Anda di halaman 1dari 41

Tank besar Israel bersiap memasuki Gaza.

Bersiap
memulai pembantaian keji atas umat manusia di dunia. Seorang ayah menangisi anak lelakinya. "Ya Allah,
Israel harus membayar semua ini dengan kemenangan
Islam!"

Darah, darah, darah, hanya darah syuhada yang


Seorang lelaki membawa mayat ayahnya yang renta
menggenangi bumi Gaza.
yang telah tewas.
Mayat para syuhada.

Semuanya roboh, Yang tersisa hanya gedung ini, dan


ia pun akan segera ambruk. Gedung lain di
sekelilingnya telah rata dengan tanah dihantam

Seorang pemuda terkulai. Ia menghembuskan nafas


terakhirnya, salah satu saksi biadabnya Yahudi.
puluhan roket Israel biadab!

Bahkan kain kafan pun tak ada untuk menutupi tubuh


para syuhada

Rumah sakit tak ada beda dengan tempat lain. Tak ada

Dengan beringas dan sadis, tanpa kenal rasa, seorang


dokter, obat-obatan, ataupun peralatan kesehatan. tentara Yahudi mengejar bocah Palestina yang lugu
Yang ada hanya gemlimpangan orang terluka dan dan polos.
bersimbah darah.

Setiap malam, setelah melakukan penyerangan,


Biar tertimbun reruntuhan dan terkubur puing, mayat Yahudi-yahudi biadab itu berpesta, bernyanyi di atas
seorang Muslim tetap harus diurus selayaknya. bumi Gaza yang penuh gelimpangan mayat warga
Palestina dan genangan darah syuhada

Dimana,... dimana ayah dan ibu kami? Tentara Israel memasuki Gaza yang kosong dan
hancur. Muka mereka dingin, siapa saja orang
Palestina yang terlihat, dor!, mereka menembaknya.
Teroris!
Di antara tanah yang terbakar, dan reruntuhan yang
berdebu tebal, mayat-mayat syuhada tertimbun.
"Tapi ini tanah kami, walau luka dan mati tertanam di
sini..." Bocah Palestina ikut berjuang mengusir
penjajah laknat Yahudi.

Anak-anak berlari menghindari serangan Israel. Bagi


mereka, pagi di Palestina bukan tentang pergi ke
sekolah, dan atau sarapan minum susu

Sanngupkah kau bertahan bocah pemberani?


Bahkan mereka tak peduli pada wanita yang berteriak
ketakutan karena salakan senjata mereka. Gaza telah remuk, dan Palestina tengah terkubur. Tapi
kami tetap terus berjuang

Mereka Membantai Saudara Kita


Tuesday, 06/01/2009 09:59 WIB Cetak | Kirim | RSS

10 hari. Hanya 10 hari!, Sejak Israel memborbardir Gaza. Lebih dari 540 orang tewas, termasuk di
antaranya anak-anak, wanita dan orang tua, ribuan lainnya yang luka. Yahudi-Yahudi itu tengah
membantai saudara Muslim kita dan ingin mengubur Palestina.

Bagaikan anjing yang terus menggonggong. Israel terus saja melakukan aksi pembantaian secara keji itu.
Mereka sama sekali tak peduli pada dunia. Karena, mereka sudah memegang kartu truf: AS, negara adidaya
yang sejatinya sudah bangkrut itu ada d belakang mereka. Begitulah, usai menarik pelatuk dan menghantamkan
roket, Israel hanya tinggal bertepuk tangan. Sementara, Muslim Palestina Gaza tercecer, bukan hanya antara diri
dengan keluarga, tapi sudah lebih dari itu, badan dengan badan, dan badan dengan jiwa. Dan, negara-negara
Arab, yang ada disebelahnya hanya menonton tragedi pembantaian.

Sementara kita jauh dari Palestina, apa yang harus dan bisa kita lakukan? Rasulullah suatu kali bersabda,
“Bahwasanya perumpamaan orang-orang muslim itu ibarat satu orang (satu jasad) apabila salah satu
bagian disakiti maka seluruhnya akan merasa sakit.” (HR Imam Ahmad bin Hanbal). Sungguh, Yahudi
tengah membantai saudara kita di Gaza.

Sekali lagi, mereka, Yahudi-yahudi itu tengah membantai saudara-saudara kita? Apa yang telah kita lakukan? Selamatkan
Palestina!
Sepekan Holocoust di Gaza
Senin, 05/01/2009 09:19 WIB Cetak | Kirim | RSS

Lebih dari sepekan Holocoust Gaza. Dalam hari-hari


itu hanya rakyat Palestina yang menanggung derita.
Terpaksa menggigit kepiluan sendiri di tengah
milyaran manusia yang berjejalan ingin sekadar
menonton tragedi, bukan untuk berusaha
menyumbangkan kontribusi penyelamatan. Di Gaza
sudah lebih dari 400 orang jiwa hilang, 2000 orang
menderita luka-luka, ratusan apartemen lebur ke
bumi, dan 75 bayi terbunuh.

Pembekakan korban materi dan jiwa seperti itu


barangkali lumrah dalam sebuah parade perang yang
tidak seimbang. Dimana Israel yang memakai seluruh
stok mesin tempur mutakhir menantang dan
mengajak berkelahi rakyat Palestina yang tidak bersenjata, yang telah kelaparan berbulan-bulan karena blokade,
yang lemah fisik tapi yang tetap sanggup memperkokoh bangunan spritual dan mentalnya. Tidak menjadi
bangsa bermental kerdil. Bangsa yang takut mati. Bangsa yang selalu ingin lari dari masalah.

Holocoust Gaza, bukan cuma berbicara soal korban dalam tataran kuantifikatif yang mungkin masih relatif kecil
berbanding angka korban jiwa pada tragedi dahsyat di Baghdad tahun 1285 M silam. Ketika Tentara Tartar
Mongolia yang dipimpin Panglima Holako menyembelih 1,8 juta rakyat muslim di Kota Baghdad dalam
hitungan hari. Namun sesungguhnya Holocoust ini bercerita konteks yang lain, jauh lebih penting dari angka-
angka kematian itu, yaitu menyangkut kecerobohan bangsa Arab untuk ke sekian kalinya dalam penyelesaian
krisis Palestina. Inilah hakikat bencana itu.

Ada satu hal yang menjadi ruas dan sumber permasalahan, dan —sekali lagi— memperkuat karakter mental
kerdil petinggi Arab yang takut mati dan senantiasa hendak lari dari problema Palestina. Berangkat dari isi
rekomendasi yang diolah dalam tiga Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Liga Arab yang digelar maraton oleh
Sekjen Amru Musa lima hari ini, atau paska serangan Israel ke Gazza, Sabtu (27/12) lalu. Menlu Arab Saudi,
Saud Al-Faisal, Rabu (31/12) bersama Amru Musa membacakan isi rekomendasi KTT di pertemuan pers. Isi
rekomendasi itu, antara lain: —ini yang kita soroti— Liga Arab meminta DK PBB turun tangan menyelesaikan
Tragedi Holocoust Gazza.

Dosa PBB dan Krisis Palestina

Mengapa tidak belajar dari masa lalu. Bukankah pengalaman adalah guru yang paling baik. Dan, orang yang
terperosok dua kali, bahkan berkali-kali pada lobang yang sama mengidentifikasi satu sifat dungu yang benar-
benar mengakar menjadi karakter. Tentang kebijakan PBB, bukankah itu cerita yang membosankan. Mengharap
kebijakan kepada lembaga yang tidak pernah berpihak kepada umat Islam dari dulu sampai sekarang.

PBB punya dosa tak terampunkan pada rakyat Palestina. Usai Otto Wolffshon (1871-1937), Pemimpin Zionis
ke-3 yang sukses menggelar Perjanjian Balfour tahun 1917 antara Inggris dan Bangsa Yahudi. Dimana Inggris
menjanjikan tanah Palestina sebagai tanah air bangsa diaspora itu kelak di kemudian hari. Pada Perjanjian
Biltmore 04 Mei 1942 antara Amerika Serikat (AS) dan Bangsa Yahudi, AS berjanji membantu Yahudi untuk
merampas tanah Palestina. Tahun 1947, Inggris, AS, dan Rusia menaikkan masalah Palestina ke PBB. Dan,
PBB kemudian mengeluarkan resolusi No.181, 29 Nopember 1947 yang menetapkan pembagian wilayah
Palestina menjadi tiga bagian: 54% untuk Yahudi, 45% untuk Arab, dan 1% untuk wilayah internasional. Sore
hari tanggal 14 Mei 1948, David Ben-Gurion, Pemimpin Zionis, mendeklarasikan negara ilegal Israel di bumi
milik rakyat Palestina.

Jika hendak memahami akar krisis di Palestina, berarti harus mau mencermati bahwa PBB-lah sumber masalah
berpangkal. Inggris, AS, dan Rusia yang menggagahi kesucian Palestina, yang melegitimasi bangsa tak
bertanah air Yahudi untuk membentuk sebuah institusi negara di bumi sah rakyat Palestina. Mereka hingga kini
masih bercokol di PBB dengan memegang hak veto. Hak untuk bertindak arbitrer. Lalu Liga Arab, kini datang
menghamba diri menghiba untuk kesekian kalinya agar PBB menyelesaikan kasus Gaza secara bijak. Kebijakan
macam apa yang bisa PBB berikan kepada umat Islam, selain hanya darah dan air mata.

"Mahmoud Abbas, kami persilahkan pergi ke DK PBB. Kami Bangsa Arab berada di belakangmu", tegas
Sekjen Liga Arab, Amru Musa, (31/12) di channel Televisi Aljazeera-Qatar. Instruksi pemimpin penakut. Tepat
seperti lontaran statemen Sami Abu Zuhri, jubir HAMAS di Gaza yang merespon rekomendasi Liga Arab itu
sebagai keputusan "kerdil". Tidakkah akan sangat bijak, andaikata Amru Musa berkata: "Abbas, HAMAS, dan
rakyat Palestina, teruskan perlawanan menghadapi imperalis Israel. Jangan pedulikan PBB. Kami akan
membantu kalian dengan harta, darah, dan jiwa. Penjajah Israel harus keluar dari Palestina dan segera
mengembalikan tanah sah milik umat Islam"!

Pemutihan Krisis

60 tahun semenjak Zionis-Yahudi mendeklarasikan institusi imperalis Israel, akar krisis Palestina berlahan
memutih menuju kekaburan. Persoalan Palestina mulai diarahkan pada problem parsial. Ingat, ketika Jimmy
Carter, mantan Presiden AS, menulis buku berjudul: Palestine: peace not aparteid. Carter mengajukan tiga
alternatif penyelesaian konflik di Palestina, salah satunya: perlu dibangun tembok ras yang memisahkan dua
prototype bangsa yang berlawanan, yaitu Arab dan Yahudi. Agar kedua bangsa itu hidup bebas
mengembangkan peradaban masing-masing.

Carter lupa atau barangkali mencoba melupakan, bahwa sikapnya yang mendudukkan rakyat Palestina sejajar
dengan Penjajah Yahudi merupakan kekeliruan besar. Akan riskan rasanya, apabila hak pemilik tanah
disamakan dengan pihak yang sama sekali tidak punya hak terhadap kepemilikan tanah itu. Apalagi yang tidak
berhak itu lalu merampas menggunakan kekerasan, pembunuhan, dan pemutihan eksistensi. Carter juga khilaf,
bahwa bangsa Yahudi telah merencanakan proyek besar pendirian negara "Israel Raya" yang membentang dari
Sungai Nil di Mesir sampai ke Sungai Eufrat di Irak.

Terkait kasus Holocoust Gaza, merupakan strategi Israel yang berupaya memutihkan substansi krisis Palestina.
Ehud Olmert, Perdana Menteri Israel, saat diserbu wartawan dengan pertanyaan yang serupa, mengapa Israel
menyerang Gaza? Olmert beralibi: "Karena HAMAS tidak henti-hentinya meluncurkan roket jenis grad ke
wilayah Israel, kami berniat mengamankan wilayah selatan demi stabilitas keamanan nasional". Bahkan,
Bernard Kouchner, Menlu Perancis memelas kepada Israel agar bersedia melakukan gencatan senjata di hari
kelima, tapi Israel menolak. Menteri Pertahanan Israel, Ehud Barak, menegaskan selama HAMAS mau
komitmen menghentikan serangan roket ke Israel, maka tawaran itu diterima. Kini Liga Arab tiba-tiba muncul
meminta DK PBB menekan Israel untuk mau berhenti menyerang!

Kasus Palestina bukan semungil Holocoust Gaza. Gazza hanyalah "kasus parsial" yang digelindingkan Israel
agar umat Islam dan dunia internasional melupakan substansi krisis yang terjadi. 90% wilayah Palestina yang
telah dirampas Kolonialis Israel, itulah substansinya. Bukan soal perlawanan mati-matian HAMAS, JIHAD
ISLAM, dan faksi-faksi rakyat Palestina yang berjuang demi merebut kembali tanah air mereka yang kini
digagahi penjajah Israel. Karena sebagaimana dulu Bangsa Indonesia bersimbahdarah merebut pertiwi tercinta
dari cengkeraman Belanda, maka begitulah patriotisme yang kini bergelora di dada-dada pejuang Palestina.
Dan, karena tanah Palestina adalah tanah milik umat Islam, maka tanggungjawab merebut kembali tanah suci
itu menjadi kewajiban kolektif kaum muslimin seluruh dunia. []

Hari Ke-14: Serangan Israel Makin Membabibuta


Saturday, 10/01/2009 14:03 WIB Cetak | Kirim | RSS

Israel terus melakukan serangan brutalnya dari darat


dan udara. Pasukan-pasukan Zionis itu makin
menunjukkan kebiadabannya karena dengan sengaja
menembaki warga sipil bahkan wartawan yang
sedang melakukan tugasnya di Jalur Gaza.

Israel sudah mengisyaratkan untuk melanjutkan


perang setelah rezim zionis itu menolak resolusi yang
dikeluarkan Dewan Keamanan PBB hari Jumat
kemarin.

Sampai hari ke-14, jumlah warga Palestina yang


gugur syahid mencapai 800 orang dan yang luka-luka mencapai 3.125 orang. Dan sampai detik ini, pihak Mesir
sebagai negara terdekat dengan wilayah Gaza masih tidak mau membuka perbatasan Rafah agar bantuan bisa
masuk dan warga Gaza terutama anak-anak dan perempuan bisa keluar dari zona perang di Gaza. Presiden
Mesir Husni Mubarak masih menunjukkan sikapnya yang telah mempermalukan umat Islam sedunia, karena
menolak membuka perbatasan untuk membantu saudara-saudara Muslimnya di Jalur Gaza.

Biarkan Kami Masuk

Mohammed al-Khaledy, seorang dokter bedah saraf


dari Yordania terpaksa harus bersitegang dengan
penjaga perbatasan Mesir karena tidak diperkenankan
masuk ke Gaza.

Ia datang jauh-jauh ke Palestina untuk membantu


warga Gaza yang luka-luka, tapi aparat Mesir
menghentikan langkahnya di perbatasan padahal ia
sudah menunggu selama tiga hari di perbatasan Mesir
untuk diijinkan masuk ke Gaza.

"Biarkan saya masuk, saya seorang dokter. Saya akan


masuk Gaza atas tanggung jawab saya sendiri," kata
dokter Khaledy meminta kebijaksanaan penjaga
perbatasan.Tapi ia tetap tidak dibolehkan masuk ke
Gaza.

Selain Khaledy, ada ratusan dokter dari berbagai negara antara lain dari Malaysia, Indonesia, Turki dan Yunani
yang juga sudah berhari-hari tertahan di perbatasan Mesir. Mereka tetap menunggu ijin masuk ke Gaza dari
pemerintahan Husni Mubarak.
Sikap Mesir membuat mereka geram dan gemas, karena mereka sebenarnya sudah tinggal beberapa kilometer
lagi dari ribuan warga Gaza yang luka-luka dan sangat membutuhkan bantuan para dokter itu. "Dokter tidak
bisa diam saja melihat kekejian Israel.Biar bagaimanapun kami harus bisa masuk Gaza," tukas Khaledy.

Tragedi Zeitun

Kekejian pasukan Zionis sudah tidak terbantahkan


lagi. PBB menerima laporan pembantaian yang
dengan sengaja dilakukan pasukan Zionis Israel di
desa Zeitun yang menyebabkan 30 warga sipil
kehilangan nyawa.

Laporan PBB mengutip pengakuan dari korban yang


selamat menyebutkan, pada tanggal 4 Januari
pasukan Zionis mengumpulkan sekitar 110 warga
Gaza ke dalam sebuah rumah di desa Zeitun dan
menyuruh mereka untuk diam di dalam rumah. Tapi
sehari kemudian, tepatnya hari Senin
kemarin,pasukan Zionis menembaki rumah itu
berulangkali sehingga 30 orang di rumah tersebut
gugur syahid.

Seorang petugas PBB menyebut tragedi pembantaian ini sebagai tragedi paling mengerikan sejak militer Zionis
melancarkan serangannya ke Jalur Gaza dua pekan yang lalu. "Mereka yang selamat, berjalan sepanjang dua
kilometer ke jalan Salahudin sebelum akhirnya dievakuasi ke rumah sakit. Tiga anak-anak, salah satunya bayi
berusia lima bulan meninggal ketika tiba di rumah sakit," kata pejabat PBB itu.

Meysa Fawzi al-Samouni, perempuan Palestina berusia 19 tahun yang selamat dari tragedi pada organisasi
HAM Israel B'Tselem membenarkan bahwa tentara-tentara Zionis menempatkan sejumlah warga Gaza ke
dalam sebuah bangunan sebelum mereka semua ditembaki.

Ia mengatakan, warga yang gugur maupun luka-luka masih berada di lokasi di bangunan itu, di bawah
reruntuhannya akibat tembakan misil-misil Israel.

Korban selamat lainnya, Ibrahim Samouni, 13, mengalami luka di bagian dada dan kakinya. Ibrahim
mengungkapkan, ia mencoba menyelamatkan tiga adik-adiknya dan berusaha menolong satu orang dewasa
yang luka-luka dan tergeletak diantara jenazah. Sementara ibu Ibrahim sendiri syahid dalam insiden tersebut.

Israel Blokade Tim Evakuasi

Tim evakuasi dan bantuan darurat dari Palang Merah


Internasional (ICRC) dan Bulan Sabit Merah
Palestina mengeluhkan tentara-tentara Israel yang
tidak memberi mereka jalan untuk mengevakuasi
para korban yang masih belum terjangkau bantuan.

Mereka mengatakan, saat memanfaatkan waktu tiga


jam yang diberikan Israel untuk bantuan
kemanusiaan, para pekerja kemanusiaan menemukan
anak-anak Gaza dalam kondisi lemas karena
kelaparan.
"Mereka bahkan tak mampu berdiri karena tubuhnya sudah demikian lemah. Sementara di sekitar mereka
terdapat 12 jenazah yang tergeletak di sebuah matras," kata ICRC mengungkapkan situasi memilukan yang
mereka jumpai di Gaza.

Pierre Wettach, pimpinan ICRC untuk wilayah Israel dan wilayah pendudukan Palestina mengungkapkan,
militer Israel sebenarnya tahu situasi kemanusiaan yang terjadi di Gaza tapi militer Zionis itu tetap tidak
memberikan peluang bagi petugas kemanusiaan untuk menolong para korban.

Kantor Media Diroket, Wartawan Syahid

Pasukan Zionis memang makin membabibuta dalam


melakukan serangannya ke Jalur Gaza. Wartawan
dan kantor media pun menjadi target serangan
mereka.

Hari Jumat kemarin, tentara Zionis menembakkan


roketnya ke flat Ihab al-Wahidi, 34, seorang
wartawan foto Palestina. Akibat serangan roket itu,
al-Wahidi dan ibu mertuanya gugur syahid sedangkan
istri dan anak-anaknya luka-luka.

Pada hari yang sama, tentara-tentara Zionis juga


menembakkan roket ke Menara al-Jawhara, tempat
sejumlah media massa berkantor dan di atas atap
gedung itu ada banyak wartawan yang sedang melaporkan situasi di Gaza. Dalam serangan tersebut,seorang
wartawan luka-luka.

Forum of Palestinian Media Workers (FPMW) memprotes militer Israel yang menjadikan wartawan dan kantor
media sebagai target serangan. Dalam pernyataannya, organisasi itu menuntut agar dilakukan penyelidikan atas
serangan-serangan tersebut.

Menurut FPMW, hari Rabu kemarin, juru kamera stasiun televisi Abu Dhabi juga mengalami luka-luka di
Rafah, akibat serangan tentara Zionis. Dua wartawan stasiun televisi al-Alam-stasiun televisi berbahasa Arab
milik Iran-ditangkap oleh tentara Zionis hari Selasa dan sekarang masih ditahan di pos polisi Israel di Petah
Tikva.

Selain menangkap wartawannya, tentara Zionis juga menyerang kantor al-Alam dan kantor Press TV-stasiun
televisi berbahasa Inggris milik Iran. Akibat serangan itu, dua orang di kantor Press TV luka-luka.

Menurut koresponden Press TV Hamoudi Gharib, Israel tetap menjadikan gedung kantor mereka sebagai target
serangan meski sudah gedung itu sudah dipasangi petunjuk berupa sinar proyektor yang menyala selama 24
jam. Pihak Press TV mengatakan, yang menjadi target serangan adalah para pekerja dan wartawan di gedung
itu, karena Israel tidak mengeluarkan peringatan bahwa gedung itu akan dijadikan target serangan. Akibat
serangan tersebut, sejumlah peralatan dan tranmisi satelit rusak.

Israel sengaja menyerang wartawan dan kantor media untuk mencegah kejahatannya terlihat oleh mata
masyarakat dunia. Sebelum melakukan agresinya ke Jalur Gaza pun, Israel melarang wartawan masuk ke Gaza
untuk memberitakan situasi Gaza di bawah blokade rezim Zionis Israel. (ln/berbagai sumber)
Hari Ke 15. Mereka Ingin Membunuh 'Teroris'
Monday, 12/01/2009 09:27 WIB Cetak | Kirim | RSS

Memasuki hari ke 15 penyerbuan Israel ke Gaza, semakin brutal, dan membabi


buta. Jumlah korban yang tercatat, hampir mencapai 900 muslim yang syahid,
sebagian besar adalah, anak-anak, wanita, dan orang tua, serta yang menderita luka-
luka dan cacad jumlahnya sudah mencapai 4000 muslim Gaza. Jumlah korban akan
terus bertambah secara drastis, karena pemboman udara yang dilakukan rejim
Zionis-Israel semakin intensif.

Minggu, kemarin, pasukan rejim Zionis-Israel (IDF), yang menyebarkan panflet,


dan membuat pernyataan yang disertai gambar-gambar, sejumlah tokoh Hamas
yang paling dicari, yang sudah diberi label ‘teroris’. Para tokoh Hamas yang
mereka sebut sebagai ‘teroris’ itu, menjadi target agresi militer yang mereka
lakukan, yang kemudian Israel memuntahkan peluruh rudal dari udara, darat dan laut, menghajar wilayah Gaza,
tanpa jeda. Namun, yang disebut ‘teroris’ itu, dan paling banyak menjadi korban serangan udara Israel, bukan
para tokoh dan pejuang Hamas, tapi anak-anak yang masih belia, dan banyak diantara mereka masih dibawah
umur (sangat belia).

Sementara itu, juru bicara militer rejim Zionis-Israel, Nachman Abramovic, menyatakan, masyarakat dunia,
khususnya Amerika dan Eropa, tidak boleh tertipu (terpengaruh) oleh banyaknya korban anak-anak muda,
karena mereka juga teroris.“Mereka mungkin terlihat masih sangat muda untuk saya dan anda. Tetapi, orang-
orang ini adalah teroris yang sesungguhnya. Jangan melihat wajah mereka, yang kelihatannya seperti tidak
bersalah, cobalah berpikir, mereka ini adalah iblis”. Juru bicara militer Zionis-Israel itu, menyatakan : “ Di masa
depan, dan dapat dipastikan, orang-orang ini akan tumbuh menjadi ‘teroris' yang jahat, jika kita tidak boleh
membunuh mereka”, tegas Nachman.

Selanjutnyak, ketika ditanya, apakah Zionis-Israel, tidak takut dengan kritikan masyarakat internasional,
Nachman Abramovic, menyatakan : “Kami tidak kawatir. Dan, kami hanyalah membela diri”, ujar Nachman.
Dibagian lain, ketika ditanya para wartawan, Nachman, tentang ‘apakah anda akan meminta, maaf, jika
serangan yang anda lakukan, ternyata salah?”. Nampaknya, rejim Zionis Israel, tidak peduli dengan opini dunia,
akibat serangan udara yang mereka lakukan itu, berakibat banyaknya Korban sipil, terutama anak-anak, wanita
dan orang tua. Tetapi, rejim Zionis-Israel, memang menjadikan target anak-anak itu sasaran militer
mereka,karena anak-anak Palestina, di Gaza akan tumbuh menjadi ‘teroris’.

“Saya menantang para media massa, agar membutktikan kami telah membunuh
orang-orang sipil yang tidak bersalah di Gaza?”, ujar Nachman. Juru bicara militer
Israel itu, menyatakan : “Jangan kirim pernyataan saya ke Aljazeera atau
sampaikan ke CNN, bahwa mereka ini anti Semit (Yahudi), dan tidak dapat
diharapkan untuk memberitakan infomasi dengan benar”. Nachman menambahkan
bahwa di manapun, dalam berbagai kasus, secara jujur, manusia harus dapat
membedakan antara manusia dan binatang. Dengan sikap ini, sebenarnya rejim
Zionis-Israel, tidak dapat lagi, membedakan antara manusia dan binatang. Maka,
mereka bertindak tanpa perikemanusiaan, karena mereka membunuhi orang-orang muslim Gaza, dianggap sama
dengan membunuih binatang.

