Anda di halaman 1dari 4

Tahapan penyambutan klien

(Klien mengetuk pintu)


 Klien: “assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu bu”
(Konselor membuka pintu)
 Konselor: “waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatu, iya silahkan
masuk Bu)
(Selanjutnya konselor mempersilahkan klien duduk)
 Konselor: “Silahkan duduk Bu”
 Klien: “terimakasih Bu”
 Konselor: “selamat datang di rumah konseling Bu, perkenalkan saya
Tukma Putri Indah Sari sebagai konselor di sini, dengan ibu siapa Bu?”
 Klien: “nama saya Nadya Bu”
 Konselor: “baik dengan ibu Nadya, kesini dengan siapa Bu?”
 Klien: “sendiri saja bu”
 Konselor: “oke sendiri yah Bu, terus ibu tahu tempat ini dari mana Bu?”
 Klien: “dari teman dekat Bu”
 Konselor: “oh oke dari teman yah Bu, sebelumnya ibu Nadya sudah
pernah melakukan konseling?”
 Klien: “belum pernah Bu”
 Konselor: “oke berarti ini yang pertama kalianya yah Bu”
 Klien: “iya Bu”
 Konselor: “Tapi ibu Nadya tahu konseling itu apa?”
 Klien: “belum tahu juga Bu”
 Konselor: “oh belum tahu juga, baik bu saya akan menjelaskan sedikit
mengenai apa itu konseling, jadi Bu konseling itu adalah proses pemberian
bantuan yang diberikan oleh konselor atau tenaga ahli, di sini saya adalah
sebagai konselor dan ibu sebagai klien, dan tujuan kita melakukan proses
konseling ini adalah untuk saya bisa membantu ibu dalam menyelesaikan
permasalahan yang sedang ibu alami. di sini saya akan menjadi fasilitator
atau yang akan membantu ibu dalam menyelesaikan masalah jadi untuk
penyelesaian masalah tetap ibu yang melakukannya”
 Klien: “baik Bu”
 Konselor: “baik bu di sini agar proses konseling yang kita lakukan ini
berjalan dengan lancar kita harus menerapkan asas-asas yang ada dalam
konseling, beberapa asas yang sangat perlu kita taati diantaranya adalah
asas kerahasiaan, jadi Bu di sini Ibu tidak perlu khawatir untuk
menceritakan semua yang Ibu alami karena insya Allah saya akan
merahasiakan segala data dan informasi yang Ibu berikan, segala data itu
hanya saya ibu Nadia dan Allah yang tahu. Saya tidak akan memberitahu
siapapun kecuali ibu memberikan izin untuk saya memberitahukan data
dan informasi tersebut kepada orang lain. Dan yang kemudian adalah asas
ke sukarelaan, di sini ibu Nadia datang kepada saya atas dasar
kesukarelaan atau ada paksaan dari orang lain?”
 Klien: “atas kehendak sendiri Bu”
 Konselor: “ baik bu karena ibunya dia datang ke saya dengan rasa
kesukarelaan akan mempermudah saya dalam membantu ibu atas
permasalahan yang sedang ibu alami karena dengan dasar kesukarelaan
Ibu ini saya harap Ibu bisa menerapkan asas yang ketiga yaitu asas
keterbukaan, jadi Bu dalam proses konseling kita ini saya sangat butuh
data dari ibu, sehingga saya harap Ibu bisa terbuka kepada saya
menceritakan apa yang sedang ibu rasakan apa keluhan-keluhan yang Ibu
ingin sampaikan kepada saya agar proses konseling yang kita lakukan ini
bisa mencapai tujuan konseling tersebut.
 Klien: Terima kasih bu, Saya agak tegang tapi juga merasa lega bisa
berbicara dengan ibu.
 Konselor: baik ibu Nadya, tegang merupakan hal yang wajar. Bisakah ibu
memberikan saya gambaran umum tentang apa yang membuat ibu tidak
nyaman atau terganggu sehingga ibu datang ke sini hari ini?
 Klien: Saya ingin membicarakan trauma yang saya alami.
 Konselor: Tentu, saya siap mendengarkan. Apakah Anda bisa memberikan
sedikit detail tentang pengalaman traumatis itu?
 Klien: Saya mengalami kecelakaan mobil parah beberapa tahun yang lalu.
Saya hampir kehilangan nyawa saya dan mengalami cedera fisik dan
emosional yang serius.
 Konselor: Bagaimana ibu merasakan tentang pengalaman tersebut sejak
itu?
 Klien: Saya masih merasa terjebak dalam ketakutan dan kecemasan. Saya
sering mengalami mimpi buruk dan kesulitan untuk melewati hari-hari
tanpa merasa terlalu tegang.
 Konselor: Saya bisa membayangkan betapa beratnya itu bagi inu.
Bagaimana perasaan ibu tentang memulai proses penyembuhan?
 Klien: Saya agak takut, tapi saya juga merasa seperti saya sudah berjuang
terlalu lama sendirian. Saya ingin mendapatkan bantuan untuk mengatasi
trauma ini.
 Konselor: Itu adalah langkah yang sangat berani dan penting. Kami akan
bekerja bersama untuk mengatasi trauma tersebut dan membantu ibu
mencapai kesejahteraan yang lebih baik.
 Konselor: Mari kita gali lebih dalam tentang pengalaman traumatis Anda.
Bisakah ibu menceritakan lebih banyak tentang kecelakaan mobil itu?
 Klien: Tentu bu, saya ingat betul bagaimana mobil saya tergelincir di jalan
yang licin dan saya kehilangan kendali. Semuanya berjalan begitu cepat,
dan saya merasa seperti saya tidak bisa berbuat apa-apa.
 Konselor: Bagaimana tubuh ibu merespon pada saat itu?
 Klien: Saya merasa seperti semuanya berjalan dalam waktu lambat dan
saya merasakan rasa panik dan ketakutan yang luar biasa.
 Konselor: Bagaimana pengalaman itu mempengaruhi ibu setelahnya?
 Klien: Saya sering merasa tegang dan mudah tersinggung. Saya juga
menghindari mengemudi di jalan yang mirip dengan tempat kecelakaan
terjadi.
 Konselor: Ini adalah respons yang wajar setelah mengalami trauma seperti
itu. Apakah ibu merasa siap untuk menjelajahi lebih dalam tentang
bagaimana pengalaman itu memengaruhi pikiran dan perasaan Anda sejak
itu?
 Klien: Ya bu, saya pikir saya siap untuk melakukannya.
 Konselor: Sekarang, mari kita mencoba membahas tentang bagaimana
trauma ini memengaruhi emosi ibu saat ini. Bagaimana perasaan ibu ketika
ibu mengingat kembali kejadian tersebut?
 Klien: Saya merasa tegang dan cemas. Terkadang saya merasa seperti saya
tidak bisa mengendalikan pikiran dan emosi saya.
 Konselor: Apakah ada momen atau situasi tertentu yang memicu perasaan-
perasaan tersebut?
 Klien: Saya merasa cemas ketika saya berada di sekitar mobil atau di jalan
raya. Saya juga sering mengalami kepanikan ketika saya melewati tempat-
tempat yang mirip dengan tempat kecelakaan terjadi.
 Konselor: Bagaimana perasaan tersebut memengaruhi kehidupan sehari-
hari ibu?
 Klien: Saya sering merasa terbatas dalam aktivitas saya karena ketakutan
dan kecemasan. Saya merasa seperti saya tidak bisa melakukan banyak hal
yang saya lakukan sebelum kecelakaan.
 Konselor: Memahami bagaimana trauma tersebut memengaruhi emosi dan
perilaku ibu adalah langkah penting dalam proses penyembuhan. Kita akan
bekerja bersama untuk mengembangkan strategi untuk mengatasi
perasaan-perasaan tersebut dan mengembalikan kontrol atas kehidupan
Anda.
 Klien : baik bu
 Konselor: Bagaimana perasaan ibu tentang memulai proses penyembuhan
ini?
 Klien: Saya merasa sedikit lega tapi juga agak takut. Saya ingin
melupakan kecelakaan itu dan hidup normal lagi.
 Konselor: Saya mengerti. Proses penyembuhan memang bisa menakutkan,
tetapi ibu tidak sendirian. Saya akan ada di sini untuk mendukung ibu
setiap langkah di sepanjang jalan.
 Klien: Terima kasih, saya menghargainya. Saya berharap bisa merasa lebih
baik dengan bantuan ibu.
 Konselor: Sama-sama. Kita akan bekerja bersama untuk mencapai tujuan
ibu dan membantu ibu mendapatkan kembali kesejahteraan yang ibu
inginkan. Sampai jumpa di sesi berikutnya.
 Dalam sesi-sesi berikutnya, konselor dan klien akan terus bekerja bersama
untuk mengatasi trauma yang dialami klien setelah kecelakaan mobil.
Melalui pemahaman yang lebih dalam tentang pengalaman traumatis dan
pengembangan strategi koping yang efektif, klien dapat memulai
perjalanan menuju pemulihan yang lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai