Anda di halaman 1dari 103

PERENCANAAN PELABUHAN

PERIKANAN

1
OUTLINE

1 Mengenal Pelabuhan Perikanan di Indonesia………………………………………….……...…..(3)

2 Tahapan Perencanaan Pembangunan Pelabuhan Perikanan………………………………….(17)

3 Desain Rinci Pelabuhan Perikanan…………………………………………………………………(22)

2
1. Mengenal Pelabuhan Perikanan

3
PELABUHAN PERIKANAN (FISHING PORT)
• Pengertian

Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor


PER.08/ MEN/2012;

Pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri atas


daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas
tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan
sistem bisnis perikanan yang digunakan sebagai tempat
kapal perikanan bersandar, berlabuh, dan/atau bongkar muat
ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan
pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan.

4
Karakteristik Pelabuhan Perikanan yang Baik

1 Jarak tidak terlalu jauh dari fishing ground


2 Lokasi terhubung dengan daerah pemasaran ikan
3 Memiliki lahan yang cukup untuk pendaratan ikan dan industri penunjang lainnya
4 Aman secara alami atau buatan bagi kapal yang berlabuh dari segala cuaca setiap
waktu
5 Kedalaman perairan pada alur pelabuhan dan pangkalan pelabuhan memadai
6 Biaya untuk perawatan pelabuhan murah
7 Lokasi cocok untuk pembangunan pemecah gelombang, pangkalan pelabuhan, dan
fasilitas-fasilitas lainnya yang disesuaikan dengan perencanaan terpadu
8 Memiliki lahan pengembangan yang cukup luas sehingga tidak menyulitkan bila
diperlukan adanya pengembangan pelabuhan

5
Profil Pelabuhan Perikanan Indonesia
• Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.08/ MEN/2012 tentang Kepelabuhanan Perikanan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 440), pelabuhan
perikanan dibagi menjadi 4 kategori utama yaitu :

– PPS (pelabuhan perikanan samudera)


– PPN (pelabuhan perikanan nusantara)
– PPP (pelabuhan perikanan pantai)
– PPI (pangkalan pendaratan ikan)

6
No Kriteria PPS PPN PPP PPI
pelabuhan perikanan

1 Daerah operasional Wilayah Perairan Perairan Perairan


kapal ikan yang dilayani perairan indonesia dan Indonesia Indonesia
teritorial Indonesia, ZEEI
Zona Ekonomi
Ekslusif
(ZEEI) dan
laut lepas

2 Fasilitas tambat/labuh >60 gt 30-60 gt 10-30 gt 5-10 gt


kapal
3 Panjang dermaga >300 m ;>3 m 150-300 m ; 100-150 m ; 50-100 m ;
dan kedalaman kolam >3 m >2 m >1 m
4 Kapasitas >6000 gt >2250 gt >300 gt >75 gt
menampung kapal (ekivalen (ekivalen (ekivalen (ekivalen
dengan 100 dengan 75 buah dengan 30 buah dengan 15 buah
buah kapal kapal kapal kapal
berukuran 60 berukuran 30 berukuran 10 berukuran
gt) gt) gt) 5 gt)

7
No Kriteria PPS PPN PPP PPI
pelabuhan perikanan

5 Volume ikan yang Rata-rata 50 Rata-rata 30 - -


didaratkan ton/hari ton/hari

6 Luas lahan > 20 ha 10-20 ha 5-10 ha 2-5 ha


7 Tata ruang (zonasi) Ada Ada Ada Tidak
pengolahan
/pengembangan industri
perikanan

8
Pelabuhan Perikanan Tipe A Pelabuhan Perikanan Tipe B
(Pelabuhan Perikanan Samudera) (Pelabuhan Perikanan Nusantara)

PPN PELABUHAN
PPS DKI
RATU
JAKARTA 9
Pelabuhan Perikanan Tipe C Pelabuhan Perikanan Tipe D
(Pelabuhan Perikanan Pantai) (Pangkalan Pendaratan Ikan)

PPI
SORONG
PPP 10
Peta Pelabuhan Perikanan

11
Fasilitas Pelabuhan Perikanan
• Fasilitas Pokok (Basic facilities)
1. Fasilitas perlindungan (Protective facilities)
2. Fasilitas tambat (Mooring facilities)
3. Fasilitas perairan (Water side facilities)

• Fasilitas Fungsional (Functional facilities)


1. Fasilitas transportasi
2. Fasilitas navigasi
3. Fasilitas daratan
4. Fasilitas pemeliharaan
5. Fasilitas supply
6. Fasilitas penanganan & pemrosesan ikan
7. Fasilitas komunikasi
8. Fasilitas kesejahteraan nelayan
9. Fasilitas manajemen pelabuhan
10. Fasilitas kebersihan dan sanitasi
11. Fasilitas penanganan sisa minyak
12
Fasilitas Pokok (Basic facilities)

1.Fasilitas perlindungan (Protective facilities)


Breakwater (pemecah gelombang) : bangunan maritim yang dibuat
dengan tujuan sebagai pelindung utama pelabuhan buatan.
Maksud : melindungi daerah perairan di dalam pelabuhan yaitu dengan
memperkecil tinggi gelombang laut dan mengurangi sedimentasi.

13
2. Fasilitas tambat (Mooring facilities)
• Untuk berlabuh atau bertambat dengan tujuan membongkar muatan,
mempersiapkan keberangkatan, memperbaiki kerusakan dsb
• Macam dan nama bangunan: tempat pendaratan (landing places), dermaga
(mooring quays, wharf, pier), slipway, bollard dsb

14
3. Fasilitas perairan (Water side
facilities)
• Bagian perairan di dalam pelabuhan
yang dipergunakan untuk manuver kapal
dalam areal pelabuhan dengan aman dan
untuk berlabuh atau tambat sementara
waktu di kolam pelabuhan
• Macam dan nama fasilitas:
– Muara pelabuhan (port entrance) :
suatu gerbang untuk keluar masuknya
kapal

15
– Alur pelayaran
(Navigational
channel) : bentuk
pelayanan untuk
mengusahakan
keamanan navigasi
kapal saat
mendekati tempat
berlabuh

16
2. Tahapan Perencanaan Pembangunan Pelabuhan
Perikanan 17
Tahapan Perencanaan Pembangunan Pelabuhan Perikanan
• Mengacu kepada Rencana Induk Pelabuhan Perikanan Nasional
dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.08/ MEN/2012 tentang Kepelabuhanan Perikanan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 440),
perencanaan pembangunan pelabuhan perikanan dibagi menjadi
3 tahap yaitu :

– Tahap Studi Kelayakan


– Tahap Rencana Induk Pelabuhan Perikanan
– Tahap Desain rinci

18
1.Tahap Studi Kelayakan
Dalam tahap ini diperhatikan:
• kesesuaian dengan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau
Kecil/Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Provinsi/Kabupaten/Kota;
• dukungan ketersediaan sumber daya ikan dan WPP-NRI;
• ketersediaan sumber daya manusia; dan
• keserasian dan keseimbangan dengan kegiatan lain terkait di lokasi
pelabuhan.

Informasi yang diinginkan:


• informasi sumber daya ikan
• kelayakan sarana dan prasarana wilayah;
• kelayakan teknis; dan
• kelayakan sosial-ekonomi.

19
2.Tahap Rencana Induk Pelabuhan Perikanan
Rencana induk pelabuhan perikanan berisi rencana tata guna tanah
dan perairan yang meliputi rencana peruntukan wilayah kerja dan
wilayah pengoperasian pelabuhan perikanan.

Informasi yang diinginkan:


• latar belakang;
• gambaran umum kondisi lokasi;
• kerangka kebijakan strategi pembangunan pelabuhan perikanan;
• tahapan dan jangka waktu pelaksanaan pembangunan pelabuhan
perikanan;
• rencana titik koordinat wilayah kerja dan wilayah pengoperasian
pelabuhan perikanan;
• rencana fasilitas yang akan dibangun;
• perkiraan kebutuhan anggaran;
• rencana pengelolaan pelabuhan perikanan; dan
• gambar tata letak (lay out) 20
3.Tahap Desain Rinci
Desain Rinci merupakan tahapan perencanaan pelabuhan perikanan
untuk mendapatkan dokumen teknis detail mengenai konstruksi
pelabuhan perikanan.

Informasi yang diinginkan:


• kondisi mekanika tanah;
• kondisi met-ocean;
• kondisi topografi dan bathymetri;
• struktur dan model konstruksi yang direncanakan;
• gambar desain;
• rincian anggaran biaya; dan
• spesifikasi teknis fasilitas yang akan dibangun.

21
3. Desain Rinci Pelabuhan Perikanan 22
DIAGRAM ALIR METODOLOGI KERJA
MULAI

PENGUMPULAN DATA ARUS BARANG DATA ANGIN PETA DASAR MET-OCEAN TANAH

ARUS SEDIMEN PASANG


GELOMBANG
SURUT

ANALISA DAN PROYEKSI KEBUTUHAN JENIS DAN HINDCASTING ELEVASI PENTING HASIL LAB
PENGOLAHAN JUMLAH MATERIAL HANDLING

SIMULASI MODEL GELOMBANG MODEL ARUS MODEL SEDIMEN


NUMERIK JENIS KAPAL

LAYOUT AKHIR
MASTER PLAN

DESAIN TIPE STRUKTUR (DERMAGA MATERIAL


DESAIN STRUKTUR
&BREAKWATERI) KONSTRUKSI

GAMBAR dan DOKUMEN


PELAPORAN TENDER
METODE KONSTRUKSI

SELESAI
Standar dan Code Perencanaan Pelabuhan
Standar dan Code yang digunakan di Indonesia, diantaranya adalah:

• OCDI, Technical Standard and Commentaries for Port and Harbour Facilities
in Japan, 2002.
• British Standard (BS 6349) Maritime Structures, 2013.
• AISC, Manual of Steel Construction, Load and Resistance Factor Design,
AISC, 1994.
• SNI 1726-2002, Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan
Gedung.
• SNI 03-2847 2002 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung
PETA TOPOGRAFI DAN BATHYMETRI

Peta topografi dan bathymetri didapat dari hasil survey


topografi dan batimetri.
Kedalaman/elevasi peta topografi dan batimetri diikatkan
kepada datum yang sama dan disepakati.
Method of Bathymetric Survey
S I TI ON ING
/ DG PS PO PTH
RTK AT ER D E
Y FO R W
SU RVE
BAT Method of Bathymetric Survey
CO HYME
NC
EPT TRIC
UA
L
Method of Topographic Survey

Peralatan yang dipergunakan dalam survei topografi


antara lain meliputi:
•Total Station (1 buah)
•GPS hand held (2 buah)
•Rambu ukur (2 set)
28
•Laptop (1 buah)
DATA PASANG SURUT

Pengamatan
Pasang Surut di Tanjung Carat
650

600
Elevasi Permukaan Air (cm)

550

500

450

400

350

300
Data Pengamatan 18 Agustus 2015 - 20 September 2015

• Muka air tertinggi +617 cm 0Peil, dan terendah +326 cm 0Peil


• Rata-rata +454 cm 0Peil
• Tunggang pasang selama pengukuran 291 cm
Motode Pengamatan Pasut
 Dilaksanakan 30 hari (Mengacu ke IHO Standards for Hydrography Surveys), diukur setiap interval
1 jam.
 Menggunakan Automatic Tide Gauge dan Tide Pole sebagai data cadangan.
 Hasil pengamatan ini diikatkan (levelling) ke BM di areal darat

Sea water level

Tide pole

Thalimedes

0 tide

Flexible
Flexible
meter
meter
Stand
Stand
1
2

Tide Peil Reference


point (Z=….)
0 tide
ANALISA PASANG SURUT
Perbandingan data pasut pengamatan dan peramalan
Data Pengamatan Data Ramalan
Elevasi Permukaan Air (cm)

650

600

550

500

450

400

350

300
Perioda 18 Agustus sd 20 September 2015

Pengukuran: 18 Agustus - 20 September 2015


Lokasi: Tanjung Carat
Elevasi Terhadap (m)
Elevasi Penting
Rambu MSL LWS
Highest Water Spring (HWS ) 6.42 1.88 3.66
Mean High Water Spring (MHWS) 6.17 1.63 3.41
Mean High Water Level (MHWL) 5.45 0.91 2.69
Mean Sea Level (MSL ) 4.54 0.00 1.78
Mean Low Water Level (MLWL) 3.69 -0.85 0.93
Mean Low Water Spring (MLWS) 3.09 -1.46 0.33
Lowest Water Spring (LWS ) 2.76 -1.78 0.00
Tunggang Pasang 3.66
Mulai

Analisis Pasang Data


Pengamatan Pasang Surut
15 x 24 jam

Surut Komponen Pasang Surut


(Metode Least Square)

Amplitudo dan Beda Fase

Peramalan Fluktuasi
Tipe Pasang Surut Elevasi Muka Air
Muka Air

HHWL (Highest High Water Level)


MHWS (Mean High Water Spring)
MHWL (Mean High Water Level)
Bil. Formzall Muka Air Ramalan MSL (Mean Sea Level)
MLWL (Mean Low Water Level)
MLWS (Mean Low Water Spring)
LLWL (Lowest Low Water Level)

Klasifikasi Pasang Grafik Perbandingan Penentuan Elevasi


Surut Fluktuasi Muka Air Muka Air Rencana

Hasil
T ipe Pasang Surut
Grafik Perbandingan Fluktuasi Muka Air
Elevasi Muka Air Rencana

Selesai
Elevasi Muka Air Penting
Elevasi Muka Air Keterangan
HHWL (Highest High Water Level) Air tertinggi pada saat pasang surut purnama atau bulan mati.

