Anda di halaman 1dari 71

MATERI PEMBELAJARAN MIKRO

PGSD

Ninik Indawati-2014
MOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN
• PERAN GURU DALAM MEMBANGKITKAN
MOTIVASI BELAJAR SISWA
Pada intinya motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan
daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan
memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam
kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai
motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.

Motivasi ada dua, yaitu motivasi Intrinsik dan motivasi ektrinsik.


- Motivasi Intrinsik. Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan
dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri.
- Motivasi Ekstrinsik. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu,
apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan
keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar.

Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah
bagi guru. Karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa
yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan guru. Rasa
ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan
yang ada disekitarnya, kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya.

Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik
yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini tugas guru adalah
membangkitkan motivasi peserta didik sehingga ia mau melakukan belajar.
Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi
belajar siswa, sebagai berikut:
1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.
Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru
menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada
siwa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
2. Hadiah
Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat
mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum
berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.
3. Saingan/kompetisi
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan
prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai
sebelumnya.
4. Pujian
Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau
pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun.
5. Hukuman
Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat
proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan
agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu
motivasi belajarnya.
Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar
strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke
peserta didik.
6. Membentuk kebiasaan belajar yang baik
7. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun
kelompok
8. Menggunakan metode yang bervariasi, dan
9. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan
pembelajaran
10. Memberikan aktivitas dengan tingkat kesulitan tingkat menengah
sehingga tidak akan membosankan siswa karena terlalu mudah
atau membuat siswa putus asa karena terlalu sulit
11. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat memilih
aktivitas dan terlibat dalam pembuatan peraturan dan prosedur di
kelas sehingga siswa merasa memiliki control
12. Melibatkan siswa dalam aktivitas permainan, dan simulasi, namun
kegiatan ini harus relevan dengan materi pelajaran dan tidak
mengganggu
• Usaha untuk meningkatkan motivasi belajar siswa memerlukan
kondisi tertentu yang mengedepankan keterlibatan dan keaktifan
siswa dalam pembelajaran. Sejauh mungkin siswa perlu didorong
untuk mampu menata belajarnya sendiri dan menggunakan
interaksi antarpribadi dengan teman dan guru untuk
mengembangkan kemampuan kognitif/intelektual dan
kemampuan sosial. Di samping itu, keterlibatan orang tua dalam
belajar siswa perlu diusahakan, baik berupa perhatian dan
bimbingan kepada anak di rumah maupun partisipasi secara
individual dan kolektif terhadap sekolah dan kegiatannya.
KARAKTERISTIK BELAJAR
• Pengkategorian ini hanya merupakan pedoman bahwa individu memiliki salah satu
karakteristik yang paling menonjol sehingga jika ia mendapatkan rangsangan yang
sesuai dalam belajar maka akan memudahkannya untuk menyerap pelajaran.
Dengan kata lain jika sang individu menemukan metode belajar yang sesuai
dengan karakteristik cara belajar dirinya maka akan cepat ia menjadi “pintar”
sehingga kursus-kursus atau pun les private secara intensif mungkin tidak
diperlukan lagi.

Adapun ciri-ciri perilaku individu dengan karakteristik cara belajar seperti disebutkan
diatas, menurut DePorter & Hernacki (2001), adalah sebagai berikut :
1. Karakteristik Perilaku Individu dengan Cara Belajar Visual. Individu yang memiliki
kemampuan belajar visual yang baik tandai dengan ciri-ciri perilaku
sebagai berikut:
• Rapi dan teratur
• dengan cepat mampu membuat rencana jangka pendek dengan baik, teliti dan
rinci
• mementingkan penampilan
• lebih mudah mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar, mengingat
sesuatu berdasarkan asosiasi visual
• memiliki kemampuan mengeja huruf dengan sangat baik
• biasanya tidak mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik ketika sedang
belajar
• sulit menerima instruksi verbal (oleh karena itu seringkali ia minta
instruksi secara tertulis)
• merupakan pembaca yang cepat dan tekun lebih suka membaca daripada
dibacakan
• dalam memberikan respon terhadap segala sesuatu, ia selalu bersikap
waspada
• membutuhkan penjelasan menyeluruh tentang tujuan dan berbagai hal
lain yang berkaitan
• jika sedang berbicara di telpon ia suka membuat coretan-coretan tanpa
arti
• selama berbicara lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain
• sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat “ya” atau “tidak’
• lebih suka mendemonstrasikan sesuatu daripada berpidato/berceramah
• lebih tertarik pada bidang seni (lukis, pahat, gambar), daripada musik
• seringkali tahu apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai menuliskan
dalam kata-kata.
Karakteristik Perilaku Individu dengan Cara Belajar Auditorial

Individu yang memiliki kemampuan belajar auditorial yang baik ditandai dengan
ciri-ciri perilaku sebagai berikut:
• Sering berbicara sendiri
• ketika sedang bekerja mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik
• lebih senang mendengarkan (dibacakan) daripada membaca
• jika membaca maka lebih senang membaca dengan suara keras dapat mengulangi
atau menirukan nada, irama, dan warna suara
• mengalami kesulitan untuk menuliskan sesuatu, tetapi sangat pandai dalam
bercerita
• berbicara dalam irama yang terpola dengan baik
• Berbicara dengan sangat fasih
• lebih menyukai seni musik dibandingkan seni yang lainnya
• belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada apa
yang dilihat
• senang berbicara, berdiskusi dan menjelaskan sesuatu secara panjang lebar
• mengalami kesulitan jika harus dihadapkan pada tugas-tugas yang berhubungan
dengan visualisasi
• lebih pandai mengeja atau mengucapkan kata-kata dengan keras daripada
menuliskannya
• lebih suka humor atau gurauan lisan daripada membaca buku humor/komik
Karakteristik Perilaku Individu dengan Cara Belajar
Kinestetik
Individu yang memiliki kemampuan belajar kinestetik yang baik
ditandai dengan ciri-ciri perilaku sebagai berikut:
• Berbicara dengan perlahan
• menanggapi perhatian fisik
• menyentuh orang lain untuk mendapatkan perhatian
• berdiri dekat ketika sedang berbicara dengan orang lain,
• banyak gerak fisik
• memiliki perkembangan otot yang baik
• belajar melalui praktek langsung atau manipulasi
• menghafalkan sesuatu dengan cara berjalan atau melihat langsung
• menggunakan jari untuk menunjuk kata yang dibaca
• ketika sedang baca banyak menggunakan bahasa tubuh (non verbal)
• tidak dapat duduk diam di suatu tempat untuk waktu yang lama
• sulit membaca peta kecuali ia memang pernah ke tempat tersebut
• menggunakan kata-kata yang mengandung aksi
• pada umumnya tulisannya jelek
• menyukai kegiatan atau permainan yang menyibukkan (secara fisik)
• ingin melakukan segala sesuatu
• Dengan mempertimbangkan dan melihat cara belajar apa yang
paling menonjol dari diri seseorang maka orangtua atau individu
yang bersangkutan (yang sudah memiliki pemahaman yang cukup
tentang karakter cara belajar dirinya) diharapkan dapat bertindak
secara arif dan bijaksana dalam memilih metode belajar yang
sesuai.
• Bagi para remaja yang mengalami kesulitan belajar, cobalah untuk
mulai merenungkan dan mengingat-ingat kembali apa karakteristik
belajar anda yang paling efektif.
Setelah itu cobalah untuk membuat rencana atau persiapan yang
merupakan kiat belajar Anda sehingga dapat mendukung agar
kemampuan tersebut dapat terus dikembangkan. Salah satu cara
yang bisa digunakan adalah dengan memanfaat berbagai media
KARAKTERISTIK BELAJAR

