sebagai sumber protein dalam pakan (ransum) budidaya ikan atau
ternak. Penggunaan silase sebagai pengganti tepung ikan dianggap
sangat menguntungkan, sebab mudah dibuat dan biaya yang lebih
murah tetapi kualitasnya tidak jauh berbeda dengan tepung ikan
 Proses pembuatan silsase ikan dapat dilakukan dengan pendekatan secara
kimia atau secara biologis
 Proses pembuatan silase secara kimia pada umumnya menggunakan jenis
asam mineral, asam organik atau campuran dari kedua jenis asam tersebut.
Senyawa asam tersebut berfungsi untuk melunakkan jaringan dan
menurunkan derajat keasaman ( pH ) dari bahan. Akibatnya, enzim proteolitik
yang terdapat dalam bahan ( ikan ) akan aktif memecah protein ( senyawa
kompleks ) menjadi senyawa asam amino ( senyawa sederhana ) yang bersifat
larut dalam air. Asam organik yang digunakan umumnya berupa asam
formiat dan asam propionat
 Proses pembuatan silase secara biologis (cara fermentasi) dilakukan apabila
tidak menggunakan bahan kimia. Pada proses ini biasanya ditambahkan
bakteri asam laktat (lactobacillus) yang termasuk katagori food grade
microorganism, seperti Leuconostoc mesenteroides , Streptococcus faecalis,
dan Lactobacillus plantarum dengan jumlah yang cukup kemudian diinkubasi
pada suhu optimum bakteri tersebut (berkisar 30 oC ) dalam kondisi anaerob.
Waktu fermentasi biasanya akan berlangsung relatif lama lebih dari 10 hari,
ditandai dengan hancurnya daging dan rapuhnya tulang, sehingga bentuk
akhir menjadi seperti bubur.
Proses Pembuatan Silase Ikan

Limbah Ikan Pelumatan


Penyaringan Pengasaman Penyimpanan

1. Limbah ikan (kepala, tulang, jeroan) dicuci bersih untuk menghilangkan


kotoran
2. Limbah ikan yang sudah dicuci kemudian dipotong kecil-kecil dan dilumatkan
hingga seluruh limbah ikan menjadi hancur
3. Limbah yang sudah dilumatkan kemudian dimasukan kedalam wadah dan
disaring dengan saringan berukuran kurang lebih 10 m m untuk memisahkan
partikel ikan yang masih berukuran terlalu besar
4. Limbah ikan yang sudah disaring ditambahkan asam formiat sebanyak kurang
lebih 3% dan asam propionat sebanyak kurang lebih 1% dari berat ikan dan
diaduk dengan perlahan hingga merata
5. Setelah dilakukan pengasaman kemudian silase disimpan pada suhu kamar
selama kurang lebih 5 hari hingga menghasilkan cairan kental yang disebut
silase. Selama penyimpanan sebaiknya pertahankan pada pH 3 - 4 karena
merupakan pH optimum untuk mengaktifkan enzim proteolitik seperti
cathepsin
3.3. Pengolahan Minyak Ikan
 Produk minyak ikan terdiri dari fish liver oil dan fish body oil
 Bahan baku fish liver oil berasal dari hati ikan cucut, ikan hiu, ikan kod,
ikan tuna, dan sebagainya
 Bahan baku fish body oil berasal dari bagian ikan sisa olahan seperti
pengalengan, tepung ikan, dan sebagainya
 Minyak ikan banyak mengandung asam lemak Omega-3,
eicosapentaenoic acid (EPA) dan docosahexaenoic acid (DHA) yang
sangat bermanfaat bagi tubuh
 Minyak ikan berfungsi sebagai: perkembangan otak bayi dan anak-
anak (Omega-3); menghambat terjadinya penyempitan pembuluh
darah (EPA & DHA); Mencegah timbulnya penyakit jantung koroner (EPA
& DHA); Menjaga kesehatan kulit (EPA & DHA); Mencegah terjadinya
peradangan (EPA & DHA); bahan dasar pembuatan sabun dan lilin
 Terdapat 2 dua tahap utama pembuatan minyak ikan yaitu:
1. Tahap pemisahan minyak ikan dari daging/hati ikan
2. Tahap pemurnian minyak ikan
Proses Pembuatan Minyak Ikan

