Anda di halaman 1dari 28

1

BAB I

PENDAHULUAN

A LATAR BELAKANG
Intracerebral haemorrhage (ICH) adalah penyakit yang sering dengan

insiden dari 11-23 kasus dari 100,000 pertahun. walaupun ia termasuk 10-15%

dari semua strokes, tetapi ia adalah paling fatal subtype stroke yang bisa

mengakibatkan kematian lebih dari 40%. Perdarahan intracranial dapat

diklasifikasikan dari aspek anatomi dan aspek etiologi.1


Berdasarkan dari anatomi terdapat beberapa perdarahan seperti

perdarahan parenkim, subarachnoid, subdural, epidural, perdarahan supra dan

infratentorial. Berdasarkan aspek etilogi perdarahan primer atau spontan boleh

dibedakan dengan perdarahan sekunder. Perdarahan primer merupakan

perdarahan spontan yang mana disebabkan oleh penyakit hipertensi arteri.

Perdarahan sekunder terjadi akibat trauma, tumor, dan akibat pengunaan obat1
Perdarahan intraserebral paling sering terjadi ketika tekanan darah

tinggi kronis melemahkan arteri kecil, menyebabkannya robek. Penggunakan

kokain atau amfetamin dapat menyebabkan tekanan darah tinggi dan

perdarahan sementara. Pada beberapa orangtua, sebuah protein abnormal yang

disebut amiloid terakumulasi di arteri otak. Akumulasi ini (disebut angiopati

amiloid) melemahkan arteri dan dapat menyebabkan perdarahan.2


Umumnya tidak banyak penyebabnya, termasuk ketidaknormalan

pembuluh darah yang ada ketika lahir, luka, tumor, peradangan pembuluh

darah (vaskulitis), gangguan perdarahan, dan penggunaan antikoagulan dalam

dosis yang terlalu tinggi. Gangguan perdarahan dan penggunaan antikoagulan

meningkatkan resiko kematian dari perdarahan intraserebral.1


2

B RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk membuat

laporan kasus tentang Intracerebral haemorrhage (ICH).

C TUJUAN PENULISAN
1 Tujuan Umum
Mengetahui bagaimana kejadian Intracerebral haemorrhage (ICH)

yang terjadi di ruangan saraf (Dahlia) BLUD RSU Datu Beru Takengon.
2 Tujuan Khusus
a Mengetahui gambaran penyebab terjadinya Intracerebral haemorrhage

(ICH) di ruangan saraf (dahlia) BLUD RSU Datu Beru Takengon.


b Mengetahui jenis-jenis dari Intracerebral haemorrhage (ICH) di

ruangan saraf (dahlia) BLUD RSU Datu Beru Takengon.


c Mengetahui gambaran tanda dan gejala dari Intracerebral haemorrhage

(ICH) di ruangan saraf (dahlia) BLUD RSU Datu Beru Takengon.


d Mengetahui gambaran penatalaksanaan Intracerebral haemorrhage

(ICH) di ruangan saraf (dahlia) BLUD RSU Datu Beru Takengon.

D MANFAAT PENULISAN
Hasil penulisan ini bermanfaat untuk :
1 Bagi Masyarakat
Untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan masyarakat

tentang masalah Intracerebral Haemorrhage (ICH) dan meningkatkan

kewaspadaan terhadap resiko kejadian Intracerebral haemorrhage (ICH).


2 Bagi Penulis
a Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang kejadian

kasus Intracerebral haemorrhage (ICH) di ruangan saraf di BLUD

RSU Datu Beru Takengon.


3

b Untuk dapat melatih penulis agar bisa berpikir secara obyektif dalam

menghadapi dan memecahkan masalah saraf yang mungkin akan

terjadi di lapangan.
3 Bagi Rumah Sakit
Agar dapat memberikan masukan dalam melakukan evaluasi

keberhasilan pencatatan dan pelaporan serta pencapaian target dalam

mengatasi kasus saraf.


4 Bagi Fakultas
Dapat menjadi bahan bacaan di perpustakaan Universitas

Abulyatama Aceh terutama menyangkut masalah saraf.


4

E RUANG LINGKUP PENULISAN

Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku terjadinya Intracerebral

Haemorrhage di masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi dalam

penulisan ini, penulis hanya tertarik untuk meneliti bagaimana gambaran kasus

Intracerebral haemorrhage (ICH) di BLUD RSU Datu Beru Takengon.


5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A Intracerebral haemorrhage (ICH)


1 Definisi
Perdarahan Intraserebral Hemorrhage (ICH) adalah perdarahan yang

terjadi di otak yang disebabkan oleh pecahnya (ruptur) pada pembuluh

darah otak. Perdarahan dalam dapat terjadi di bagian manapun di otak.