KITA DALAM PROSES BELAJAR


• 10% dari apa yang kita baca
• 20% dari apa yang kita dengar
• 30% dari apa yang kita lihat
• 50% dari apa yang kita lihat dan dengar
• 70% dari apa yang kita katakan
• 90% dari apa yang kita katakan dan lakukan
Vernon A. Magnessen
Dikutip dalam Quantum Teaching oleh Bobbi DePorter, et.al.
• Mempertimbangkan hal tersebut di atas
tampaklah bahwa prosentase terbesar dalam
proses belajar didapat dari apa yang dikatakan dan
dilakukan. Kita dalam proses belajar adalah 90%
dari apa yang dikatakan dan dilakukan. Oleh
karena itu, satu hal yang wajar apabila siswa SD
akan lebih tepat apabila memperoleh
pembelajaran yang melibatkan pengalaman
langsung dimana mereka bisa mendapatkan proses
belajar yang bernilai 90% yaitu dari apa yang
dikatakan dan apa yang dilakukan. Pembelajaran
tersebut adalah pembelajaran terpadu.
TUGAS GURU DALAM PEMBELAJARAN
• Dalam menjalankan tugasnya, seorang pengawas
harus tahu persis tugas dan peran guru dalam
Proses Belajar Mengajar (PBM). Tugas seorang
guru meliputi mendidik, membelajarkan siswa,
dan memberikan latihan-latihan. Tugas mendidik
berarti mengembangkan nilai-nilai dalam
kehidupan, tugas membelajarkan berarti
mendorong dan memberikan peluang, serta
men-ciptakan situasi yang kondusif agar siswa
dapat belajar sebaik-baiknya, sedangkan tugas
memberikan latihan berarti mengembangkan
keterampilan-keterampilan siswa.
Tugas guru harus terwujud dalam pelaksanaan PBM agar pelaksanaannya optimal,
meliputi kegiatan: (1) membuat persiapan mengajar; (2) melaksanakan KBM; dan (3)
melakukan evaluasi hasil belajar dan me-manfaatkan umpan balik.
1. Persiapan Mengajar
Pada tahap ini guru harus benar-benar mengkonsentrasikan diri untuk mempersiapkan
materi (bahan ajar), strategi pembelajaran, serta cara dan bentuk evaluasi yang
akan dilakukan. Beberapa langkah yang harus dilaku-kan guru dalam persiapan,
yaitu:
a. Merumuskan tujuan pembelajaran, dalam pelaksanaan KTSP diwujudkan dalam
bentuk indikator. Indikator pencapaian kompetensi dikembangkan oleh
sekolah, disesuaikan dengan lingkungan setempat, dan media serta lingkungan
belajar yang ada di sekolah. Semua ini ditujukan agar guru dapat lebih aktif,
kreatif, dan melakukan inovasi dalam pembelajaran tan-pa meninggalkan isi
kurikulum.
b. Merumuskan alat evaluasi/asesmen, baik bentuk, cara, waktu, dan model
evaluasi yang akan dilakukan. Evaluasi ini bisa berupa formatif (evaluasi untuk
memperbaiki pembelajaran) maupun sumatif (evaluasi untuk me-lihat
keberhasilan belajar siswa).
c. Memilih materi pelajaran yang esensial untuk dikuasai dan dikembang-kan
dalam strategi pembelajaran. Materi pelajaran yang dipilih terutama berkaitan
dengan prinsip, yang berisi sejumlah konsep dan konten yang menjadi alat
untuk mendidik dan mengembangkan kemampuan siswa. Di samping itu guru
juga harus mampu menentukan karakteristik materi (ba-han ajar) tersebut.
d. Berdasarkan karakterisktik materi (bahan ajar) maka guru memilih strate-gi
pembelajaran sebagai proses pengalaman belajar siswa. Pada tahap ini guru
harus menentukan metoda, pendekatan, model, dan media pembela-jaran,
2. Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)

Dengan bekal persiapan mengajar yang telah dirancang secara


matang dan operasional, guru melaksanakan KBM. Pada KBM yang
terjadi dapat melibatkan beberapa interaksi. Interaksi belajar
mengajar merupakan komunikasi antara guru dan siswa dalam
proses pembelajaran, dan pada hakikatnya bertujuan
mengantarkan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan
pola tertentu. Pola inter-aksi belajar mengajar dapat terjadi searah,
dua arah ataupun multi arah. Bila guru menyampaikan materi
pelajaran tanpa menggunakan media maka inter-aksi belajar
mengajar berlangsung searah atau dua arah.Jika guru menyajikan
materi dibantu dengan media dan metode yang digunakan kerja
kelompok, maka interaksi belajar mengajar dapat berlang-sung
multi arah. Pada kegiatan pembelajaran model ini guru lebih
cenderung berperan sebagai fasilitator. Perlu diperhatikan bahwa
pola pembelajaran yang direncanakan guru harus relevan dengan
tujuan, materi dan metode yang dipilih. Masih banyak pola
pembelajaran yang dapat diterapkan pada pembelajaran, untuk itu
dapat dicari pada sumber bacaan lain agar dapat lebih memperkaya
pengetahuan tersebut.
3. Melaksanakan Evaluasi Hasil Belajar dan Memanfaatkan Umpan Balik

Alat evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan/indikator telah dirancang pada saat
persiapan. Alat evaluasi ini sebelum digunakan perlu divalidasi sehingga alat evaluasi
tersebut benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Setelah divalidasi alat evaluasi
ini perlu diujicobakan kepada siswa yang telah mengikuti pembelajaran materi yang
bersangkutan. Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui reliabilitas (keajegan atau
konsistensi) daya pembeda (kemampuan membedakan siswa yang memahami dan tidak
memahami) dan tingkat kesukaran alat evaluasi tersebut. Pada sebuah perangkat evaluasi
(pokok uji) tingkat kesukarannya harus proporsional, artinya komposisi antara pokok uji
yang sukar, sedang, dan mudah tidak menumpuk pada salah satu. Biasanya komposisi yang
baik pada sebuah perangkat pokok uji adalah sukar 25 %, senang 50 %, dan mudah 25%.
Evaluasi yang dilakukan bisa berupa evaluasi proses pembelajaran atau pun hasil belajar.
Evaluasi peoses belajar dapat dilakukan melalui portofolio yang menggambarkan upaya
siswa dalam memahami materi pelajaran atau pun proses latihan menguasai suatu
keterampilan. Di samping itu, evaluasi juga dapat dilakukan secara lisan maupun tulisan,
dapat dilakukan sebelum, pada saat, dan setelah proses pembelajaran.
TUGAS GURU

• Guru memiliki tugas yang beragam yang berimplementasi dalam bentuk


pengabdian. Tugas tersebut meliputi bidang profesi, bidang
kemanusiaan dan bidang kemasyarakatan. Tugas guru sebagai profesi
meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan
dan mengembangkan nilai-nilai hidup dan kehidupan. Mengajar berarti
meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan
pada siswa.
• Tugas guru dalam bidang kemanusiaan adalah memposisikan dirinya
sebagai orang tua ke dua. Dimana ia harus menarik simpati dan menjadi
idola para siswanya. Adapun yang diberikan atau disampaikan guru
hendaklah dapat memotivasi hidupnya terutama dalam belajar. Bila
seorang guru berlaku kurang menarik, maka kegagalan awal akan
tertanam dalam diri siswa.
Guru adalah posisi yang strategis bagi pemberdayaan dan pembelajaran
suatu bangsa yang tidak mungkin digantikan oleh unsur manapun dalam
kehidupan sebuah bangsa sejak dahulu. Semakin signifikannya
keberadaan guru melaksanakan peran dan tugasnya semakin terjamin
terciptanya kehandalan dan terbinanya kesiapan seseorang. Dengan
kata lain potret manusia yang akan datang tercermin dari potret guru di
masa sekarang dan gerak maju dinamika kehidupan sangat bergantung
dari "citra" guru di tengah-tengah masyarakat.
PERAN SEORANG GURU
A. Dalam Proses Belajar Mengajar
Sebagaimana telah di ungkapkan diatas, bahwa peran seorang guru sangar signifikan dalam
proses belajar mengajar. Peran guru dalam proses belajar mengajar meliputi banyak hal
seperti sebagai pengajar, manajer kelas, supervisor, motivator, konsuler, eksplorator, dsb.
Yang akan dikemukakan disini adalah peran yang dianggap paling dominan dan klasifikasi
guru sebagai:
1. Demonstrator
2. Manajer/pengelola kelas
3. Mediator/fasilitator
4. Evaluator

B. Dalam Pengadministrasian
Dalam hubungannya dengan kegiatan pengadministrasian, seorang guru dapat berperan
sebagai:
1. Pengambil insiatif, pengarah dan penilai kegiatan pendidikan
2. Wakil masyarakat
3. Ahli dalam bidang mata pelajaran
4. Penegak disiplin
5. Pelaksana administrasi pendidikan
C. Sebagai Pribadi
Sebagai dirinya sendiri guru harus berperan sebagai:
1. Petugas sosial
2. Pelajar dan ilmuwan
3. Orang tua
4. Teladan
5. Pengaman

D. Secara Psikologis
Peran guru secara psikologis adalah:
1. Ahli psikologi pendidikan
2. Relationship
3. Catalytic/pembaharu
4. Ahli psikologi perkembangan
KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME GURU
A.Pengertian
Kompetensi merupakan kemampuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan
profesi keguruannya. Profesional adalah suatu bidang pekerjaan yang memerlukan
beberapa bidang ilmu yang secara sengaja harus dipelajari dan kemudian
diaplikasikan bagi kepentingan umum. Dengan kata lain sebuah profesi
rnemerlukan kemampuan dan keahlian khusus dalam melaksanakan profesinya.
Pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan
oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka pengertian guru profesional
adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang
keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru secara
maksimaI. Dengan kata lain guru profesional adalah orang yang terdidik dan
terlatih dengan baik serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya.
Yang dimaksud dengan terdidik dan terlatih bukan hanya memilki pendidikan
formal tetapi juga harus menguasai berbagai‚ strategi atau teknik dalam KBM serta
landasan-landasan kependidikan seperti tercantum dalam kompetensi guru dalarn
uraian selanjutnya. Dalam melakukan kewenangan profesionalismenya, guru
dituntut memiliki seperangkat kemampuan (kompetensi) yang beraneka ragam.
Namun sebelum sampai pada pembahasan kompetensi ada beberapa syarat
profesi yang harus dipahami terlebih dahulu.
B.SyaratProfesi
Mengingat tugas guru yang demikian kompleksnya, maka profesi ini
memerlukan persyaratan khusus sebagai berikut:
1. Menuntut adanya keterampilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu‚
pengetahuan yang mendalam
2. Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan
bidang profesinya.
3. Menuntut tingkat pendidikan keguruan yang memadai.
4. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang
dilaksanakannya
5. Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupannya.

Untuk itulah seorang guru harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya


untuk memenuhi panggilan tugasnya, baik berupa in-service training
(diklat/penataran) maupun pre-service training (pendidikan keguruan
secara formal).
C. Jenis-jenis Kompetensi

1. Kompentensi Pribadi
a. Mengembangkan Kepribadian
1) Bertqwa kepada Allah SWT
2) Berperan akkif dalam masyarakat
3) Mengembangkan sifat-sifat terpuji sebagai seorang guru
b. Berinteraksi dan Berkomunikasi
1) Berinteraksi dengan rekan sejawat demi pengembangan kemampuan
profesional
2) Berinteraksi dengan masyarakat sebagai pengemban misi pendidikan
c. Melaksanakan Bimbingan dan Penyuluhan
1) Membimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar
2) Membimbing murid yang berkelainan dan berbakat khusus
d. Melaksanakan Administrasi Sekolah
1) Mengenal administrasi kegiatan sekolah
2) Melaksanakan kegiatan administrasi sekolah
e. Melaksanakan penelitian Sederhana Untuk Keperluan Pengajaran
1) Mengkaji konsep dasar penelitian ilmiah
2) Melaksanakan penelitian sederhana
KEMAMPUAN DASAR PEMBELAJARAN
10 KEMAMPUAN DASAR BAGI GURU YANG PROFESIONAL

• Wacana tentang profesionalitas guru telah banyak dibahas dalam


seminar-seminar ataupun di belakang meja para birokrat. Hal ini
diamini dengan dikeluarkannya Undang-Undang tentang Guru dan
dosen yang membuat mata para guru berkaca-kaca (terharu – red).
• Bagaimana tidak, Pemerintah menjanjikan tunjangan dua kali lipat
dari gaji pokok bila terkualifikasi dan tersertifikasi. Yang artinya
guru harus memperhatikan profesinya lebih profesional.
• Pada Pedoman Pelaksanaan Pola Pembaharuan Sistem Pendidikan
Tenaga Kependidikan (P4SPTK) di Indonesia mengemukakan 10
kemampuan dasar bagi guru yang professional, yaitu :
• MENGUASAI BAHAN : Menguasai bahan kurikulum dan metodologi
pengajaran 4 bidang studi di SD ;Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS
(minimal, kalau lebih… ya lebih bagus – red)
• MENGELOLA PROGRAM BELAJAR MENGAJAR : Merumuskan tujuan
instruksional, Mengenal dan dapat menggunakan metode mengajar,
Memilih dan menyusun prosedur instruksional yang tepat, Melaksanakan
program belajar mengajar, Mengenal kemampuan (entering behaviour)
anak didik, Merencanakan dan melaksanakan program remedial (yang ini
mah, pasti sering dilakukan – red)
• MENGELOLA KELAS : Mengatur tata ruang kelas untuk
pengajaran, Menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi (jangan lupa
ABK low vision ditempatkan di depan – red)
• MENGGUNAKAN MEDIA/SUMBER : Mengenal, memilih dan
menggunakan media, membuat alat-alat Bantu pelajaran
sederhana, Menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka
proses belajar mengajar, Mengembangkan laboratorium (di
SD….laboratorium..???), Menggunakan perpustakaan dalam proses
belajar mengajar (pasti..- red), Menggunakan microteaching unit dalam
program pengalaman lapangan
• MENGUASAI LANDASAN-LANDASAN KEPENDIDIKAN
• MENGELOLA INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR
• MENILAI PRESTASI SISWA UNTUK KEPENDIDIKAN PENGAJARAN
• MENGENAL FUNGSI DAN PROGRAM PELAYANAN BIMBINGAN
DAN PENYULUHAN : Mengenal fungsi dari program layanan dan
penyuluhan di sekolah, Menyelenggarakan program layanan
bimbingan di sekolah
• MENGENAL DAN MENYELENGGARAKAN ADMINISTRASI
SEKOLAH : Mengenal penyelenggaraan administrasi
sekolah, Menyelenggarakan administrasi sekolah
• MEMAHAMI DAN MENAFSIRKAN HASIL-HASIL PENELITIAN
PENDIDIKAN GUNA KEPERLUAN PENGAJARAN
• Well, ternyata ini kemampuan dasar yang harus dimiliki seorang
guru yang profesional. Sudahkah anda..??
Sd 26
TUGAS GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN
• Tugas guru dalam profesinya bahwa guru sebagai pendidik dan sebagai pengajar. Akan tetapi
dari kedua peran tersebut sehingga dapat terjadi karena pembelajaran yang dengan tujuan
bahwa guru dapat menciptakan suasana yang dan situasi yang dapat diterima dalam belajar.
Guru memainkan multi peran dalam proses pembelajaran yang menyelenggarakan dengan
tugas yang amat bervariasi. Jika seorang guru telah berpegang dengan ketentuan dan amat
bervariasi sehingga di dapatkan guru dapat mewujudkan suasana yang belajar dan mengajar.
(1). Guru sebagai konservator (pemelihara)
(2). Guru sebagai tramitor (penerus)
(3). Guru sebagai transformator (penerjemah)
(4). Guru sebagai perencana (planner)
(5). Guru sebagai manajer proses pembelajaran
(6). Guru Sebagai Pemandu (direktur).
(7). Guru sebagai organisator (penyelenggara)
(8). Guru sebagai komunikator
(9). Guru sebagai fasilitator
(10). Guru sebagai motivator
(11). Sebagai penilai (evaluator)
• Pemahaman atas tugas dan peran guru dalam penyelenggaraan system pembelajaran
seyogianya menjadi kerangka dalam berfikir dalam bahasa tentang penerapan Kode Etik
Guru sebagaimana mestinya.Kode Etik Guru Indonesia dalam pelaksanaan tugasnya sesuai
dengan AD/ART PGRI 1994.
a. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia yang berjiwa
pancasila
b. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional
c. Guru dalam berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan bimbingan
dan pembinaan
d. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya untuk menunjang berhasilnya
pembelajaran
e. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk
membina peran serta dan tanggung jawab terhadap pendidikan.
f. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan
profesinya
g. Guru memelihara hubungan sejawat keprofesian, semangat, kekeluargaan dan
kesetiakawanan sosial.
h. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi sebagai sarana
perjuangan.
i. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan.
Konsep Kinerja Guru
• Akadum (1999:67) mendefinisikan kinerja adalah hasil kerja yang secara
kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya. Sulistiyani dan Rosidah menyatakan kinerja seseorang
merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha, dan kesempatan yang
dapat dinilai dari hasil kerjanya (Akadum, 1999:67).
• Secara definitif Bernandin dan Russell dalam (Akadum, 1999:67) juga
mengemukakan kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang
dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang
didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan, serta waktu.
Penilaian kinerja adalah menilai rasio hasil kerja nyata dari standar
kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan setiap karyawan. (Hasibuan,
2005:87). Menurut Andrew F. Sikula dalam Hasibuan (2005), penilaian
kinerja adalah evaluasi yang sistematis terhadap pekerjaan yang telah
dilakukan oleh karyawan dan ditujukan untuk pengembangan.
• Kinerja (performance) merupakan aktivitas seseorang dalam melaksanakan tugas
pokok yang dibebankan kepadanya. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab
tersebut merupakan pengekspresian seluruh potensi dan kemampuan yang
dimiliki seseorang serta menuntut adanya kepemilikan yang penuh dan
menyeluruh.

• Dengan demikian, munculnya kinerja seseorang merupakan akibat dari adanya


suatu pekerjaan atau tugas yang dilakukan dalam kurun waktu tertentu sesuai
dengan profesi dan job deskcription individu yang bersangkutan. Sebutan guru
dapat menunjukkan suatu profesi atau jabatan fungsional dalam bidang
pendidikan dan pembelajaran, atau seseorang yang menduduki dan melaksanakan
tugas dalam bidang pendidikan dan pembelajaran. Dalam Undang-Undang No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Indonesia Pasal 39 ayat 3
dinyatakan bahwa pendidik yang mengajar pada satuan pendidikan dasar dan
menegah disebut guru.