MHWS (Mean High Water Spring) Rata-rata muka air tinggi saat purnama.

MHWL (Mean High Water Level) Rerata dari muka air tinggi selama periode 19 tahun.

MSL (Mean Sea Level) Muka air rerata antara muka air tinggi rerata dan muka air rendah rerata.

MLWL (Mean Low Water Level) Rerata dari muka air rendah selama periode 19 tahun.

MLWS (Mean Low Water Spring) Rata-rata muka air rendah saat purnama.

LLWL (Lowest Low Water Level) Air terendah pada saat pasang surut purnama atau bulan mati.
Nama Lat Long
CM01 2°21'51.63"S 104°46'32.29"E
CM02 2°14'25.25"S 104°54'29.60"E
CM03 2°17'43.31"S 104°56'15.39"E

DATA ARUS (VEKTOR ARUS)


CM04 2°18'26.11"S 105° 3'57.63"E

0,2d, neap tide

N N

Vektor arus di C-1


NW NE NE
Vektor arus di C-4
NW

W E W E

SW SE SW SE
600 S S
600

400
400

200
200

Neap Tide Neap Tide

0.2d 0.2d

0.6d 0.6d

0.8d 0.8d

Skala Skala

20 cm/sec 20 cm/sec

18 19 20 21 22 23 00 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 18 19 20 21 22 23 00 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

Jam (27-28 Agustus 2015) Jam (27-28 Agustus 2015)


DATA ARUS (POLA ARUS)
0,2d,
0,2d,neap
neaptide
tide
Survey Arus

• Pengukuran arus (besaran dan arah) dilakukan secara simultan selama 26 jam pada saat spring dan
neap tide dengan interval 1 jam

 Data yang dicatat adalah data arus umum, yang akan dianalisis
lebih lanjut untuk mendapatkan arus pasang surut (Tidal Current)
 Data arus pasang surut akan digunakan untuk kalibrasi model pola
arus akibat pasang surut di areal laut
 Pola arus ini akan berguna untuk manuvering kapal
 Pergerakan penyebaran sedimen dapat diprediksi berdasarkan
pola arus pasang surut tersebut
 Perhitungan pembebanan untuk desain struktur dermaga
Data sedimen layang

Hasil Analisis Hasil Analisis


No Kode Sampel Satuan Methoda Analisis No Kode Sampel Satuan Methoda Analisis
( TSS ) ( TSS )
1 Spring AP-1.1 mg/l SMEWW 2540-D <1 19 Neap AP-1.1 mg/l SMEWW 2540-D 1,2
2 Spring AP-1.2 mg/l SMEWW 2540-D <1 20 Neap AP-1.2 mg/l SMEWW 2540-D 1,2
3 Spring AP-1.3 mg/l SMEWW 2540-D <1 21 Neap AP-1.3 mg/l SMEWW 2540-D 2,5
4 Spring AS-1.1 mg/l SMEWW 2540-D 1,2 22 Neap AS-1.1 mg/l SMEWW 2540-D 2,5
5 Spring AS-1.2 mg/l SMEWW 2540-D 4 23 Neap AS-1.2 mg/l SMEWW 2540-D <1
6 Spring AS-1.3 mg/l SMEWW 2540-D 1,2 24 Neap AS-1.3 mg/l SMEWW 2540-D <1
7 Spring AP-2.1 mg/l SMEWW 2540-D <1 25 Neap AP-2.1 mg/l SMEWW 2540-D 11
8 Spring AP-2.2 mg/l SMEWW 2540-D <1 26 Neap AP-2.2 mg/l SMEWW 2540-D 8
9 Spring AP-2.3 mg/l SMEWW 2540-D 9,4 27 Neap AP-2.3 mg/l SMEWW 2540-D <1
10 Spring AS-2.1 mg/l SMEWW 2540-D 4 28 Neap AS-2.1 mg/l SMEWW 2540-D 2,5
11 Spring AS-2.2 mg/l SMEWW 2540-D 5 29 Neap AS-2.2 mg/l SMEWW 2540-D 1,2
12 Spring AS-2.3 mg/l SMEWW 2540-D 15 30 Neap AS-2.3 mg/l SMEWW 2540-D 11
13 Spring AP-3.1 mg/l SMEWW 2540-D 4 31 Neap AP-3.1 mg/l SMEWW 2540-D 1,2
14 Spring AP-3.2 mg/l SMEWW 2540-D <1 32 Neap AP-3.2 mg/l SMEWW 2540-D 1,2
15 Spring AP-3.3 mg/l SMEWW 2540-D <1 33 Neap AP-3.3 mg/l SMEWW 2540-D 1,2
16 Spring AS-3.1 mg/l SMEWW 2540-D 1,2 34 Neap AS-3.1 mg/l SMEWW 2540-D 1,2
17 Spring AS-3.2 mg/l SMEWW 2540-D <1 35 Neap AS-3.2 mg/l SMEWW 2540-D 9,4
18 Spring AS-3.3 mg/l SMEWW 2540-D 2,5 36 Neap AS-3.3 mg/l SMEWW 2540-D 5
DATA SEDIMEN DASAR
Form no. (No. formulir) FT/23.9/1-12
FORM (FORMULIR) Issue/Revision (Terbitan/Revisi)
Revision (Revisi) 25 September 2015

RESULT OF GRAIN SIZE A NALYSIS (HASIL PENGUJIAN ANALISIS AYA KAN) Page 1 of 2 (Halaman 1 dari 2)

Project (Contoh dari) : Hydro-Oceanography Survey Location (Lokasi) : Tanjung Carat - Result (Hasil) D10 : 0.008
Type of sample (Jenis contoh) : UDS (Asli) / DS (Terganggu) Sumatera Selatan Gravel (Batu) : 0.93 D30 : 0.019
Water Surface (muka air) : - m RAI : - Sand (Pasir) : 37.23 D50 : 0.045
Sample Taken (contoh diambil) : SO-1 - Silt (Lanau) : 61.83 D60 : 0.069
Date of (Tanggal) Clay (Lempung) : 0.00 D80 : 0.101
- Sample accepted (Contoh diterima) : 21 September 2015 Type of soil (Jenis tanah) : sandy SILT Cu : 2.388
- Sample tested (Contoh dites) : 24 September 2015 Color (Warna) : DARK GRAY Cz : 0.647
- Test finished (Contoh selesai dites) : 24 September 2015
19,05

0,074
76,2

0,84

0,005
4,76

2,00

0,42

0,25

0,14
100

90

80

70
(%)
(Persen lolos)

60
Nama Lat Long
S01 2°21'57.58"S 104°43'57.21"E
Percent passing

S02 2°23'53.88"S 104°44'36.02"E


50
S03 2°21'51.63"S 104°46'32.29"E
S04 2°14'25.25"S 104°54'29.60"E
S05 2°17'43.31"S 104°56'15.39"E
40
S06 2°18'26.11"S 105° 3'57.63"E
S07 2°20'4.69"S 104°55'14.93"E
30

20

10

0
10 1 0,1 0,01 0,001
Diameter of grains (Diameter butir) (mm)

SAND
ASTM class GRAVEL
(P A S I R)
SILT CLAY
(K E R I K I L) (L A N A U) (L E M P U N G)
(Kategori ASTM) C O A R S E (K MEDIUM FINE

4.76

• Sedimen dasar di lokasi S0-1 kandungan lanau 60%, pasir dan gravel 40%
Survey Sedimen
 Pengambilan sampel sedimen
dilakukan pada lokasi yang sama
dengan pengukuran arus
 Sampel sedimen yang diambil adalah
sampel sedimen dasar dan sedimen
layang
 Pengambilan sampel sedimen dasar
dilakukan dengan alat sediment grab Sedimen Grab

• Sampel akan dianalisis lebih lanjut di laboratorium untuk mendapatkan


konsentrasi sedimen (TSS) dan diameter butir serta jenis sedimen
(clay/silt/sand)
• Hasil analisis laboratorium akan digunakan sebagai input model untuk
penyebaran sedimen dan tingkat sedimentasi yang terjadi
• Prediksi tingkat sedimentasi yang diperoleh dapat digunakan sebagai
pedoman dalam prosedur operasional pemeliharaan pelabuhan
DATA GELOMBANG

Tabel jumlah kejadian


Waverose No Arah / Kelompok Hs (m) 0,0 - 0,2 0,2 - 0,4 0,4 - 0,6 0,6 - 0,8 >= 0,8 Total
1 337,5 - 22,5 0 7 11 5 1 24
2 22,5 - 67,5 0 9 10 5 0 24
3 67,5 - 112,5 2 94 113 28 4 241
4 112,5 - 157,5 5 395 589 233 18 1240
5 157,5 - 202,5 1 39 101 60 7 208
6 202,5 - 247,5 0 3 5 9 2 19
7 247,5 - 292,5 0 6 7 7 0 20
8 292,5 - 337,5 0 4 5 1 1 11
Sub-Total 8 557 841 348 33 1787
Tidak ada gelombang 0
Data hilang 35
Total 1822

Tabel persentasi kejadian


No Arah / Kelompok Hs (m) 0,0 - 0,2 0,2 - 0,4 0,4 - 0,6 0,6 - 0,8 >= 0,8 Total
1 337,5 - 22,5 0 0.004 0.006 0.003 0.001 0.013
2 22,5 - 67,5 0 0.005 0.006 0.003 0 0.013
3 67,5 - 112,5 0.001 0.053 0.063 0.016 0.002 0.132
4 112,5 - 157,5 0.003 0.221 0.330 0.130 0.010 0.681
5 157,5 - 202,5 0.001 0.022 0.057 0.034 0.004 0.114
6 202,5 - 247,5 0 0.002 0.003 0.005 0.001 0.010
7 247,5 - 292,5 0 0.003 0.004 0.004 0 0.011
8 292,5 - 337,5 0 0.002 0.003 0.001 0.001 0.006
Sub-Total 0.004 0.306 0.462 0.191 0.018 0.981
Tidak ada gelombang 0
Data hilang 0.019
Total 1
CONTOH DATA KONDISI PELAPISAN TANAH
N-SPT N-SPT N-SPT N-SPT
0 20 40 60 80 100 0 20 40 60 80 100 0 20 40 60 80 100 0 20 40 60 80 100
0 0 0 0

SILTY CLAY Very soft SILTY Very soft SILTY SILTY CLAY
18 1 CLAY 1 CLAY
15 1 2

BR-1 -5 -5 -5
1
BR-4
4
50 1 1

28 1
BR-3 1
BR-4 -5
50
SILTY HARD
- 10 30 CLAY - 10 2 - 10 1 SILTY
48 CLAY
47 6 Soft to medium 2
SILTY CLAY
Depth (m)

Depth (m)

Depth (m)

Depth (m)
50 45 35 - 10 50
Very stiff to Hard
- 15 - 15 - 15 SILTY CLAY
50 50 50
50
50 50 46

50
- 20 50 - 20 50 - 20 50
- 15
50 50 50
50

50 50 50
- 25 - 25 - 25 50
50 50 50

50 50 50 - 20 50

- 30 50 - 30 50 - 30 50 VERY
HARD
Very Hard Very Hard SILTY SILTY
SILTY CLAY CLAY

- 35 - 35 - 35 - 25
CONTOH PROFIL TANAH
ANALISIS HIDRO-OSEANOGRAFI

• Peramalan gelombang
• Permodelan arus, sedimen, dan gelombang
• Analisa keamanan operasional pelabuhan
• Perhitungan kebutuhan kedalaman dan lebar alur dan kolam
pelabuhan
• Penentuan alat navigasi
ANALISA GELOMBANG

 Dengan menggunakan metode hindcasting, peramalan gelombang dari


data angin jam-jaman dan panjangnya area pembentukan gelombang
(fetch).
 Data hasil hindcasting akan di verifikasi dan kalibrasi dengan data hasil
pengamatan gelombang 3 bulan. Dengan menganalisa spektrum
gelombang pengamatan dan akhirnya tinggi gelombang dan perioda
gelombang tahunan.
 Hasilnya akan dilanjutkan dengan menyusun distribusi gelombang dan
gelombang ekstrim.
 Didapat gelombang desain.
Mulai
Diagram Alir proses penentuan
Pengumpulan data angin jam-
gelombang desain jaman 15 tahun terbaru

Data hasil pengamatan gelombang


Penentuan area pembentukan gelombang

Analisa spektrum gelombang


Verifikasi dan
Proses Hindcasting
kalibrasi

Hasil (Hs dan Tp) Hasil (Hs dan Tp)

Analisa distribusi gelombang

Analisa gelombang ekstrim


Penentuan gelombang desain (perioda ulang
Selesai
2,5,10,25,50,100,200)
Contoh Hasil Analisis Hindcasting Gelombang
Tinggi Gelombang (m) Prosentase Tinggi Gelombang (persen)
Arah Arah
< 0.2 0.2-0.4 0.4-0.6 0.6-0.8 >0.8 Total < 0.2 0.2-0.4 0.4-0.6 0.6-0.8 >0.8 Total
North 0 0 0 0 0 0 North 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
North North East 0 0 0 0 0 0 North North East 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
North East 0 0 0 0 0 0 North East 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
East North East 0 0 0 0 0 0 East North East 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
East 477 373 81 15 10 956 East 4.49 3.51 0.76 0.14 0.09 9.00
East South East 391 127 6 0 0 524 East South East 3.68 1.20 0.06 0.00 0.00 4.93
South East 508 179 14 1 1 703 South East 4.78 1.69 0.13 0.01 0.01 6.62
South South East 611 407 49 7 0 1074 South South East 5.75 3.83 0.46 0.07 0.00 10.11
South 1229 1448 627 286 146 3736 South 11.57 13.63 5.90 2.69 1.37 35.17
South South West 914 746 155 32 8 1855 South South West 8.60 7.02 1.46 0.30 0.08 17.46
South West 0 0 0 0 0 0 South West 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
West South West 0 0 0 0 0 0 West South West 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
West 0 0 0 0 0 0 West 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
West North West 0 0 0 0 0 0 West North West 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
North West 0 0 0 0 0 0 North West 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
North North West 0 0 0 0 0 0 North North West 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Ada gelombang 8848 Ada gelombang 83.29
Tenang 0 Tenang 0.00
Tidak tercatat 1775 Tidak tercatat 16.71
Total 10623 Total 100
Contoh Hasil Analisis Hindcasting Gelombang
Hindcasting Gelombang
Data:
- Angin
 Hindcasting gelombang dilakukan berdasarkan
- Peta Global
data angin (data sekunder diambil dari airport
terdekat, minimum 10 tahun) dan peta lokasi
Panjang Fetch
(Global)
 Data angin yang digunakan adalah data angin
Fetch Limited Duration Limited
dengan interval 1 jam
 Hasil analisis hindcasting dapat digunakan
Output:
Arah dan Tinggi Gelombang
Periode
untuk menentukan arah, tinggi dan perioda dari
Desain
gelombang dominan dan gelombang ekstrem
 Data gelombang digunakan untuk desain
elevasi dermaga dan bangunan laut lainnya,
 Data gelombang juga digunakan untuk desain
struktur dermaga dan bangunan laut lainnya
Pemodelan Arus, Gelombang dan Sedimentasi
• Menggunakan program numerik, tujuannya untuk mendapatkan
gambaran lokasi studi yang lebih luas secara ruang dan waktu,
sesuai dengan waktu perencanaan.

• Salah satu program numerik yang dapat digunakan adalah


Surface Water Modeling System (SMS) dari USACE
– Arus  Modul RMA2
• Input : Bathimetri, Pasang Surut
• Output : Pola Arus
– Sedimentasi  Modul Sed2D
• Input : Bathimetri, Sediment Source, Output RMA2
• Output : Pola penyebaran sedimen dan sediment rate
– Gelombang  Modul CGWAVE
• Input : Bathimetri, arah, periode dan tinggi gelombang
• Output : Ketinggian gelombang
Contoh Hasil Model Matematik Arus Pasang Surut
- Pelabuhan Cilacap, Jawa Tengah
Contoh Hasil Model Matematik Gelombang
- Pelabuhan Cikidang, Jawa Barat
VERIFIKASI MODEL ARUS
TITIK CM1-CM3
CM1 CM2

CM3
Contoh Hasil Model Matematis Sedimentasi
- Pelabuhan Cilacap Jawa Tengah
CONTOH APLIKASI DATA HIDRO-OSEANOGRAFI TERHADAP ANALISA BATAS
KONDISI OPERASI KAPAL
1. Wave

2. Current
Contoh Data Teknis Kapal

1.8 B

LOA = Length Overall


d = Loaded Draught
B = Moulded Breadth

Sumber: TECHNICAL STANDARDS AND COMMENTARIES FOR PORT AND HARBOUR FACILITIES IN JAPAN, The Overseas Coastal Area Development 55
Institute of Japan
Contoh penentuan syarat batas tinggi gelombang operasi di pelabuhan

• PIANC memberikan batasan tinggi gelombang


yang masih memungkinkan pelabuhan
beroperasi dengan aman.
• Diatas tinggi gelombang yang dijinkan
tersebut, pelabuhan dianggap berbahaya
untuk beroperasi.
• Prosentase waktu pelabuhan tidak dapat
beroperasi karena gelombang biasa disebut
dowtime.

56
Contoh perhitungan downtime dan pemilihan lokasi

Orientasi dermaga di Titik 1

Orientasi dermaga di Titik 2

57
Orientasi dermaga di Titik 3 Orientasi dermaga di Titik 4
CONTOH APLIKASI DATA HIDRO-OSEANOGRAFI TERHADAP ANALISA KEBUTUHAN
ALUR
Lebar alur dasar untuk Basic Manuevering Lane dapat ditentukan dari tabel berikut
Untuk two-way traffic adalah (PIANC)

Ship Manueverability good moderate poor


w2  2 wBM  2 wBC  wPL  wadd wBM  lebar dasar Basic Manuevering Lane
Basic 1,3B 1,5B 1,8B
wBC  lebar dasar Bank Clearance
wPL  lebar alur dasar passing lane Lebar alur dasar untuk Bank Clearance dapat ditentukan dari tabel berikut
wadd  lebar tambahan akibat kondisi lingkungan (PIANC)
Lebar Bank Kecepatan Alur Tdk Alur
Clearance Kapal terlindung Terlindung
Alur sisi landai Cepat 0,7B 0.0
Sedang 0,5B 0,5B
Lambat 0,3B 0,3B

Alur sisi tegak Cepat 1,3B 0.0


Sedang 1,0B 1,0B
Lambat 0,5B 0,5B

Lebar alur dasar untuk Passing Lane dapat ditentukan dari tabel berikut
(PIANC)
Alur
Lebar alur dasar Alur Tdk terlindung
Terlindung
Pada perencanaan alur masuk untuk Pelabuhan, MISAL direncanakan untuk two-way traffic dengan kondisi sebagai Kecepatan kapal
berikut: Cepat >12 knot 2,0B 0.0
(i)Ship Manueverability : Moderat (1.5 B) Sedang 8-12 knot 1,6B 1,4B
(ii)Alur sisi landai, kecepatan kapal : Sedang (0.5 B) Lambat 1,2B 1,0B
(iii)Lebar alur paasing line, kecepatan kapal : Sedang (1.6 B) Alur tidak terlindungi Kepadatan Traffic
: Sedang (1.4 B) Alur terlindung lengang 0,0B 0.0
(iv)Lebar alur paasing line, kepadatan traffic : Sedang (0.2 B) sedang 0,2B 0,2B
sibuk 0,5B 0,4B