Darah dapat terkumpul di jaringan otak, ataupun di ruang antara otak dan

selaput membran yang melindungi otak. Perdarahan dapat terjadi hanya

pada satu hemisfer (lobar intracerebral hemorrhage), atau dapat pula terjadi

pada struktur dari otak, seperti thalamus, basal ganglia, pons, ataupun

cerebellum (deep intracerebral hemorrhage).3

Gambar II.1 Perdarahan Intracerebra

2 Klasifikasi
6

Tipe perdarahan intaserebral yang tersering adalah seperti berikut :3

1. Putaminal Hemorrhage

Antara sindroma klinis perdarahan yang tersering adalah disebabkan oleh

perdarahan putaminal dengan terjadinya penekanan pada daerah

berdekatan dengan kapsula interna.

2. Thalamic Hemorrhage

Sindroma klinis akibat perdarahan talamus sudah dikenal.

Umumnya perdarahan talamus kecil menyebabkan defisit neurologis

lebih berat dari perdarahan putaminal. Seperti perdarahan putaminal,

hemiparesis kontralateral terjadi bila kapsula internal tertekan. Namun

khas dengan hilangnya hemisensori kontralateral yang nyata yang

mengenai kepala, muka, lengan, dan tubuh.

3. Perdarahan Pons

Perdarahan pons merupakan hal yang jarang terjadi dibandingkan dengan

perdarahan intraserebral supratentorial, tetapi 50% dari perdarahan

infratentorial terjadi di pons.

4. Perdarahan Serebelum

Lokasi yang pasti dari tempat asal perdarahan di serebelum sulit

diketahui. Tampaknya sering terjadi di daerah nukleus dentatus dengan

arteri serebeli superior sebagai suplai utama. Perluasan perdarahan ke

dalam ventrikel IV sering terjadi pada 50% dari kasus perdarahan di

serebelum.
7

5. Perdarahan Lober

Sindroma klinis akut perdarahan lober dijelaskan Ropper dan Davis.

Hipertensi kronik tampil hanya pada 31 % kasus, dan 4 % pasien yang

koma saat datang. Perdarahan oksipital khas menyebabkan nyeri berat

sekitar mata ipsilateral.

3 Epidemiologi
Insidensi di seluruh dunia dari perdarahan intracerebral menunjukan

10-20 kasus dari 100,000 populasi dan termasuk peningkatan

umur.Perdarahan intracerebral lebih banyak terjadi pada lelaki berbanding

perempuan terutama umur lebih 55 tahun dan juga termasuk populasi

termasuk orang kulit hitam dan japan.4


Pada penelitian selama 20 tahun oleh National Health dan Nutrition

examination survei epidemiologi insiden perdarahan intracerebral diantara

orang kulit Hitam 50/100,000 dua kali lipat insiden pada pada orang kulit

putih.Insiden populasi di Japan 55/100,000 sama dengan orang kulit hitam.

Prevelansi Hipertensi dan pengunaan alcohol yang tinggi pada populasi

Japan meningkatkan insidensi.Hipertensi adalah faktor risiko spontan

perdarahan intraserebral terutama pada pasien yang tidak menggunakan obat

hipertensi,pasien umur 55 tahun,anak muda dan perokok4.

4 Etiologi

Hipertensi merupakan penyebab terbanyak (72-81%). Perdarahan

intraserebral spontan yang tidak berhubungan dengan hipertensi,

biasanya berhubungan dengan diskrasia darah, hemartroma, neoplasma,

aneurisma, AVM, tumor otak metastasis, pengobatan dengan antikoagulans,


8

gangguan koagulasi seperti pada leukemia atau trombositopenia,

serebralarteritis, amyloid angiopathy dan adiksi narkotika.3

5 Patofisiologi2,3

Faktor penyebab : Hipertensi

Pe tekanan dalam pembuluh darah secara spontan Pe elastisitas dinding Pembuluh darah

Pecah pembuluh darah pe TIK

Peningkatan tekanan jaringan dan hemostalitis

6
Manifestasi Klinis
Onset dari simptom dari ICH biasanya saat aktivitas di siang hari,
Hematom Berhenti
dengan perkembangan dan pembekuan
progresif perdarahan
(dari menit-jam) dari beberapa hal dibawah
ini :3
1 Perubahan pada tingkat kesadaran (50%)
2 Mual dan muntah (40-50%)
Iskemik
3 Sakit kepala (40%) Sitotoksik
4 Kejang (6-7%)
Edema Otak
5 Deficit neurologi fokal
6 Perdarahan lobar karena amyloid angiopathy dapat menyebabkan

simptom prodromal dari baal fokal, kesemutan atau kelemahan.