Sementara itu, tugas guru sebagaimana disebutkan dalam Pasal 39 ayat 2 adalah
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Hal ini berarti bahwa selain
mengajar atau proses pembelajaran, guru juga mempunyai tugas melaksanakan
pembimbingan maupun pelatihan pelatihan bahkan perlu melakukan penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat sekitar.
• Untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, maka seorang
guru harus mempunyai sejumlah kompetensi atau menguasai sejumlah
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang terkait dengan bidang
tugasnya.
• Kompetensi yang harus dimiliki oleh guru dapat mencakup kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
professional. Kompetensi pedagogik adalah berkaitan dengan
kemampuan mengelola pembelajaran, sedang kompetensi kepribadian
adalah kemampuan pribadi yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan
berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. Kompetensi sosial
berkaitan dengan kemampuan hubungan antar pribadi dan dalam
kehidupan bermasyarakat.
• Sedangkan, kompetensi professional adalah kemampuan dalam
penguasaan materi pembelajaran dan bidang keahliannya. Guru yang
mempunyai kompetensi profesional akan terlihat dalam pelaksanaan
tugas dan tanggung jawabnya di sekolah/ madrasah tempat ia bekerja.
• Menurut Muhaimin (2001:63), mengemukakan bahwa seorang guru
dikatakan telah mempunyai kemampuan profesional jika pada dirinya
melekat sikap dedikatif yang tinggi terhadap tugasnya, sikap komitmen
terhadap mutu proses dan hasil kerja, serta sikap continous improvement,
yakni selalu berusaha memperbaiki dan memperbaharui model-model
atau cara kerjanya sesuai dengan tuntutan jaman yang dilandasi oleh
kesadaran yang tinggi bahwa tugas mendidik adalah tugas menyiapkan
generasi penerus yang akan hidup pada jamannya dimasa yang akan
datang.
• Dalam konteks proses pembelajaran di kelas, guru yang mempunyai kemampuan
professional berarti yang bersangkutan dapat melaksanakan proses pembelajaran
secara efektif. Menurut Davis dan Thomas, bahwa guru yang efektif mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut:
1. Pertama, mempunyai pengetahuan yang terkait dengan iklim belajar di kelas yang
mencakup (1) memiliki keterampilan interpersonal khususnya kemampuan untuk
menunjukkan empati, penghargaan terhadap peserta didik, dan ketulusan, (2)
menjalin hubungan yang baik dengan peserta didik, (3) mampu menerima,
mengakui dan memperhatikan peserta didik secara ikhlas, (4) menunjukkan minat
dan antusias yang tinggi dalam mengajar, (5) mampu menciptakan atmosfir untuk
tumbuhnya kerjasama dan kohesivitas dalam dan antar kelompok peserta didik,
(6) mampu melibatkan peserta didik dalam mengorganisir dan merencanakan
kegiatan pembelajaran, (7) mampu mendengarkan peserta didik dan menghargai
haknya untuk berbicara dalam setiap diskusi, (8) mampu meminimalkan friksi-friksi
di kelas.
2. Kedua, kemampuan yang terkait dengan strategi manajemen pembelajaran, yang
mencakup (1) mempunyai kemampuan untuk menghadapi dan menanggapi
peserta didik yang tidak mempunyai perhatian, suka menyela, mengalihkan
perhatian, dan mampu memberikan transisi substansi bahan
ajar dalam proses pembelajaran; (2) mampu bertanya atau memberikan tugas
yang memerlukan tingkatan berpikir yang berbeda untuk semua peserta didik.
3. Ketiga, mempunyai kemampuan yang terkait dengan
pemberian umpan balik (feed back) dan penguatan
(reinforcement), yang terdiri atas (1) mampu memberikan
umpan balik yang positif terhadap respon peserta didik; (2)
mampu memberikan respon yang bersifat membantu
terhadap peserta didik yang lamban dalam belajar; (3)
mampu memberikan tindak lanjut terhadap jawaban
peserta didik yang kurang memuaskan; (4) mampu
memberikan bantuan profesional kepada peserta didik jika
diperlukan. Keempat, mempunyai kemampuan yang terkait
dengan peningkatan diri yang mencakup (1) mampu
menerapkan kurikulum dan metode mengajar secara
inovatif; (2) mampu memperluas dan menambah
pengetahuan mengenai metode-metode pembelajaran; (3)
mampu memanfaatkan perencanaan guru secara
berkelompok untuk menciptakan dan mengembangkan
metode pembelajaran yang relevan dalam (Suyanto,
2001:3) .
• Kinerja guru adalah kemampuan dan usaha guru untuk
melaksanakan tugas pembelajaran sebaik-baiknya dalam
perencanaan program pengajaran, pelaksanaan kegiatan
pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran. Kinerja guru yang
dicapai harus berdasarkan standar kemampuan profesional selama
melaksanakan kewajiban sebagai guru di sekolah.
• Berkaitan dengan kinerja guru dalam melaksanakan kegiatan
belajar mengajar, terdapat Tugas Keprofesionalan Guru menurut
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 pasal 20
(a) Tentang Guru dan Dosen yaitu merencanakan pembelajaran,
melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai
dan mengevaluasi hasil pembelajaran.
• Kinerja Guru yang baik tentunya tergambar pda penampilan
mereka baik dari penampilan kemampuan akademik maupun
kemampuan profesi menjadi guru artinya mampu mengelola
pengajaran di dalam kelas dan mendidik siswa di luar kelas dengan
sebaik-baiknya.
• Unsur-unsur yang perlu diadakan penilaian dalam proses penilaian kinerja
guru menurut Siswanto dalam Lamatenggo (2001:34) adalah sebagai
berikut :
1) Kesetiaan. Kesetiaan adalah tekad dan kesanggupan untuk menaati,
melaksanakan dan mengamalkan sesuatu yang ditaati dengan penuh
kesabaran dan tanggung jawab.
2) Prestasi Kerja. Prestasi kerja adalah kinerja yang dicapai oleh seorang
tenaga kerja dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang diberikan
kepadanya.
3) Tanggung Jawab. Tanggung jawab adalah kesanggupan seorang tenaga
kerja dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaan yang diserahkan
kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu serta berani
membuat risiko atas keputusan yang diambilnya. Tanggung jawab dapat
merupakan keharusan pada seorang karyawan untuk melakukan secara
layak apa yang telah diwajibkan padanya. Menurut Westra dalam Akadum
(1999:86) Untuk mengukur adanya tanggung jawab dapat dilihat dari: a).
Kesanggupan dalam melaksanakan perintah dan kesanggupan
kerja. b). Kemampuan menyelesaikan tugas dengan tepat dan benar. c).
Melaksanakan tugas dan perintah yang diberikan sebaik-baiknya.
4) Ketaatan. Ketaatan adalah kesanggupan seseorang untuk menaati segala ketetapan,
peraturan yang berlaku dan menaati perintah yang diberikan atasan yang berwenang.
5) Kejujuran. Kejujuran adalah ketulusan hati seorang tenaga kerja dalam melaksanakan tugas
dan pekerjaan serta kemampuan untuk tidak menyalahgunakan wewenang yang telah
diberikan kepadanya.
6) Kerja Sama. Kerja sama adalah kemampuan tenaga kerja untuk bekerja bersama-sama
dengan orang lain dalam menyelesaikan suatu tugas dan pekerjaan yang telah ditetapkan
sehingga mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya. Kriteria adanya
kerjasama dalam organisasi adalah:
a. Kesadaran karyawan bekerja dengan sejawat, atasan maupun bawahan.
b. Adanya kemauan untuk membantu dalam melaksanakan tugas.
c. Adanya kemauan untuk memberi dan menerima kritik dan saran.
d. Tindakan seseorang bila mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugas.
7) Prakarsa. Prakarsa adalah kemampuan seseorang tenaga kerja untuk mengambil
keputusan langkah-langkah atau melaksanakan suatu tindakan yang diperlukan dalam
melaksanakan tugas pokok tanpa menunggu perintah dan bimbingan dari atasan..
8) Kepemimpinan. Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk meyakinkan orang
lain sehingga dapat dikerahkan secara maksimal untuk melaksanakan tugas pokok.
Kepemimpinan yang dimaksud adalah kemampuan kepala sekolah dalam membina dan
membimbing guru untuk melaksanakan KBM terutama kegiatan merencanakan,
melaksanakan proses pembelajaran, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran
mengarah pada tercapainya kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa terkait dengan
pengetahuan, keterampilan dan sikap serta nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan
berfikir dan bertindak setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA GURU
• Kinerja Guru akan menjadi optimal, bilamana diintegrasikan dengan komponen
sekolah baik kepala sekolah, fasilitas kerja, guru, karyawan, maupun anak didik.
Menurut Pidarta bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja
guru dalam melaksanakan tugasnya yaitu :1). Kepemimpinan kepala sekolah,2).
Fasilitas kerja, 3). Harapan-harapan, dan 4.) Kepercayaan personalia sekolah.
Dengan demikian nampaklah bahwa kepemimpinan kepala sekolah dan fasilitas
kerja akan ikut menentukan baik buruknya kinerja guru (Lamatenggo, 2001:35)
• Selain itu, tingkat kualitas kinerja guru di sekolah memang banyak faktor yang
turut mempengaruhi, baik faktor internal guru yang bersangkutan maupun faktor
yang berasal dari guru seperti fasilitas sekolah, peraturan dan kebijakan yang
berlaku, kualitas manajerial dan kepemimpinan kepala sekolah, dan kondisi
lingkungan lainnya. Tingkat kualitas kinerja guru ini selanjutnya akan turut
menentukan kualitas lulusan yang dihasilkan serta pencapaian lulusan yang
dihasilkan serta pencapaian keberhasilan sekolah secara keseluruhan
(Lamatenggo, 2001:98) .
• Faktor-faktor Penyebab Rendahnya Profesionalisme Guru dalam pendidikan
nasional kita memang tidak secerah di negara-negara maju. Baik institusi maupun
isinya masih memerlukan perhatian ekstra pemerintah maupun masyarakat.
Dalam pendidikan formal, selain ada kemajemukan peserta, institusi yang cukup
mapan, dan kepercayaan masyarakat yang kuat, juga merupakan tempat
bertemunya bibit-bibit unggul yang sedang tumbuh dan perlu penyemaian yang
baik. Pekerjaan penyemaian yang baik itu adalah pekerjaan seorang guru. Jadi
guru memiliki peran utama dalam sistem pendidikan nasional khususnya dan
kehidupan kita umumnya.
• Guru sangat mungkin dalam menjalankan profesinya bertentangan
dengan hati nuraninya, karena ia paham bagaimana harus menjalankan
profesinya namun karena tidak sesuai dengan kehendak pemberi
petunjuk atau komando maka cara-cara para guru tidak dapat diwujudkan
dalam tindakan nyata. Guru selalu diinterpensi. Tidak adanya kemandirian
atau otonomi itulah yang mematikan profesi guru dari sebagai pendidik
menjadi pemberi instruksi atau penatar. Bahkan sebagai penatarpun guru
tidak memiliki otonomi sama sekali.
• Selain itu, ruang gerak guru selalu dikontrol melalui keharusan membuat
satuan pelajaran (SP). Padahal, seorang guru yang telah memiliki
pengalaman mengajar di atas lima tahun sebetulnya telah menemukan
pola belajarnya sendiri. Dengan dituntutnya guru setiap kali mengajar
membuat SP maka waktu dan energi guru banyak terbuang. Waktu dan
energi yang terbuang ini dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan
dirinya.
• Akadum (1999:16) menyatakan dunia guru masih terselingkung dua
masalah yang memiliki mutual korelasi yang pemecahannya memerlukan
kearifan dan kebijaksanaan beberapa pihak terutama pengambil
kebijakan; (1) profesi keguruan kurang menjamin kesejahteraan karena
rendah gajinya. Rendahnya gaji berimplikasi pada kinerjanya; (2)
profesionalisme guru masih rendah.
• Selain faktor di atas faktor lain yang menyebabkan rendahnya profesionalisme
guru disebabkan oleh antara lain; (1) masih banyak guru yang tidak menekuni
profesinya secara utuh. Hal ini disebabkan oleh banyak guru yang bekerja di luar
jam kerjanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sehingga waktu untuk
membaca dan menulis untuk meningkatkan diri tidak ada; (2) belum adanya
standar profesional guru sebagaimana tuntutan di negara-negara maju; (3)
kemungkinan disebabkan oleh adanya perguruan tinggi swasta sebagai pencetak
guru yang lulusannya asal jadi tanpa mempehitungkan outputnya kelak di
lapangan sehingga menyebabkan banyak guru yang tidak patuh terhadap etika
profesi keguruan; (4) kurangnya motivasi guru dalam meningkatkan kualitas diri
karena guru tidak dituntut untuk meneliti sebagaimana yang diberlakukan pada
dosen di perguruan tinggi.
• Akadum (1999:17) juga mengemukakan bahwa ada lima penyebab rendahnya
profesionalisme guru; (1) masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya
secara total, (2) rentan dan rendahnya kepatuhan guru terhadap norma dan etika
profesi keguruan, (3) pengakuan terhadap ilmu pendidikan dan keguruan masih
setengah hati dari pengambilan kebijakan dan pihak-pihak terlibat. Hal ini terbukti
dari masih belum mantapnya kelembagaan pencetak tenaga keguruan dan
kependidikan, (4) masih belum smooth-nya perbedaan pendapat tentang proporsi
materi ajar yang diberikan kepada calon guru, (5) masih belum berfungsi PGRI
sebagai organisasi profesi yang berupaya secara maksimal meningkatkan
profesionalisme anggotanya. Kecenderungan PGRI bersifat politis memang tidak
bisa disalahkan, terutama untuk menjadi pressure group agar dapat meningkatkan
kesejahteraan anggotanya. Namun demikian di masa mendatang PGRI
sepantasnya mulai mengupayakan profesionalisme para anggotanya. Dengan
melihat adanya faktor-fak tor yang menyebabkan rendahnya profesionalisme
guru, pemerintah berupaya untuk mencari alternatif untuk meningkatkan profesi
guru.
KEMAMPUAN DASAR PEMBELAJARAN
10 KEMAMPUAN DASAR BAGI GURU YANG PROFESIONAL

