Hiv Aids

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN

HIV-AIDS
kelompok 5

Dosen Pengampu:
Ns.Fitria Alisa, M.Kep
Definisi HIV/AIDS

HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus Human
Immunodeficiency Virus (HIV) yang menyerang sistem kekebalan tubuh (Kemenkes, 2015).
Penyakit HIV dan AIDS menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh
sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain (Kemenkes, 2015).
Penyakit AIDS diartikan sebagai sekumpulan gejala yang menunjukkan kelemahan atau
kerusakan daya tahan tubuh yang diakibatkan oleh faktor luar dan sebagai bentuk paling
hebat dari infeksi HIVmulai dari kelainan ringan dalam respon imun dan tanpa gejala yang
nyata, hingga keadaan imunosupresi yang berkaitan dengan berbagai infeksi yang dapat
membawa kematian (Padila, 2012).
Etiologi dan Faktor Risiko

Penyebab terkait dengan AIDS diisolasi pertama oleh ilmuwan


Prancis tahun 1983 dan dinamakan virus terkait limfadenopati.
Satu tahun kemudian, ilmuwan Amerika mengklaim
menemukan agen penyebab dan dinamakan virus sel T
limfotropik tipe III manusia. Hal ini menimbulkan banyak
kebingungan sejak kedua ilmuwan mengidentifikasi secara
nyata virus yang sama. Pada tahun 1986, International Society
on the Taxonom of Viruses memberi nama ulang virus dengan
HIV. Pada tahun yang sama, virus kedua dan berbeda secara
nyata ditemukan di Afrika. Oleh karena itu, sejak tahun 1986
ilmuwan memakai nama ini untuk membedakan kedua virus,
yaitu HIV-1 dan HIV-2
Etiologi dan Faktor Risiko

Virus memiliki 2 subtipe utama: (1) virus utama/mayoritas


HIV-1 (kelompok M) dan (2) virus terpencii/minoritas HIV-1
(kelompok O).
1. HIV-1 Kelompok M Virus kelompok M dialokasikan ke 10
subtipe genetik, dinamakan HIV-1, kelompok M, sultipe A, B, C,
D, E, F, G, H, I dan J, berdasarkan analisis filogenetik gen virus,
Distribusi subtipe bervariasi di seluruh dunia.
2. HIV-1 Kelompok O Penandaan O disengaja karena mutasi ini
minoritas dan dibedakan dari yang lain. Kelompok O
teridentifikasi terutama di Afrika Tengah dan Barat, dengan
sedikit kasus terisolasi ditemukan melalui tes khusus di Prancis
dan Amerika Serikat.
Cara penularan tetap konstan melalui perjalanan pandemik HIV.
Virus menyebar melalui praktik hubungan seksual tertentu,
melalui paparan terhadap cairan tubuh dan darah, dan melalui
penularan perinatal (vertikal). Pola penyebaran HIV telah sangat
berubah selama 19 tahun pertama epidemik di Amerika Serikat.
Meskipun kebanyakan orang Amerika yang terinfeksi HIV
adalah pria homoseksual, peningkatan signifikan telah tercatat
pada pengguna obat-obatan IV, wanita, maupun heteroseksual.
Patofisiologi
Infeksi HIV pada SSP (sistem saraf pusat) secara tidak langsung disebabkan oleh neurotoksin
yang diproduksi oleh makrofag terinfeksi atau zat kimia yang dihasilkan oleh disregulasi
(ketidakteraturan) sitokin dan kemokin. Sel T pembantu lebih mudah terinfeksi daripada sel-sel
lain. Deplesi sel T pembantu terjadi dalam tahap berikut.

1. Setelah masuk ke pejamu, HIV melekat pada membran sel target dengan cara melekat pada
molekul reseptornya, CD4.

2. Virus tidak terlapisi, dan RNA masuk ke sel.

3. Enzim yang diketahui transkriptase terbalik dikeluarkan, dan RNA virus ditranskripsi ke
dalam DNA.

4. DNA yang baru terbentuk ini bergerak ke dalam inti dan DNA sel.

5. Provirus dibuat ketika DNA virus mengintegrasikan dirinya sendiri ke dalam DNA seluler
atau genom sel
Komplikasi
Beberapa penyakit yg menjadi komplikasi HIV/AIDS ini diantaranya

1.Kandidiasis

Kandidiasis merupakan komplikasi dari infeksi HIV/AIDS yang timbul karena adanya infeksi
jamur bernama Candida albicans. Infeksi jamur ini dapat terjadi pada permukaan kulit, mulut,
serta alat kelamin. Gejala dari kandidiasis yang muncul akan beragam, tergantung di area tubuh
mana infeksi jamur tersebut terjadi.