7 Hipertensi, demam, atau aritmia
8 Kaku kuduk
9 Perdarahan subhyaloid retina
10 Anisocoria (ukuran kedua pupil tidak sama)
11 Difisit neurologis fokal :
9

Putamen hemiparesis kontralateral, kehilangan sensoris


kontralateral, paresis tatapan konjugat kontralateral, afasia
(gangguan bahasa), hemianopia homonymous
Thalamus kehilangan sensoris kontralateral, hemiparesis
kontralateral, paresis pandangan, hemianopia homonimus, miosis,
aphasia atau kebingungan (confusion)
Lobar hemiparesis kontralateral atau kehilangan sensoris, paresis
pandangan konjugat kontralateral, abulia, aphasia, neglect, atau
apraxia
Nukleus Caudatus hemiparesis kontralateral, paresis pandangan
konjugat kontralateral, atau confusion
Batang otak quadriparesis, kelemahan fasial, penurnan level
kesadaran, paresis pandagan, bobbing ocular, miosis, atau
ketidakseimbangan autonomy
Cerebellum Ataxia, biasanya dimulai dari tungkai, kelemahan
fasial ipsilateral, kehilangan pendengaran ipsilateral, paresis
pandangan, deviasi tidak simetris, atau penurunan tingkat
kesadaran.

7 Pemeriksaan Fisik
Hipertensi arterial dijumpai tanda fisik lain yang menunjukkan adanya

hipertensi sistemik seperti hipertrofi ventrikel kiri dan retinopati hipertensif.

Pemeriksaan fundus okuli pada kasus yang diduga PIS mempunyai tujuan

ganda yaitu mendeteksi adanya tanda-tanda retinopati hipertensif dan mencari

adanya perdarahan subhialoid (adanya darah di ruang preretina, yang

merupakan tanda diagnostik perdarahan subarakhnoid) yang mempunyai

korelasi dengan ruptur aneurisma. Kaku kuduk terdapat pada 48% kasus PIS.5
Gerakan mata, pada perdarahan putamen terdapat deviation conjugae

ke arah lesi, sedang pada perdarahan nukleus kaudatus terjadi kelumpuhan

gerak horisontal mata dengan deviation conjugae ke arah lesi. Perdarahan


10

thalamus akan berakibat kelumpuhan gerak mata atas (upward gaze palsy),

jadi mata melihat ke bawah dan kedua mata melihat ke arah hidung. Pada

perdarahan pons terdapat kelumpuhan gerak horisontal mata dengan ocular

bobbing.5
Pada perdarahan putamen, reaksi pupil normal atau bila terjadi

herniasi unkus maka pupil anisokor dengan paralisis N. III ipsilateral lesi.

Perdarahan di thalamus akan berakibat pupil miosis dan reaksinya lambat.

Pada perdarahan di mesensefalon, posisi pupil di tengah, diameternya sekitar

4-6 mm, reaksi pupil negatif. Keadaan ini juga sering dijumpai pada herniasi

transtentorial. Pada perdarahn di pons terjadi pinpoint pupils bilateral tetapi

masih terdapat reaksi, pemeriksaannya membutuhkan kaca pembesar.5


Pola pernafasan pada perdarahan diensefalon adalah Cheyne-Stroke,

sedang pada lesi di mesensefalon atau pons pola pernafasannya hiperventilasi

sentral neurogenik. Pada lesi di bagian tengah atau caudal pons

memperlihatkan pola pernafasan apneustik. Pola pernafasan ataksik timbul

pada lesi di medula oblongata. Pola pernafasan ini biasanya terdapat pada

pasien dalam stadium agonal.5


8 Pemeriksaan Penunjang5
a Kimia darah
b Lumbal punksi
c EEG
d CT scan
e Arteriografi

9 Diagnosa
Cara yang paling akurat untuk mendiagnosis ICH adalah dengan CT

scan diagnosis ditegakkan atas dasar adanya suatu kelumpuhan gejala yang

dapat membedakan manifestasi klinis antara perdarahan infark.6


11

10 Diagnosa Banding
Adapun diagnosis banding pada ICH adalah sebagai berikut :6,7
a.
Acute Stroke Management
b.
Amyloid Angiopathy
c.
Arteriovenous Malformations
d.
Blood Dyscrasias and Stroke
e.
Cerebellar Hemorrhage
f.
Cerebral Aneurysms
g.
Magnetic Resonance Imaging in Acute Stroke
11 Penatalaksanaan

Semua penderita yang dirawat dengan intracerebral hemorrhage harus


mendapat pengobatan untuk :3,7

a. Normalisasi tekanan darah

Obat-obat anti hipertensi yang dianjurkan adalah dari golongan :

Angiotensin Converting Enzyme Inhibitors

Angiotensin Receptor Blockers

Calcium Channel Blockers

b. Pengurangan tekanan intrakranial

Terapi penatalaksanaan untuk menurunkan peningkatan tekanan

intrakranial dimulai bilamana tekanan Intrakranial 20-25 mmHg.

Management penatalaksanaan peningkatan tekanan Intrakranial salah

satunya adalah pemberian obat diuretik osmotik (manitol), khususnya pada

keadaan patologis edema otak.

Dosis : Untuk menurunkan tekanan intrakranial, dosis manitol

0,25 1 gram/kgbb diberikan bolus intravena, atau dosis tersebut

diberikan intravena selama lebih dari 10 15 menit. Manitol dapat


12

jugadiberikan atau dicampur dalam larutan Infus 1,5 2 gram/kgbb

sebagai larutan 15-20% yang diberikan selama 30-60 menit. Manitol

diberikan untuk menghasilkan nilai serum osmolalitas 310 320 mOsm/L.

Osmolalitas serum sering kali dipertahankan antara 290 310 mOsm.

Tekanan Intrakranial harus dimonitor, harus turun dalam waktu 60 - 90

menit, karena efek manitol dimulai setelah 0,5 - 1 jam pemberian. Fungsi

ginjal, elektrolit, osmolalitas serum juga dimonitor selama pasien

mendapatkan manitol. Perawat perlu memperhatikan secara

serius, pemberian manitol bila osmolalitas lebih dari 320 mOsm/L. Karena

diureis, hipotensi dan dehidrasi dapat terjadi dengan pemberian manitol

dalam jumlah dosis yang banyak. Foley catheter harus dipasang selama

pasien mendapat terapi manitol. Dehidrasi adalah manisfestasi dari

peningkatan sodium serum dan nilai osmolalitas.

Obat Neuroprotektor :

Piracetam 1200 mg/kaplet


13

Indikasi : Kemunduran daya pikir, astenia, gangguan adaptasi,

gangguan reaksi psikomotor. Alkoholisme kronik dan adiksi. Disfungsi

serebral sehubungan dengan akibat pasca trauma.

Dosis : Oral sindroma psikoorganik yang berhubungan dengan

penuaan, awal 6 kapsul atau 3 kaplet/hari dalam 2-3 dosis terbagi

untuk 6 minggu. Pemeliharaan : 1,2 g/hr. Sindroma pasca trauma, awal

2 kapsul atau 1 kaplet 3x/hari sampai mencapai efek yang diinginkan,

lalu 1 kapsul atau kaplet/hari. Inj IM atau IV 1 g 3x/hari.

Injeksi Citicoline

Indikasi : Gangguan kesadaran yang menyertai kerusakan atau cedera

serebral, trauma serebral, operasi otak, dan infark serebral.

Mempercepat rehabilitasi tungkai atas dan bawah pada pasien

hemiplegia apopleksi.

Dosis : Gangguan kesadaran karena cedera kepala atau operasi otak

100-500 mg 1-2x/hari secara IV drip atau injeksi. Gangguan

kesadaran karena infark serebral 1000 mg 1x/hari secara injeksi IV.

Hemiplegia apopleksi 1000 mg 1x/hari secara oral atau injeksi IV.

c. Pengontrolan terhadap edema serebral

d. Pencegahan kejang.
14

12 Komplikasi3
a. Stroke hemoragik
b. Kehilangan fungsi otak permanen
c. Efek samping obat-obatan dalam terapi medikasi

13 Prognosis
Kondisi neurologik awal setelah terserang perdarahan juga penting untuk

prognosis pasien. Pasien yang kesadarannya menurun mortalitas meningkat

menjadi 63%. Mortalitas juga meningkat pada perdarahan yang besar dan

letaknya dalam, pada fossa posterior atau yang meluas masuk ke dalam

ventrikel. Felmann E mengatakan bahwa 45% pasien meninggal bila disertai

perdarahan intraventrikular.5

BAB III

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.R
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 74 tahun
Alamat : Pantan Sile, Takengon
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
15

Bangsa : Indonesia
Tanggal Masuk : 20 Agustus 2016
Tanggal Keluar : 25 Agustus 2016
No RM : 143xxx
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama :
Pasien dengan penurunan kesadaran
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan penurunan kesadaran dengan

kelemahan anggota gerak kiri secara tiba-tiba. Kelemahan ini dirasakan

sejak 1 hari sebelum dibawa kerumah sakit. Sebelumnya pasien juga

mengatakan sering nyeri kepala (+) lebih kurang 6 bulan yang lalu dan

sebulan ini semakin memberat, nyeri yang dirasakan hilang timbul dan

memberat ketika pasien beraktivitas. Pasien juga mengatakan mengalami

kejang 1 hari sebelum kerumah sakit, muntah (+), mual (-).