• Wacana tentang profesionalitas guru telah banyak dibahas


dalam seminar-seminar ataupun di belakang meja para
birokrat. Hal ini diamini dengan dikeluarkannya Undang-
Undang tentang Guru dan dosen yang membuat mata para
guru berkaca-kaca (terharu – red).
• Bagaimana tidak, Pemerintah menjanjikan tunjangan dua
kali lipat dari gaji pokok bila terkualifikasi dan tersertifikasi.
Yang artinya guru harus memperhatikan profesinya lebih
profesional.
• Pada Pedoman Pelaksanaan Pola Pembaharuan Sistem
Pendidikan Tenaga Kependidikan (P4SPTK) di Indonesia
mengemukakan 10 kemampuan dasar bagi guru yang
professional, yaitu :
Kemampuan Dasar Mengajar dirinci sebagai berikut:
1 : Keterampilan Bertanya
2 : Teknik Bertanya
3 : Keterampilan Memberi Penguatan
4 : Keterampilan Mengadakan Variasi
5 : Keterampilan Menjelaskan
6 : Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
7 : Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
8 : Keterampilan Mengelola Kelas
9 : Interaksi Edukatif
10: Penataan Kelas
11: Permasalahan Kelas
12: Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
Hakikat Keterampilan Bertanya
• Pada hakikatnya melalui bertanya kita akan mengetahui dan mendapatkan
informasi tentang apa saja yang ingin kita ketahui. Dikaitkan dengan proses
pembelajaran maka kegiatan bertanya jawab antara guru dan siswa, atara
siswa ini menunjukan adanya interaksi dikelas yang di dinamis dan multi
arah.
• Kegiatan bertanya akan lebih efektif bila pertanyaan yang diajukan cukup
berbobot, mudah dimengerti atau relevan dengan topik yang dibicarakan.
Tujuan guru mengajukan pertanyaan (1) mengembangkan pendekatan CBSA
(2) menimbulkan rasa keingintahuan (3) merangsang fungsi berpikir (4)
mengembangkan keterampilan berpikir (5) memfokuskan perhatian siswa
(6) menstruktur tugas yang akan diberikan (7) mendiagnosis kesulitan
belajar siswa (8) menkomunikasikan harapan yang diinginkan oleh guru dari
siswanya (9) merangsang terjadinya diskusi dan memperlihatkan perhatian
terhadap gagasan dan terapan siswa sebagai subjek didik.
• Keterampilan bertanya ini mutlak harus dikuasai oleh guru baik itu guru
pemula maupun yang sudah profesional karena dengan mengajukan
pertanyaan baik guru maupun siswa akan mendapatkan umpan balik dari
materi serta juga dapat menggugah perhatian siswa atau peserta didik.
Bertanya Dasar dan Bertanya Lanjut
 Pada hakikatnya melalui bertanya kita akan mengetahui dan mendapatkan
informasi tentang apa saja yang ingin kita ketahui. Dikaitkan dengan proses
pembelajaran maka kegiatan bertanya jawab antara guru dan siswa, atara
siswa ini menunjukan adanya ineraksi dikelas yang di dinamis dan multi
arah.
 Kegiatan bertanya akan lebih efektif bila pertanyaan yang diajukan cukup
berbobot, mudah dimengerti atau relevan dengan topik yang dibicarakan.
Tujuan guru mengajukan pertanyaan (1) mengembangkan pendekatan
CBSA (2) menimbulkan rasa keingintahuan (3) merangsang fungsi berpikir
(4) mengembangkan keterampilan berpikir (5) memfokuskan perhatian
siswa (6) menstruktur tugas yang akan diberikan (7) mendiagnosis kesulitan
belajar siswa (8) menkomunikasikan harapan yang diinginkan oleh guru dari
siswanya (9) merangsang terjadinya diskusi dan memperlihatkan perhatian
terhadap gagasan dan terapan siswa sebagai subjek didik.
 Keterampilan bertanya ini mutlak harus dikuasai oleh guru baik itu guru
pemula maupun yang sudah profesional karena dengan mengajukan
pertanyaan baik guru maupun siswa akan mendapatkan umpan balik dari
materi serta juga dapat menggugah perhatian siswa atau peserta didik.
TEKNIK BERTANYA
Hakikat Teknik Bertanya
• Yang dimaksud dengan teknik bertanya adalah sejumlah cara yang
dapat digunakan oleh kita sebagai guru untuk mengajukan
pertanyaan kepada peserta didiknya dengan memperhatikan
karakteristik dan latar belakang peserta didik.
• Dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menantang,
peserta didik akan terangsang untuk berimajinasi sehingga dapat
mengembangkan gagasan-gagasan barunya.
• Pertanyaan yang baik memiliki kriteria-kriteria khusus seperti: jelas,
informasi yang lengkap, terfokus pada satu masalah, berikan waktu
yang cukup, sebarkan terlebih dahulu pertanyaan kepada seluruh
siswa, berikan respon yang menyenangkan sesegera mungkin dan
yang terakhir tuntunlah jawaban siswa sampai ia menemukan
jawaban sendiri.
Pertanyaan
Ada 4 jenis pertanyaan yang dapat kita gunakan dalam melaksanakan
tugas pembelajaran
(1) Pertanyaan permintaan
(2) Pertanyaan mengarahkan atau menuntun dan
(3) Pertanyaan yang bersifat menggali serta
(4) Pertanyaan retoris.
Selain itu ada juga pertanyaan inventori yang terdiri dari 3 jenis yaitu
(1) pertanyaan yang mengungkap perasaan dan pikiran (2)
pertanyaan yang menggiring siswa untuk mengidentifikasi pola-pola
perasaan pikiran dan perbuatan dan (3) pertanyaan yang
menggiring peserta didik untuk mengidentifikasi akibat-akibat dari
perasaan, pikiran dan perbuatan. Pertanyaan-pertanyaan berguna
untuk memacu gagasan peserta didik misalnya dalam hal
memancing gagasan/ide peserta didik dalam memecahkan
masalah.
KETERAMPILAN MEMBERI PENGUATAN
Hakikat dan Manfaat Penguatan
Penguatan adalah respons terhadap suatu perilaku yang dapat
meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali perilaku itu. Teknik
pemberian penguatan dalam kegiatan pembelajaran dapat dilakukan
secara verbal dan non verbal. Penguatan verbal merupakan penghargaan
yang dinyatakan dengan lisan, sedangkan penguatan non verbal
dinyatakan dengan mimik, gerakan tubuh, pemberian sesuatu, dan
lain-lainnya. Dalam rangka pengelolaan kelas, dikenal penguatan positif
dan penguatan negatif. Penguatan positif bertujuan untuk
mempertahankan dan memelihara perilaku positif, sedangkan penguatan
negatif merupakan penguatan perilaku dengan cara menghentikan atau
menghapus rangsangan yang tidak meny enangkan.
Manfaat penguatan bagi siswa untuk meningkatnya perhatian dalam
belajar, membangkitkan dan memelihara perilaku, menumbuhkan rasa
percaya diri, dan memelihara iklim belajar yang kondusif.
Komponen dan Prinsip-prinsip Keterampilan Memberi Penguatan
Teknik pemberian penguatan dalam kegiatan pembelajaran terdiri dari penguatan
verbal dan penguatan nonverbal. Penguatan verbal adalah pemberian penguatan
yang berupa pujian yang dinyatakan dengan ucapan kata atau kalimat, sedangkan
penguatan nonverbal dinyatakan dengan bahasa tubuh (body language).
Penggunaan kedua bentuk penguatan itu dimaksudkan untuk mendorong siswa
agar mau belajar lebih giat lagi dan lebih bermakna.
Penggunaan penguatan dalam kaitannya dengan kegiatan pengelolaan kelas
dimaksudkan untuk menciptakan iklim kelas yang kondusif sehingga siswa dapat
belajar secara optimal. Penguatan dengan maksud seperti itu terdiri dari
penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif berupa pemberian
ganjaran untuk merspons perilaku siswa yang sesuai dengan harapan guru
sehingga ia tetap merasa senang mengikuti pelajaran di kelas. Penguatan negatif
berupa penghentian keadaan yang kurang menyenangkan sehingga siswa merasa
terbebas dari keadaan seperti itu.
Agar memberi pengaruh yang efektif, semua bentuk penguatan harus diberikan
dengan memperhatikan siapa sasarannya dan bagaimana teknik pelaksanaannya.
Di samping itu juga perlu diingat bahwa penguatan harus diberikan dengan hangat
dan penuh semangat, harus bermakna bagi siswa, dan jangan menggunakan kata-
kata yang tidak pada tempatnya.
KETERAMPILAN MENGADAKAN VARIASI