2. Pneumocystis Pneumonia (PCP)

Komplikasi HIV/AIDS selanjutnya adalah pneumocystis pneumonia atau PCP. PCP muncul
karena adanya infeksi jamur Pneumocystis jirovecii pada organ paru-paru penderita. Infeksi
jamur tersebut akan mengakibatkan peradangan paru-paru.
Tanda dan gejala
Tanda-tanda gejala-gejala (symptom) secara klinis pada seseorang penderita AIDS adalah
diidentifikasi sulit karena symptomasi yang ditujukan pada umumnya adalah bermula dari gejala-
gejala umum yang lazim didapati pada berbagai penderita penyakit lain, namun secara umum
dapat kiranya dikemukakan sebagai berikut:
• Rasa lelah dan lesu
• Berat badan menurun secara drastis 17
• Demam yang sering dan berkeringat diwaktu malam
• Mencret dan kurang nafsu makan
• Bercak-bercak putih di lidah dan di dalam mulut
• Pembengkakan leher dan lipatan paha
• Radang paru-paru
• Kanker kulit
Klasifikasi
a.Infeksi HIV akut

Tahap ini dapat disebut juga dengan infeksi primer HIV. Keluhan dapat muncul
setelah 24 minggu terinfeksi, keluhan yang sering muncul biasanya berupa demam, bintik bintik
merah pada kulit, nyeri pada saat nelan makanan, tubuh mudah lemas, dan limfadenopati. Dan
pada tahap ini, sering diagnosis jarang ditegakkan di karenakan banyaknya keluhan yang
menyerupai penyakit lainnya dan hasil tes yang dilakukan serologi standar negatif.

b. Infeksi Seropositif HIV Asimtomatis

Pada tahap ini, hasil tes serologi yaitu menunjukkan hasil positif tetapi pada gejala
asimtomatis. Dan pada orang dewasa, karena fase ini berlangsung cukup lama dan penderita bisa
tidak merasa mengalami keluhan apapun selama 10 tahun atau bisa juga lebihuntuk penderita
tersebut. Beda dengan penderita anak-anak, karena fase ini dapat dilalui lebih cepat.
Klasifikasi

c.AIDS

Hampir semua orang yang terdiagnosa infeksi HIV, yang tidak


mendapatkan pengobatan, dapat berkembang menjadi AIDS. Progresivitas infeksi
HIV dapar bergantung pada karakteristik virus dan hospes. Pada usia kurang dari 5
tahun atau lebih dari 40 tahun, infeksi yang menyeriai, dan faktor genetik yang
merupakan salah satu penyebab pertingkatan progresivitas. Dan bersamaan dengan
progresivitas dan turunnya sistem kekebalan tubuh sistem imun, penderita HIV
dapat lebih mudah terhadap terinfeksi. Beberapa penderita dapat mengalami gejela
konstitusional, contoh seperti demam turunnya berat badan, yang tidak jelas
penyebabnya.
Penatalaksanaan

Penatalaksanaan HIV/AIDS terdiri dari pengobatan, perawatan/rehabilitasi dan


edukasi.
a) Pengobatan
Obat-obatan yang dapat digunakan pada penderita HIV antara lain:
1) Obat Retrovirus Zidovudine (AZT)
Berfungsi sebagai terapi pertama anti retrovirus. Pemakaian obat
ini dapat menguntungkan diantaranya yaitu Dapat memperpanjang masa hidup
(1-2 tahun), mengurangi frekuensi dan berat infeksi oportunistik, menunda
progresivitas penyakit, memperbaik
Penatalaksanaan

b) Rehabilitas
ditujukan pada pengidap atau pasien AIDS dan
keluarga atau orang terdekat, dengan melakukan konseling yang
bertujuan untuk:
1. Memberikan dukungan mental-psikologis
2. Membantu merekab untuk bisa mengubah perilaku yang tidak
berisiko tinggi menjadi perilaku yang tidak berisiko atau kurang
berisiko.
3. Mengingatkan kembali tentang cara hidup sehat, sehingga bisa
mempertahankan kondisi tubuh yang baik.
Pemeriksaan Penunjang