3. Riwayat Penyakit Dahulu : Hipertensi (+)
Diabetes Mellitus (-)
4. Riwayat Penyakit Keluarga : tidak ada
5. Riwayat Pengobatan : tidak ada
6. Riwayat Kebiasaan : Merokok (-)
Alkohol (-)
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Penurunan kesadaran
Kesadaran : Somnolen E:2 V:3 M:4
Tekanan Darah : 171/80 mmHg
Nadi : 73 kali/menit, pengisian penuh, irama reguler
Suhu : 36 oC
Pernafasan : 22 kali/menit 37,2oC

D. STATUS INTERNUS
Kulit
Warna : Kecoklatan sama rata
Turgor : Kembali cepat
Sianosis: (-)
Ikterus : (-)
Edema : (-)
Anemia: (-)
Kepala
16

Rambut: Hitam
Wajah : simetris, edema (-), deformitas (-)
Mata : konjunctiva pucat (-), pupil (+/+)
Telinga: serumen (-/-), ikterik (-/-)
Hidung: sekret (-/-), darah (-/-)
Mulut : -Bibir: bibir pucat (+), mukosa basah (-), sianosis (-)
-Lidah: tremor (-), hiperemis (-), beslag (-)
-Tonsil: hiperemis (-/-)
-Faring: hiperemis (-/-)
Leher : -Inpeksi : simetris(+), struma (-)
-Palpasi : kaku kuduk (-)
Thoraks
Inpeksi
- Statis : simetris, cardiac bulging (-), bentuk normochest
(+/+)
- Dinamis: pernafasan thoraco-abdominal, retraksi
suprasternal (-), retraksi intercostalis (-), retraksi
epigastrium (-)
Paru
Inpeksi : simetris, statis, dinamis
Kanan Kiri
Palpasi
Depan Fremitus (+) Fremitus (+)
Belakang Fremitus (+) Fremitus (+)
Perkusi
Depan Sonor (+) Sonor (+)
Belakang Sonor (+) Sonor (+)
Auskultasi
Depan Vesikuler (+) Vesikuler (+)
Ronki (-), wheezing (-) Ronki (-),wheezing (-)
Belakang Vesikuler (+) Vesikuler (+)
Ronki (-), wheezing (-) Ronki (-),wheezing (-)

Abdomen
Inpeksi : simetris, distensi (-), tumor (-), vena collateral (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), defans muscular (-)
- Hepar : tidak teraba
- Lien : tidak teraba
Perkusi : timpani (+), shifting dullness (-)
Auskultasi : peristaltik (+)
Tulang Belakang : simetris (+)
17

Kelenjar Limfe : pembesaran KGB (-)


Ekstremitas
Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
- Sianosis (-) (-) (-) (-)
- Oedema (-) (-) (-) (-)
- Fraktur (-) (-) (-) (-)
- Kekuatan otot : hipotonus
5 2
- Klonus : -Paha (-)
5 2
-Kaki (-)

E. STATUS NEUROLOGIS
A. Nervus Cranial
1. Nervus I (fungsi Penciuman) : tidak bisa dinilai
2. Nervus II (visual)
o Visus : tidak bisa dinilai
o Lapangan Pandang : tidak bisa dinilai
o Melihat Warna : tidak bisa dinilai
o Refleks Cahaya Langsung : Normal

3. Nervus III (otonom)


o Ukuran Pupil : <2 mm / <2 mm
o Bentuk Pupil : isokor, bulat
o Refleks Cahaya Tidak Langsung : Normal
o Nistagmus : tidak bisa
dinilai
o Strabismus : tidak bisa
dinilai
Nervus III, IV, VI (gerakan okuler)
Kanan Kiri
- Lateral tidak bisa dinilai tidak
bisa dinilai
- Atas tidak bisa dinilai tidak
bisa dinilai
- Bawah tidak bisa dinilai tidak
bisa dinilai
- Medial tidak bisa dinilai tidak
bisa dinilai
- Diplopia (-) (-)
4. Nervus V ( fungsi motorik dan sensorik)
o Membuka Mulut : tidak bisa dinilai
18

o Menggigit dan Mengunyah : tidak bisa dinilai


o Fungsi Sensasi Wajah : tidak bisa dinilai
5. Nervus VII (fungsi motorik dan sensorik )
o Mengerutkan dahi : tidak bisa dinilai
o Menutup mata : tidak bisa dinilai
o Mengembungkan pipi : tidak bisa dinilai
o Memperlihatkan gigi : tidak bisa dinilai
o Sudut bibir : Normal
o Fungsi Pengecapan : tidak bisa dinilai
6. Nervus VIII (fungsi Pendengaran) : Normal
7. Nervus IX dan X (fungsi motorik)
o Bicara : bisa (+)
o Refleks Menelan : Normal

8. Nervus XI (fungsi motorik)


o Mengangkat bahu : Sulit dinilai
o Memutar Kepala : Sulit dinilai
9. Nervus XII (fungsi motorik)
o Artikulasi lingualis : Tidak bisa dinilai
o Menjulurkan Lidah : Tidak bisa dinilai
F. REFLEKS
1. Refleks Fisiologis 2. Refleks Patologis
- Biceps : ++/+++ - Hoffman tromer : (-/-)
- Triceps : -/- - Babinski : (-/+)
- Patella : ++/+++ - Chaddock : (-/+)
- Achilles : -/- -Gordon : (-/-)
- Oppenheim : (-/-)
3. Tanda Rangsang Meningeal
- Kaku kuduk : (-)
- Laseque : (-)
- Kernig : (-)
- Brudzinki I : (-)
- Brudzinki II : (-)
- Patrick : (-)
- Kontra Patrick : (-)

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Labolatorium : Darah Rutin
Radiologi : CT-Scan Head
19

- Tampak bayangan hiperden didaerah


thallamus kanan HU 55,42 (volume
42,93)
- Sulci cortikalis, fissure sylvii, fissure
interhemisfer dalam batas normal
- Ruang subarachnoid dalam batas normal
- Ventrikel lateralis kanan tampak
menyempit
- Bentuk dan posisi ventrikel lateralis
kanan dan kiri masih simetris, ukuran
ventrikel lateralis kiri serta ventrikel III
dan IV masih dalam batas normal.
- Sisterna ambiems dan sisterna basalis
dalam batas normal
- Daerah sella tursika dan juxtasella
daerah cerebellopatine angle kanan dan
kiri dalam batas normal.
- Mastoid air cell bilateral dalam batas
normal
- Sinus maxillaris kanan kiri spenoidalis,
etmoidalis, frontalis, maxillaris dalam
batas normal
- Bulbus okuli dan ruang retrobulber
dalam batas normal
- Tidak tampak pergeseran garis tengah
- Tidak tampak garis fraktur
- Bulbos oculi dan ruang retrobuler
normal.

Kesan : Perdarahan
Intracerebral didaerah thalamus
kanan (volume 42,93cc)

H. DIAGNOSA
- Diagnosa klinis : penurunan kesadaran,hemiparase sinistra,
chephalgia,.
- Diagnosa topis : Hemisfer dextra
- Diagnosa etiologi : ICH (Intracerebral Hemorrhage)

I. DIAGNOSA BANDING
- Abses cerebri
20

J. TERAPI
- O2 2-3 liter
- IVFD Assering 20 gtt/menit
- Injeksi Citicolin 500 mg/12 jam
- Injeksi Ranitidin Amp/12 jam
- Injeksi Lapibal 500 g/12 jam
- Irbesartan 1x300 mg
K. PROGNOSIS
Ad Vitam : dubia ad malam
Ad functionam : dubia ad malam
Ad sanactionam : dubia ad malam

FOLLOW UP HARIAN
1. Tanggal 20 Agustus 2016
S/ BAB (-) , nyeri kepala (+), kembung A/ ICH
(+), muntah (+), kejang (+)
O/ kesadaran umum : somnolen Th/ - O2 2-3 L
*TD : 180/100 mmHg -IVFD Assering 20 gtt/menit
*Nadi : 80x/menit -injeksi citicolin 500 mg/12 jam
*Nafas : 23x/menit -injeksi ranitidin 1 amp/12 jam
*Suhu : 36,1oC -injeksi lapibal 500 mg/12jam
*Mata : anemis (-/-) -injeksi phenitoin 1 amp/12 jam
*Thorak : vesikuler(+/+), -innjeksi furosemid 1 amp/24 jam
Rh(-/-), wh(-/-) - irbersartan 1x300 mg
*Abdomen : distensi(-), turgor
kembali cepat,
peristaltik(+)
* Ekstremitas :
3 1
- Kekuatan otot :
3 1
3 1
3 1 -Refleks Fisiologis:
3 1 Biceps: kanan (++) kiri (+++)
Patella: kanan (++) kiri (+++)
3 1
21

-Refleks Patologis :
Babinski: (-/+)
-Lateralisasi : kiri

2. Tanggal 21 Agustus 2016


S/ BAB (-) , nyeri kepala (+), muntah (+). A/ ICH
O/ kesadaran umum : Somnolen Th/
*TD : 150/100 mmHg -O2 2-3 Liter
*Nadi : 80x/menit -IVFD Assering 20 gtt/menit
* Nafas : 23x/menit - IVFD Manitol 125 cc/6 jam
* Suhu : 36 oC - injeksi citicolin 500 mg/12 jam
*Mata : anemis - injeksi ranitidin 1 ampul/hari
* Thorak : vesikuler(+/+), - injeksi lapibal ampul/12jam
Rh(-/-), wh(-/-) - inj furosemid 1amp/24 jam
*Abdomen : distensi(-), - inj kalnex 250 g/12 jam
turgor kembali - irbesartan 1x300 mg
cepat,
peristaltik(+)

* Ekstremitas : 3 1
-Kekuatan otot : 3 1
3 1
3 1
-Refleks Fisiologis :
3 1
Biceps: kanan (++) kiri (+++)
3 1
Patella: kanan (++) kiri (+++)
-Refleks Patologis :
Babinski: (-/+)
22

-lateralis : kiri

3. Tanggal 22 Agustus 2016


S/ susah tidur (+), kembung (+), A/ ICH
BAB (+) Th/
O/ kesadaran umum : Apatis -O2 2-3 Liter
*TD : 140/80 mmHg -IVFD Assering 20 gtt/menit
*Nadi : 81x/menit - IVFD Manitol 125 cc/8 jam
* Nafas : 22x/menit - injeksi citicolin 500 mg/12 jam
* Suhu : 36oC - injeksi ranitidin 1 ampul/hari
*Mata : anemis - injeksi lapibal ampul/12jam
* Thorak : vesikuler(+/+), - inj kalnex 250 g/12 jam
Rh(-/-), wh(-/-) - phenitoin tab 2x1
*Abdomen : distensi(-), turgor - irbesartan 1x300 mg
kembali cepat,
peristaltik(+)

* Ekstremitas : 5 2
-Kekuatan otot : 5 2
5 2
5 2
-Refleks Fisiologis :
5 2
Biceps: kanan (++) kiri (+++)
5 2
Patella: kanan (++) kiri (+++)
-Refleks Patologis :
Babinski (-/+)
-Lateralisasi : kiri

4. Tanggal 23 Agustus 2016


S/ susah tidur(+), BAB (-), nyeri (+) A/ ICH dd Abses Cerebri
23

O/ kesadaran umum : Apatis Th/


*TD : 130/80 mmHg -O2 2-3 Liter
*Nadi : 71x/menit -IVFD Assering 20 gtt/menit
* Nafas : 23x/menit - IVFD Manitol 125 cc/12 jam
* Suhu : 36 oC - injeksi citicolin 500 mg/12 jam
* Mata : anemis - injeksi ranitidin 1 ampul/hari
* Thorak : vesikuler(+/+), - inj kalnex 250 g/12 jam
Rh(-/-), wh(-/-) - phenitoin tab 2x1
*Abdomen : distensi(-), turgor - irbesartan 1x300 mg
kembali cepat, -laxadyn syr 2xC1
peristaltik(+)

* Ekstremitas : 5 2
- Kekuatan otot : 5 2
5 2
5 2
-Refleks Fisiologis :
5 2
Biceps: kanan (++) kiri (+++)
5 2
Patella: kanan (++) kiri (+++)
-Refleks Patologis : babinski (-/+)
-Lateralisasi : kiri

5. Tanggal 24 Agustus 2016


S/ nyeri kepala(+), BAB (-), tidak bisa A/ ICH dd Abses Cerebri
tidur (+) Th/
O/ kesadaran umum : Compos mentis -O2 2-3 Liter
*TD : 150/90 mmHg -IVFD KAEN 3B 20 gtt/menit
24

*Nadi : 80x/menit - IVFD Manitol 125 cc/24 jam


* Nafas : 24x/menit - injeksi citicolin 250 mg/12 jam
* Suhu : 36,2oC - injeksi ranitidin 1 ampul/12 jam
*Mata : anemis - kalnex tab 2x250 mg
* Thorak : vesikuler(+/+), - phenitoin tab 2x1
Rh(-/-), wh(-/-) - irbesartan 1x300 mg
*Abdomen : distensi(-), turgor -laxadyn syr 2xC1
kembali cepat, peristaltik(+)
P/ telusuri hasil lab
* Ekstremitas : 5 2
-Kekuatan otot : 5 2
5 2
5 2
-Refleks Fisiologis :
5 2
Biceps: kanan (++) kiri (+++) 5 2
Patella: kanan (++) kiri (+++)
-Refleks Patologis : (-/-)
-Lateralisasi : kiri