Hakikat dan Manfaat Variasi Dalam kegiatan pembelajaran

Variasi mengandung makna perbedaan. Dalam kegiatan


pembelajaran, pengertian variasi merujuk pada tindakan dan
perbuatan guru, yang disengaja ataupun secara spontan, yang
dimaksudkan untuk memacu dan mengikat perhatian siswa selama
pelajaran berlangsung. Tujuan utama guru mengadakan variasi
dalam kegiatan pembelajaran untuk mengurangi kebosanan siswa
sehingga perhatian mereka terpusat pada pelajaran.
Komponen dan Prinip-prinsip Keterampilan
Mengadakan Variasi
Keterampilan mengadakan variasi terdiri dari tiga kelompok pokok,
yaitu variasi gaya mengajar, variasi pengalihan penggunaan indra, dan
variasi pola interaksi. Variasi gaya mengajar meliputi suara jeda,
pemusatan, gerak dan kontak pandang. Variasi pengalihan
penggunaan indra dapat dilakukan dengan pemanipulasian indra
pendengar, penglihatan, pencium, peraba dan perasa. Komponen
variasi ini erat kaitannya dengan variasi penggunaan media atau alat
bantu pembelajaran. Variasi pola interaksi mencakup pola hubungan
guru dan siswa.
Penerapan keterampilan mengadakan variasi harus dilandasi dengan
maksud tertentu, relevan dengan tujuan yang ingin dicapai, sesuai
dengan materi dan latar belakang sosial budaya serta kemampuan
siswa, berlangsung secara berkesinambungan, serta dilakukan secara
wajar dan terencana.
KETERAMPILAN MENJELASKAN
Pengertian Menjelaskan
Pengertian menjelaskan dalam kaitannya dengan kegiatan pembelajaran
mengacu kepada perbuatan mengorganisasikan materi pelajaran dalam
tata urutan yang terencana dan sistematis sehingga dalam penyajiannya
siswa dengan mudah dapat memahaminya.
Pentingnya penguasaan keterampilan menjelaskan bagi guru adalah
dengan penguasaan ini memungkinkan guru dapat meningkatkan
efektivitas penggunaan waktu dan penyajian penjelasannya,
mengestimasi tingkat pemahaman siswa, membantu siswa memperluas
cakrawala pengetahuannya, serta mengatasi kelangkaan buku sebagai
sarana dan sumber belajar.
Kegiatan menjelaskan dalam kegiatan pembelajaran bertujuan untuk
membantu siswa memahami berbagai konsep, hukum, prosedur, dan
sebagainya secara objektif, membimbing siswa memahami pertanyaan,
meningkatkan keterlibatan siswa, memberi siswa kesempatan untuk
menghayati proses penalaran serta memperoleh balikan tentang
pemahaman siswa.
Komponen-komponen dan Prinsip-Prinsip
Keterampilan Menjelaskan
Keterampilan merencanakan penjelasan mencakup (a) isi pesan
yang dipilih dan disusun secara sistematis disertai dengan contoh-
contoh dan (b) hal-hal yang berkaitan dengan siswa.
Keterampilan menyajikan penjelasan mencakup (a) kejelasan, (b)
penggunaan contoh dan ilustrasi yang mengikuti pola induktif dan
deduktif (c) pemberian tekanan pada bagian-bagian yang penting,
serta (d) balikan.
Penyajian penjelasan harus didasari prinsip-prinsip (a) adanya
relevansi antara penjelasan dengan tujuan pembelajaran, (b) sesuai
dengan keperluan, (c) mengingat latar belakang dan kemampuan
siswa, (d) diberikan secara spontan atau sesuai dengan rencana
yang telah disiapkan, dan (e) isi penjelasan bermakna bagi siswa.
KETERAMPILAN MEMBUKA DAN MENUTUP PELAJARAN

Hakikat serta Tujuan Membuka dan Menutup Pelajaran


Membuka pelajaran merupakan kegiatan dan pernyataan guru untuk mengaitkan
pengalaman siswa dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Kegiatan ini dimaksudkan
untuk menciptakan prakondisi agar mental dan perhatian siswa tertuju pada materi
pelajaran yang akan dipelajari mereka. Kegiatan membuka pelajaran tidak hanya dilakukan
pada awal pelajaran saja melainkan juga pada
awal setiap penggal kegiatan, misalnya, pada saat memulai kegiatan tanya jawab,
mengenalkan konsep baru, memulai kegiatan diskusi, mengawali pengerjaan tugas, dan lain-
lainnya.
Kegiatan membuka pelajaran dimaksudkan untuk menyiapkan mental siswa agar ikut merasa
terlibat memasuki persoalan yang akan dibahas dan memicu minat serta pemusatan
perhatian siswa pada materi pelajaran yang akan dibicarakan dalam kegiatan pembelajaran.
Menutup pelajaran merupakan kegiatan dan pernyataan guru untuk menyimpulkan atau
mengakhiri kegiatan inti. Menutup pelajaran juga dapat dilakukan pada akhir setiap penggal
kegiatan, misalnya mengakhiri kegiatan diskusi, tanya jawab, menindaklanjuti pekerjaan
rumah yang telah dikerjakan siswa dan lain-lainnya.
Kegiatan menutup pelajaran dilakukan dengan maksud untuk memusatkan perhatian siswa
pada akhir penggal kegiatan atau pada akhir pelajaran, misalnya merangkum atau membuat
garis besar materi yang baru saja dibahas, mengkonsolidasikan perhatian siswa pada hal-hal
pokok dalam pelajaran yang sudah dipelajari, dan mengorganisasikan semua kegiatan
ataupun pelajaran yang telah dipelajari menjadi satu kebulatan yang bermakna untuk
memahami esensi pelajaran itu.
Komponen dan Prinsip-prinsip Keterampilan Membuka
dan Menutup Pelajaran
• Keterampilan membuka pelajaran bukanlah kegiatan
mengabsen siswa, atau meminta siswa berdoa tetapi
kegiatan menyiapkan mental siswa untuk menerima
pelajaran.
• Komponen-komponen menutup pelajaran terdiri dari
(1) meninjau kembali, (2) mengadakan evaluasi
penguasaan siswa dan (3) memberikan tindak lanjut.
• Penerapan keterampilan membuka dan menutup
pelajaran harus berdasarkan prinsip kebermaknaan
dan kebersinambungan.
KETERAMPILAN MEMBIMBING DISKUSI KELOMPOK KECIL