Ukuran Lebar Alur


Kapal Kapal
No. Jenis
Tongkang Kapal Lebar Kapal Tidak Terlindung Terlindung
m Rumus m Rumus m
1 Cargo 1,500 DWT 67 5.4 B 65 5.2 B 62
CONTOH APLIKASI DATA HIDRO-OSEANOGRAFI TERHADAP ANALISA KEBUTUHAN
KEDALAMAN
Net underkeel clearance dapat ditentukan dari tabel berikut (PIANC)

Seabad Condition Rock Bottom Medium Bottom Soft Bottom

Net underkeel clearance 1.0 0.75 0.5

Gross underkeel clearance dapat ditentukan dari tabel berikut (PIANC)

Terbuka Terlindung
Alur kapal 0.3 D 0.25 D

Berthing area 0.2 D 0.15 D

Ukuran Dimensi Kedalaman Alur


Kapal Kapal
No. Jenis Komoditas
Tongkang Kapal
Draft
Rumus m
Cargo 1,500 DWT 3.9
1 1.15 D 4.5
CONTOH APLIKASI DATA HIDRO-OSEANOGRAFI TERHADAP ANALISA KOLAM PUTAR

Ukuran Dimensi Lebar Kolam Putar

Kapal Kapal

No. Tahap
Tongkang Kapal Length
B Rumus m
Overall, m

1 Cargo 1,500 DWT 62 12 1,5LOA 100.00


• Pemasangan Alat Bantu Navigasi (Navigational Aids)

Tujuan yang ingin dicapai dari pemasangan alat bantu navigasi ialah :

- Memberikan peringatan/tanda-tanda terhadap bahaya yang tersembunyi


seperti adanya batu karang, beting diperairan pelayaran.

- Memberi petunjuk/bimbingan agar kapal bisa berlayar dengan aman


disepanjang pantai, sungai , selat, dan alur masuk kepelabuhan.
Demikian juga pada waktu kapal merapat dan membuang jangkar.
• Sistem Navigasi

Sistem Alat Bantu Navigasi diatur dalam


International Maritime Organization. Di
Indonesia regulasi mengenai sistem alat bantu
navigasi diatur oleh AdPel dan Dinas
Perhubungan Laut

Sistem Navigasi ini biasa disebut Lateral


System. Dimana pada jalur navigasi, kapal
diarahkan untuk bergerak lurus dengan
bantuan beberapa alat bantu navigasi
• Alat Navigasi
Alat navigasi yanq digunakan antara lain :

1.Pelampung (Buoys) dan Channel markers. Pelampung dan channel markers ini digunakan
terutama untuk memberi tanda di pantai masuk pelabuhan dan alur pelayaran.

2.Lampu Suar (Beacon light). Diletakkan antara lain di pier, wharf, dolphin, dan bangunan
kelautan lainnya. Gunanya untuk memberitahukan keberadaan bangunan-bangunan tersebut.
• Pelampung (Buoy)

Berdasarkan kondisi di rencana area alur pelayaran, dimana penerangan cukup minim,
maka tipe buoys yang digunakan adalah light buoy. Yaitu buoy dengan penambahan lampu
khusus (Marine Lantern) dibagian atasnya dan bisa dilengkapi dengan radar reflector.

Bouy ini akan dijangkar pada suatu tempat tertentu, dengan menggunakan rantai terhubung
dengan jangkar terbuat dari blok beton yang telah dilengkapi dengan pengait.

Beberapa buoys yang akan digunakan sebagai alat bantu Navigasi adalah :
Can Buoy Nun Buoy
1. Can Buoys (Pelampung Tangan Kiri)
Can buoys mengapung dengan lampu, dicat hijau dan diberi
nomor dengan angka ganjil dan ditempatkan disebelah kiri
alur atau sebelah kiri pintu kolam pelabuhan pada arah kapal
masuk dari laut.

2. Nun Buoys (Pelampung Tangan Kanan)


Nun buoys mengapung dengan lampu, pada bagian atas
dipasang tanda berbentuk segitiga, dicat merah dan diberi
nomor dengan angka genap. Diletakkan disebelah kanan
alur pada arah kapal masuk dari laut.
3. Warning Buoy
Warning buoys mengapung memakai lampu tetapi biasanya tanpa lampu, pada
bagian atas berbentuk silang, dibuat dari logam, dicat dengan warna kuning.
Diletakkan pada daerah khusus di daerah dangkal yang terdapat dialur.
Sistem mooring pada lightbouy adalah
dengan menggunakan rantai yang
diikatkan pada jangkar terbuat dari beton
dengan berat ± 9 ton
• Suar (Beacon)
Suar yang akan dipasang adalah tipe tiang suar (pile beacon). Berupa lampu suar yang
diletakan pada tiang baja. Diletakan di area pelabuhan dan tepat pada garis tengah alur
pelayaran. Digunakan sebagai petunjuk bagi kapal.
ANALISIS GEOTEKNIK

• Interpretasi stratigrafi tanah


• Analisis daya dukung tiang tunggal
• Analisis Stabilitas Causeway

Analisis didasarkan pada:


 Hasil penyelidikan tanah Lapangan
 Hasil Penyelidikan Laboratorium
ANALISIS DAYA DUKUNG TIANGTUNGGAL
• AXIAL
Clay Sand
Pancang Tiang Bor Pancang Tiang Bor

aC aC
t 0.2 N 0.2 N – 0.24 N

Untuk Pancang Untuk Tiang Bor (Meyerhof) (Rata2 antara


API Kulhawy (1984) Meyerhof (1976) dan
Reese+Wright (1977)
Reese (1988)

40 N 7-13 N (t/m2)
9C < 1600 t/m2 < 400 (t/m2)
N=(N1+N2)/2
qp (Meyerhof) (Reese+Wrihgt,1977)

Qult = 2pr S Dl t + Ap qp
HASIL ANALISIS BR-1

N-SPT Ult. Compression (kN) Ult. Compression (kN) Ult. Compression (kN)

0 20 40 60 80 100 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000
0.00 0 0 0
Friction Friction Friction
SILTY CLAY End End End
18
Qu Qu Qu
15

-5.00 -5 -5 -5
50

28

SILTY
-10.00 30 CLAY -10 -10 -10

47

50
-15.00 -15 -15 -15
Depth (m)

Depth (m)

Depth (m)
Depth (m)

50

50

-20.00 50 -20 -20 -20

50

50
-25.00 -25 -25 -25
50

50

-30.00 50 -30 -30 -30

-35.00 -35 -35 -35

D609 D711 D910


HASIL ANALISIS-Tekan

No. Lokasi Diameter Panjang Kedalaman Qult (kN) Daya Dukung Aksial
(mm) Tiang Penetrasi Tekan (kN)
(m) (m) Statik Gempa
1 BR-1 609 30 16 3133 1253 1790
2 BR-1 711 30 16 3786 1514 2163
3 BR-1 910 30 16 5166 2066 2952
4 BR-2 609 32 18 2037 815 1164
5 BR-2 711 32 18 2506 1002 1432
6 BR-2 910 32 18 3527 1411 2016
No. Lokasi Diameter Panjang Kedalaman Qult (kN) Daya Dukung Aksial
(mm) Tiang Penetrasi Tekan (kN)
(m) (m) Statik Gempa
7 BR-3 609 32 18 1780 712 1017
8 BR-3 711 32 18 2196 878 1255
9 BR-3 910 32 18 3033 1213 1733
10 BR-4 609 29 15 3152 1261 1801
11 BR-4 711 29 15 3808 1523 2176
12 BR-4 910 29 15 5194 2078 2968
HASIL ANALISIS-Tarik

No. Lokasi Diameter Panjang Kedalaman Qult Daya Dukung Izin


(mm) Tiang Penetrasi (kN) Cabut (kN)
(m) (m) Statik Gempa
1 BR-1 609 30 16 1739 695.4 993
2 BR-1 711 30 16 2030 811.9 1160
3 BR-1 910 30 16 2598 1039.4 1485
4 BR-2 609 32 18 972 388.7 555
5 BR-2 711 32 18 1134 453.8 648
6 BR-2 910 32 18 1453 581.1 830
No. Lokasi Diameter Panjang Kedalaman Qult Daya Dukung Izin
(mm) Tiang Penetrasi (kN) Cabut (kN)
(m) (m) Statik Gempa
7 BR-3 609 32 18 828 331.3 473
8 BR-3 711 32 18 967 386.8 553
9 BR-3 910 32 18 1239 495.4 708
10 BR-4 609 29 15 1752 700.7 1001
11 BR-4 711 29 15 2045 818.0 1169
12 BR-4 910 29 15 2618 1047.2 1496
HASIL ANALISIS LATERAL
HASIL ANALISIS LATERAL

Kedalaman Daya Dukung


Diameter Panjang Lateral (kN)
No. Lokasi Penetrasi
(mm) Tiang (m)
(m) Statik Dinamik
1 BR-1 609 30 16 32.00 55.0
2 BR-1 711 30 16 40.00 70.0
3 BR-1 910 30 16 58.00 100.0
4 BR-2 609 32 18 6.50 10.0
5 BR-2 711 32 18 8.00 12.0
6 BR-2 910 32 18 11.00 18.0
7 BR-3 609 32 18 6.00 8.5
8 BR-3 711 32 18 8.00 11.5
9 BR-3 910 32 18 12.00 17.0
10 BR-4 609 29 15 10.00 17.0
11 BR-4 711 29 15 13.00 22.0
12 BR-4 910 29 15 20.00 35.0
Analisis Kegempaan
Klasifikasi Tanah
N-SPT
0 20 40 60 80 100
0
Rata-rata N-SPT Sampai 30
Lokasi Bor Jenis Tanah
SILTYCLAY
m
2

BR-4 BR-1 39 Tanah Sedang


4
-5
BR-2 3 Tanah Lunak
50
HARD
SILTY BR-3 3 Tanah Lunak
Depth (m)

48 CLAY

BR-4 17 Tanah Sedang


-10 50

50

50
-15
50

50

-20 50

VERY
HARD
SILTY

-25
Desain Beban Gempa
Stabilitas Causeway

– Analisis Stabilitas Timbunan


– Analisis Konsolidasi
Angka Keamanan Minimum
Keandalan Parameter
Kondisi Lingkungan Kurang Cukup

Temporer Permanen Temporer Permanen

Tidak ada hunian manusia 1.3 1.5 1.25 1.3

Banyak bangunan sekitar 1.5 2.0 1.3 1.5

Angka Keamanan Minimum Yang Umum Digunakan Di Negara Lain


Faktor ketidakpastian terhadap data-
Pengaruh Biaya dan konsekuensinya terhadap data lapangan
keruntuhan lereng
Small Large

Biaya perbaikan sebanding dengan biaya konstruksi. Keruntuhan lereng tidak 1.25 1.5
membahayakan jiwa manusia atau properti lainnya.

Biaya perbaikan jauh lebih besar dibanidngkan dengan biaya konstruksi. Keruntuhan 1.5 2.0
lereng membahayakan jiwa manusia atau properti lainnya.
Analisis Struktur

• Perencanaan sistem struktur dan lay-out


– Tipe Struktur; misal deck-on-pile
– Tiang pancang baja/beton, struktur atas beton
• Komponen struktur
– Dolphin (berthing dan mooring)
– Loading Platform
– Trestle / access bridge
Contoh Lay-out Jetty
Prinsip Perencanaan Struktur
• Struktur harus mampu menerima beban-beban yang
bekerja padanya tanpa mengalami kegagalan.
• Struktur harus memiliki
– Kekuatan (tegangan yang terjadi kurang dari kemampuan
maksimum struktur)
– Kekakuan (deformasi yang terjadi lebih kecil dari deformasi
maksimum)
– Kestabilan (tidak mengalami deformasi besar akibat perubahan
beban yang sedikit)
Beban
• Beban Mati
• Berat sendiri struktur dan peralatan yang terpasang permanen pada struktur
• Beban Hidup
• Beban operasional struktur
• Biasanya beban merata, ditembah beban operasional khusus dari peralatan
• Beban Berthing dan Mooring
• Beban akibat tumbukan pada saat sandar
• Beban akibat tarikan kapal yang tertambat
• Beban Lingkungan
• Gaya-gaya akibat arus, angin, gelombang
• Beban Gempa
Beban Berthing
• Perhitungan energi sandar kapal (fungsi dari jenis kapal
dan ukuran kapal, kecepatan, dan cara sandar)
• Pemilihan fender
• Reaksi fender menjadi beban berthing
Beban Lingkungan
• Perhitungan gaya akibat angin, arus, dan gelombang
pada struktur.
Beban Gempa
• Ditentukan mengikuti standar perencanaan (SNI Gempa)
Pemodelan Struktur
• Contoh
Hasil Analisis Struktur
• Rasio tegangan pada elemen baja (kekuatan elemen
baja).
• Reaksi (daya dukung tanah)
• Deformasi (kekakuan struktur)
• Gaya-gaya dalam pada struktur atas (untuk perencanaan
dimensi dan penulangan struktur atas)
Re-Analisis

• Proses desain bersifat iteratif, analisis diulangi jika


terdapat perubahan komponen struktur.
• Perubahan dilakukan apabila:
• Tidak memenuhi persyaratan kekuatan dan/atau kekakuan
• Terlalu besar dan boros
• Hasil akhir: struktur yang kuat dan optimal / ekonomis.
STRUKTUR

4. Beban Mooring dan Perencanaan Bollard

Tabel berikut menunjukkan beban mooring yang terjadi pada berbagai ukuran kapal berdasarkan OCDI.

Tabel Gaya Tarik Pada Vessel

Berdasarkan tabel diatas, dipakai beban mooring sebesar 500 kN pada masing-masing bollard.
STRUKTUR

• Pemodelan Struktur

1. Loading Platform

Gambar Pemodelan Loading Platform


1. Loading Platform
A. Hasil Analisis Struktur
• Kekuatan Tiang Pancang

Berikut diperlihatkan nilai rasio tegangan maksimum tiang pancang pada struktur loading platform. Seluruh tiang
pancang memiliki rasio kurang dari 1.0 dan telah memenuhi persyaratan kekuatan.

Tabel Rasio Tegangan Maksimum Tiang Pancang pada Struktur Loading Platform
Frame DesignSect DesignType Status Ratio RatioType Combo Location
Text Text Text Text Unitless Text Text m
11 SPP PLATFORM Column No Messages 0.68 PMM COMB2-4 24
14 SPP PLATFORM Column No Messages 0.65 PMM COMB2-3 24
8 SPP PLATFORM Column No Messages 0.65 PMM COMB2-3 24
17 SPP PLATFORM Column No Messages 0.65 PMM COMB2-4 24
10 SPP PLATFORM Column No Messages 0.65 PMM COMB2-4 24
9 SPP PLATFORM Column No Messages 0.64 PMM COMB2-4 24
15 SPP PLATFORM Column No Messages 0.64 PMM COMB2-3 24
16 SPP PLATFORM Column No Messages 0.64 PMM COMB2-3 24
12 SPP PLATFORM Column No Messages 0.58 PMM COMB2-3 24
18 SPP PLATFORM Column No Messages 0.55 PMM COMB2-3 24
DESAIN BREAKWATER
Pemilihan Tipe Breakwater
• Vertical Breakwater

• Rubble Mound (Breakwater Miring)

• Composite
Rubble Mound (Breakwater Miring)
Merupakan tipe struktur yang fleksibel dan mempunyai daya penyerapan
gelombang yang besar dan dapat menyesuaikan terhadap perubahan tanah
fundasi.
Tipe ini sangat banyak dipakai karena mudah dan sederhana.

Armour
Underlayer

Core
Desain Rubble Mound
Rumus Stabilitas (Hudson Formula)

Rekomendasi ukuran batuan untuk masing-masing lapisan


Material yang biasa digunakan pada Rubble Mound adalah batu dengan
berbagai ukuran sesuai dengan posisinya pada breakwater.

Atau material lain yang digunakan dalam kondisi tertentu.


Contoh gambar detail dermaga

99
Contoh gambar detail breakwater
Contoh layout alat navigasi
NO.
CAN BUOY
KOORDINAT
X
1 610122.334 111989.221
3 610441.279 111469.430
5 610325.115 111081.441
7 610246.070 110995.615
NUN BUOY
KOORDINAT
NO.
X
2 610034.985 111937.877
4 610294.759 111450.415 1
6 610217.074 111158.418
8 610159.323 111050.318 2
WARNING BUOY
KOORDINAT
NO.
X
W 1 610370.100 111617.946
W 2 610256.122 111596.549 610

W 3 610368.386 111213.902
BEACON
KOORDINAT
NO. 462
X
BC 1 610524.795 111237.659
BC 2 610529.557 111229.897 1

150 136° 3

127 238
150

405
3
237
150°
Contoh analisis biaya
• Analisis Harga Satuan
Tiang Pancang Beton Spunpile 600mm (Bottom)
ANALISIS HARGA SATUAN PEKERJAAN

JENIS PEKERJAAN : TIANG PANCANG BETON SPUNPILE 600 M M (BOTTOM )


HARGA SATUAN/ M : Rp 1,459,100.00

No URA IA N SATUAN KWANTITAS HARGA SATUAN JUMLAH


1. BAHAN
- Tiang Pancang Beton CSP 600 mm (Bottom) m 1.00 1,114,000.00 1,114,000.00
- Biaya Asuransi angkutan tiang pancang % 0.00 1,114,000.00
2. UPAH & TRANSPORT
- Trailer Pengangkut oh 0.02 3,570,000.00 71,400.00
- Craw ler Crane kapasitas 100 t jam 0.20 1,368,500.00 273,700.00
Total 1,459,100.00

Tiang Pancang Beton Spunpile 600mm (Middle)


ANALISIS HARGA SATUAN PEKERJAAN

JENIS PEKERJAAN : TIANG PANCANG BETON SPUNPILE 600 MM (MIDDLE)


HARGA SATUAN/ M : Rp 1,507,100.00

No URA IA N SATUAN KWANTITAS HARGA SATUAN JUMLAH


1. BAHAN
- Tiang Pancang Beton CSP 600 mm (Bottom) m 1.00 1,162,000.00 1,162,000.00
- Biaya Asuransi angkutan tiang pancang % 0.00 1,162,000.00
2. UPAH & TRANSPORT
- Trailer Pengangkut oh 0.02 3,570,000.00 71,400.00
- Craw ler Crane kapasitas 100 t jam 0.20 1,368,500.00 273,700.00
Total 1,507,100.00
Contoh analisis biaya (lanjutan)
• Rencana Anggaran Biaya

Demaga 1A (Platform)
No Pe k e rjaan Volum e Unit Harga Satuan Jum lah
B DERMAGA
i PLATFORM
1 Beton pracetak
a Pile Cap 11.97 3 3,612,186.59 43,241,485.61
m
b Balok 25.56 3 3,508,052.83 89,665,830.29
m
c Slab 34.78 3 3,052,594.73 106,175,960.40
m
d Handling 110.00 buah 545,878.20 60,046,602.00
2 Baja tulangan untuk beton pracetak 18,078.30 kg 21,667.67 391,714,638.56
3 Beton cast in situ 43.94 3 2,091,072.08 91,874,492.86
m
4 Beton Pengisi Tiang Pancang 6.07 m3 2,091,072.08 12,691,881.18
5 Baja tulangan untuk beton cast in situ 10,001.22 kg 21,667.67 216,703,164.92
6 Tiang pancang
a Tiang pancang Spunpile Bottom 336.00 m 1,459,100.00 490,257,600.00
b Tiang pancang Spunpile Middle 525.00 m 1,507,100.00 791,227,500.00
c Tranportasi ke titik pemancangan 21 titik 4,066,030.00 85,386,630.00
d Pemancangan 740.50 m 410,184.05 303,741,287.26
e Penyambungan 42 bh 908,024.00 38,137,008.00
f Pemotongan CSP 21 bh 1,083,650.00 22,756,650.00
7 Lampu penerangan 4.00 bh 16,400,000.00 65,600,000.00
TOTAL BIAYA PEKERJAAN PLATFORM 2,809,220,731.09

Anda mungkin juga menyukai