Anda di halaman 1dari 5

V.

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil 5.1.1 Pengelolaan Limbah Ikan Tuna PT Dempo Andalas Samudera 5.1.1.1 Limbah Cair Air limbah industri berasal dari kegiatan produksi ikan tuna melalui beberapa alur proses dari tahap penerimaan bahan baku (receiving), potong kepala, mata, serta potong loin (De-heading, loining), perapihan (trimming) sampai pada tahap akhir ekspor produksi ikan tuna meliputi pencucian komponenkomponen peralatan produksi lantai ruangan, lendir, darah dan air cucian ikan. Limbah cair yang berasal dari proses produksi diawali dari penerimaan bahan baku ikan tuna (receiving) oleh PT Dempo Andalas Samudera. Ikan tuna diperiksa dan dilakukan beberapa pengujian yaitu pengujian fisik (organoleptik), pengujian mikrobiologi, dan pengujian kimia. Bahan baku yang telah lulus beberapa uji standarisasi dimasukkan kedalam bak besar 200 ppm direndam cairan klorin 2 % dengan konsentrasi 200 ml dan disiram cairan microclean (iodine). De heading, loining/ potong kepala, mata dan potong loin dilakukan setelah dicuci, proses pemotongan bagian yang tidak termasuk proses selanjutnya. Kadar suhu ikan dipertahankan 4o C dan suhu ruangan 16 18
o

C. Ikan dibelah

menjadi empat bagian, dilakukan uji mikrobiologi 40 : 1 dan uji histamin serta pemisahan bagian bagian tetelan ikan. Air cairan yang digunakan masih sama dengan yang digunakan pada tahap sebelumnya. Ikan yang telah melalui proses sebelumnya pada proses loining akan dilakukan proses pemasakan didalam chiller

room selama 48 jam dan proses trimming pembagian bentuk olahan produksi seperti bentuk loin, saku dan steak. Limbah air yang telah digunakan pada tahap awal proses produksi hingga ekspor ikan tuna tidak dilakukan proses pengolahan air terlebih dahulu. Air tersebut mengandung klorin, microclean, lemak pada ikan dan juga sabun cuci untuk mencuci peralatan dan lantai. Pengolahan limbah cair di PT Dempo Andalas Samudera belum dilakukan dengan maksimal. Limbah cair hanya dikelola dalam septiktank tanpa adanya perlakuan khusus. Limbah cair industri pabrik di PT Dempo Andalas Samudera dibuang langsung kesaluran umum melalui saluran air pada septiktank, pada saluran air hanya diberi saringan untuk menyaring limbah padat, setelah selesai produksi semua septiptank di buka dan dibersihkan. Limbah padat yang terjaring kedalam septiktank tersebut dibuang ketempat pembuangan sampah akhir (TPA). PT Dempo Andalas Samudera juga melakukan kerja sama dengan PT. Triminic untuk pengelolaan lingkungan bagian dalam dan luar lingkungan PT Dempo Andalas Samudera. Pada saluran air dan Septiktank dilakukan penyemprotan, pengasapan dan pemberian racun pada tiap - tiap titik tertentu setiap minggunya, hal ini dilakukan untuk mencegah perkembang biakan nyamuk, kecoak dan tikus pada saluran air tersebut. 5.1.1.2 Limbah Padat Limbah padat yang dijumpai pada pengolahan ikan tuna di PT Dempo Andalas Samudera berasal dari bahan baku produksi olahan ikan tuna yang tidak terpakai seperti kepala, ekor, tetelan - tetelan, tulang ikan tuna, toro, mata serta plastik setelah proses produksi pengolahan.

5.2 Pembahasan Limbah perikanan dapat berbentuk padatan, cairan dan gas. Limbah tersebut ada yang berbahaya dan sebagian lagi beracun. Limbah padatan memiliki ukuran bervariasi, mulai beberapa mikron hingga beberapa gram atau kilogram. Limbah yang dihasilkan dari sisa produksi PT Dempo Andalas Samudera berupa limbah cair dan limbah padat. Berdasarkan karakteristiknya limbah dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu limbah yang masih dapat dimanfaatkan dan sudah tidak dapat dimanfaatkan. Limbah padat yang dapat dimanfaatkan kembali oleh PT Dempo Andalas Samudera berbentuk olahan sampingan yang berasal dari tetelan ikan tuna, toro serta daging daging yang melekat pada tulang dengan menggunakan mesin penggiling daging, hasil olahan berupa nugget dan bakso. Pada tahap proses produksi pengolahan ikan tuna bagian kepala, mata, dan ekor tidak di buang, melainkan di jual kembali kepada konsumen. Bagian bagian abdomen berupa tulang yang telah dikerok bagian dagingya diolah kembali oleh mahasiswa Universitas Bung Hatta menjadi pakan ternak berupa pelet. Limbah plastik termasuk kedalam limbah undegradable waste, sebagian plastik sisa produksi PT Dempo Andalas Samudera di buang ke tempat

pembuangan sampah akhir (TPA / landfill) dan sebagian lagi dilakukan pembakaran. Menurut sidik et al. (1985), pengelohan sampah metoda pembuangan akhir (landfill) dilakukan dengan teknik penimbunan sampah. Tujuan utama penimbunan akhir adalah menyimpan sampah padat dengan caracara yang tepat dan menjamin keamanan lingkungan, menstabilkan sampah (mengkonversi menjadi tanah), dan merubahnya kedalam siklus metabolisme

alam. Ditinjau dari segi teknis, proses ini merupakan pengisian tanah dengan menggunakan sampah. Lokasi penimbunan harus memenuhi sebagai berikut : a. Ekonomis dan dapat menampung sampah yang ditargetkan b. Mudah dicapai oleh kendaraan - kendaraan pengangkut sampah c. Aman terhadap lingkungan sekitarnya Proses pembakaran sisa sisa plastik bekas produksi yang dilakukan oleh PT Dempo Andalas Samudera tidak menggunkan incenerator sehingga proses pembakaran yang dilakukan tidak terkendali layaknya menggunakan incenerator sehingga turut ikut serta menyumbangkan polusi di udara, gas (asap) serta abu yang dihasilkan tidak dilakukan penanganan lebih lanjut untuk dibersihkan. Sehingga cara ini masih merupakan intermediate treatment. Limbah cair yang langsung dibuang ke laut oleh PT Dempo Andalas Samudera memiliki potensi sebagai pencemar lingkungan karena berbau, untuk mengendalikan pencemaran maka diperlukan pengolahan limbah cair secara biologik, kimia atau fisik. Penanganan limbah cair secara biologik lebih disukai karena dampak akhirnya terhadap pencemaran lingkungan menjadi minimal. Kandungan minyak, lendir dan darah yang terdapat pada ikan tuna tidak mudah terurai apabila limbah tersebut langsung dibuang kelaut maka sebagian akan mengendap, terurai secara perlahan, mengonsumsi oksigen terlarut, menimbulkan kekeruhan, mengeluarkan bau yang sangat tajam sehingga dapat mengganggu lingkungan sekitar. Limbah cair pabrik pengolahan ikan tuna mengandung senyawa organik dan anorganik yang mampu dan tidak mampu dirombak oleh mikroorganisme. Limbah yang mengandung senyawa organik umumnya dapat dirombak oleh bakteri dan dapat dikendalikan secara biologis

sedangkan limbah yang mengandung senyawa anorganik tidak mampu diuraikan oleh bakteri seperti potongan-potongan stereform, gabus serta potongan plastik sisa-sisa produksi. Kurangnya penanganan tentang cara pengelolaan yang baik terhadap limbah industri olahan menjadi masalah tersendiri, suatu pengolahan sampah dianggap baik jika sampah yang diolah tidak menjadi tempat berkembang biaknya bibit penyakit serta tidak menjadi perantara penyebarluasan suatu penyakit. Syarat lain yang harus dipenuhi adalah tidak mencemari udara, air, atau tanah, tidak menimbulkan bau, dan tidak menimbulkan kebakaran (Azwar, 1990).

Anda mungkin juga menyukai