Hakikat dan Manfaat Diskusi Kelompok Kecil


• Diskusi kelompok kecil merupakan salah satu format
pembelajaran yang mempunyai ciri-ciri : (1) melibatkan
3 - 9 orang siswa setiap kelompoknya, (2) mempunyai
tujuan yang mengikat, (3) berlangsung dalam interaksi
tatap muka yang informal, dan (4) berlangsung
menurut proses yang sistematis.
• Diskusi kelompok kecil bermanfaat bagi siswa untuk (1)
mengembangkan kemampuan berpikir dan
berkomunikasi (2) meningkatkan disiplin, (3)
meningkatkan motivasi belajar, (4) mengembangkan
sikap saling membantu, dan (5) meningkatkan
pemahaman.
Komponen dan Prinsip-prinsip Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok
Kecil
Komponen keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil mencakup
(1) memusatkan perhatian siswa,
(2) memperjelas pendapat siswa,
(3) menganalisis pandangan siswa,
(4) meningkatkan kontribusi siswa,
(5) mendistribusikan pandangan siswa, dan
(6) menutup diskusi.
Dalam penerapannya, guru harus memperhatikan hal-hal berikut: (1)
harus ada kesamaan latar belakang pengetahuan di antara para
anggota kelompok, (2) semua anggota diskusi kelompok harus mampu
mengemukakan pendapatnya secara lisan, (3) topik yang dibahas
harus bersifat terbuka untuk menampung banyak pendapat, (4) diskusi
harus berlangsung dalam suasana keterbukaan, (5) pelaksanaan
diskusi harus mengingat keunggulan dan kelemahan-kelemahannya,
(6) diskusi memerlukan perencanaan dan persiapan yang matang, dan
(7) guru harus mampu mencegah timbulnya hal-hal yang dapat
menghambat jalannya diskusi.
KETERAMPILAN MENGELOLA KELAS
Hakikat Pengelolaan Kelas
1. Pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan untuk mengembangkan tingkah laku
siswa yang diinginkan, mengulang atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan,
dengan hubungan-hubungan inter personal dan iklim sosio emosional yang positif serta
mengembangkan dan mempermudah organisasi kelas yang efektif.
2. Tujuan guru mengelola kelas adalah agar semua siswa yang ada di dalam kelas dapat
belajar dengan optimal dan mengatur sarana pembelajaran serta mengendalikan
suasana belajar yang menyenangkan untuk mencapai tujuan belajar.
3. Secara garis besar terdapat 2 komponen utama dalam pengelolaan kelas yaitu:
a. Keterampilan yang berhubungan dengan tindakan preventif berupa penciptaan dan
pemeliharaan kondisi belajar dan
b. Keterampilan yang berkembang dengan tindakan kuratif berupa pengembalian kondisi
belajar yang optimal.
4. Ada 6 prinsip yang perlu di pelajari dan dikuasai oleh guru dalam mengelola kelas. Prinsip-
prinsip ini tidak bisa digunakan satu persatu saja tetapi harus bervariasi artinya lebih
dari satu prinsip. Hal-hal yang harus di perhatikanan guru dalam memilih prinsip-prinsip
pengelolaan kelas ini adalah (1) situasi dan kondisi di mana pembelajaran tersebut
berlangsung, (2) pada siapa proses pembelajaran tersebut ditujukan
• Peran Guru dalam Pengelolaan Kelas
Peranan guru dalam pengelolaan kelas adalah (a) memelihara lingkungan
1.

fisik kelas (b) mengarahkan/membimbing proses intelektual dan sosial


siswa di dalam kelas dan (c) mampu memimpin kegiatan pembelajaran
yang efisien dan efektif.
- Sedangkan tugas-tugas guru dalam mengelola kelas adalah (a) sebagai
manajer (b) sebagai pendidik dan (c) sebagai pengajar.
2. Dalam mengelola kelas sering ditemui kendala-kendala yang dapat
menghambat terjadinya proses pembelajaran yang efisiendan efektif.
Kendala ini bisa datang dari guru, bisa juga dari siswa dan bisa juga dari
faktor lingkungan.
3. Untuk menciptakan proses pembelajaran yang kondusif selain menerapkan
prinsip-prinsip pengelola juga kiat-kiat untuk mengatasi kendala tersebut
yaitu (a) guru tidak boleh campur tangan yang berlebihan terhadap siswa
(b) guru jangan sampai kehilangan konsentrasi yang dapat menimbulkan
kesenyapan atau pembicaraan terhenti dengan tiba-tiba. (c) hindari
ketidak tepatan menandai dan mengakhiri suatu kegiatan artinya guru
harus tepat waktu (d) guru harus dapat mengelola waktu, baru hal ini
dapat menimbulkan penyimpangan yang berkaitan dengan disiplin diri
siswa dan (e) berilah penjelasan yang jelas, sederhana, sistematis dan
tidak bertele-tele atau mengulang-ulang penjelasan karena dapat
menimbulkan
kebosanan.
INTERAKSI EDUKATIF
Hakikat Interaksi Edukatif
1. Interaksi dalam proses pembelajaran merupakan kata
kunci menuju keberhasilan suatu proses pembelajaran.
2. Ada 2 (dua) bentuk komunikasi agar tercipta interaksi
antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran
yaitu (1) komunikasi verbal dan (2) komunikasi non
verbal.
3.Timbulnya interaksi dalam proses pembelajaran
ditentukan oleh faktor-faktor (a) guru (b) siswa
(c)tujuan pembelajaran (d) materi/isi pelajaran
(e)metode penyajian (f) media yang digunakan dan
(g)situasi dan kondisi kelas (h) sistem evaluasi.
• Pola Interaksi
1. Ada 3 bentuk utama pola interaksi yaitu terjadi dalam
proses pembelajaran yaitu (a) klasikal, (b) kelompok
dan (c) individu.
2. Pola interaksi yang diterapkan oleh guru di kelas
sangat menentukan/dapat meningkatkan keterlibatan
siswa dalam proses pembelajaran. Selain itu keaktifan
siswa menurut Ausebel ditentukan oleh kebermaknaan
isi/materi serta proses pembelajaran dan modus
kegiatan pembelajaran tersebut.
3. Ada 3 kiat bagi guru untuk menimbulkan interaksi
edukatif dalam proses pembelajaran yaitu (a)
mengadakan kontak pandang mata (b) melakukan
gerakan badan dan mimik dan (c) pergantian posisi dan
gerak
PENATAAN KELAS
• Hakikat Penataan Kelas
1. Pengaturan dan penataan kelas mencakup:
(a)pengaturan siswa, (b) lingkungan fisik dan
(c)penggunaan ruangan, serta (d) pemanfaatan
sumber belajar yang berasal dari lingkungan karena
itus setiap guru dituntut untuk tampil dan kreatif serta
peka terhadap suasana kelasnya
2. Penataan lingkungan fisik yang efektif sangat
mempengaruhi basis belajar siswa, dan pencapaian
tujuan pembelajaran keefektifan lingkungan kelas
dipengaruhi oleh ketersediaan fasilitas minimal dalam
pengelolaan kelas seperti (a) jumlah siswa dan (b)
besarnya ruang kelas.
• Ruang Kelas
1. Ruang kelas adalah kondisi fisik kelas yang akan digunakan oleh guru
bersama dengan siswanya dalam aktifitas pembelajaran.
2. Ciri-ciri produktif
a. memungkinkan terjadinya interaksi yang dinamis antara guru dan siswa
serta antara siswa sendiri.
b. tugas-tugas siswa dapat diselesaikan tepat pada waktunya
c. sportifitas, kreatifitas dan antusias siswa yang tinggi dapat terjaga dengan
baik.
d. memungkinkan terjadinya kerjasama yang solid antara siswa maupun
dengan gurunya.
e. kesadaran yang tinggi untuk berdisiplin
f. dapat meminimalisasi masalah atau hambatan dalam pengelolaan kelas.
g. dapat mencapai hasil yang optimal.
3. Ruang kelas secara tidak langsung mempengaruhi tumbuh kembangnya
siswa baik fisik maupun mental, intelektual, emosional dan sosialnya.
Karena itu guru harus memperhatikan bagaimana menata fasilitas dan
perabot kelas sehingga akan dapat aman, nyaman dan kreatif selama
proses pembelajaran berlangsung.
PERMASALAHAN KELOMPOK: DISIPLIN, HUKUMAN DAN MOTIVASI
• Disiplin
Ada permasalahan utama yang harus diperhatikan guru dalam sistem pembelajaran
kelompok yaitu (1) disiplin (2) hukuman dan (3) motivasi. Penerapan disiplin di kelas/sekolah
untuk membekali anak dengan batasan-batasan yang berlaku di lingkungan sosial di mana ia
berada. Setiap guru harus menguasai benar masalah disiplin ini mulai dari bentuknya, taraf
perkembangannya, komponen utamanya, jenis-jenis masalah displin di kelas serta
pembinaan disipilin terhadap siswanya di kelas.
Hukuman dan Motivasi
1. Makna sesungguhnya dari hukuman adalah dihukum karena telah melakukan kesalahan.
Pemberian hukum ini dapat dipandang sebagai menghentikan perilaku anak yang tidak baik
dan pemberian hukuman ini menimbulkan dampak yang tidak baik antara guru dan siswa.
2. Agar pemberian hukum efektif maka harus dikaitkan dengan pemberian kegiatan baik
penguatan positif maupun negatif.
3. Motivasi merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan siswa dalam belajar dan
secara otomatis juga menunjang keberhasilan guru dalam mengelola proses pembelajaran,
karena itu setiap guru perlu mengenal setiap siswanya dengan baik agar dapat dengan tepat
memberikan perlakuan kepada setiap siswa.
4. Memotivasi anak dalam belajar berbeda-beda dan perlu diingat bahwa motivasi berprestasi
sangat berkaitan dengan keberhasilan anak didik dalam belajar.
KETERAMPILAN MENGAJAR KELOMPOK KECIL DAN PERORANGAN

• Hakikat Mengajar Kelompok Kecil Dan Perorangan


- Mengajar kelompok kecil dan perorangan merupakan bentuk mengajar klasikal biasa yang
memungkinkan guru dalam waktu yang sama menghadapi beberapa kelompok kecil yang
belajar secara kelompok dan beberapa orang siswa yang bekerja atau belajar secara
perorangan. Format mengajar ini ditandai oleh adanya hubungan interpersonal yang lebih akrab
dan sehat antara guru dengan siswa, adanya kesempatan bagi siswa untuk belajar sesuai
dengan kemampuan, minat, cara, dan kecepatannya, adanya bantuan dari guru, adanya
keterlibatan siswa dalam merancang kegiatan belajarnya, serta adanya kesempatan bagi guru
untuk memainkan berbagai peran dalam kegiatan pembelajaran.
- Setiap guru dapat menciptakan format pengorganisasian siswa untuk kegiatan pembelajaran
kelompok kecil dan perorangan sesuai dengan tujuan, topik (materi), kebutuhan siswa, serta
waktu dan fasilitas yang tersedia. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan perlu
dikuasai guru karena penerapannya dapat memenuhi kebutuhan belajar siswa yang berbeda-
beda. Selain itu, pembelajaran kelompok kecil dan perorangan memberi kemungkinan
terjadinya hubungan interpersonal yang sehat antara guru dengan siswa, terjadinya proses
saling belajar antara siswa yang satu dengan lainnya, memudahkan guru dalam memantau
pemerolehan belajar siswa, dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, dapat
menumbuhkembangkan semangat saling membantu, serta memungkinkan guru dapat
mencurahkan perhatiannya pada cara belajar siswa tertentu sehingga dapat menemukan cara
pendekatan belajar yang sesuai bagi siswa tersebut.
• Komponen Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan

Komponen keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan terdiri dari:


1. keterampilan mengadakan pendekatan pribadi, yang ditampilkan dengan cara:

a. menunjukkan kehangatan dan kepekaan terhadap kebutuhan dan perilaku siswa,


b. mendengarkan dengan penuh rasa simpati gagasan yang dikemukakan siswa,
c. merespon secara positif pendapat siswa,
d. membangun hubungan berdasarkan rasa saling mempercayai,
e. menunjukkan kesiapan untuk membantu,
f. menunjukkan kesediaan untuk menerima perasaan siswa dengan penuh pengertian, serta
g. berusaha mengendalikan situasi agar siswa merasa aman, terbantu, dan mampu
menemukan pemecahan masalah yang dihadapinya.
2. keterampilan mengorganisasikan kegiatan pembelajaran, yang ditampilkan dengan cara:

a. memberikan orientasi umum tentang tujuan, tugas, dan cara mengerjakannya,


b. memvariasikan kegiatan untuk mencegah timbulnya kebosanan siswa dalam belajar,
c. membentuk kelompok yang tepat,
d. mengkoordinasikan kegiatan,
e. membagi perhatian pada berbagai tugas dan kebutuhan siswa, serta
f. mengakhiri kegiatan dengan kulminasi.
3. keterampilan membimbing dan memberi
kemudahan belajar, yang ditampilkan dengan
cara:
a. memberi penguatan secara tepat,
b. melaksanakan supervisi proses awal,
c. melaksanakan supervisi proses lanjut, serta
d. melaksanakan supervisi pemaduan.
4. keterampilan merancang dan melaksanakan
kegiatan pembelajaran, yang ditampilkan dengan
cara:
a. membantu siswa menetapkan tujuan belajar,
b. merancang kegiatan belajar,
c. bertindak sebagai penasihat siswa, serta
d. membantu siswa menilai kemajuan
belajarnya sendiri
STANDAR KOMPETENSI GURU STANDAR KOMPETENSI GURU
SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2008
UU No. 14/2005 (UUGD)

– K ompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus


dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan”.
– Kompetensi guru dapat dimaknai sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap
yang berwujud tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas
sebagai agen pembelajaran.
• GURU SEBAGAI TENAGA PROFESIONAL
– berarti
– Pekerjaan guru hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang mempunyai kualifikasi akademik,
kompetensi, dan sertifikat pendidik sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis dan
pendidikan tertentu
• Syarat menjadi GURU
Guru wajib memiliki:
– Kualifikasi akademik
– Kompetensi
– Sertifikat pendidik
– Sehat jasmani & rohani
– Kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional
• Kompetensi Guru sebagai Agen Pembelajaran
– Kompetensi Pedagogik
– Kompetensi Kepribadian
– Kompetensi Sosial
– Kompetensi Profesional
• Kompetensi Pedagogik
– Pemahaman wawasana atau landasan kependidikan
– Pemahaman terhadap peserta didik
– Pengembangan kurikulum/silabus
– Perancangan pembelajaran
– Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis
– Pemanfaatan teknologi pembelajaran
– Evaluasi hasil belajar
– Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya
• Kompetensi Kepribadian
– Mantap
– Berakhlak mulia
– Arif dan bijaksana
– Berwibawa
– Stabil
– Dewasa
– Jujur
– Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat
– Secara objektif mengevaluasi kinerja sendiri
– Mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan
• Kompetensi Sosial
– Berkomunikasi lisan, tulisan, isyarat
– Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional
– Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua/wali peserta didik
– Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan
norma serta sistem nilai yang berlaku
– Menerapkan prinsip-prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan
• Kompetensi Profesional
– penguasaan:Kemampuan guru dalam pengetahuan isi (content knowledge)
• Materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai standar isi program
satuan pendidikan, mata pelajaran, atau kelompok mata pelajaran yang
diampu
• Konsep-konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang
relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program
satuan pendidikan, mata pelajaran, atau kelompok mata pelajaran yang
diampu
• Kompetensi Sosial
– Berkomunikasi lisan, tulisan, isyarat
– Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional
– Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua/wali peserta
didik
– Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan
mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku
– Menerapkan prinsip-prinsip persaudaraan sejati dan semangat
kebersamaan
• Kompetensi Profesional
– penguasaan:Kemampuan guru dalam pengetahuan isi (content
knowledge)
• Materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai standar isi
program satuan pendidikan, mata pelajaran, atau kelompok mata
pelajaran yang diampu
• Konsep-konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni
yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren
dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, atau
kelompok mata pelajaran yang diampu
Daftar Pustaka

1. Pah. D.N (1984) Keterampilan Memberi Penguatan. Jakarta:


2. S.C. Utami Munandar (1987) Mengembangkan Bakat dan Keterampilan
Anak Sekolah. Jakarta: Gramedia
3. La Sulo, S.L., dkk. 1980. Microteaching. Jakarta: P3G.
4. Winataputra, H. Udin S., dkk. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Universitas Terbuka
5. Wiryawan, Sri Anitah dan Noorhadi Th. 1994. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Universitas Terbuka
6. Wardani, I.G.A.K. 1996. Program Pengalaman Lapangan (PPL). Jakarta:
Universitas Terbuka.
7. Joni, T. Raka. 1980. Cara Belajar Siswa Aktif: Implikasinya terhadap Sistem
Pengajaran. Jakarta: P3G.
8. Natawidjaja, Rochman (ed.) 1982/1983. Pembaharuan dalam Metode
Pengajaran. Jakarta: Depdikbud.
9. Sukarsini Arikunto (1986) Pengelolaan Kelas dan Siswa. Sebuah
Pendekatan Edukatif . Jakarta : Rajawali CU cetak I
10. Mary Underwood (1998) Pengelolaan Kelas yang Efektif. Suatu
pendekatan praktis (terjemahan : Sosi Purwoko) Jakarta : Aican
11. Bella J.J (1982) Keterampilan Mengelola Kelas. Jakarta. Tim
Pengembangan PPL P3G Depdikbud
12. Pengelolaan Kelas yang Efektif. Suatu Pendekatan Praktis (terjemahan
Susi Purwoko) Jakarta : Arean.
13. Bolla Jl dan Pah DN (1984) Keterampilan Bertanya Dasar dan Lanjut.
Jakarta : P2LPTK Ditjen Dikti Depdiknas.
14. Suharsimi Arikunto (1986) Pengelolaan Kelas dan Siswa. Sebuah
pendekatan edukatif.
15. SC Utami Munandar (1987) Mengembangkan Bakat dan Kreatifitas Anak
Sekolah. Jakarta : Gramedia.
16. Charles Schasfer, 1986, Mendidik dan Mendisiplinkan Anak, Jakarta:
Tulus Jaya.
17. Memupuk Disiplin dan Kreativitas. Buletin anak edisi No. 30 tahun VIII
Juni 1998.
18. Benyamin Steoch, 1990, Membina Watak Anak, Jakarta: Gunung Jati.
19. Mendididk Anak dengan Berhasil, 1995, HAWK; Jakarta: Archen.
20. Djalil, Aria, dkk. l997. Pembelajaran Kelas Rangkap. Jakarta: Universitas
Terbuka.
21. Natawidjaja, Rochman (Ed.). 1982/1983. Pembaharuan dalam Metode
Pengajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai