0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
33 tayangan23 halaman
Perdarahan intraserebral adalah perdarahan di otak yang disebabkan pecahnya pembuluh darah. Diagnosis didasarkan pada hasil CT scan atau MRI yang menunjukkan darah di otak. Penatalaksanaan meliputi penurunan tekanan darah, manajemen perdarahan intraventrikel, intervensi bedah, dan pencegahan komplikasi seperti kejang dan demam. Prognosis dinilai menggunakan skor ICH yang memprediksi risiko kematian berdasarkan kondisi pasien.
Perdarahan intraserebral adalah perdarahan di otak yang disebabkan pecahnya pembuluh darah. Diagnosis didasarkan pada hasil CT scan atau MRI yang menunjukkan darah di otak. Penatalaksanaan meliputi penurunan tekanan darah, manajemen perdarahan intraventrikel, intervensi bedah, dan pencegahan komplikasi seperti kejang dan demam. Prognosis dinilai menggunakan skor ICH yang memprediksi risiko kematian berdasarkan kondisi pasien.
Perdarahan intraserebral adalah perdarahan di otak yang disebabkan pecahnya pembuluh darah. Diagnosis didasarkan pada hasil CT scan atau MRI yang menunjukkan darah di otak. Penatalaksanaan meliputi penurunan tekanan darah, manajemen perdarahan intraventrikel, intervensi bedah, dan pencegahan komplikasi seperti kejang dan demam. Prognosis dinilai menggunakan skor ICH yang memprediksi risiko kematian berdasarkan kondisi pasien.
A. Definisi • Perdarahan intraserebral (PIS) adalah perdarahan yang terjadi di otak yang disebabkan oleh pecahnya (ruptur) pada pembuluh darah otak. Perdarahan dalam dapat terjadi dibagian manapun di otak. Darah dapat terkumpul di jaringan otak, ataupun di ruang antara otak dan selaput membran yang melindungi otak. Perdarahan dapat terjadi hanya pada satu hemisfer (lobar intracerebral hemorrhage), atau dapat pula terjadi pada struktur dari otak, seperti thalamus, basal ganglia, pons, ataupun cerebellum (deep intracerebral hemorrhage). B. Epidemiologi • Di seluruh dunia insiden perdarahan intraserebral berkisar 10 sampai 20 kasus per 100.000 penduduk dan meningkat seiring dengan usia. Perdarahan intraserebral lebih sering terjadi pada pria daripada wanita, terutama yang lebih tua dari 55 tahun, dan dalam populasi tertentu, termasuk orang kulit hitam dan Jepang. Selama periode 20 tahun studi The National Health and Nutrition Examination Survey Epidemiologic menunjukkan insiden perdarahan intraserebral antara orang kulit hitam adalah 50 per 100.000, dua kali insiden orang kulit putih. C. Anatomi Cerebrum • Otak harus menerima lebih kurang satu liter darah per menit, yaitu sekitar 15% dari darah total yang dipompa oleh jantung saat istirahat agar berfungsi normal. Otak mendapat darah dari arteri. Yang pertama adalah arteri karotis interna yang terdiri dari arteri karotis (kanan dan kiri), yang menyalurkan darah ke bagian depan otak disebut sebagai sirkulasi arteri cerebrum anterior. Yang kedua adalah vertebrobasiler, yang memasok darah ke bagian belakang otak disebut sebagai sirkulasi arteri cerebrum posterior. Selanjutnya sirkulasi arteri cerebrum anterior bertemu dengan sirkulasi arteri cerebrum posterior membentuk suatu sirkulus willisi. D. Etiologi dan Faktor Risiko • Berdasarkan penyebabnya pendarahan intraserebral dibagi atas 2 yaitu Spontaneous intracerebral hemorrhage (SICH) dan traumatic intracerebral hemorrhage (TICH).2 Penyebab yang sering SICH adalah ruptur pembuluh darah otak akibat tekanan darah tinggi (hipertensi), komplikasi dari pengobatan antikoagulasi yang berlebihan, enuerisma, malformasi atreriovenus (AVM) dan cerebral amyloid angiopathy. 5Faktor risiko utama SICH yaitu sebagai berikut:1. Hipertensi kronik2. Merokok3. Usia (meningkat pada usia tua)4. Diabetes mellitus5. Konsumsi alkohol tinggi6. Penggunaan obat-obatan yang tidak tepat (kokain, amfetamin), terapi antikoagulan yang berlebihan, dan terapi trombolitik yeng berlebihan. E. Patofisiologi • Perdarahan intraserebral (PIS) merupakan penyakit yang didasari pada gangguan pembuluh darah. Pertama, hipertensi kronik menyebabkan vaskulopati hipertensi yang menyebabkan perubahan degenerative mikroskopis dinding pembuluh darah. Kedua, Cerebral Amyloid Angiopathy ditandai dengan pengedapan Amyloid-beta pada dinding leptomeningal dan kortek pembuluh darah. Walapaupun mekanisme yang menyebabkan akumulasi amyloid masih belum diketahui, namun pada akhirnya perubahan degenerative dinding pembuluh darah yang ditandai bekurangnya elastisitas pembuluh darah, penebalan dinding pembuluh darah, penyempitan luminal pembentukan mikroaunerisma dan microhemorrhagic. • Pecahnya pembuluh darah akan mebentuk hematom yang akan secara langsung menyebabakan cedera mekanik pada parenkim otak. Edem perihematom berkembang dalam 3 jam pertama dari onset gejala dan mencapai puncaknya antara 10 sampai 20 hari.13 Kemudian, komponen darah dan plasma memediasi proses cedera sekunder termasuk proses inflamasi, aktivasi kaskade koagulasi, dan deposisi besi dari degradasi hemoglobin. Akhirnya, hematom dapat terus berkembang hingga 38 % pada pasien selama 24 jam pertama. F. Manifestasi Klinis • Manifestasi akut dari PIS sulit dibedakan dengan stroke iskemik. Gejalanya meliputi nyeri kepala, mual, kejang dan gejala neurologis fokal atau general. Koma, nyeri kepala, muntah, kejang, kekakuakn pada leher, dan peningkatan tekanan darah diastolic merupakan temuan klinis yang lebih mungkin ditemukan pada PIS dibandingkan stroke iskemik. • Defisit neurologis fokal pada PIS berdasarakan letak lesi : • Di putamen menyebabkan, hilangnya sensibilitas kontralateral, hemiparesis kontralateral, hemianopsia homonim, paresis conjugate gaze kontralateral, apraxia atau afasia, • Lesi di thalamus dapat menyebabkan hemiparesis kontralateral, hilangnya sensibilitas kontralateral, paresis gaze, hemiparesis kontralateral, hemianopsia homonim, miosis, confusion atau afasia. • Lesi di lobaris dapat menyebabkan hemiparesis kontralateral, hilangnya sensibilitas kontralateral, paresis conjugate gaze kontralateral, hemianopsia homonim, abulia, afasia, atau apraxia. • o Lobus frontalis: hemiparesis kontralateral, sakit kepala bifrontal, deviasi konjugae, dan afasia motorik bila lesi di area Broca hemisfer dominan.o Lobus parietalis: defisit persepsi sensorik kontralateral dengan hemiparesis ringan.o Lobus oksipitalis: hemianopsia dengan atau tanpa hemiparesis minimal, pada ipsilateral dengan hemianopsia. • o Lobus temporalis: afasia sensorik bila lesi di area wernicke hemisfer dominan, hemianopsia atau kuadranopsia. G. Klasifikasi Intracerebral Hematom • 1. Putaminal Hemorrhage 2. Thalamic Hemorrhage • 3. Perdarahan Pons 4. Perdarahan Serebelum • 5. Perdarahan Lober
• 6. Perdarahan Intraserebral Akibat Trauma
H. Diagnosis • Diagnosis perdarahan intraserebral ditegakkan berdasarkan keluhan dan gejala yang didapatkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, kemudian dikonfirmasi dengan ditemukannya darah berupa gambaran hiperdens pada brain CT scan. Brain CT scan merupakan pemeriksaan diagnostik lini pertama untuk pendarah intraserebral. Namun MRI dengan gradient echo dapat mendeteksi pendarahan intraserebral hiperakut dengan sama sensititf dan akurat dan lebih akurat untuk mendeteksi mikrohemoragik. CT Scan dengan kontras intravena dapat mendeteksi pendarahan yang sedang berlangsung. Cerebral Angiography dibutuhkan untuk medeteksi penyebab sekunder pendarahan intraserebral seperti anuerisma, arteriovenous malformation, dural venous thrombosis dan vasculitis. MRI dan magnetic-resonance angiography Berikut adalah gambaran CT scan pada perdarahan intraserebral. I. Penatalaksanaan • 1. Manajemen Hipertensi • Treatment of acute cerberal hemorhagge (ATACH) II menggunaakan nikardipin intravena, untuk dalam waktu 3 jam onset PIS untuk menargetkan tekanan darah sistolik < 140 mmHg dapat memberikan hasil yang lebih baik. Kalsium chanel bloker (ex. Nikardipin) dan betabloker (labetolol) adalah terapi pilihan untuk menurukan tekanan darah secara cepat pada pasien PIS. Nitrat sebaiknya dihindari karena dapat menyebabkan vasodilatasi cerebral dan penungkatan tekanan intracranial. • 2. Manajemen Perdarahan Intraventrikel • Perdarahan intraventrikular (IVH) terjadi pada 45% pasien dengan ICH. Hal ini terkait dengan GCS yang lebih rendah dan prediktor independen untuk hasil yang buruk. Penempatan ventilasi eksternal (EVD) harus ada dipertimbangkan pada setiap pasien dengan GCS ≤ 8, IVH bermakna, hidrosefalus atau bukti herniasi transtentorial.30 ICP yang meningkat (> 20 mmHg) harus diobati dengan terapi hyperosmolar (HTS dan / atau manitol), drainase cairan serebrospinal atau sedasi, meskipun tidak ada • 3. Intervensi Bedah • a. Hematoma cerebellar dengan diameter > 3 cm yang disertai penekanan batang otak atau hidrosefalus akibat obstruksi ventrikel seharusnya dilakukan sesegera mungkin. • b. Perdarahan dengan kelainan struktur seperti aneurisma atau AVM. • c. Hematoma lobaris dengan ukuran sedang-besar yang terletak dekat dengan korteks (< 45 tahun dengan GCS 9-12. • d. Evakuasi rutin ICH supratentorial dengan kraniotomi standar dalam 96 jam tidak direkomendasikan. • 4. Pemberian obat epilepsi profilaksis • Pasien dengan ICH memiliki risiko kejang klinis sebesar 16% dalam waktu 1 minggu, dengan mayor yang terjadi pada atau di dekat onset. PIS dengan keterlibatan korteks adalah faktor risiko yang paling penting. • 5. Kontrol Demam • Demam sering terjadi setelah ICH, terutama pada pasien dengan ekstensi intraventrikular. Demam berkelanjutan setelah ICH adalah faktor prognostik independen untuk hasil yang lebih buruk. J. Komplikasi • 1. Stroke hemoragik • 2. Kehilangan fungsi otak permanen • 3. Efek samping obat-obatan dalam terapi medikasi K. Prognosis • Intracerebral hemorrhage (ICH) score merupakan salah satu skor prognostic yang digunakan untuk memprediksi mortalitas pasien dengan perdarahan intraserebral spontan.4 Komponen dari ICH score adalah sebagai berikut: • a. Nilai GCS • 3-4 : 2 poin • 5-12 : 1 poin • 13-15 : 0 poin • b. Volume perdarahan intraserebral • ≥ 30 cm3 : 1 poin • < 30 cm3 : 0 poin • . Perdarahan intraventrikular • Ya : 1 poin • Tidak : 0 poin • d. Perdarahan di infratentorial • Ya : 1 poin • Tidak : 0 poin • e. Usia • ≥ 80 tahun : 1 poin • < 80 tahun : 0 poin • Keterangan :ICH score dengan poin : 0 memiliki risiko mortalitas sebesar 0%; poin 1 sebesar 13%; poin 2 sebesar 26%; poin 3 sebesar 72%; poin 4 sebesar 97%; dan poin 5-6 sebesar 100%.