PENGUKUSAN

DEGUMMING

PENGEPRESAN

PENETRALAN

PEMUCATAN
PENYARINGA
Minyak Ikan Kasar

DEODORISASI
N

PENGEMASAN

Minyak Ikan Murni


Minyak Ikan Kasar
1. Pengukusan: perlakuan awal terhadap daging/hati ikan yang akan
diambil minyaknya adalah dengan mengukusnya pada temperatur 9 0 -
100 o C untuk mempermudah proses pemisahan minyak ikan
2. Pengepresan: setelah pengukusan, tahap selanjutnya adalah tahap
pengepresan yang dilakukan untuk memisahkan minyak ikan dari
padatan (residu). Pengepresan dapat dilakukan dengan cara
konvensional (tekanan) atau cara modern dengan decanter sentrifuge
(mesin pemisah dengan putaran):
 Cara konvensional (tekanan) cukup mudah dan dapat
menghasilkan sekitar 88% minyak ikan, namun demikian, sekitar
20 - 25% komponen padat bukan lemak akan menyatu dengan
minyak ikan yang akan berpengaruh terhadap nilai viskositas dan
proses penyaringan
 Cara modern dapat dilakukan dengan menuang langsung hasil
pengukusan ke dalam decanter sentrifuge (mesin pemisah dengan
putaran) untuk dipisahkan minyak ikan dengan padatan. Cara ini
menghasilkan sekitar 90% dari total minyak ikan
3. Penyaringan: setelah dilakukan pengepresan, tahap selanjutnya adalah
tahap menyaringan untuk memisahkan kotoran yang tersisa seperti
sisa daging atau gumpalan protein. Penyaringan dapat menggunakan
dapat menggunakan penyaring kawat, dan sebagainya
Minyak Ikan Murni
1. Degumming: adalah proses pemisahan minyak ikan dari getah dan lendir yang
terdiri dari fosfatida, protein, residu karbohidrat, air, resin tanpa mengurangi
jumlah asam lemak bebas dalam minyak. Proses ini dilakukan menggunakan
penambahan NaCl 8% sebanyak 40% dari volume minyak yang dimurnikan pada
suhu 70 0 C selama kurang lebih 15 menit. Selama proses degumming
dilakukan pengadukan secara perlahan
2. Netralisasi: adalah proses memisahkan asam lemak bebas (FFA) dan fosfolipida
yang masih tersisa dari proses degumming dengan cara mereaksikan FFA
dengan basa (alkali) atau pereaksi lainnya sehingga menghasilkan sabun.
Proses ini disebut juga proses penyabunan (saponifikasi).
 Netralisasi dilakukan menggunakan menambahkan larutan NaOH 1N pada
suhu 60 0 C selama 15 menit.
 Jumlah NaOH yang dibubuhi ditentukan dengan rumus sebagai berikut;
%NAOH= %FFA x 0,142, dimana 0,142 adalah hasil bagi bobot molekul
NaOH (40) dengan bobot molekul asam oleat /asam lemak dominan (282)
 Selanjutnya minyak yang sudah dinetralkan dibiarkan beberapa saat agar
terjadi pemisahan dengan sabun yang terbentuk
 Untuk menghilangkan sabun-sabun yg masih tersisa dalam minyak ikan,
dapat ditambahkan air panas sambil diaduk dan biarkan beberapa saat
sampai terjadi pemisahan antara minyak dan air. Setelah itu air yang
terpisah segera dibuang
3. Pemucatan (Bleaching): merupakan proses untuk menghilangkan zat-zat warna
yang tidak diinginkan yang masih ada di dalam minyak ikan dan
menghilangkan getah (gum) yang masih tersisa. Umumnya dilakukan dengan
menambahkan bentonit pada minyak ikan pada suhu 100 oC selama kurang
lebih 3 0 - 6 0 menit (biasanya dilakukan dalam ketel yg dilengkapi dengan pipa
uap dan menggunakan alat bantu penghampa udara). Setelah itu dilakukan
penyaringan menggunakan tekanan untuk memisahkan bentonit yang
mengandung pengotor reaktif, seperti komponen warna. Faktor yang
memperngaruhi proses pemucatan adalah suhu, waktu, tekanan.
4. Deodorisasi: merupakan proses untuk menghilangkan bau dan rasa yg tidak
enak dan lezat dalam minyak Ikan. Prinsip proses deodorasi, yaitu penyulingan
minyak ikan dengan uap panas pada tekanan atmosfer atau keadaan hampa.
Proses deodorasi dilakukan menggunakan cara memompa minyak ke dalam
ketel deodorasi. Kemudian minyak tadi dipanaskan dalam suhu 200-250 oC
pada tekanan 1 atmosfer dan selanjutnya dalam tekanan rendah (kurang lebih
10 mmHg) akan mengalir uap panas untuk mengangkut senyawa yang dapat
menguap (4-6 jam). Setelah proses deodorisasi selesai, minyak ikan kemudian
didinginkan sehingga suhu menjadi kurang lebih 80 o C dimana selanjutnya
minyak ikan dikeluarkan
5. Pengemasan: merupakan proses untuk menyimpan minyak ik an
murni yang telah dihasilkan. Minyak ikan murni hendaknya disimpan
dalam wadah yang bersih dan tertutup, sebab minyak ikan dapat
mengalami kerusakan sebagai akibat dari perubahan oksidatif.
Pertumbuhan mikroorganisme selama masa penyimpanan juga dapat
merusak mutu minyak ikan murni. Oleh karena itu tingkat kebersihan
selama proses penyimpanan berlangsung merupakan hal yang sangat
penting. Model penyimpanan yang digunakan dalam produk minyak
ikan harus bersifat aman, terbuat dari bahan yang dapat didaur ulang,
ringan, tidak mudah pecah seperti penggunaan jenis plastik
polypropylene sehingga dapat menyimpan minyak ikan dalam waktu
lama.
6. Tingkat kualitas minyak ikan hasil pemurnian dapat diketahui dengan
membandingkan karateristik minyak ikan kasar dan karateristik
minyak ikan murni yang telah dihasilkan. Karakteristik yang sering
dijadikan dasar dalam penentuan kualitas minyak ikan adalah
bilangan penyabunan, bilangan peroksida, bilangan asam, dan
bilangan yodium
Produk Minyak Ikan
Standar Mutu Minyak Ikan Murni (SNI 8467:2018)
Standar Mutu Minyak Ikan Sardin Kasar (SNI 7950: 2013)
3.4. Pembuatan Kitosan
 Kitin (yunani; kulit kuku) adalah senyawa polimer yang banyak
ditemukan di alam seperti pada kulit udang, cangkang rajungan
(kepiting), dan sebagainya. Kandungan kitin pada kulit udang lebih
sedikit daripada cangkang rajungan, akan tetapi kulit udang lebih
mudah diperoleh karena ketersediaannya sebagai limbah industri
pengolahan udang beku.
 Kitin merupakan zat padat yang tidak larut dalam air, asam organik
encer, alkali, alkohol, dan pelarut organik lainnya, tetapi larut dalam
asam-asam mineral yang pekat
 Secara kimia kitin merupakan polimer ( 1 - 4 )-2-asetamido-2-deoksi-
B-Dglukosamin yang dapat dicerna mamalia, sedangkan kitosan
merupakan kitin yang dihilangkan gugus asetilnya (COCH3 )
 Kitosan disebut juga dengan B-1,4-2-amino-dioksi-D-glukosa
merupakan merupakan polimer dari D-glukosamin. Kitosan merupakan
polimer alami multifungsi karena mengandung tiga jenis gugus fungsi
yaitu asam amino, gugus hidroksil primer dan sekunder
 Kitosan dihasilkan dari kitin melalui proses deasetilasi (penghilangan
gugus asetil) yaitu dengan cara direaksikan dengan menggunakan basa
konsentrasi tinggi dengan waktu yang relatif lama dan suhu tinggi.
 Kitosan merupakan senyawa yang tidak larut dalam air, larutan basa
kuat, sedikit larut dalam HCl, HNO3 dan H3PO4, H2SO4, mempunyai
kemampuan untuk membentuk gel, film dan fiber, karena berat
molekulnya yang tinggi dan solubilitasnya dalam larutan asam encer
 Kitosan merupakan antimikrobial terhadap fungi, bakteri, dan virus.
Pada industri makanan, kitosan dapat digunakan sebagai suspensi
padat, pengawet, penstabil warna, penstabil makanan, bahan pengisi,
pembentuk gel, tambahan makanan hewan, dan sebagainya
 Prinsip kerjanya adalah terlebih dahulu membuat kitin yaitu melalui
proses deproteinasi, demineralisasi, dan pemutihan (bleaching).
Selanjutnya transformasi kitin menjadi kitosan dilakukan tahap
deasetilasi dengan basa (NAOH) berkonsentrasi tinggi, pencucian,
pengeringan, dan penepungan hingga menjadi kitosan bubuk
Proses Pembuatan Kitin dan Kitosan

LIMBAH UDANG

NaOH 3,5%, suhu 70 0C,


DEPROTEINASI 60 menit
1:10 (gr / m l NaOH)

HCl 1 N, suhu 70 0C,


DEMINERALISASI 60 menit
1:10 (gr / m l NaOH)

Aseton, NAOCl suhu 2 0 - 2 5 0C


PEMUTIHA 5 menit
1:10 (gr/ml NAOCL) N

KITIN

NAOH 50% suhu 100 0C,


1:20 (gr/ml NHOH) DEASETILASI 60 menit

KITOSA
N
1. Deproteinasi: bertujuan untuk pemisahan protein pada kitin dengan
larutan basa. Kulit, kepala, dan ekor udang dikeringkan di udara
terbuka dihancurkan kemudian diayak menghasilkan serbuk udang
dan ditempatkan dalam wadah yang bersih. Selanjutnya ditambahkan
larutan NaOH 3,5% dengan perbandingan serbuk udang dengan NaOH
adalah 1:10 (gr serbuk/ml NaOH) sambil diaduk selama 60 menit pada
suhu 70 0C. Kemudian campuran dicuci dengan aquades beberapa kali
sampai pH netral, lalu disaring untuk diambil endapannya dan
dikeringkan
2. Demineralisasi: bertujuan untuk menghilangkan mineral yang terdapat
pada serbuk udang dengan menggunakan pelarut asam. Proses ini
dilakukan dengan penambahan HCl 1 N dengan perbandingan sampel
dengan larutan HCl adalah 1:10 (gr serbuk/ml HCl) sambil diaduk
selama 120 menit pada suhu 70 0C. Kemudian dicuci dengan aquades
sampai pH netral, lalu disaring untuk diambil endapannya dan
dikeringkan
3. Pemutihan: bertujuan untuk menghilangkan zat-zat warna yang tidak
diinginkan pada kitin yang hendak dihasilkan. Endapan hasil
demineralisasi diekstrak dengan aseton (cairan pelepas) dan
diputihkan dengan natrium hipoklorit (NaOCl) 0,315% selama 5 menit
pada suhu kamar (20-25 0C. Perbandingan padatan dengan pelarut
adalah 1:10 (gr/ml NAOCL). Kemudian dicuci dengan aquades sampai
pH netral, lalu disaring untuk diambil endapannya dan dikeringkan
4. Deasetilasi: merupakan proses pengubahan kitin menjadi kitosan
dengan cara menghilangkan gugus asetil. Kitin yang telah diperoleh
dicampur dengan NaOH 50 % dengan perbandingan 1 : 20 (gr/ml
NAOH) sambil diaduk kecepatan konstan selama 60 menit pada suhu
pada suhu 100 0C . Hasilnya berupa bubur (slurry ) yang harus
disaring dan padatannya dicuci dengan aquades lalu ditambah larutan
HCl encer hingga pH netral kemudian dikeringkan sehingga
terbentuklah kitosan. Selanjutnya kitosan yang diperoleh dianalisis
dengan menggunakan metode Fourier Transform Infra Red (FTIR)
untuk mengetahui Derajat Deasetilasi (DD).
Produk Kitin dan Kitosan

Kulit Udang

Kitin

Kitosan
3.5. Pembuatan Gelatin

 Kolagen berasal dari bahasa yunani yang artinya bersifat lekat


at au
 menghasilkan
Kolagen pelekat
merupakan protein penghubung jarin gan banyak
yang dijumpai pada hewan dan
manusia
pembangun tulang,
sebagai gigi,
struktur
dan kulit organik
 Kolagen termasuk golongan protein fibril yang terdiri dari beberapa
rantai polipeptida memanjang yang dihubungkan satu dengan lain oleh
beberapa ikatan silang hingga berbentuk serat yang stabil
 Kolagen murni sangat sentitif terhadap enzim dan kimia, perlakukan
asam dan basa dapat menyebabkan kolagen berkembang yang sering
dikonversikan menjadi gelatin
 Gelatin merupakan senyawa turunan yang dihasilkan dari serabut
kolagen yang dihidrolisis dengan asam atau basa. Untuk mengubah
kolagen menjadi gelatin adalah melalui proses denaturasi kolagen
 Fungsi utama gelatin dalam industri adalah mengubah cairan (sol)
menjadi padatan yang elastis (gel)
Kegunaan Gelatin

Aplikasi Kegunaan
Produk Pangan (Umum) Penstabil (stabilizer), pembentuk gel (geliflying agent),
pengikat (binder), pengental (thickner), pengemulsi
(emulsifier), perekat (adhesive), penggumpal,
elastisitas, pembentuk busa, pengikat air (sineresis),
meningkatkan kosistensi, dan pembungkus makanan
yang bersifat dapat dimakan (edible coating)

Daging Olahan Pengikat air, meningkatkan kosistensi, penstabil,


pelapis, seperti sosis, kornet, ham
Susu Olahan Memperbaiki tekstur, stabilitas, konsistensi, mengikat
air, seperti yogurt, es krim, susu asam
Minuman Sebagai penjernih bir, wine, sari buah, dan sebagainya
Farmasi Pembungkus kapsul atau tablet obat
Kosmetik Penstabil emulsi pada shampo, penyegar dan
pelindung kulit, busa cukur, lipstik, cat kuku, krim
pelindung
Film Membuat film menjadi lebih sensitif
 Pada prinsipnya proses pembuatan gelatin dapat dibagi menjadi dua
macam yaitu gelatin tipe A dan tipe B. Perbedaan kedua Tipe tersebut
terletak pada proses perendamannya. Gelatin tipe A menggunakan
perendaman dengan larutan asam, biasanya untuk bahan baku dari
tulang atau kulit ikan yang yang tidak terlalu keras hingga mudah
dilunakkan. Gelatin tipe B menggunakan perendaman dengan larutan
basa yang biasanya memerlukan waktu lebih lama untuk menghidrolisis
kolagen
 Sifat fisik gelatin adalah berbentuk padat, kering, tidak berasa, tidak
berbau, dan mengembang dalam air dingin
 Proses utama pembuatan gelatin dibagi dalam tiga tahap, yaitu:
1. Tahap pre-treatment (persiapan) penghilangan komponen
non kolagen dari bahan baku (degreasing)
2. Tahap konversi kolagen menjadi gelatin (hidrolisis)
3. Pemurnian dan pengeringan gelatin (purification)
Proses Pembuatan Gelatin
LIMBAH TULANG/KULIT IKAN

suhu 100 0 C
30 menit
DEGREASIN
G

PERENDAMA
N
H2SO4
Ca(OH)2
1:6 (w/v) ASA BAS
1:6 (w/v)
suhu 5-10 0 C M A
suhu 5-10 0 C
48 jam
48 – 96 jam
aquades
PENCUCIAN
pH 6 - 7

aquade suhu 90 0 C,
EKSTRAKSI 7 jam
s
1:3(w/
v) suhu 50 0 C
PENGERINGAN 24 jam

GELATIN SERBUK
1. Pembuangan lemak (degreasing): bahan baku (kulit atau
tulang) dibersihkan dari sisa-sisa daging dan lemak yang
masih menempel yaitu dengan direndam dalam air mendidih
(100 oC) selama 30 menit sambil diaduk-aduk. Kemudian
bahan baku dipotong-potong atau diberikan proses pengecilan
ukuran. Pengecilan ukuran bahan baku diperlukan untuk
memperluas permukaan bahan yang terendam dalam larutan
sehingga proses ekstraksi dapat berlangsung lebih cepat dan
sempurna
2. Perendaman: pada proses asam (Tipe A) bahan baku direndam
asam sulfat (H2SO4) dengan perbandingan 1:6 (w/v) selama 48
jam pada suhu 5 - 1 0 oC. Sedangkan pada Proses Basa (Tipe B)
bahan baku direndam kalsium hidroksida (Ca(OH)2) dengan
perbandingan 1:6 (w/v) selama 48 - 96 jam pada suhu 5 - 1 0 oC
3. Pencucian: pencucian bertujuan untuk menetralkan bahan baku
yang telah direndam larutan asam atau basa dengan cara
dibilas dengan aquades berkali-kali hingga pH netral (pH 6-7)
4. Ekstraksi: bahan baku yang ber-pH netral tersebut
dimasukkan ke dalam beaker glass dan ditambahkan aquades,
perbandingan bahan baku dengan aquades adalah 1 : 3 (w/v).
Setelah itu diekstraksi dalam waterbath pada suhu 90 o C
selama 7 jam. Kemudian disaring dengan kertas saring
whatman. Cairan gelatin murni yang telah disaring kemudian
dipekatkan dengan cara didinginkan dalam refrigerator suhu
± 5-10 o C selama 30 menit
5. Pengeringan: cairan pekat gelatin yang diperoleh kemudian
dituang ke dalam loyang aluminium yang diberi alas plastik
untuk dikeringkan dalam oven pada suhu 50 o C selama 24 jam.
Gelatin padat yang dihasilkan kemudian dihaluskan sehingga
diperoleh serbuk gelatin
Produk Gelatin
Standar Mutu Gelatin
(SNI 06-3735:1995 dan Britis Standard 757:1975)
3.6. Pembuatan Penyedap Rasa (Flavor)
 Limbah kepala, kulit, dan tulang ikan dapat dimanfaatkan sebagai
sebagai penyedap rasa (flavour) karena mengandung Protein, lemak,
dan karbohidrat sebagai sumber utama pembentuk flavor
 Flavor didefinisikan sebagai sensasi dari gabungan sinyal-sinyal akibat
rasa, bau, dan rangsangan mulut lainnya saat mengkonsumsi
makanan. Rasa merupakan kombinasi sensasi dari reaksi kimia yang
diterima oleh lidah seperti rasa manis asam pahit, dan asin. Bau
merupakan sensasi yang ditimbulkan oleh komponen volatil yang
diterima oleh hidung.
 Tujuan pemberian flavor pada makanan adalah untuk memperkuat
flavour alami, menggantikan flavour alami yang hilang selama
pengolahan makanan, menutupi flavor yang tidak enak dan
memperkaya cita rasa alami makanan
 Berdasarkan bahan bakunya flavor diklasifikasikan menjadi dua jenis,
yaitu natural flavour dan artificial flavor. Natural flavor adalah flavor
yang semula bahan komponennya berasal dari bahan-bahan alami.
Sedangkan artificial flavor adalah flavor yang mengandung senyawa
kimia sintetik dalam susunan komponennya
Proses Pembuatan Penyedap Rasa (Flavor)

PENCUCIAN
15%
PENAMBAHAN TEPUNG (w /v)

PENAMBAHAN AIR
PENGERINGAN Teflon
3 menit
PENAMBAHAN BUMBU
PENGGILINGAN
90-100 0 C
120 menit
PEREBUSA
N PENGEMASAN
PENYARINGA
N Kaldu Bubuk

Kaldu Cair
1. Limbah kepala, kulit, dan tulang ikan/udang segar dipotong
kecil-kecil dan dicuci hingga bersih
2. Limbah ikan yang sudah bersih dimasukkan kedalam panci
perebus kemudian ditambahkan air dengan perbandingan 1:2
(w/v)
3. Selanjutnya ditambahkan bumbu-bumbu (w/v air): bawang
putih 2%, bawang merah 2%, merica 0,5%, dan garam 10%
4. Setelah Limbah ikan, bumbu, dan air dicampur di dalam panci
kemudian direbus selama 120 menit pada suhu 90 0 C-100 0 C.
5. Kaldu (filtrat) hasil rebusan disaring dengan saringan kawat
sampai bebas dari ampas
6. Kaldu (filtrat) yang sudah disaring kemudian ditambahkan
bahan pengisi berupa tepung terigu sekitar 15% dari berat
kaldu (filtrat) yang dihasilkan dan diaduk sampai homogen
hingga menghasilkan pasta flavor.
7. Pasta flavor tersebut dikeringkan dengan pengering teflon
(wajan anti lengket) selama kurang lebih 3 menit, pasta flavor
dihamparkan tipis-tipis sehingga dihasilkan lapisan tipis
flavor kering dengan ketebalan sekitar 0,3 mm. Pengeringan
pasta flavor juga dapat dilakukan dengan metode freeze
drying (pengeringan beku), spray drying (pengeringan
semprot) dan foammat drying (pengeringan busa).
8. Pasta flavor yang telah kering dihaluskan menggunakan
grinder hingga berbentuk bubuk/tepung
9. Bubuk flavor tersebut kemudian dikemas dengan plastik yang
kedap air dan kedap udara agar kaldu bubuk yang dihasilkan
dapat disimpan lama.
Produk Penyedap Rasa (Flavor) Limbah Kepala Udang/Ikan
3.7. Pembuatan Snacks
 Snack atau camilan adalah makanan ringan yang dikonsumsi diantara
waktu makan utama atau sebagai pelengkap makanan utama, dimana
sebagian besar snack memiliki rasa asin, manis, berbumbu, dan gurih.
 Produk yang termasuk dalam kategori snack food antara lain produk
dari tepung seperti cookies/cracker, meat snack, snack susu, nuts
snack, potatos snack, health food snacks, fish crackers, dan shellfish
crackers
 Limbah kulit ikan, kulit udang, dan tulang ikan dapat dimanfaatkan
untuk pembuatan fish crackers atau shellfish crackers seperti keripik,
kerupuk, dan sebagainya
 Limbah tersebut dimanfaatkan sebagai bahan dasar, penambah rasa,
dan gizi (kalsium, pospor, protein, dll) pada produk keripik atau
kerupuk yang dihasilkan
 Proses pembuatan kerupuk dari limbah ikan atau udang bermacam-
macam sesuai dengan keinginan, prinsip kerjanya adalah kepala, kulit,
dan tulang ikan dihaluskan dan dicampur dengan tepung dan b u mb u -
bumbu lainnya sehingga menjadi adonan yang siap digoreng, atau
adonan dikukus terlebih dahulu kemudian dicetak (diiris tipis) untuk
dikeringkan dan kemudian digoreng
Proses Pembuatan Kerupuk Kepala Udang

1. PEREBUSAN 5. PEMOTONGAN

2. PENGGILINGAN 6. PENJEMURAN

3. PENGADONAN 7. PENGGORENGAN

4. PENGUKUSAN 8. PENGEMASAN
1. Perebusan: kepala udang dicuci hingga bersih kemudian direbus
untuk diambil kaldunya
2. Pengilingan: kepala udang yang sudah direbus kemudian digiling
hingga hancur dengan penggiling
3. Pengadonan: dalam panci kukus masukkan tepung tapioka 1000 gr,
tepung terigu 100 gr, kepala udang yang sudah hancur 100 gr,
bawang putih halus 4 siung, garam 1,5 sendok teh, gula 1.5 sendok
teh, pewarna 2 sendok teh, air kaldu kepala udang 4 cangkir, MSG 0.5
sendok teh, STTP (pengembang) 1 sendok teh. Kemudian campur
adonan hingga homogen
4. Pengukusan: masukan adonan yang telah jadi kedalam plastik
pembungkus adonan kemudian dikukus hingga matang pada suhu
80-100 0C selama kurang lebih 3 jam. Adonan yang sudah matang
dapat dites dengan menusukkan lidi kedalam adonan, jika adonan
sudah tidak lengket berarti sudah matang, kemudian dinginkan
selama 12 Jam
5. Pemotongan: adonan matang yang sudah dingin kemudian dipotong-
potong dengan ketebalan maksimal 1 mm dan hasil potongan harus
rata
6. Penjemuran: adonan yang sudah dipotong-potong kemudian dijemur
hingga kering selama kurang lebih 3 hari dengan kondisi matahari
cerah.
7. Penggorengan: kerupuk mentah kering yang dihasilkan kemudian
digoreng dengan minyak panas sedang kemudian didinginkan
8. Pengemasan: kerupuk matang yang sudah dingin kemudian dikemas
dengan baik dengan menggunakan pengemas yang kedap air dan
udara agar dapat disimpan dalam waktu yang lama.
Produk Kerupuk Kepala Udang

Kepala Udang

Kerupuk Mentah

Kerupuk Matang
3.8. Pembuatan Pupuk Cair
 Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau
tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman
sehingga mampu berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat
berupa bahan organik ataupun non-organik (mineral)
 Berdasarkan bentuk fisiknya, pupuk dibedakan menjadi pupuk padat
dan pupuk cair. Pupuk padat diperdagangkan dalam bentuk remahan,
butiran, atau kristal. Pupuk cair diperdagangkan dalam bentuk
konsentrat atau cairan. Pupuk padatan biasanya diaplikasikan ke
tanah/media tanam, sementara pupuk cair diberikan secara disemprot
ke tubuh tanaman
 Limbah hasil perikanan seperti seperti kepala, insang, isi perut, kulit,
sisik, dan lain sebagainya mengandung berbagai nutrien yaitu seperti
N (Nitrogen), P (Phospor), K (Kalium) yang merupakan komponen
penyusun pupuk organik
 Keunggulan pupuk organik dari limbah ikan antara lain; pupuk yang
dihasilkan memiliki unsur hara lebih lengkap dibandingkan pupuk
anorganik, bahan baku banyak dan murah karena memanfaatkan
limbah pengolahan ikan, harga jual menjadi kompetitif, salah satu
implementasi produksi bersih (zero waste) bidang perikanan
Proses Pembuatan Pupuk Organik Cair Limbah Hasil Perikanan

Gula
Merah
EM4
Cair

Simpan
1 - 2 Bulan

Limbah Ikan Penggilingan Fermentasi


1. Limbah ikan seperti kepala, insang, isi perut, kulit, sisik, dan lain sebagainya
sebanyak kurang lebih 2 kg dipotong kecil- kecil dan tambahkan air sekitar 1
liter (perbandingan 2: 1) selanjutnya digiling hingga halus seperti bubur dan
letakkan dalam wadah plastik. Kemudian tambahkan gula merah yang telah
dicairkan sebanyak 2 liter. Tambahkan juga cairan EM4 sebanyak 5 tutup
botolnya dan aduk semua bahan hingga merata (cairan EM4 merupakan
campuran dari beberapa mikroorganisme hidup yang sangat bermanfaat dan
menguntungkan guna proses penyerapan/persediaan unsur hara didalam
tanah, bentuk EM4 adalah berupa cairan yang berwarna kecoklatan dan
aromanya segar)
2. Tutup wadah plastik yang berisi pupuk organik cair (POC) tersebut hingga
benar-benar rapat (anaerob) untuk proses fermentasi. Kemudian simpan dan
diamkan fermentasi POC ikan tersebut selama 1 - 2 bulan atau lebih, lebih lama
akan lebih baik. POC ikan fermentasi yang sudah jadi dan siap pakai sudah
tidak mengeluarkan bau busuk.
3. Dosis dalam penggunaan POC ikan ini adalah 10 0-20 0 m l / 1 0 liter air.
Implementasinya dengan mencampurkan POC ikan tersebut dengan air bersih
dan aduk hingga merata. Dilakukan dengan cara menyemprotkan atau
menyiramkannya pada tanaman. Pemberian POC pada tanaman dilakukan
setiap 1 minggu sekali dan sebaiknya dilakukan pada pagi hari.
3.9. Pembuatan Perhiasan
 Perhiasan adalah sebuah benda yang digunakan untuk merias atau
mempercantik diri. Perhiasan mempunyai bentuk beragam mulai dari
bulat, hati, kotak, dan lain lain, dan biasanya perhiasan diberikan
untuk hadiah.
 Limbah hasil perikanan seperti cangkang kerang, sisik ikan, dan tulang
ikan dapat dijadikan perhiasan atau aksesoris sehingga dapat menjadi
produk yang memberikan nilai tambah
 Perhiasan dari limbah perikanan tersebut dapat menjadi berbagai
macam bentuk perhiasan mulai dari cincin, kalung, gelang, liontin,
miniatur, dan lain-lain
 Tulang ikan memiliki komposisi yang padat, sehingga dapat menjadi
bahan dalam pembuatan berbagai kerajinan, seperti miniatur,
perhiasan, dan pernak-pernik lainnya
 Sisik ikan juga dapat dijadikan perhiasan yang cantik dan unik, apalagi
jika dikombinasikan dengan dengan bahan pakaian/tenun
 Cangkang kerang biasanya dibuat menjadi asksesoris, pernak-pernik,
tirai , dan sebagainya
 Kerajinan dari limbah hasil perikanan ini merupakan salah satu upaya
untuk menerapkan produksi bersih (zero waste)
Produk Perhiasan dari Limbah Hasil Perikanan
4.1. Karateristik Limbah Cair

 Limbah cair atau air buangan (waste water) adalah cairan


buangan industri dan domestik yang biasanya mengandung
bahan atau zat yang dapat membahayakan kesehatan dan
mengganggu kelestarian lingkungan.
 Pengolahan limbah cair bertujuan mempercepat proses alami
pada suatu unit pengolahan limbah sehingga kondisi dapat
terkontrol. Proses ini berfungsi untuk mengurangi atau
menghilangkan bahan-bahan polutan dalam limbah
 Pada umumnya limbah cair memiliki karateristik gabungan
(fisika, kimia, dan biologi), oleh karena itu cara pengolahannya
melibatkan gabungan antara cara pengolahan fisika, kimia, dan
biologi
4.2. IPAL

 Penanganan limbah cair hasil kegiatan industri/domestik


termasuk industri pengolahan hasil perikanan pada umumnya
dilakukan dengan pendekatan IPAL (Instalasi Pengolahan Air
Limbah)/ WWTP (waste water treatment plant)
 IPAL adalah sebuah struktur yang dirancang untuk membuang
limbah biologis dan kimiawi dari air, sesuai dengan baku mutu
yang telah ditetapkan pemerintah (PERMEN-LH No 5 /2 0 1 4
tentang Baku Mutu Air Limbah) sehingga memungkinkan air
tersebut untuk digunakan pada aktivitas yang lain
 Prinsip kerja IPAL dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu primary
treatment (pengolahan pertama), secondary
(pengolahan kedua), dan tertiary treatment
lanjutan) treatment (pengolahan
 Primary treatment bertujuan untuk memisahkan zat padat dan
zat cair. Unit pengolah limbah yang dipakai pada tahap ini
antara lain filter (saringan) dan kolam pengendapan
(sedimentasi)
 Secondary treatment yang bertujuan untuk mengkoagulasikan,
menghilangkan koloid, dan menstabilisasikan zat organik dalam
limbah oleh mikroorganisme (anaerob, anaerob fakultatif,
aerob). Proses ini biasa disebut proses Biofilter. Unit pengolah
limbah yang dipakai pada tahap ini antara lain; media kontak ,
penyaring tetes (trickling filter), kolam lumpur aktif (Activated
sludge), kolam oksidasi (Oxidation pond)
 Tertiary treatment bertujuan untuk menghilangkan bahan yang
sifatnya spesifik untuk limbah tertentu (seperti; nitrat dan
posfat) dan memusnahkan mikroorganisme pathogen. Unit
pengolah yang dipakai pada tahap ini antara lain; ion exchange,
desinfeksi (klorinasi), reverse osmosis, dan nitrifikasi
Prinsip Kerja IPAL

AIR LIMBAH

PENYARINGAN DAN 1. Primary


PENGENDAPAN Treatmen
t

BIOFILTER BIOFILTER BIOFILTER 2. Secondary


ANAEROB AEROB ANAEROB
Treatmen
t
BIOFILTE
R
AEROB

DISINFEKSI DISINFEKSI DISINFEKSI 3.Tertiary


Treatmen
t
BADAN AIR PENERIMA
Biofilter
 Biofilter adalah sistem pengolahan air limbah dengan
memanfaatkan mikroorganisme (bakteri pengurai) yang tumbuh
dan berkembang yang melekat pada media kontak (honay
camb dan biobal) sebagai habitat hidup mereka
 Media kontak honay comb dibuat mirip dengan sarang lebah
dengan beberapa celah sebagai habitat ideal mikro organisme
yang dapat dialiri air limbah
 Media kontak bioball berbentuk mirip bola, namun memiliki
modifikasi di bagian permukaan. Model ini memliki banyak
celah sehingga mudah diliri air limbah sekaligus tempat
berkembangbiak mikroorganisme
 Bahan media kontak dapat berasal dari bahan alami (batu-
batuan, kayu), maupun pabrikasi (keramik, plastik)
 Media kontak adalah merupakan bagian yang terpenting dari
sistim biofilter, oleh karena itu pemilihan media harus dilakukan
dengan seksama disesuaikan dengan kondisi proses serta jenis
air limbah yang akan diolah.
 Sistim biofilter dapat dilakukan secara anaerob (tanpa oksigen),
aerob (dengan oksigen), dan anaerob-aerob (hybrid)
 Pada proses biofilter anaerob hanya dapat menurunkan polutan
organik (BOD, COD) dan padatan tersuspensi (TSS)
 Pada proses biofilter aerob, polutan organik yang masih tersisa
akan terurai menjadi gas karbon dioksida (CO2) dan air (H2O),
amoniak akan teroksidasi menjadi nitrit selanjutnya akan
menjadi nitrat, gas H2S akan diubah menjadi sulfat
 Sedangkan pada proses biofilter anaerob-aerob (hybrid)
merupakan proses pengolahan air limbah dengan cara
menggabungkan proses biofilter anaerob dan proses biofilter
aerob, sehingga dapat dihasilkan air olahan dengan kualitas
yang lebih baik
Mekanisme Biofilter Anaerob

Ruang Pengendapan Ruang Biofilter Ruang Pengendapan


Awal Anaerob Akhir
INLE
T
OUTLET

BOD, COD, TSS

Biofilter

Panyaringan &

Pengendapan
Disinfeksi &
Lumpur Pengendapa
n
 Biofilter anaerobik memiliki kelebihan mampu mengolah air
limbah dengan kandungan bahan organik yang tinggi dan tahan
terhadap perubahan konsentrasi serta debit aliran secara
mendadak.
 Kelebihan lain pada proses anaerobik dihasilkannya lumpur
biologis jauh lebih sedikit dibandingkan dengan proses aerobik.
 Kelemahan proses ini kadang menimbulkan bau akibat produksi
gas H2S ataupun asam - asam organik.
Mekanisme Biofilter Aerob

Blower

Ruang Pengendapan Ruang Biofilter Ruang Pengendapan


Awal Aerob Akhir
INLE
T
OUTLET

CO2,H2O, Nitrit,Sulfat

Biofilter

Panyaringan &

Pengendapan
Disinfeksi &
Lumpur Pengendapa
n
 Operasional Biofilter aerobik memerlukan tambahan pasokan
oksigen melalui injeksi udara dari unit kompressor atau blower
yang memerlukan energi listrik
 Udara diinjeksikan pada bagian bawah media filter dengan
tekanan tertentu lewat media porous ( unit diffuser ) atau pipa
berlobang (perforated pipe).
 Biofilter aerobik dioperasikan dengan beban pengolahan air
limbah yang lebih rendah, sehingga proses aerobik selalu
diletakkan setelah proses anaerobik.
 Faktor yang mempengaruhi kinerja biofilter aerobik antara lain;
jumlah nutrisi bakteri pengurai, beban organik (organic
loading), beban hidrolis (hydrolic loading ), kebutuhan oksigen
(do), dan logam berat
Mekanisme Biofilter Anaerob-Aerob (Hybrid)
Blower

Ruang Pengendapan Ruang Biofilter Ruang Biofilter Ruang Pengendapan


INLE
Awal Anaerob Aerob Akhir
T

OUTLET
CO2,H2O
BOD,COD,TS Nitrit,Sulfat
S

Biofilter Biofilter

Panyaringan &

Pengendapan
Disinfeksi &
Lumpur Pengendapan
 Proses biofilter anaerob-aerob (hybrid) memerlukan dua buah
kolam biofilter, yaitu kolam biofilter anaerobik dan kolam
biofilter aerobik
 Proses biofilter anaerob-aerob (hybrid) juga memerlukan energi
listrik untuk menggerakkan kompressor atau blower agar dapat
menyuplai pasokan oksigen pada kolam Biofilter aerobik
 Kualitas hasil olahan limbah cair pada Proses biofilter anaerob-
aerob akan lebih baik, sehingga air hasil olahan tersebut
dimungkinkan untuk digunakan ulang (re-use) pada aktifitas
lainnya
Alur Proses IPAL (Anaerob-Aerob)
Pabrik

Nutrisi bakteri
Lumpur aktif Disinfeksi

saring Pengendapa Biofilter Biofilte Pengendapan


n Awal r Akhir
Anaerob Aerob
Pem isahan

Aerator

(blower)
1. Primary Treatment 3.Tertiary Treatment
2. Secondary
Treatment

Re-
use
Lingkungan
1. Primary Treatment

 Tahap pertama dari pengolahan limbah cair industri yaitu


pengolahan primer (primary treatment ), pengolahan ini
umumnya merupakan pengolahan secara fisika.
 Jika limbah cair yang mengandung polutan sudah bersih melalui
proses primer saja, maka limbah cair tersebut dapat langsung
dibuang ke perairan namun tidak dimungkinkan untuk
digunakan ulang (re-use) untuk aktifitas lainnya
 Tetapi apabila limbah cair yang mengandung polutan masih
menyisakan polutan lain yang sulit dihilangkan, maka limbah
tadi akan diproses lebih lanjut menuju pengolahan sekunder
 Pengolahan primer terdiri dari beberapa tahapan yaitu;
tahap
penyaringan, Pemisahan, pengendapan, dan pengapungan:
pembuangan, penyaringan
1) Tahap lim bah cair (screening
harus melewati
): Melaluiproses
penyaringan
saluran terlebih dahulu untuk memisahkan bahan
padat yang terdapat dalam air limbah. Tahap ini cukup
efisien karena tidak terlalu banyak mengeluarkan biaya
untuk menyaring
2) Tahap pemisahan (separation): Setelah melewati proses
penyaringan, maka air limbah akan disalurkan menuju
kolam/tangki yang berfungsi untuk memisahkan pasir dan
partikel padat lain yang berukuran besar. Cara kerja dari
kolam/tangki tersebut adalah dengan memperlambat aliran
air limbah sehingga partikel pasir yang ada akan
mengendap di dasar kolam/tangki, sedangkan air limbah
akan dialirkan untuk diproses lebih lanjut.
3) Tahap Pengendapan (precipitation ): Setelah melewati proses
pemisahan maka air limbah akan ditampung dalam kolam
pengendapan. Metode pengendapan merupakan metode
paling dasar dalam pengolahan untuk mengolah limbah cair.
Dalam kolam pengendapan, limbah cair akan didiamkan
dalam jangka waktu tertentu agar partikel padat yang masih
ada dapat mengendap di dasar kolam. Biasanya endapan
partikel tersebut berupa lumpur yang nantinya akan
dipisahkan menuju saluran lain untuk diolah lebih lanjut.
4) Tahap Pengapungan (Floation): Setelah melewati proses
pengendapan, proses terakhir adalah tahap pengapungan.
Meto1.de ini sangat efektif digunakan untuk memisahkan
polutan seperti minyak dan lemak. Proses pengapungan ini
dapat menggunakan alat yang menghasilkan gelembung
udara untuk membawa partikel polutan menuju permukaan
air limbah agar mudah dihilangkan.
2. Scondary Treatment

 Pengolahan sekunder (secondary treatment ) merupakan pengolahan


limbah cair secara biologis, yaitu dengan melibatkan mikroorganisme
untuk menguraikan bahan organik.
 Pengolahan sekunder yang menggunakan sistim biofilter anaerob-
aerob (hybrid) memerlukan 2 kolam biofilter, yaitu kolam biofilter
anaerob dan kolam biofilter aerob
 Pada kolam biofilter anaerob:
1) Media kontak (bentuk honay camb atau biobal) yang dapat terbuat
dari plastik, bebatuan, kayu dan sejenisnya dimasukkan kedalam
kolam biofilter anaerob
2) Air limbah yang berasal dari pengolahan primer (primary treatment )
dialirkan secara kontinyu yang melewati celah atau rongga antar
media kontak
3) Secara alamiah bakteri anaerob atau anaerob fakultatif akan
tumbuh dan berkembang melekat pada permukaan media dan
membentuk lapisan lendir yang dikenal sebagai lapisan biofilm
4) Air limbah yang sudah melewati kolam biofilter anaerob kemudian
dialirkan menuju kolam biofilter aerob
 Pada kolam biofilter aerob: secara umum terbagi atas 3 tahapan, yaitu tahap
penyaringan dengan tetesan ( tricking filter ), lumpur aktif (activated sludge), dan
kolam perlakuan ( treatment ponds ).
1) Tahap Tricking Filter : Pada tahap ini, bakteri aerob akan digunakan untuk
menguraikan bahan organik yang melekat dan berkembang pada media
kontak yang dapat berupa plastik, batuan kecil atau sejenisnya. Limbah cair
dari biofilter anaerob dialirkan ke media kontak tersebut hingga meresap.
Pada proses peresapan tersebut, bahan organik yang terkandung pada
limbah akan diuraikan oleh bakteri aerob
2) Tahap Lumpur Aktif: Pada tahap ini limbah cair yang telah melewati proses
filter akan ditampung pada kolam biofilter aerob yang didalamnya terdapat
lumpur yang kaya bakteri aerob akan yang menguraikan bahan organik pada
air limbah. Lumpur yang mengandung bakteri aerob akan disalurkan pada
kolam aerasi.
3) Tahap Treatment Ponds: Pada tahap ini limbah cair akan ditempatkan pada
kolam terbuka yang terdapat alga yang dapat menghasilkan oksigen. Oksigen
inilah yang nantinya akan digunakan bakteri aerob untuk menguraikan bahan
organik dalam limbah cair. Apabila limbah telah mengendap maka air
permukaan dapat disalurkan ke lingkungan untuk diolah dan digunakan lagi.
 Dalam praktiknya, industri dapat mengkombinasikan ketiga tahapan tersebut
atau memilih salah satunya untuk efisiensi tergantung jenis air limbah yang
diolah
 Hal yang terpenting yang harus diperhatikan pada proses aerob ini adalah
kecukupan suplay oksigen untuk pertumbuhan bakteri aerob
3. Tertiary Treatment

 Apabila setelah melalui proses pengolahan primer dan sekunder masih ada zat
dalam limbah yang berbahaya bagi lingkungan, maka akan dilanjutkan ke tahap
selanjutnya yaitu pengolahan tersier ( tertiary treatment ). Pengolahan ini
umumnya bersifat khusus yang berarti pengolahan akan disesuaikan dengan
kandungan zat yang masih tertinggal pada limbah cair tersebut.
 Adapun zat zat yang biasanya masih tertinggal adalah nitrat, fosfat, dan garam.
Pengolahan tersier terdiri atas rangkaian dari proses kimia dan fisika. Pada
praktiknya metode pengolahan ini jarang sekali digunakan karena biaya tinggi
(tidak efisien)
 Pada tahap pengolahan tersier (tertiary treatment ) juga dilakukan desinfeksi
atau proses pembunuhan mikroorganisme terutama bakteri pathogen yang ada
dalam limbah cair menggunakan bahan kimia .
 Hal yang perlu diperhatikan dalam menambahkan senyawa kimia tersebut
adalah daya tingkat racun, efektivitasnya, dosis yang digunakan, daya tahan air
dan harga bahan kimia tersebut. Salah satu contoh pada proses ini adalah
dengan menambahkan klorin. Apabila benar-benar sudah bersih maka limbah
sudah aman untuk dibuang ke lingkungan atau digunakan ulang (re-use) untuk
aktifitas lainnya
4. Pengolahan Lumpur Endapan

 Pengolahan lumpur endapan (slude treatment) adalah tahap


pengolahan paling terakhir yang dilakukan ketika pengolahan
limbah cair (primer, sekunder, dan tersier) menghasilkan
endapan polutan berupa lumpur
 Lumpur tersebut tentunya tidak dapat dibuang ke lingkungan
begitu saja, karena akan mencemari lingkungan. Oleh karena itu
lumpur tadi perlu diolah agar ramah lingkungan
 Proses pengolahan lumpur ini biasanya dengan menguraikannya
dengan cara aerob yang nantinya akan disalurkan dengan
beberapa alternatif seperti dibuang ke laut, dibuang ke lahan
pembuangan khusus, atau dijadikan sebagai pupuk kompos
4. Pengolahan Lumpur Endapan

 Pengolahan lumpur endapan (slude treatment) adalah tahap


pengolahan paling terakhir yang dilakukan ketika pengolahan
limbah cair (primer, sekunder, dan tersier) menghasilkan
endapan polutan berupa lumpur
 Lumpur tersebut tentunya tidak dapat dibuang ke lingkungan
begitu saja, karena akan mencemari lingkungan. Oleh karena itu
lumpur tadi perlu diolah agar ramah lingkungan
 Proses pengolahan lumpur ini biasanya dengan menguraikannya
dengan cara aerob yang nantinya akan disalurkan dengan
beberapa alternatif seperti dibuang ke laut, dibuang ke lahan
pembuangan khusus, atau dijadikan sebagai pupuk kompos
Baku Mutu Limbah Cair Industri Pengolahan Hasil
Perikanan (PERMEN-LH No 5 /2 0 14 )
Catatan:
 Satuan kuantitas air limbah bagi:
a. usaha dan / a tau kegiat an pembekuan dalam sat uan m 3
per t on bahan baku.
b. usaha dan/ atau kegiat an pengalengan dalam satuan m 3
per t on bahan baku.
c. usaha dan/atau kegiatan pembuatan tepung ikan dalam satuan m 3
per ton produk.
 Satuan beban pencemaran bagi:
a. usaha dan/ atau kegiat an pembekuan dalam sat uan kg
per t on bahan baku.
b. usahadan/atau kegiatan pengalengan dalam satuan kg
per ton
bahan baku.
c. usaha dan/atau kegiatan pembuatan tepung ikan dalam satuan kg
per ton produk.
View publication stats

Anda mungkin juga menyukai