Perencanaan Pelabuhan Ikan
Perencanaan Pelabuhan Ikan
PERIKANAN
1
OUTLINE
2
1. Mengenal Pelabuhan Perikanan
3
PELABUHAN PERIKANAN (FISHING PORT)
• Pengertian
4
Karakteristik Pelabuhan Perikanan yang Baik
5
Profil Pelabuhan Perikanan Indonesia
• Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.08/ MEN/2012 tentang Kepelabuhanan Perikanan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 440), pelabuhan
perikanan dibagi menjadi 4 kategori utama yaitu :
6
No Kriteria PPS PPN PPP PPI
pelabuhan perikanan
7
No Kriteria PPS PPN PPP PPI
pelabuhan perikanan
8
Pelabuhan Perikanan Tipe A Pelabuhan Perikanan Tipe B
(Pelabuhan Perikanan Samudera) (Pelabuhan Perikanan Nusantara)
PPN PELABUHAN
PPS DKI
RATU
JAKARTA 9
Pelabuhan Perikanan Tipe C Pelabuhan Perikanan Tipe D
(Pelabuhan Perikanan Pantai) (Pangkalan Pendaratan Ikan)
PPI
SORONG
PPP 10
Peta Pelabuhan Perikanan
11
Fasilitas Pelabuhan Perikanan
• Fasilitas Pokok (Basic facilities)
1. Fasilitas perlindungan (Protective facilities)
2. Fasilitas tambat (Mooring facilities)
3. Fasilitas perairan (Water side facilities)
13
2. Fasilitas tambat (Mooring facilities)
• Untuk berlabuh atau bertambat dengan tujuan membongkar muatan,
mempersiapkan keberangkatan, memperbaiki kerusakan dsb
• Macam dan nama bangunan: tempat pendaratan (landing places), dermaga
(mooring quays, wharf, pier), slipway, bollard dsb
14
3. Fasilitas perairan (Water side
facilities)
• Bagian perairan di dalam pelabuhan
yang dipergunakan untuk manuver kapal
dalam areal pelabuhan dengan aman dan
untuk berlabuh atau tambat sementara
waktu di kolam pelabuhan
• Macam dan nama fasilitas:
– Muara pelabuhan (port entrance) :
suatu gerbang untuk keluar masuknya
kapal
15
– Alur pelayaran
(Navigational
channel) : bentuk
pelayanan untuk
mengusahakan
keamanan navigasi
kapal saat
mendekati tempat
berlabuh
16
2. Tahapan Perencanaan Pembangunan Pelabuhan
Perikanan 17
Tahapan Perencanaan Pembangunan Pelabuhan Perikanan
• Mengacu kepada Rencana Induk Pelabuhan Perikanan Nasional
dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.08/ MEN/2012 tentang Kepelabuhanan Perikanan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 440),
perencanaan pembangunan pelabuhan perikanan dibagi menjadi
3 tahap yaitu :
18
1.Tahap Studi Kelayakan
Dalam tahap ini diperhatikan:
• kesesuaian dengan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau
Kecil/Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Provinsi/Kabupaten/Kota;
• dukungan ketersediaan sumber daya ikan dan WPP-NRI;
• ketersediaan sumber daya manusia; dan
• keserasian dan keseimbangan dengan kegiatan lain terkait di lokasi
pelabuhan.
19
2.Tahap Rencana Induk Pelabuhan Perikanan
Rencana induk pelabuhan perikanan berisi rencana tata guna tanah
dan perairan yang meliputi rencana peruntukan wilayah kerja dan
wilayah pengoperasian pelabuhan perikanan.
21
3. Desain Rinci Pelabuhan Perikanan 22
DIAGRAM ALIR METODOLOGI KERJA
MULAI
PENGUMPULAN DATA ARUS BARANG DATA ANGIN PETA DASAR MET-OCEAN TANAH
ANALISA DAN PROYEKSI KEBUTUHAN JENIS DAN HINDCASTING ELEVASI PENTING HASIL LAB
PENGOLAHAN JUMLAH MATERIAL HANDLING
LAYOUT AKHIR
MASTER PLAN
SELESAI
Standar dan Code Perencanaan Pelabuhan
Standar dan Code yang digunakan di Indonesia, diantaranya adalah:
• OCDI, Technical Standard and Commentaries for Port and Harbour Facilities
in Japan, 2002.
• British Standard (BS 6349) Maritime Structures, 2013.
• AISC, Manual of Steel Construction, Load and Resistance Factor Design,
AISC, 1994.
• SNI 1726-2002, Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan
Gedung.
• SNI 03-2847 2002 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung
PETA TOPOGRAFI DAN BATHYMETRI
Pengamatan
Pasang Surut di Tanjung Carat
650
600
Elevasi Permukaan Air (cm)
550
500
450
400
350
300
Data Pengamatan 18 Agustus 2015 - 20 September 2015
Tide pole
Thalimedes
0 tide
Flexible
Flexible
meter
meter
Stand
Stand
1
2
650
600
550
500
450
400
350
300
Perioda 18 Agustus sd 20 September 2015
Peramalan Fluktuasi
Tipe Pasang Surut Elevasi Muka Air
Muka Air
Hasil
T ipe Pasang Surut
Grafik Perbandingan Fluktuasi Muka Air
Elevasi Muka Air Rencana
Selesai
Elevasi Muka Air Penting
Elevasi Muka Air Keterangan
HHWL (Highest High Water Level) Air tertinggi pada saat pasang surut purnama atau bulan mati.
MHWS (Mean High Water Spring) Rata-rata muka air tinggi saat purnama.
MHWL (Mean High Water Level) Rerata dari muka air tinggi selama periode 19 tahun.
MSL (Mean Sea Level) Muka air rerata antara muka air tinggi rerata dan muka air rendah rerata.
MLWL (Mean Low Water Level) Rerata dari muka air rendah selama periode 19 tahun.
MLWS (Mean Low Water Spring) Rata-rata muka air rendah saat purnama.
LLWL (Lowest Low Water Level) Air terendah pada saat pasang surut purnama atau bulan mati.
Nama Lat Long
CM01 2°21'51.63"S 104°46'32.29"E
CM02 2°14'25.25"S 104°54'29.60"E
CM03 2°17'43.31"S 104°56'15.39"E
N N
W E W E
SW SE SW SE
600 S S
600
400
400
200
200
0.2d 0.2d
0.6d 0.6d
0.8d 0.8d
Skala Skala
20 cm/sec 20 cm/sec
18 19 20 21 22 23 00 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 18 19 20 21 22 23 00 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
• Pengukuran arus (besaran dan arah) dilakukan secara simultan selama 26 jam pada saat spring dan
neap tide dengan interval 1 jam
Data yang dicatat adalah data arus umum, yang akan dianalisis
lebih lanjut untuk mendapatkan arus pasang surut (Tidal Current)
Data arus pasang surut akan digunakan untuk kalibrasi model pola
arus akibat pasang surut di areal laut
Pola arus ini akan berguna untuk manuvering kapal
Pergerakan penyebaran sedimen dapat diprediksi berdasarkan
pola arus pasang surut tersebut
Perhitungan pembebanan untuk desain struktur dermaga
Data sedimen layang
RESULT OF GRAIN SIZE A NALYSIS (HASIL PENGUJIAN ANALISIS AYA KAN) Page 1 of 2 (Halaman 1 dari 2)
Project (Contoh dari) : Hydro-Oceanography Survey Location (Lokasi) : Tanjung Carat - Result (Hasil) D10 : 0.008
Type of sample (Jenis contoh) : UDS (Asli) / DS (Terganggu) Sumatera Selatan Gravel (Batu) : 0.93 D30 : 0.019
Water Surface (muka air) : - m RAI : - Sand (Pasir) : 37.23 D50 : 0.045
Sample Taken (contoh diambil) : SO-1 - Silt (Lanau) : 61.83 D60 : 0.069
Date of (Tanggal) Clay (Lempung) : 0.00 D80 : 0.101
- Sample accepted (Contoh diterima) : 21 September 2015 Type of soil (Jenis tanah) : sandy SILT Cu : 2.388
- Sample tested (Contoh dites) : 24 September 2015 Color (Warna) : DARK GRAY Cz : 0.647
- Test finished (Contoh selesai dites) : 24 September 2015
19,05
0,074
76,2
0,84
0,005
4,76
2,00
0,42
0,25
0,14
100
90
80
70
(%)
(Persen lolos)
60
Nama Lat Long
S01 2°21'57.58"S 104°43'57.21"E
Percent passing
20
10
0
10 1 0,1 0,01 0,001
Diameter of grains (Diameter butir) (mm)
SAND
ASTM class GRAVEL
(P A S I R)
SILT CLAY
(K E R I K I L) (L A N A U) (L E M P U N G)
(Kategori ASTM) C O A R S E (K MEDIUM FINE
4.76
• Sedimen dasar di lokasi S0-1 kandungan lanau 60%, pasir dan gravel 40%
Survey Sedimen
Pengambilan sampel sedimen
dilakukan pada lokasi yang sama
dengan pengukuran arus
Sampel sedimen yang diambil adalah
sampel sedimen dasar dan sedimen
layang
Pengambilan sampel sedimen dasar
dilakukan dengan alat sediment grab Sedimen Grab
SILTY CLAY Very soft SILTY Very soft SILTY SILTY CLAY
18 1 CLAY 1 CLAY
15 1 2
BR-1 -5 -5 -5
1
BR-4
4
50 1 1
28 1
BR-3 1
BR-4 -5
50
SILTY HARD
- 10 30 CLAY - 10 2 - 10 1 SILTY
48 CLAY
47 6 Soft to medium 2
SILTY CLAY
Depth (m)
Depth (m)
Depth (m)
Depth (m)
50 45 35 - 10 50
Very stiff to Hard
- 15 - 15 - 15 SILTY CLAY
50 50 50
50
50 50 46
50
- 20 50 - 20 50 - 20 50
- 15
50 50 50
50
50 50 50
- 25 - 25 - 25 50
50 50 50
50 50 50 - 20 50
- 30 50 - 30 50 - 30 50 VERY
HARD
Very Hard Very Hard SILTY SILTY
SILTY CLAY CLAY
- 35 - 35 - 35 - 25
CONTOH PROFIL TANAH
ANALISIS HIDRO-OSEANOGRAFI
• Peramalan gelombang
• Permodelan arus, sedimen, dan gelombang
• Analisa keamanan operasional pelabuhan
• Perhitungan kebutuhan kedalaman dan lebar alur dan kolam
pelabuhan
• Penentuan alat navigasi
ANALISA GELOMBANG
CM3
Contoh Hasil Model Matematis Sedimentasi
- Pelabuhan Cilacap Jawa Tengah
CONTOH APLIKASI DATA HIDRO-OSEANOGRAFI TERHADAP ANALISA BATAS
KONDISI OPERASI KAPAL
1. Wave
2. Current
Contoh Data Teknis Kapal
1.8 B
Sumber: TECHNICAL STANDARDS AND COMMENTARIES FOR PORT AND HARBOUR FACILITIES IN JAPAN, The Overseas Coastal Area Development 55
Institute of Japan
Contoh penentuan syarat batas tinggi gelombang operasi di pelabuhan
56
Contoh perhitungan downtime dan pemilihan lokasi
57
Orientasi dermaga di Titik 3 Orientasi dermaga di Titik 4
CONTOH APLIKASI DATA HIDRO-OSEANOGRAFI TERHADAP ANALISA KEBUTUHAN
ALUR
Lebar alur dasar untuk Basic Manuevering Lane dapat ditentukan dari tabel berikut
Untuk two-way traffic adalah (PIANC)
Lebar alur dasar untuk Passing Lane dapat ditentukan dari tabel berikut
(PIANC)
Alur
Lebar alur dasar Alur Tdk terlindung
Terlindung
Pada perencanaan alur masuk untuk Pelabuhan, MISAL direncanakan untuk two-way traffic dengan kondisi sebagai Kecepatan kapal
berikut: Cepat >12 knot 2,0B 0.0
(i)Ship Manueverability : Moderat (1.5 B) Sedang 8-12 knot 1,6B 1,4B
(ii)Alur sisi landai, kecepatan kapal : Sedang (0.5 B) Lambat 1,2B 1,0B
(iii)Lebar alur paasing line, kecepatan kapal : Sedang (1.6 B) Alur tidak terlindungi Kepadatan Traffic
: Sedang (1.4 B) Alur terlindung lengang 0,0B 0.0
(iv)Lebar alur paasing line, kepadatan traffic : Sedang (0.2 B) sedang 0,2B 0,2B
sibuk 0,5B 0,4B
Terbuka Terlindung
Alur kapal 0.3 D 0.25 D
Kapal Kapal
No. Tahap
Tongkang Kapal Length
B Rumus m
Overall, m
Tujuan yang ingin dicapai dari pemasangan alat bantu navigasi ialah :
1.Pelampung (Buoys) dan Channel markers. Pelampung dan channel markers ini digunakan
terutama untuk memberi tanda di pantai masuk pelabuhan dan alur pelayaran.
2.Lampu Suar (Beacon light). Diletakkan antara lain di pier, wharf, dolphin, dan bangunan
kelautan lainnya. Gunanya untuk memberitahukan keberadaan bangunan-bangunan tersebut.
• Pelampung (Buoy)
Berdasarkan kondisi di rencana area alur pelayaran, dimana penerangan cukup minim,
maka tipe buoys yang digunakan adalah light buoy. Yaitu buoy dengan penambahan lampu
khusus (Marine Lantern) dibagian atasnya dan bisa dilengkapi dengan radar reflector.
Bouy ini akan dijangkar pada suatu tempat tertentu, dengan menggunakan rantai terhubung
dengan jangkar terbuat dari blok beton yang telah dilengkapi dengan pengait.
Beberapa buoys yang akan digunakan sebagai alat bantu Navigasi adalah :
Can Buoy Nun Buoy
1. Can Buoys (Pelampung Tangan Kiri)
Can buoys mengapung dengan lampu, dicat hijau dan diberi
nomor dengan angka ganjil dan ditempatkan disebelah kiri
alur atau sebelah kiri pintu kolam pelabuhan pada arah kapal
masuk dari laut.
aC aC
t 0.2 N 0.2 N – 0.24 N
40 N 7-13 N (t/m2)
9C < 1600 t/m2 < 400 (t/m2)
N=(N1+N2)/2
qp (Meyerhof) (Reese+Wrihgt,1977)
Qult = 2pr S Dl t + Ap qp
HASIL ANALISIS BR-1
N-SPT Ult. Compression (kN) Ult. Compression (kN) Ult. Compression (kN)
0 20 40 60 80 100 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000
0.00 0 0 0
Friction Friction Friction
SILTY CLAY End End End
18
Qu Qu Qu
15
-5.00 -5 -5 -5
50
28
SILTY
-10.00 30 CLAY -10 -10 -10
47
50
-15.00 -15 -15 -15
Depth (m)
Depth (m)
Depth (m)
Depth (m)
50
50
50
50
-25.00 -25 -25 -25
50
50
No. Lokasi Diameter Panjang Kedalaman Qult (kN) Daya Dukung Aksial
(mm) Tiang Penetrasi Tekan (kN)
(m) (m) Statik Gempa
1 BR-1 609 30 16 3133 1253 1790
2 BR-1 711 30 16 3786 1514 2163
3 BR-1 910 30 16 5166 2066 2952
4 BR-2 609 32 18 2037 815 1164
5 BR-2 711 32 18 2506 1002 1432
6 BR-2 910 32 18 3527 1411 2016
No. Lokasi Diameter Panjang Kedalaman Qult (kN) Daya Dukung Aksial
(mm) Tiang Penetrasi Tekan (kN)
(m) (m) Statik Gempa
7 BR-3 609 32 18 1780 712 1017
8 BR-3 711 32 18 2196 878 1255
9 BR-3 910 32 18 3033 1213 1733
10 BR-4 609 29 15 3152 1261 1801
11 BR-4 711 29 15 3808 1523 2176
12 BR-4 910 29 15 5194 2078 2968
HASIL ANALISIS-Tarik
48 CLAY
50
50
-15
50
50
-20 50
VERY
HARD
SILTY
-25
Desain Beban Gempa
Stabilitas Causeway
Biaya perbaikan sebanding dengan biaya konstruksi. Keruntuhan lereng tidak 1.25 1.5
membahayakan jiwa manusia atau properti lainnya.
Biaya perbaikan jauh lebih besar dibanidngkan dengan biaya konstruksi. Keruntuhan 1.5 2.0
lereng membahayakan jiwa manusia atau properti lainnya.
Analisis Struktur
Tabel berikut menunjukkan beban mooring yang terjadi pada berbagai ukuran kapal berdasarkan OCDI.
Berdasarkan tabel diatas, dipakai beban mooring sebesar 500 kN pada masing-masing bollard.
STRUKTUR
• Pemodelan Struktur
1. Loading Platform
Berikut diperlihatkan nilai rasio tegangan maksimum tiang pancang pada struktur loading platform. Seluruh tiang
pancang memiliki rasio kurang dari 1.0 dan telah memenuhi persyaratan kekuatan.
Tabel Rasio Tegangan Maksimum Tiang Pancang pada Struktur Loading Platform
Frame DesignSect DesignType Status Ratio RatioType Combo Location
Text Text Text Text Unitless Text Text m
11 SPP PLATFORM Column No Messages 0.68 PMM COMB2-4 24
14 SPP PLATFORM Column No Messages 0.65 PMM COMB2-3 24
8 SPP PLATFORM Column No Messages 0.65 PMM COMB2-3 24
17 SPP PLATFORM Column No Messages 0.65 PMM COMB2-4 24
10 SPP PLATFORM Column No Messages 0.65 PMM COMB2-4 24
9 SPP PLATFORM Column No Messages 0.64 PMM COMB2-4 24
15 SPP PLATFORM Column No Messages 0.64 PMM COMB2-3 24
16 SPP PLATFORM Column No Messages 0.64 PMM COMB2-3 24
12 SPP PLATFORM Column No Messages 0.58 PMM COMB2-3 24
18 SPP PLATFORM Column No Messages 0.55 PMM COMB2-3 24
DESAIN BREAKWATER
Pemilihan Tipe Breakwater
• Vertical Breakwater
• Composite
Rubble Mound (Breakwater Miring)
Merupakan tipe struktur yang fleksibel dan mempunyai daya penyerapan
gelombang yang besar dan dapat menyesuaikan terhadap perubahan tanah
fundasi.
Tipe ini sangat banyak dipakai karena mudah dan sederhana.
Armour
Underlayer
Core
Desain Rubble Mound
Rumus Stabilitas (Hudson Formula)
99
Contoh gambar detail breakwater
Contoh layout alat navigasi
NO.
CAN BUOY
KOORDINAT
X
1 610122.334 111989.221
3 610441.279 111469.430
5 610325.115 111081.441
7 610246.070 110995.615
NUN BUOY
KOORDINAT
NO.
X
2 610034.985 111937.877
4 610294.759 111450.415 1
6 610217.074 111158.418
8 610159.323 111050.318 2
WARNING BUOY
KOORDINAT
NO.
X
W 1 610370.100 111617.946
W 2 610256.122 111596.549 610
W 3 610368.386 111213.902
BEACON
KOORDINAT
NO. 462
X
BC 1 610524.795 111237.659
BC 2 610529.557 111229.897 1
150 136° 3
127 238
150
405
3
237
150°
Contoh analisis biaya
• Analisis Harga Satuan
Tiang Pancang Beton Spunpile 600mm (Bottom)
ANALISIS HARGA SATUAN PEKERJAAN
Demaga 1A (Platform)
No Pe k e rjaan Volum e Unit Harga Satuan Jum lah
B DERMAGA
i PLATFORM
1 Beton pracetak
a Pile Cap 11.97 3 3,612,186.59 43,241,485.61
m
b Balok 25.56 3 3,508,052.83 89,665,830.29
m
c Slab 34.78 3 3,052,594.73 106,175,960.40
m
d Handling 110.00 buah 545,878.20 60,046,602.00
2 Baja tulangan untuk beton pracetak 18,078.30 kg 21,667.67 391,714,638.56
3 Beton cast in situ 43.94 3 2,091,072.08 91,874,492.86
m
4 Beton Pengisi Tiang Pancang 6.07 m3 2,091,072.08 12,691,881.18
5 Baja tulangan untuk beton cast in situ 10,001.22 kg 21,667.67 216,703,164.92
6 Tiang pancang
a Tiang pancang Spunpile Bottom 336.00 m 1,459,100.00 490,257,600.00
b Tiang pancang Spunpile Middle 525.00 m 1,507,100.00 791,227,500.00
c Tranportasi ke titik pemancangan 21 titik 4,066,030.00 85,386,630.00
d Pemancangan 740.50 m 410,184.05 303,741,287.26
e Penyambungan 42 bh 908,024.00 38,137,008.00
f Pemotongan CSP 21 bh 1,083,650.00 22,756,650.00
7 Lampu penerangan 4.00 bh 16,400,000.00 65,600,000.00
TOTAL BIAYA PEKERJAAN PLATFORM 2,809,220,731.09