Anda di halaman 1dari 34

KELOMPOK 6

SKENARIO 1

“SERING KENCING”
Bapak Prapto, seorang pekerja kantoran berusia 50 tahun, datang
ke dokter dengan keluhan sering kencing yang dialami sejak 2(dua) bulan
terakhir. Penderita sering terbangun 4-5 kali semalam untuk buang air
kecil. Penderita juga mengeluh selalu haus dan tenggorokan terasa kering
dan sering lapar. Penderita sejak 1 bulan terakhir juga mengeluh sering
kesemutan pada tangan dan kakinya. penderita juga mengalami luka di
daerah punggung kaki kanan yang tidak sembuh-sembuh sejak 1 bulan
terakhir. Dari anamnesis didapatkan gejala poliuri, polidipsi, dan polivagi,
neuropati. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan ulkus pada punggung
kaki kanan. Dokter menganjurkan kepada penderita untuk dilakukan
pemeriksaan gula darah. Hasil pemeriksaan GDS didapatkan hasil 300
mg/dl. Dokter juga melakukan pemeriksaan GDP, didapatkan hasilnya 200
mg/dl, dilanjutkan pemeriksaan GD 2 jam PP, didapatkan hasil 240 mg/dl.
Berdasarkan hasil tersebut dokter menganjurkan
untuk menjalani terapi diet dan olahraga dan juga
pengobatan untuk menstabilkan kadar gula darahnya.
Karena apabila kadar gula darah tubuh meningkat terus
dapat mengakibatkan berbagai komplikasi pada organ-
organ tubuh. Dokter menganjurkan kepada bapak Prapto
agar rutin menjalani pengobatan. Bapak Prapto sempat
juga menanyakan kepada dokter apakah kondisi yang
dialaminya sekarang dapat menurun pada anaknya dan
apakah dapat terjadi pada usia anak-anak. Dokter
menjelaskan bahwa penyakit ini memiliki resiko untuk
diturunkan pada anaknya dan memang ada juga jenis
penyakit ini menyerang pada usia anak-anak. Bagaimana
anda menjelaskan kondisi yang dialami oleh bapak Prapto?
STEP 1 (TERMINOLOGI ASING)
• Polydipsia : Rasa haus dan pemasukan cairan berlebihan
dan kronik. (kamus Kedokteran dorland)
• Neuropati : Gangguan fungsional atau perubahan patologis
pada sistem saraf tepi, kadang-kadang penggunaannya
dibatasi hanya untuk lesi noninflamasi sebagai lawan dari
lesi neuritis. (kamus kedokteran dorland)
• Polyuria : Sekresi urin yang berlebihan. (kamus kedokteran
dorland)
• Polyvagi : Makan yang berlebihan. (kamus kedokteran
dorland)
• GDS : pemeriksaan gula darah yang dilakukan setiap
waktu sepanjang hari tanpa memerhatikan makanan
terakhir yang dimakan dan kondisi tubuh. (depkes RI)
• GDP : Pemeriksaan glukosa yang dilakukan setelah
pasien berpuasa selama 8-10 jam. (depkes RI)
• Ulcer : Defek lokal, atau ekskavasi permukaan suatu
organ atau jaringan, akibat pengelupasan jaringan radang
yang nekrotik. (kamus kedokteran dorland)
• GD 2 jam PP : pemeriksaan glukosa yang dilakukan 2 jam
dihitung setelah pasien menyelesaikan makan. (depkes
RI)
STEP 2 (RUMUSAN MASALAH)
1. Mengapa bapak Prapto sering mengeluh haus dan
tenggorokan terasa kering ?
2. Mengapa luka pada kaki bapak Prapto tidak kunjung
sembuh ?
3. Berapa kadar normal gula darah ?
4. Apakah anak bapak Prapto berpotensi mengalami
penyakit yang sama ?
5. Mengapa bapak Prapto juga sering mengeluh
kesemutan pada tangan dan kakinya ?
6. Mengapa bapak Prapto mengeluh poliuria ?
7. Organ apa yang terpengaruh oleh meningkatnya gula
darah ?
8. Apa hubungan umur dan jenis kelamin dengan penyakit
bapak Prapto ?
9. Apa hubungan diet dan olahraga dengan kadar gula
darah ?
10. Mengapa didapatkan ulkus didaerah punggung kaki
kanan ?
STEP 3 (HIPOTESIS)

1. Dikarenakan gula darah yang tinggi maka glukosa yang


tidak bisa di metabolism akan ikut terbuang melalui
urine. Hal ini menyebabkan urine menjadi lebih kental,
sehingga membutuhkan air untuk mengencerkan dan
timbul rasa haus. Air yang digunakan di ambil dari
dalam tubuh akibatnya tubuh akan mengalami
dehidarasi dengan ciri-ciri seperti tenggorokan kering.
2. Terjadi penyumbatan pembuluh darah dan kerusakan
saraf akibat kadar gula darah yang tinggi, akibatnya
terjadi penurunan sensasi perabaan pada permukaan
kulit.
3. GDP : < 100 mg/dl , GDS :< 140 mg/dl , GD 2 jam pp :<
200 mg/dl
4. Keturunan merupakan factor resiko dari penyakit bapak Prapto, gaya
hidup, kebiasaan, jumlah frekuensi makan anak dipengaruhi oleh orang
tua. Dikarenakan hal ini penyakit bapak prapto dapat menurun pada
anaknya.
5. Kadar gula darah yang tinggi menyebabkan gangguan saraf pada serabut
saraf tepi sehingga muncul kesemutan.
6. Karena glukosa yang tidak terikat dengan insulin sehingga glukosa
berada pada aliran darah dan menumpuk pada tubulus ginjal sehingga
terjadi poliuri.
7. Diabetes menyebabkan disfungsi dan kegagalan berbagai macam organ
terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah.
8. Penyakit diabetes itu insidennya banyak terjadi pada usia 40 tahun dan
cenderung terkena pada laki-laki.
9. -Diet berfungsi mengurangi kadar gula dalam yang dikonsumsi
-Olahraga untuk membantu sekrsi cairan selain melalui berkemih
10. Terjadi penyumbatan pembuluh darah dan kerusakan saraf akibat kadar
gula darah yang tinggi, akibatnya terjadi penurunan sensasi perabaan
pada permukaan kulit.
STEP 4 (SKEMA)
Bapak Keluhan :
Sering kencing sejak 2 bulan terakhir
Prapto
Sering terbangun 4-5 kali semalam
(50 tahun) untuk BAK
Pemeriksaan fisik : Mengeluh selalu haus, tenggorokan
• Ulkus pada punggung kering, dan sering lapar
kaki kanan Mengeluh kesemutan pada tangan
Pemeriksaan lab : dan kaki
• GDS : 300MG/DL Luka didaerah punggung kaki yang
• GDP : 200MG/DL tidak sembuh-sembuh
• GD 2 JAM PP :
240MG/DL
Anamnesis yang didapat :
• Polyuria
• Polydipsi
Diagnosis sementara : • Polyfagi
Diabetes melitus • neuropati
STEP 5 (LEARNING OBJECT)
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang definisi DM
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang klasifikasi DM
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang epidemiologi
DM
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang etiologi dan
faktor resiko DM
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang patofisiologi DM
6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang manifestasi
klinis DM
7. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang penegakan
diagnosa dan diagnosa banding DM
8. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang
penatalaksanaan DM
9. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang komplikasi dan
prognosis DM
STEP 6 PEMBAHASAN
1. Definisi DM
• Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit
metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin, kinerja insulin atau kedua-
duanya (ADA, 2010).

• Berdasarkan Perkeni tahun 2011 Diabetes Mellitus adalah


penyakit gangguan metabolisme yang bersifat kronis
dengan karakteristik hiperglikemia.

Komplikasi dapat timbul akibat kadar gula darah yang tidak


terkontrol, misalnya neuropati, hipertensi, jantung koroner,
retinopati, nefropati, dan gangren.
2. Klasifikasi
• Diabetes melitus tipe 1 adalah keadaan dimana tubuh
memerlukan pasokan insulin dari luar, karena sel-sel beta dari
pulau-pulau langerhans telah mengalami kerusakan, sehingga
pankreas berhenti memproduksi insulin. Kerusakan sel beta
tersebut dapat terjadi sejak kecil ataupun setelah dewasa.

• Diabetes tipe 2 terjadi jika insulin hasil produksi pankreas tidak


cukup atau sel lemak dan otot tubuh menjadi kebal terhadap
insulin, sehingga terjadilah gangguan pengiriman gula ke sel
tubuh. Diabetes tipe 2 ditandai dengan kerusakan fungsi sel
beta pankreas dan resisten insulin, atau oleh menurunya
pengambilan glukosa oleh jaringan sbagai respons terhadap
insulin. Kadar insulin dapat normal, turun atau meningkat, tapi
sekresi insulin terganggu dalam hubungannya dengan tingkat
hiperglikemia. Ini biasanya didiagnosa setelah berusia 30 tahun
• Diabetes mellitus gestasional (GDM) atau diabetes melitus

yang terjadi hanya selama kehamilan dan pulih setelah


melahirkan, dengan keterlibatan interleukin-6 dan protein
reaktif C pada lintasan patogenesisnya. GDM mungkin dapat
merusak kesehatan janin atau ibu, dan sekitar 20–50% dari
wanita penderita GDM bertahan hidup.
• Diabetes Melitus Tipe Lain
1. Defek genetik fungsi sel beta.
2. Defek genetik kerja insulin : resisten insulin tipe A,
leprechaunism, Sindrom Rabson Medenhall.
3. Penyakit Eksokrin Pankreas (suatu kelenjar yang mengeluarkan
hasil produksinya melalui pembuluh).
4. Karena obat atau zat kimia: vacor, pentamidin, asam nikotinat.
5. Infeksi : Rubella Kongenital
6. Sebab imunologi yang jarang : antibodi, anti iinsulin (tubuh
menghasilkan zat anti terhadap insulin sehingga insulin tidak
dapat bekerja memasukkan glukosa ke dalam sel)
3. Epidemiologi
Penderita diabetes di Indonesia adalah pasien
dengan rentang usia 20-79 tahun yaitu sekitar 10 juta
orang dan 5 juta orang diantaranya tidak terdiagnosa.
Jumlah penderita diabetes akan terus bertambah setiap
tahunnya, bahkan pada tahun 2040 diperkirakan jumlah
penderita meningkat hingga 16,2% (IDF, 2015)
Kasus diabetes tipe 1 terjadi sebesar 10% dari
keseluruhan kasus DM, sedangkan kasus diabetes tipe 2
sebesar 90% dari keseluruhan kasus diabetes. Kasus
diabetes idiopatik atau tidak diketahui penyebabnya terjadi
sekitar 1-2% kasus (dipiro etal,2015
4. Etiologi dan Faktor Resiko
• a. Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) Faktor
genetik dan lingkungan merupakan faktor pencetus IDDM.
Oleh karena itu insiden lebih tinggi atau adanya infeksi virus
(dari lingkungan) misalnya coxsackievirus B dan
streptococcus. Dapat pula akibat respon autoimmune, dimana
antibody sendiri akan menyerang sel bata pankreas. Faktor
herediter, juga dipercaya memainkan peran munculnya
penyakit ini (Bare & Suzanne, 2002)

• Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) Virus


dan kuman leukosit antigen tidak nampak memainkan peran
terjadinya NIDDM. Faktor herediter memainkan peran yang
sangat besar. Riset melaporkan bahwa obesitas salah satu
faktor determinan terjadinya NIDDM sekitar 80% klien NIDDM
adalah kegemukan.
Faktor risiko yang dapat diubah
a) Gaya hidup
b) Diet yang tidak sehat
c) Obesitas

Faktor risiko yang tidak dapat diubah


d) Usia
e) Riwayat keluarga diabetes melitus
f) Ras atau latar belakang etnis
g) Riwayat diabetes pada kehamilan
5. Patofisiologi
Aktifitas insulin yang rendah akan menyebabkan :
a.Penurunan penyerapan glukosa oleh sel-sel, disertai peningkatan
pengeluaran glukosa oleh hati melalui proses glukoneogenesis
dan glikogenolisis. Karena sebagian besar sel tubuh tidak dapat
menggunakan glukosa tanpa bantuan insulin, timbul keadaan
ironis, yakni terjadi kelebihan glukosa ekstrasel sementara terjadi
defisiensi glukosa intrasel.
b. Kadar glukosa yang meninggi ke tingkat dimana jumlah glukosa
yang difiltrasi melebihi kapasitas sel-sel tubulus melakukan
reabsorpsi akan menyebabkan glukosa muncul pada urin, keadaan
ini dinamakan glukosuria
c. Glukosa pada urin menimbulkan efek osmotik yang menarik
H2O bersamanya. Keadaan ini menimbulkan diuresis osmotik
yang ditandai oleh poliuria (sering berkemih).
d. Cairan yang keluar dari tubuh secara berlebihan akan
menyebabkan dehidrasi, yang pada gilirannya dapat menyebabkan
kegagalan sirkulasi perifer karena volume darah turun. Kegagalan
sirkulasi, apabila tidak diperbaiki dapat menyebabkan kematian
karena penurunan aliran darah ke otak atau menimbulkan gagal
ginjal sekunder akibat tekanan filtrasi yang tidak adekuat.
e. Selain itu, sel-sel kehilangan air karena tubuh mengalami
dehidrasi akibat perpindahan osmotik air dari dalam sel ke cairan
ekstrasel yang hipertonik. Akibatnya timbul polidipsia (rasa haus
berlebihan) sebagai mekanisme kompensasi untuk mengatasi
dehidrasi.
f. Defisiensi glukosa intrasel menyebabkan “sel kelaparan”
akibatnya nafsu makan (appetite) meningkat sehingga timbul
polifagia (pemasukan makanan yang berlebihan).
g. Efek defisiensi insulin pada metabolisme lemak menyebabkan
penurunan sintesis trigliserida dan peningkatan lipolisis. Hal ini
akan menyebabkan mobilisasi besar-besaran asam lemak dari
simpanan trigliserida. Peningkatan asam lemak dalam darah
sebagian besar digunakan oleh sel sebagai sumber energi
alternatif karena glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel.
h. Efek insulin pada metabolisme protein menyebabkan
pergeseran netto kearah katabolisme protein. Penguraian protein-
protein otot menyebabkan otot rangka menciut dan melemah
sehingga terjadi penurunan berat badan (Sherwood, 2001).
6. Manifestasi Klinis
• Poliuria
• Polidipsia
• Poliphagia
• Penurunan berat badan
• Pruritus
7. Penegakan diagnosis
Menurut PERKENI (2011), Diagnosis DM ditegakkan atas
dasar pemeriksaan kadar glukosa darah. Diagnosis tidak dapat
ditegakkan atas dasar adanya glukosuria. Berbagai keluhan
dapat ditemukan pada pasien diabetes. Keluhan klasik DM ada
seperti poliuria polidipsa, polifagia, dan penurunan berat badan
yang tidak dapat dijelaskan sebabnya Keluhan lain pula berupa
lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi
pada pria serta pruritus vulvae pada wanita.

Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga cara:


1. Jika keluhan klasik ditemukan + pemeriksaan glukosa plasma
sewaktu >200 mg/dL atau
2. Gejala klasik DM + glukosa plasma puasa >126 mg/dL sudah
cukup untuk menegakkan diagnosis DM. atau
3. Kadar gula plasma 2 jam pada TTGO 200mg/dL
Tes tolerans glukosa oral (TTGO). Apabila hasil
pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM,
bergantung pada hasil yang diperoleh, maka dapat
digolongkan ke dalam kelompok toleransi glukosa
terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu
(GDPT). Diagnosis TGT ditegakkan bila setelah
pemeriksaan TTGO didapatkan glukosa plasma 2 jam
setelah beban antara 140-199 mg/dL. Diagnosis GDPT
pula ditegakkan bila setelah pemeriksaan glukosa plasma
puasa didapatkan antara 100-125 mg/dL dan pemeriksaan
TTGO gula darah 2 jam 140 mg/dL.
8. Penatalaksanaan
• Adapun tujuan dari penatalaksanaan ini secara umum adalah
meningkatkan kualitas hidup penyandang diabetes yang
meliputi :
1. Tujuan jangka pendek : menghilangkan keluhan DM,
memperbaiki kualitas hidup, & mengurangi resiko
komplikasi akut.
2. Tujuan jangka panjang : mencegah & menghambat
progresitivitas penyulit mikroangiopati & makroangiopati.
3. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas &
morbilitas DM
Penatalaksanaan non Farmakologi
1. Edukasi
dengan tujuan promosi hidup sehat, selalu dilakukan
sebagai bagian dari upaya pencegahan & bagian yang
sangat penting dari pengelolaan DM secara holistik.

2. Latihan Jasmani
• Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara
teratur (3-5 hari seminggu selama sekitar 30-45 menit ,
dengan total 150 menit perminggu, dengan jeda antar
latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut. Latihan jasmani
yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat
aerobik dengan intensitas sedang (50-70% denyut jantung
maksimal) seperti jalan cepat, bersepeda santai, jogging,
dan berenang. Denyut jantung maksimal dihitung dengan
cara = 220-usia pasien.
Farmakologis
• Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan
makan dan latihan jasmani (gaya hidup sehat). Terapi
farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan.
a. Obat Antihiperglikemia Oral
Pemacu Sekresi Insulin (Insulin Secretagogue): Sulfonilurea
dan Glinid
1. Sulfonilurea. Obat golongan ini mempunyai efek utama
memacu sekresi insulin oleh sel beta pankreas post
prandial.
2. Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan
sulfonilurea, dengan penekanan pada peningkatan sekresi
insulin fase pertama. Obat ini dapat mengatasi
hiperglikemia post prandial.
Peningkat Sensitivitas terhadap Insulin: Metformin dan
Tiazolidindion (TZD).
b. Terapi kombinasi
Kombinasi obat antihiperglikemia oral dan insulin yang
banyak dipergunakan adalah :

Kombinasi obat antihiperglikemia oral dan insulin basal


(insulin kerja menengah atau insulin kerja panjang), yang
diberikan pada malam hari menjelang tidur. Pendekatan terapi
tersebut pada umumnya dapat mencapai kendali glukosa
darah yang baik dengan dosis insulin yang cukup kecil. Dosis
awal insulin kerja menengah adalah 6-10 unit yang diberikan
sekitar jam 22.00, kemudian dilakukan evaluasi dosis tersebut
dengan menilai kadar glukosa darah puasa keesokan harinya.
Pada keadaaan dimana kadar glukosa darah sepanjang hari
masih tidak terkendali meskipun sudah mendapat insulin
basal, maka perlu diberikan terapi kombinasi insulin basal dan
prandial, serta pemberian obat antihiperglikemia oral
dihentikan.
Indikasi pengobatan dengan insulin :
• Semua penderita DM dari setiap umur (baik IDDM
maupun NIDDM) dalam keadaan ketoasidosis atau
pernah masuk kedalam ketoasidosis (Bare & Suzanne,
2002).
• DM dengan kehamilan/ DM gestasional yang tidak
terkendali dengan diet (perencanaan makanan) (Bare &
Suzanne, 2002).
• DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik
oral dosif maksimal. Dosis insulin oral atau suntikan
dimulai dengan dosis rendah dan dinaikkan perlahan –
lahan sesuai dengan hasil glukosa darah pasien. Bila
sulfonylurea atau metformin telah diterima sampai dosis
maksimal tetapi tidak tercapai sasaran glukosa darah
maka dianjurkan penggunaan kombinasi sulfonylurea dan
insulin (Bare & Suzanne, 2002).
Golongan obat Cara kerja utama Efek samping utama Cara lerka utama

Sulfonilurea Meningkatkan sekresi Bb naik hipoglikemia 1,0-2,0%


insulin
Glinid Meningkatkan sekresi Bb naik hipoglikemia 0,5-1,5%
insulin
Metformin Menekan produksi Dispepsia, diare, 1,0-2,0%
glukosa hati & asidosis laktat
menambah sensitifitas
terhadap insulin

Penghambat alfa- Menghambat arbsorbsi Flatulen, tinja 0,5-0,8%


glukosidase glukosa lembek
Tiazolidindion Menambah sensitifitas Edem 0,5-1,4%
terhadap insulin

Penghambat DPP-IV Meningkatkan sekresi Sebah, muntah 0,5-0,8%


insulin, menghambat
sekresi glukagon

Penghambat SGLT- Menghambat ISK 0,5-0,9%


2 rearbsorbsi glukosa di
tubuli distal ginjal
9. Komplikasi dan prognosis
Komplikasi DKA
Akut KHHN
Hipoglikemia
Ginjal
Komplikasi
Mata
Mikrovaskuler
Neuropati
Kronik
jantung koroner
Makrovaskuler
Pem. Darah kaki
Pem. Darah ke
otak
Prognosis
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai