Latar Belakang Perkiraan 2015 kebutuhan air irigasi di Indonesia 110.102 juta m3 atau 92.15 % dari kebutuhan total Persaingan dg domistik dan industri OKI, perlu kesepakatan makna dari EI Jadi Nilai EI, digunakan untuk alat mengukur tingkat keragaan sistem managemen operasional irigasi di suatu DI.
NILAI MPR
Nilai MPR >1 berarti air yg diberikan berlebihan, bila < 1 air yg diberikan kurang. MPR yg konstan mendekati 1 di setiap pintu sadap tersier pada setiap periode irigasi pd ms.kemarau, kondisi ini menggambarkan managemen operasional yg baik di jaringan utama. Nilai keadilan ( equity ) dan keandalan (reliability) dapat dilaksanakan dengan baik. Keandalan sangat penting untuk menjamin keberhasilan pola tanam di daerah irigasi teknis, karena sangat mempengaruhi sikap dan kerjasama petani. Dalam kondisi DEBIT AIR tidak dapat diandalkan dalam jumlah dan waktu, SULIT dapat diharapkan sikap positif dan kerjasama dari petani.
MPR
Diterjemahkan menjadi RPM ( rasio prestasi manajemen), Diklasifikasikan baik bila 0.75 < RPM <1.25, cukup bila 0.60 < RPM < 0.75 atau 1.25 < RPM < 1.40; kurang 0.40 < RPM< 0.60 atau 1.40 <RPM<160; sangat kurang bila RPM < 0.40 atau RPM >1.60
Sistem Distribusi
Mulai dr bendung, s.primer, sekunder, tersier, kuarter maka ED dapat dinyatakan ED primer, sekunder,tersier dan kuarter. ED primer dan sekunder disebut ED jaringan utama, dan ED tersier dan kuarter disebut ED jaringan tersier. sal.primer sal. sekunder Bendung --------------> pintu sadap -----------------> pintu sadap sekunder tersier sal. Tersier sal. kuarter Tanaman -------------> Petakan sawah --------------> pintu sadap kuarter Sal. drainase
ISTILAH
1. EPA padi = (jumlah air irigasi yg digunakan untuk ET tan + tinggi genangan + Perkolasi - Hujan efektif )/ jumlah air irigasi yg diberikan di petakan sawah 2. EPA non padi = ( ET hujan efektif) / jumlah air irigasi yg diberikan di petakan 3. Efisiensi Distribusi air tersier (EDT) = jumlah air irigasi di petakan sawah / jumlah air irigasi di pintu sadap tersier 4. Efisiensi Distribusi di Sekunder ( EDS) = jumlah air irigasi di pintu sadap tersier / jumlah air irigasi di pintu sadap sekunder 5. Efisiensi Distribusi di Primer (EDP) = Jumlah air irigasi di pintu sekunder / jumlah air irigasi di sadap primer (bendung) 6. Efisiensi Irigasi di jaringan Utama (EJU) = EDP x EDS 7. Efisiensi Irigasi Total (EIT) = EDP x EDS x EDT x EPA EDT antara 0.775 0.850 EDS antara 0.875 0.925 EDP antara 0.875 0.925
Tingkat
1. Sawah
kebutuhan air
kebutuhan air irigasi netto di sawah (NFR) kebutuhan air di sadap tersier (TOR) TOR = NFR x luas areal (ha) /EDT Kebutuhan air di bangunan sadap sekunder (SOR) SOR = Jumlah TOR x 1/EDS
satuan
lt/det/ha lt/det
2. Petak tersier
3. Petak sekunder
4. Petak primer
Kebutuhan air sadap primer (MOR) MOR = jumlah SOR x 1/EDP DR ( diversion requirement) = MOR kiri + MOR kanan
5. Bendung
NFR = net fann requirement ; TOR = tertiary offtake requirement; SOR = secondary offtake requirement; MOR = main offtake requirement
Kesimpulan
ED air irigasi dari bendung, primer sampai ke pintu sadap sekunder ( EDP, EDS) tergantung pada manajemen operasional irigasi di jaringan utama yg jadi tanggung jawab Dinas Pengairan. Sedangkan EDT tergantung pd manajemen operasional irigasi tersier yg mrpkan tanggung jawab P3A. Sedangkan EPA tergantung pada cara pemberian air irigasi pada tanaman yg mrpkan tanggung jawab petani
EFISIENSI PENGALIRAN
Batasan efisiensi Efisiensi aplikasi di lapang Efisiensi pengangkutan Kehilangan karena seepage Kehilangan karena evaporasi Kehilangan karena operasional
Efisiensi Aplikasi
Beberapa faktor yang berpengaruh pada effisiensi aplikasi : 1. Metode irigasi 2. Macam tanah 3. Layout lapangan ( panjang saluran, kemiringan dan status tanah) dan beberapa variabel yang kurang lebih mempengaruhi efisiensi aplikasi
EFFISIENSI PENGANGKUTAN
Penghitungan effisiensi pengangkutan untuk kehilangan air terjadi di jaringan irigasi bagian atas Kehilangan meliputi 1. Kehilangan seepage 2. Kehilangan evaporasi 3. Kehilangan operasional
Kehilangan air di petak sawah Lahan yang memperoleh layanan irigasi dibedakan : i) lahan layanan rancang bangun (A dis), ii) lahan layanan nasabah (A nas), iii) lahan layanan pemanfaat (A man). Hubungan luasan antara ketiganya sbb :
Hub A dis, A nas, A man dg status ketepatan rancang bangun dan konstruksi pengelolaan sistem irigasi
Status pengelolaan
Status rancang bangun dan konstruiksi Baik Jelek Kondisi A A dis = A nas Efisiensi tinggi Kondisi C A dis = A nas + A man A man > 0 Efisiensi sedang sampai tinggi
Baik
Baik
Kondisi C A dis = A nas + A man A man > 0 Efisiensi sedang sampai tinggi
Kondisi D A dis < A nas + A man A man > 0 Efisiensi rendah sampai sedang
kemarau n = 9
13.5
9.99
penghujan n = 8
x bar = rata-rata ; Ksrn = kisaran ; Sdv = simpangan baku Standar perencanaan Irigasi Dirjen Pengairan (1986) berkisar 7.5 12.5 % Berarti dari data tsb ada yang melampaui standar kehilangan.
Sumber data : Sukirno (1986 ) Keterangan : PHJN = penghujan ; KMR = Kemarau Nilai efisiensi dipengaruhi : kekhasan lahan plot, musim saat penelitian. Ada kesulitan cara menentukan efisiensi irigasi di petak tersier shg ada penyederhanaan rumus.
Rerata kisaran dan simpangan baku efisiensi irigasi penggunaan air di petak tersier
Musim Penghujan (n=5) Gadu I (n = 16 ) Gadu II ( n = 11 ) Rerata Efvp (%) 63 56 Kisaran Efvp (%) 46 76 25- 86 Simpangan Baku Efvp ( %) 13 17
52
13 92
25
Berdasarkan uraian sebelumnya : bila azas efisiensi akan dikembangkan untuk penghematan pemakaian air maka perlu dilakukan beberapa upaya sbb
Efisiensi Transport
Kehilangan air di pengangkutan : 1. Kehilangan melalui seepage 2. Kehilangan melalui evaporasi 3. Kehilangan melalui operasional
Seepage
e sp/tr = Q/ ( Q+L + A q sp ) x 100 % e sp/tr = efisiensi pengangkutan karena seepage % Q = debit air di saluran bagian bawah hingga akhir saluran l/dt L = panjang saluran km A q sp = kehilangan seepage per km panjang saluran l/dt/km A Q sp = L x A q sp kehilangan seepage di saluran l/dt Pada jaringan irigasi, kenyataannya seepage dapat diukur ( air masuk ke petak air yang keluar, dan penggenangan); Beberapa nilai kehilangan air karena seepage pada beberapa jenis tanah dapat dilihat pada tabel berikut :
Kehilangan Evaporasi
Evaporasi 5 mm/hari, equivalen 0.005 m3/m2 permukaan air/hari. Kenyataan menunjukkan kehilangan seepage > yaitu 0.1 m3/m2/hari. OKI biasanya bisa diabaikan dalam perhitungan kehilangan karena pengangkutan.
Bila A q sp dan A q ev diketahui, maka effisiensi pengangkutan dapat dihitung Sbb : E (sp +ev)/ tr = q/(Q+L ( Aqsp + A q ev) x 100 %
TANAMAN PADI