1) Tes untuk diagnosa infeksi HIV:


• ELISA
• Barataib
• Hlm.24antigentes
• BudayaHIV
2) Tes untuk deteksi gangguan sistem kekebalan.
• Hematokrit.
• DIPIMPIN
• CD4limfosit
• RasioCD4/CDlimfosit
• SerummikroglobulinB2
• Hemoglobulin
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

Konsep Pengkajian teoritis Pengkajian pada pasien HIV AIDS meliputi :


1. Pengkajian
a. Identitas Klien Meliputi : nama, tempat/ tanggal lahir, jenis kelamin, status
kawin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis, No. MR
b. Keluhan utama Dapat ditemukan pada pasien AIDS dengan manifestasi
respiratori ditemui keluhan utama sesak nafas. Keluhan utama lainnya ditemui
pada pasien HIV AIDS yaitu, demam yang berkepanjangan (lebih dari 3
bulan), diare kronis lebih dari satu bulan berulang maupun terus menerus,
penurunan berat badan lebih dari 10%, batuk kronis lebih dari 1 bulan, infeksi
pada mulut dan tenggorokan disebabkan oleh jamur Candida Albicans,
pembengkakan kelenjer getah bening diseluruh tubuh, munculnya Harpes
zoster berulang dan bercak-bercak gatal diseluruh tubuh.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
c. Riwayat kesehatan sekarang
Dapat ditemukan keluhan yang biasanya disampaikan pasien HIV AIDS
adalah : pasien akan mengeluhkan napas sesak (dispnea) bagi pasien yang memiliki
manifestasi respiratori, batuk-batuk, nyeri dada dan demam, pasien akan
mengeluhkan mual, dan diare serta penurunan berat badan drastis.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pasien pernah dirawat karena penyakit yang sama. Adanya
riwayat penggunaan narkotika suntik, hubungan seks bebas atau berhubungan seks
dengan penderita HIV/AIDS, terkena cairan tubuh penderita HIV/AIDS.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya pada pasien HIV AIDS adanya anggota keluarga yang
menderita penyakit HIV/AIDS. Kemungkinan dengan adanya orang tua yang
terinfeksi HIV. Pengkajian lebih lanjut juga dilakukan pada riwayat pekerjaan
keluarga, adanya keluarga bekerja di tempat hiburan malam, bekerja sebagai PSK
(Pekerja Seks Komersial).
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
2. Pola aktivitas sehari-hari (ADL)
c.Pola presepsi dan tata laksanaan hidup sehat
Biasanya pada pasien HIV/AIDS akan menglami perubahan atau gangguan
pada personal hygiene, misalnya kebiasaan mandi, ganti pakaian, BAB dan BAK
dikarenakan kondisi tubuh yang lemah, pasien kesulitan melakukan kegiatan tersebut
dan pasien biasanya cenderung dibantu oleh keluarga atau perawat
d.Pola Nutrisi
Biasanya pasien dengan HIV/AIDS mengalami penurunan nafsu makan,
mual, muntah, nyeri menelan, dan juga pasien akan mengalami penurunan BB yang
cukup drastis dalam waktu singkat (terkadang lebih dari 10% BB).
e.Pola Eliminasi
Biasanya pasien mengalami diare, fases encer, disertai mucus berdarah.
f. Pola Istirahat dan tidur
Biasanya pasien dengan HIV/AIDS pola istirahat dan tidur mengalami gangguan karena
adanya gejala seperi demam dan keringat pada malam hari yang berulang. Selain itu
juga didukung oleh perasaan cemas dan depresi pasien terhadap penyakitnya.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
f. Pola aktivitas dan latihan
24 Biasanya pada pasien HIV/AIDS aktivitas dan latihan mengalami perubahan. Ada beberapa
orang tidak dapat melakukan aktifitasnya seperti bekerja. Hal ini disebabkan mereka yang
menarik diri dari lingkungan masyarakat maupun lingkungan kerja, karena depresi terkait
penyakitnya ataupun karena kondisi tubuh yang lemah.

g. Pola presepsi dan konsep diri


Pada pasien HIV/AIDS biasanya mengalami perasaan marah, cemas, depresi, dan stres.

h. Pola sensori kognitif


Pada pasien HIV/AIDS biasanya mengalami penurunan pengecapan, dan gangguan penglihatan..

i.Pola hubungan peran


Biasanya pada pasien HIV/AIDS akan terjadi perubahan peran yang dapat mengganggu
hubungan interpersonal yaitu pasien merasa malu atau harga diri rendah
ASUHAN KEPERAWATAN
TEORITIS
j. Pola penanggulangan stres
Pada pasien HIV AIDS biasanya pasien akan mengalami cemas, gelisah dan depresi
karena penyakit yang dideritanya. Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit,
yang kronik, perasaan tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi
psikologis yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain-lain,
dapat menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang
kontruksif dan adaptif.

k. Pola reproduksi seksual


Pada pasien HIV AIDS pola reproduksi seksualitas nya terganggu karena penyebab
utama penularan penyakit adalah melalui hubungan seksual.

l. Pola tata nilai dan kepercayaan Pada pasien HIV AIDS tata nilai keyakinan pasien
awal nya akan berubah, karena mereka menggap hal menimpa mereka sebagai
balasan akan perbuatan mereka. Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan
fungsi tubuh mempengaruhi nilai dan kepercayaan pasien dalam kehidupan pasien,
dan agama merupakan hal penting dalam hidup pasien.
Pemeriksaan Fisik
a. Gambaran Umum : ditemukan pasien tampak lemah.
b. Kesadaran pasien : Compos mentis cooperatif, sampai terjadi penurunan tingkat
kesadaran, apatis, samnolen, stupor bahkan coma.
c. Vital sign :
1. TD : Biasanya ditemukan dalam batas normal
2. Nadi : Terkadang ditemukan frekuensi nadi meningkat
3. Pernafasan :Biasanya ditemukan frekuensi pernafasan meningkat
4. Suhu :Biasanya ditemukan Suhu tubuh meningkat karena demam. e. BB :
Biasanya mengalami penurunan (bahkan hingga 10% BB)
Pemeriksaan Fisik
d. TB : Biasanya tidak mengalami peningkatan (tinggi badan tetap)
e. Kepala : Biasanya ditemukan kulit kepala kering karena dermatitis seboreika
f. Mata : Biasanya ditemukan konjungtiva anemis, sclera tidak ikhterik, pupil isokor,
reflek pupil terganggu,
g. Hidung : Biasanya ditemukan adanya pernafasan cuping hidung.

h. Gigi dan Mulut: Biasanya ditemukan ulserasi dan adanya bercak-bercak putih seperti
krim yang menunjukkan kandidiasi.
i. Leher : kaku kuduk ( penyebab kelainan neurologic karena infeksi jamur Cryptococcus
neoformans), biasanya ada pembesaran kelenjer getah bening,
j. Jantung : Biasanya tidak ditemukan kelainan
k. Paru-paru : Biasanya terdapat yeri dada, terdapat retraksi dinding dada pada pasien
AIDS yang disertai dengan TB, Napas pendek (cusmaul), sesak nafas (dipsnea).
l. Abdomen : Biasanya terdengar bising usus yang Hiperaktif
m. Kulit : Biasanya ditemukan turgor kulit jelek, terdapatnya tanda-tanda lesi (lesi
sarkoma kaposi).
n. Ekstremitas : Biasanya terjadi kelemahan otot, tonus otot menurun, akral dingin.
Diagnosa Keperawatan Teoritis

a.Bersihan Jalan napas Tidak Efektif Berhubungan dengan sekresi yang


tertahan
b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan gangguan neurologis
c. Diare berhubungan dengan infeksi
d. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit infeksi
Intervensi keperawatan
SDKI SDKI SIKI

Bersihan Jalan napas Tidak Setelah dilakukan tindakan Menajemen jalan nafas
Efektif Berhubungan dengan keperawatan diharapkan observasi
sekresi yang tertahan bersihan jalan nafas meningkat • Monitor pola napas
dengan kriteria hasil : (frekuensi, kedalaman,
• Batuk efektif meningk at usaha napas) napas
• Produksi sputum menurun tambahan (mis. gurgling,
• Dispnea menurun • Monitor bunyi Monitor
• Ortopnea menurun sputum (jumlah, warna,
• Sulit bicara menurun aroma) mengi, wheezing,
• Frekuensi nafas membaik ronkhi kering) Terapeutik
• Pola nafas membaik • Pertahankan kepatenan
jalan napas dengan head-tilt
dan chin-lift (jaw-thrust jika
curiga trauma servikal)
• Posisikan semiFowler atau
Fowler
• Berikan minum hangat
• Lakukan fisioterapi dada,
jika perlu
Intervensi keperawatan
SDKI SDKI SIKI

• Lakukan penghisapan lendir


kurang dari 15 detik
• Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
• Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
• Keluarkan sumbatan benda
padat dengan forsep McGill
• Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
• Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi Kolaborasi
pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika
perlu.
Intervensi keperawatan
SDKI SDKI SIKI

Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Menajemen jalan nafas
berhubungan dengan gangguan keperawatan diharapkan pola observasi
• Monitor pola napas (frekuensi,
neurologis napas membaik dengan kriteria
kedalaman, usaha napas) napas
hasil : tambahan (mis. gurgling,
• Dispnea menurun • Monitor bunyi Monitor sputum
• Penggun aan otot bantu (jumlah, warna, aroma) mengi,
napas menurun wheezing, ronkhi kering)
• Pernapas an cuping hidung Terapeutik
• Pertahankan kepatenan jalan
menurun napas dengan head-tilt dan chin-lift
• Frekuensi napas membaik (jaw-thrust jika curiga trauma
• Kedalaman napas membaik servikal)
• Posisikan semiFowler atau Fowler
• Berikan minum hangat
• Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
• Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
• Lakukan hiperoksigenasi sebelum
penghisapan endotrakeal
• Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
Intervensi keperawatan
SDKI SDKI SIKI

• Keluarkan sumbatan
benda padat dengan forsep
McGill
• Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
• Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
• Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
Intervensi keperawatan
SDKI SDKI SIKI

Diare berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Diare


infeksi keperawatan diharapkan eliminasi Observasi
Fekal membaik dengan kriteria • Identifikasi penyebab diare
hasil : (mis. inflamasi
• kontrol pengelua ran feses gastrointestinal, iritasi
meningkat gastrointertinal, proses
• keluhan defekasi lama dan sulit infeksi, malabsorpsi, ansietas,
menurun stres, efek obatobatan,
• Mengeja n saat defekasi pemberian botol susu)
menurun • Identifikasi riwayat pemberian
• Nyeri abdomen menurun makanan
• Kram abdomen menurun • Identifikasi gejala invaginasi
• Konsiste nsi feses membaik (mis. tangisan keras,
• Frekuens i BAB membaik kepucatan pada bayi
• Peristaltik usus membaik • Monitor warna, volume,
frekuensi, dan konsistensi
tinja
Intervensi keperawatan
SDKI SDKI SIKI

• Monitor tanda dan gejala hypovolemia


(mis. takikardia, nadi teraba lemah,
tekanan darah turun, turgor kulit turun,
mukosa mulut kering, CRT melambat,
BB menurun)
• Monitor iritasi dan ulserasi kulit di
daerah perianal
• Monitor jumlah pengeluaran diare
• Monitor keamanan penyiapan makanan
Terapeutik
• Berikan asupan cairan oral (mis. larutan
garam gula, oralit, pedialyte, renalyte)
Pasang jalur intravena
• Berikan cairan intravena (mis, ringer
asetat, ringer laktat), jika perlu Ambil
sampel darah untuk pemeriksaan darah
lengkap dan elektrolit
Intervensi keperawatan
SDKI SDKI SIKI

• Ambil sampel feses untuk kultur, jika


perlu Edukasi
• Anjurkan makanan porsi kecil dan
sering secara bertahap
• Anjurkan menghindari makanan
pembentuk gas, pedas dan
mengandung laktosa
• Anjurkan melanjutkan pemberian ASI
Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian obat antimotilitas
(mis. loperamide, difenoksilat)
• Kolaborasi pemberian obat
antispasmodic/spasm olitik (mis
papaveinn, ekstak belladonna.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai