Anda di halaman 1dari 25

LUPUS ERIATOSUS

SISTEMIK

Oleh Kelompok 4:
Mutia Annisa Amta 221212011
Novika Yulia Fitri 221212019
Nabilla Permatasari 221212013
Apa itu Lupus Eriatosus Sistemik???

Lupus merupakan sistemik (SLE) adalah suatu penyakit inflamasi autoimun pada jaringan
penyembuhan yang dapat mencukup ruam kulit, nyeri sendi, dan keletihan. Penyakit ini lebih
sering terjadi pada prempuan dari pada pria dengan faktor 10:1. Androgen mengurangi gejala SLE dan
estrogen memperburuk keadaan tersebut. Gejala memburuk selama fase luteal siklus menstruasi,
namun tidak dipengaruhi pada derajat yang besar oleh kehamilan ( Elizabeth 2009).
Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah penyakit autoimun sistemik yang ditandai
dengan adanya auto antibody terhadap antigen,pembentukan kompleks, dan disregulasi sistem imun,
sehingga terjadi kerusakan pada beberapa organ tubuh.
SLE (systemic lupus erythematosus) adalah sejenis rema jaringan yang bercirikan
nyeri sendi (arthralgia),demam,malaise umum dan erythema dengan pola berbentuk kupu- kupu khas
dipipi muka.
Suatu peradangan kronis jaringan ikat mengenai sendi,ginjal,selaput serosa permukaan dan
dinding pembuluh darah yang belum jelas penyebabnya. Peradangan kronis ini mengenai
prempuan muda dan anak-anak 90% penderita [penyakit SLE adalah prempuan.
Etiologi

Antibody anti RO dan anti LA dapat menyebabkan sindrom lupus neonates dengan
melinitasi plaseta. Sindrom ini dapat bermanifestasi sebagai lesi kulit atau blok jatung congenital.

Faktor genetic mempunyai peranan yang sangat penting dalam kerentanan dan
ekspresi penyakit SLE. Sekitar 20-30% pada pasien SLE mempunyai kerabat dekat yang menderita
SLE.

Faktor lingkungan yang menyebabkan timbulnya SLE yaitu sinar UV yang mengubah
struktur DNA didaerah yang terpapar sehingga menyebabkan perubahan sistem imun didaerah
tersebut serta menginduksi apoptosis dari sel keratonosit

Observasi klinis menunjukan pernan hormone seks steroid sebagai penyebab SLE.
Observasi ini mencakup kejadian yang lebih tinggi pada wanita usia produktif,peningkatan
aktivitas SLE selama kehamilan, dan resiko yang sedikit lebih tinggi padaa wanita
pascamenoupause yang menggunakan suplementasi estrogen.
Patofisiologi

Pada pasien SLE terjadi gangguan respon imun yang menyebabkan aktivasi sel B,
peningkatan jumlah sel yang menghasilkan antibodi, hipergamaglobulinemia, produksi
autoantibodi, dan pembentukan kompleks imun (Kemenkes, 2016).
Antigen ini dibawa oleh antigen presenting cells (APCs) atau berikatan dengan
antibodi pada permukaan sel B. Kemudian diproses oleh sel B dan APCs menjadi peptida dan
dibawa ke sel T melalui molekul HLA yang ada di permukaan. Sel T akan teraktivasi dan
mengeluarkan sitokin yang dapat merangsang sel B untuk membentuk autoantibodi yang
patogen. Interaksi antara sel B dan sel T serta APCs dan sel T terjadi dengan bantuan
sitokin,molekul CD 40, CTLA-4 (Terry, 2016).
Gangguan sistem imun pada SLE dapat berupa gangguan klirens kompleks imun,
gangguan pemrosesan kompleks imun dalam hati, dan penurunan up-take kompleks imun pada
limpa.
Manifestasi Klinis
1. Gejala klasik:demam,keletihan,penurunan berat badan,dan kemungkinan artritis,pleurisi.
2. Sistem musculoskeletal
3. Sistem integegumen terlihat berapa jenis SLE yang berbeda (mis lupuserimotumatus kotunaeus subacut
(SCLE).
4. Sistem kardiovaskular perikarditif adalaj mastifasiklinis pada jantung yang paling seling dijumpai.
5. Tampilan neuropsikiatrik yang beragam dan karap muncul biasanya ditunjukkan dengan sedikit
perubahan pada perilaku atau kemampuan kognitif.
6. Ginjal
7. Sistem saraf
8. Penggumpalan darah
9. Kardiovaskuler
10. Paru-paru
11. Otot dan kerangka tubuh
12. Kulit
Klasifikasi
Subcommitte for systemic lupus erythematosus criteria of the America rheumatism association diagnostic
and therapeutic criteria committw tahun 1982 merevisi kreteria untuk klasifikasi SLE.
Subcommitte ini mengajukan diagnosis SLE jika terdapat empat diantra 11 kriteria berikut beruntun
atau secara stimultan, selama sati interval observasi :
1. Ruam dibagian malar wajah
2. Ruam berbentuk discoid
3. Fotosensitivitas
4. Ulkus dimulut
5. Setositosis (pleuritis, pericarditis)
6. Gangguan ginjal
7. Gangguan neurologis ( kejang atau psikosis )
8. Arthritis
9. Gangguan hematologis (anemia hemolitik,leucopenia,trombositopenia)
10. 10. Gangguan imunologi
Penatalaksanaan Medis

Pengobatan termasuk penatalaksanaan penyakit akut dan kronik :


1. Mencegah penurunana progresif fungsi organ, mengurangi kemungkinan penyakit akut,
meminimalkan penyakit yang berhubungan dengan kecacatan dan mencegah komplikasi dari
terapi yang diberikan.
2. Gunakan obat-obatan antinflamasi nonsteroid (NSAID) dengan kortikosteroid untuk
meminimalkan kebutuhan kortikosteroid.
3. Gunakan krortikosteroid topical untuk manifestasi kutan aktif.
4. Gunakan pemberian bolus IV sebagai alternative untuk penggunaan dosis oral tinggil
tradisional.
5. Atasi manifestasi kutan, mukuloskeletal dan sistemik ringan dengan obat-obat
antimalarial.
Penatalaksanaan Keperawatan

1. Pekalah terhadap reaksi psikologis pasienakibat perubhana yagterjadi dan proses penyakit SLE yang tidak
terduga.
2. Ingatkan pasien untuk menghindari paparan sinar matahari dan sinar ultraviolet atau untuk melindungi
diri mereka dengan tabir surya dan pakaian.
3. Ingatkan pasien tentang pentingnya menjalani skrining rutin secara berkala dan juga aktivitas untuk
meningkatkan kesehatan,
4. Rujuk pasien untuk menemui ahli diet, jika perlu.
5. Jelaskan kepada pasien tentang pentingnya melanjutkan medikasi yang telah diresepkan dan
memahami perubahan serta kemungkinan efek samping yang cenderung terjadi akibat penggunaan obat
tersebut.
6. Ingatkan pasien tentang pentingnya menjalani pemantauan karena mereka berisiko tinggi mengalami
gangguan sistemik, termasukpada ginjal dan kardiovaskular.
Pemeriksaan Penunjang

SLE merupakan suatu penyakit autoimun pada jaringan ikat yang menujukan
berbagai manifestasi,paling sering berupa artitis. Dapat juga timbul manifestasi dikulit, ginjal
dan neorologis. Penyakit ini ditandai dengan adanya periode.
Antibody fosfolipid dapat timbul tanpa SLE tetapi menandakan resiko keguguran.
Temuan pemeriksaan laboratorium :
1. Tes flulorensi untuk menentukan antinuclear antibody (ANA), positif dengan titer tinggi pada
98% penderita SLE.
2. Pemeriksaan DMA double standed tinggi,spesifik untuk menentukan SLE
3. Bila titel antibobel strandar tinggi, spesifik untuk diagnose SLE
4. Tes sifilis bias positif palsu pada pemeriksaan SLE
5. Pemeriksaan zat antifosfolipid antigen (seperti antikardolipin antibody)
Komplikasi

Lupus Mielitis lupus mengarah pada disfungsi dari sumsum tulang belakang.Hal ini
merupakan komplikasi yang serius dari lupus SSP yang dapat menyebabkanparalisis atau kelemahan
yang bervariasi mulai dari kesulitan menggerakkan anggotabadan sampai terjadinya paraplegia.
Penyakit lupus juga bermanifestasi pada system saraf otonom (SSO), dimana SSO merupakan
bagian dari sistem saraf yangmengontrol fungsi tubuh yang tidak disadari, seperti detak jantung,
pernapasan, dll.
Nefritis lupus (NL) adalah komplikasi ginjal pada lupus eritematosus sistemik
(LES).Keterlibatan ginjal cukup sering ditemukan, yang dibuktikan secara histopatologis pada
kebanyakan pasien dengan LES dengan biopsi dan otopsi ginjal.
Gejala nefritis lupussecara umum adalah proteinuri, hipertensi, dan gangguan ginjal.
Eritematosus Sejauhini ada pengobatan yang berhasil penuh pada penderita lupus eritematosa sistemik,
seperti yang bermanifestasi pada ginjal paling banyak menyebabkan kematian tidakdilakukan dan pada
beberapa kasus perlu dialisis dan transplantasi ginjal. dengan LES dengan biopsi dan otopsi ginjal.
Pengkajian

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data melalui wawancara, observasi, pemeriksaan fisik pada
sasaran yang dituju, selain itu pengumpulan data dapat diperoleh dari pasien, keluarga, tenaga kesehatan,
catatan medis, medical recod dan literature (Nurarif, 2015). Hal-hal yang dibagi pada pasien antara lain:
a. Identitas : nama, umur, agama, pendidikan, alamat, diagnosis
b. Status kesehatan : Keluhan utama, Alasan MRS Pasien masuk rumah sakit, Riwayat penyakit
sekarang
c. Riwayat kesehatan terdahulu : Riwayat penyakit sebelumnya, Riwayat penyakit keluarga, Riwayat
pengobatan
d. Pemeriksaan Fisik :
1. Keadaan umum
a. Kesadaran
Pada pasien Systemic Lupus Erythematosus
kesadarannya composmentis bahkan bisa sampai
b. Tanda-tanda vital
Biasanya pada penderita Systemic Lupus Erythematosus ini ditemukan peningkatan suhu
dannadi diatas rentang normal.

2. Pemeriksaan head to toe

1. Kepala
2. Mata
3. Telinga
4. Hidung
5. Mulut
6. Leher
7. Payudara
8. Dada
9. Abdomen
10. Muskuloskeletal
11. Genetalia
3. Pemeriksaan Sistemik
a. Sistem Muskuloskeletal
b. Sistem Integumen
c. Sistem Kardiaovaskuler
d. Sistem Pernafasan
e. Sistem Vaskuler
f. Sistem Perkemihan
g. Sistem saraf
h. Sistem gastrointestinal
Pola Fungsional Gordon
1.Pola fungsional gordon

Biasanya klien tidak sadar akan penyakitnya,meski gejala demam di rasakan klien hanya
menganggap hanya demam biasa
2.Nutrisi-metabolik
Biasanya penderita SLE akan banyak kehilangan berat badan karna kurang nafsu makan serta
mual muntah yang di rasakan
3.Eliminasi
Secara klinis,penderita SLE akan mengalami diare
4.Istrahat-tidur
Klien dapat mengalami gangguan dalam tidur karna nyeri sendi yang di rasakannya
5.Kognitif-persepsi
Pada penderita SLE,daya perabaannya akan sedikit terganggu bila terdapat lesi pada jari-jari
tangannya,pada sistem neorolugis,penderita dapat mengalami depresi dan psikologis
6.Konsep diri
Dengan adanya lesi kulit yang bersifat irreversible yang menimbulkan bekas dan warna buruk
pada kulit,penderita SLE akan merasa terganggu dan malu
7.Peran-hubungan
Penderita SLE tidak mampu melakukan pekerjaan seperti biasanya selama sakit,namun masih
bisa berkomunikasi
8.Seksual-reproduksi
Biasanya penderita SLE tidak mengalami gangguan dalam aktivitas seksual dan reproduksi
9.Koping-stres
Biasnya penderita mengalami depresi dengan penyakit dan juga stres karna nyeri yang
dirasakan.Untuk menghadapi penyakitnya,klien butuh dukungan dari keluarga serta
lingkungannya demi kesembuhan klien
10.Nilai-kepercayaan
Biasanya aktivitas ibadah klien terganggu karna kerterbatasan aktivitas karna nyeri yang di
rasakan.
Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas


struktur tulang
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur/bentuk
tubuh
4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan pigmentasi
5. Penurunan Curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung
6. Risiko jatuh berhubungan dengan gangguan keseimbangan
7. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
8. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
Intervensi Keperawatan
THANK U <3

Anda mungkin juga menyukai