6. Tanggal 25 Agustus 2016


S/ BAB (-), nyeri kepala berkurang, A/ ICH dd Abses Cerebri
Tidak bisa tidur (+) Th/
O/ kesadaran umum : Compos mentis
*TD : 160/100 mmHg - citicolin 2x500 mg
25

*Nadi : 81x/menit - kalnex tab 3x250 mg


* Nafas : 24x/menit - phenitoin tab 2x1
* Suhu : 36oC - irbesartan 1x300 mg
*Mata : anemis -laxadyn syr 2xC1
* Thorak : vesikuler(+/+), - dulcolax supp 2
Rh(-/-), wh(-/-) - nufagrabion 2x1
*Abdomen : distensi(-), turgor
kembali cepat, P/ -Hasil lab dalam batas normal
peristaltik(+) -PBJ

* Ekstremitas : 5 2
- Kekuatan otot : 5 2
5 2
5 2
- Refleks Fisiologis :
5 2
Biceps: kanan (++) kiri (+++) 5 2
Patella: kanan (++) kiri (+++)
- Refleks Patologis : (-)
- Lateralisasi : kiri

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A KESIMPULAN
26

Perdarahan intraserebral (PIS) adalah perdarahan fokal dari

pembuluh darah dalam parenkim otak. Penyebabnya biasanya hipertensi

kronis. Gejala umum termasuk defisit neurologis fokal, seringkali dengan

onset mendadak sakit kepala, mual, dan penurunan kesadaran.

Kebanyakan perdarahan intraserebral juga dapat terjadi ganglia basal,

lobus otak, otak kecil, atau pons. Perdarahan intraserebral juga dapat

terjadi di bagian lain dari batang otak atau otak tengah. Ada sindroma

utama yang menyertai stroke hemoragik menurut Smith dapat dibagi

menurut tempat perdarahannya yaitu putaminal hemorrhage, thalamic

hemorrhage, pontine hemorrhage, cerebellar hemorrhage, lobar

hemorrhage.
Pemeriksaan penunjang dengan lumbal pungsi, CT-scan, MRI,

serta angiografi. Adapun penatalaksanannya di ruang gawat darurat

(evaluasi cepat dan diagnosis, terapi umum, stabilisasi jalan napas dan

pernapasan, stabilisasi hemodinamik, pemeriksaan awal fisik umum,

pengendalian peninggian TIK, pengendalian kejang, pengendalian suhu

tubuh, pemeriksaan penunjang) kemudian penatalaksanaan di ruang rawat

inap (cairan, nutrisi, pencegahan dan mengatasi komplikasi,

penatalaksanaan medik yang lain. Penatalaksanaan stroke perdarahan

intraserebral (PIS) meliputi terapi medik pada PIS akut (terapi hemostatik,

reversal of anticoagulation) dan tindakan operatif.


Prognosis bervariasi tergantung dari keparahan, lokasi dan volume

perdarahan. Semakin rendah nilai GCS, maka prognosis semakin buruk

dan tingkat mortalitasnya tinggi. Semakin besar volume perdarahan maka


27

prognosis semakin buruk. Dan adanya darah di dalam ventrikel

berhubungan dengan angka mortalitas yang tinggi. Adanya darah di dalam

ventrikel meningkatkan angka kematian sebanyak 2 kali lipat.

B SARAN
1 Bagi masyarakat agar lebih mengetahui bagaimana penyakit ICH.
2 Bagi institusi pendidikan agar lebih mengenal tentang kejadian ICH

dan penyebabnya di BLU di BLU RSU Datu Beru Takengon.


3 Bagi rumah sakit agar lebih mengetahui jumlah ICH di BLU RSU

Datu Beru Takengon.

DAFTAR PUSKATA

1. Luyendijk W. Intracerebral hemorrhage. In : Vinken FG, Bruyn GW, editors.


Handbook of Clinical Neurology. New York : Elsevier ; 2005; 660-719.

2. Price, Sylvia. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit; jakarta; EGC;


1120-1122

3. Perdarahan Intraserebral Hipertensif Abdul Gofar Sastrodiningrat Divisi Ilmu


Bedah Saraf Departemen Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara, Medan Suplemen Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39
September 2006.
28

4. Priguna Sidharta. Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum. 2008.jakarta.; dian


rakyat.

5. Mitwalli, A., Malkoff, M D.,.2008. Intracerebral Hemorrhage. The Internet


Journal of Advanced Nursing Practice.

6. Satyanegara, Ilmu Bedah Saraf Edisi IV; jakarta; EGC; 189-191

7. Harsono, 2006. Kapita Selekta Neurologi. Gajah Mada University Press;


yogyakarta; 157-159

Anda mungkin juga menyukai