Di bagian lain, juru bicara Israel, Tzipora Menache, menyatakan, kami sangat tidak kawatir, akibat negative dari
operasi militer ‘Cast Lead’, terutama bagi sikap pemerintahan Presiden Barack Obama. Tzipora menambahkan
dengan nada yang sangat sombong : “Anda tahu, dan Amerika juga sama-sama tahu, bahwa kami mengontrol
Gedung Putih, siapapun yang duduk di Gedung Putih”, tambah Tzipora. Selanjutnya, juru bicara Israel itu,
menegaskan : “ Anda lihat, tidak ada presiden yang berani, melawan kami”. Menache itu, tidak segan-segan
menyatakan pandangannya, bahwa ‘Apa yang bisa mereka lakukan terhadap Israel? Kami mengontrol kongres,
kami mengontrol media, kami mengontrol dunia, dan kami mengontrol semua kekuasaan yang ada di Amerika”,
tambah Manache. Maka, bagi Israel sekarang ini, tidak ada satupun Negara di dunia, yang dapat menghalangi
tindakan yang biadab dan barbar itu, bahkan lembaga multilateral semacam PBB, yang sudah mengeluarkan
resolusi, tak diacuhkan oleh rejim Zionis-Israel, dan pembantaian di Gaza terus berlanjut.

Menanggapi kejahatan perang yang dilakukan rejim Zionis Israel yang terus meningkatkan serangannya ke
Gaza, Khalid Misy’al, Kepala Biro Politik Hamas, di Damaskus, menyatakan,
agresi militer rejim Zionis-Israel, yang ingin melakukan pendudukan atas Gaza,
seluruh telah mengalami kegagalan total. Pasukan pendudukan Israel (IOF)
melakukan tindakan yang sangat bodoh, yang mengakibatkan perlawanan dari
muslim di Gaza, dari rumah ke rumah, dari kota ke kota, semua mereka bersatu
padu melawan penjajahan dan agresi Israel. Tujuan yang dilakukan rejim Zionis-
Israel, yang sekaran ini melakukan agresi ke Gaza, yang sangat obsessive
menghancurkan Hamas dan para pejuang Palestina, serta ingin mengakhiri kontrol
Hamas atas kota Gaza, menemui kegagalan.

Khaled Misy’al menambahkan : “Rejim Zionis Israel hanya berhasil membunuh dan bertindak biadab terhadap
anak-anak, wanita, dan orang tua. Mereka hanya berhasil menghancurkan rumah-rumah penduduk, gedung-
gedung, dan menculik serta membunuhi orang-orang sipil, yang tidak bersenjata. Inilah fakta terjadinya
holocaust di Gaza”, tambah Misy’al. Tindakan rejim Zionis-Israel, sebuah tindakan yang sangat bodoh, dan
mereka melepaskan kesempatan terakhir, bagi terwujudnya perdamaian di wialayah ini.

Misy’al menyatakan, Hamas akan terus berjuang menghadapi kekejaman Israel, dan menolak pasukan
internasional. Pemimpin Hamas itu, meminta agar segera pasukan Zionis Israel meninggalkan Gaza, dan
membuka pintu Rafah, serta adanya blockade, atau melanjutkan perang. Dalam kesempatan itu, Khaled Misy’al,
menyerukan diselenggarkan pertemuan darurat, para pemimpin Arab, menanggapi situasi krisis, yang sekarang
berlangsung di Gaza. (M/Pic).

Wartawan Jadi Sasaran Tembak Tentara


Kera (Zionis)
Sunday, 11 January 2009
Sebagaimana prajurit perang yang menenteng senjata, para
wartawan juga membawa senjatanya berupa kamera dan alat
pencatat. Mereka siap meliput semua aksi dan membeberkan
semua perkara yang ditutup-tutupi oleh pihak Israel.

Maka tak heran bila Israel merasa gerah dengan mereka, bahkan
sampai berusaha membunuhnya. Mereka mengerjakan apapun
yang mereka inginkan, kalaulah tidak ada para prajurit dari para
wartawan yang menenteng senjatanya berupa kamera dan alat
tulis lainya, tentu mereka akan berbuat melebihi apa yang saat
ini terjadi.

Jurnalisme Adalah Amanah,Para jurnalis itu membawa amanah yang besar dalam pundak-pundaknya. Yaitu
menyampaikan berita apa adanya dengan penuh kejujuran. Mereka mengungkap kejahatan Zionis yang terus
menerus terhadap rakyat Palestina. Padahal mereka tahu tentang resiko yang mereka akan hadapi serta berbagai
kesulitan yang menghadangnya. Namun mereka telah mewakafkan diri dengan penuh tanggung jawab.

Banyak sekali dari kalangan jurnalis yang bekerja di medan pertempuran yang sangat berat. Tugas mereka
adalah menyampaikan semua peristiwa dengan segala kejujuran dan tetap menjungjung tinggi norma jurnalis
serta etika profesionalisme. Mereka bekerja sebagaimana para bisnismen dan pengusaha dengan segala
bentuknya.

Di Mata Israel Tak Ada Bedanya Antara Pejuang dengan Wartawan


Israel telah melanggar semua rambu-rambu perang, kesepakatan, undang-undang dan apapun namanya untuk
menyama ratakan antara para wartawan dengan para pejuang. Bahkan Israel ingin menyamakan antara warga
sipil, anak-anak, perempuan dan manula. Semuanya tidak akan selamat dari tembakan Israel.
Di Gaza tidak ada satu wartawanpun yang selamat dari tembakan serdadu Zionis. Hingga kini Israel masih
melanjutkan seranganya secara lansung terhadap para wartawan dan aktivis media di Gaza. Di lapangan, belum
lepas ingatan kita terhadap peristiwa yang menima Zamil Mutafa Fadhal, kameramen koresponden Reuters
yang sedang menjalankan tugasnya meliput peristiwa yang terjadi di timur Gaza. Tiba-tiba ia jadi sasaran
tembak mariem Israel.

Serangan yang Diarahkan


Diantara jurnalis yang menjadi sasaran tembak Zionis terakhir kemarin adalah, wartawan Ala Murtaji yang
sedang bekerja di sebuah radio lokal di Gaza. Ketika ia sedang berada di rumahnya di Timur Al-zaitun, ia
menjadi sasaran tembak roket Israel. Padahal ia sedang berada di rumahnya. Akibat tembakan ini, ia meninggal
syahid seketika.

Sebelumnya, kameramen televise Al-Jazeera, Basil Faraj, ketika ia sedang meliput peristiwa serangan Israel di
hari pertama, tanggal 27 Desember 2008, ia terluka parah dan harus segera dibawa ke rumah sakit, akibat
tembakan membabi buta dari serdadu Israel. Akhirnya ia meninggal akibat lukanya yang terlampau parah,
beberapa hari setelah dirawat.
Serdadu Israel juga membumi hanguskan, rumah keluarga kameramen, Ihab Wahidi di Tel Islam, sebelah barat
kotaGaza. Ia, istrinya dan orang tuanya meninggal seketika digempur roket Israel. Pesawat tempur Israel juga
menggempur kameraman dan wartawan, Syihab, Hamzah Syahin ketika ia meliput kejahatan Israel di wilayah
utara Gaza.

Jurnalis Adalah Para Syuhada


Bersamaan dengan semakin kerasnya perang yang dilancarkan Israel terhadap warga sipil Palestina serta
tindakannya yang memblokade Gaza, maka tugas wartawan semakin berat. Mereka harus memblow up
kejahatan Israel, walau apapun bayaranya. Walau harus menyerahkan nyawanya, sebagaimana para
pendahulunya seperti, Fadhal, Basel dan Ihab atau mebawa cacat tetap sebagai wartawan
Ganem.(IP/JK/www.suara-islam.com)
Israel Sengaja Menembaki Wartawan
Tuesday, 13 January 2009
Israel diketahui sengaja menembaki para wartawan yang
bertugas meliput konflik di Jalur Gaza sehingga menimbulkan
korban jiwa. Oleh karena itu pemerintah Israel melalui kekuatan
militernya jelas-jelas telah melanggar Hukum Kemanusiaan
Internasional dan Resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
nomor 1738 - mengenai perlindungan atas para wartawan di
zona konflik.

Demikian menurut perkumpulan "Federasi Jurnalis


Internasional " (IFJ) dalam surat yang dikirimkan kepada
Sekretaris-Jenderal PBB, Ban Ki-moon, tertanggal 12 Januari
2009. "Kami cemas bahwa Israel telah melanggar hukum internasional, mengabaikan keputusan Mahkamah
Agung di negaranya, dan menunjukkan pembangkangan kepada PBB dengan tidak mematuhi kewajiban seperti
yang diatur dalam Resolusi 1738 dalam memberi perlindungan kepada para jurnalis di wilayah konflik,"
Sejak dimulainya serangan dengan nama operasi "Cast Lead" 27 Desember 2008, setidaknya terdapat dua kasus
yang menunjukkan militer Israel sengaja menembaki wartawan. Pertama, pada 28 Desember 2008 saat pesawat
tempur Israel menyerang kantor stasiun televisi Al Aqsa.

Sedangkan kasus kedua muncul saat gedung Al Johara di Kota Gaza dua kali digempur pesawat Israel. Padahal
gedung tersebut jelas-jelas menunjukkan wisma untuk para pekerja media dan kantor bagi 20 organisasi berita.
Ada juga laporan bahwa pekerja media yang bepergian dengan mobil - yang telah diberi stiker penanda "Press"
dan "TV" - juga menjadi korban serangan Israel.

Korban jiwa di kalangan wartawan di Gaza berjatuhan. "Dalam beberapa hari terakhir, empat wartawan
Palestina tewas akibat invasi Israel di Gaza. Kami khawatir akan ada lagi yang tewas saat Israel meningkatkan
serangan darat," kata IFJ dalam surat yang ditandatangani Jim Boumelha sebagai presiden dan Aidan White
sebagai sekretaris-jenderal.

Maka, perkumpulan yang mewakili 600.000 wartawan dari 150 serikat pers dan perkumpulan jurnalis manca
negara tersebut meminta PBB untuk menyelidiki kebrutalan militer Israel yang menembaki wartawan di Jalur
Gaza. Selain itu IFJ meminta PBB untuk memastikan bahwa Israel mematuhi hukum internasional terkait
dengan perlindungan para pekerja pers di wilayah konflik.Sampai kini belum ada tanggapan dari PBB atas
permintaan tertulis IFJ.

Selain itu, Israel masih melarang wartawan untuk masuk ke Jalur Gaza. (jk/vn/www.suara-islam.com)

Rumah Sakit dan Petugas Medis Juga Dibom Israel


Tuesday, 06/01/2009 10:00 WIB Cetak | Kirim | RSS

Adalah sebuah kebohongan besar jika Israel


mengklaim ingin menghancurkan Hamas dalam
serangan brutalnya ke Jalur Gaza. Karena yang
menjadi target serangan Israel adalah warga sipil,
rumah-rumah penduduk bahkan petugas media dan
rumah sakit !

Jumlah warga Palestina yang gugur syahid selama 10


hari pembataian Israel sudah mencapai 548 orang ,
100 orang diantaranya syahid sejak Israel melakukan
serangan darat hari Sabtu kemarin. Sejumlah aktivis
kemanusiaan asing yang berada di Gaza mengatakan,
Israel menembakkan dua misilnya ke bagian gawat
darurat Rumah Sakit al-Awda di Jabaliya hari Senin kemarin.

"Dua buah misil jatuh di lapangan parkir yang penuh kendaraan sekitar 15 meter dari pintu masuk ruang gawat
darurat. Akibat ledakan misil itu, pintu ruang gawat darurat hancur. Saat pemboman itu terjadi, ambulan-
ambulan sedang sibuk keluar masuk membawa para korban," kata Alberto Arce dari International Solidarity
Movement.
Selain menjatuhkan misil Rumah Sakit al-Awda, pesawat-pesawat tempur Israel hari Senin kemarin juga
terbang di atas Rumah Sakit al-Shifa, rumah sakit terbesar di Jalur Gaza sehingga membuat semua orang di
rumah sakit itu panik dan ketakutan.

Abu Khaled memeluk tiga anaknya yang luka-luka dan dirawat di salah satu ruangan rumah sakit itu, begitu
mendengar suara jet tempur Israel. "Setelah itu, kami tidak bisa tidur tenang semalaman," kata Khaleed.

Pihak Israel menuding rumah sakit tersebut menyembunyikan seorang pemimpin Hamas. Tuduhan itu dibantah
Naseem Ba'eem, menteri kesehatan Palestina. "Rumah sakit itu bukan barak militer atau markas besar pejuang,"
tukas Baeem.

Para dokter di Rumah Sakit al-Shifa juga sempat panik ketika terdengar deru pesawat tempur Israel. Mereka
berusaha menenangkan para pasien yang menjerit ketakutan dan mengatakan bahwa rumah sakit tidak akan
dijadikan target pengeboman.

"Meskipun saat itu kami juga sempat panik dan berpikir bahwa Israel bisa melakukan apa saja termasuk
membom rumah sakit," kata Dokter Raed Harara, salah seorang dokter di Rumah Sakit al-Shifa.

Umi Said seorang warga Gaza hanya bisa geleng-geleng kepala dan geram mendengar rumah-rumah sakit juga
menjadi target teror Israel. "Israel benar-benar sudah gila. Tidak cukupkan mereka menumpahkan darah?" kutuk
Um Said.

Sebelumnya, Israel juga membombardir dua buah


ambulan yang sedang melakukan evakuasi korban.
Akibat bom-bom Israel itu, empat petugas medis
syahid.

Iyad Nasr, petugas Palang Merah di Jalur Gaza


mengatakan, para petugas medis bukan hanya
kekurangan tenaga medis dan obat-obatan serta
peralatan medis yang terbatas akibat blokade Israel.
Petugas medis yang di lapangan sekarang juga tidak
leluasa lagi bergerak karena kehadiran tank-tank
Israel yang tersebar di wilayah utara dan selatan
Gaza.

"Palang Merah Internasional harus melakukan kontak dengan pihak Israel agar korban luka yang masih
terbengkalai bisa segera dievakuasi dengan ambulan," desak Nasr.

Selain korban jiwa, laporan PBB menyebutkan sekitar 13.000 dari 2.000 keluarga di Gaza kini menjadi
pengungsian dan jumlah itu hanya untuk wilayah utara Gaza saja, belum terhitung pengungsian dari wilayah
selatan.

Warga Gaza yang masih bertahan juga harus menghadapi penderitaan yang berat di tengah musim dingin,
karena ketiadaan listrik di Gaza. Lembaga Bantuan PBB untuk Palestina (UNRWA) mengatakan, sekitar
250.000 warga Gaza bertahan hidup tanpa listrik karena pembangkit listrik mereka tidak berfungsi akibat
ketiadaan bahan bakar.

Lembaga amal dari Inggris Save Children mengungkapkan, hypothermia mengancam bayi-bayi di Gaza akibat
cuaca dingin dan ketiadaan aliran listrik. "Kami harus mengirimkan banyak makanan dan selimut agar anak-
anak tidak kedinginan dan kelaparan. Orang-orang harus dibiarkan bergerak dengan bebas dan aman agar bisa
mencari makanan," kata Dominic Nutt dari Save The Children menggambarkan bagaimana memprihatinkannya
kondisi Gaza.

Selain makanan dan listrik, Gaza juga membutuhkan air bersih dan bahan bakar terutama untuk menggerakan
generator di rumah-rumah sakit. (ln/berbagai sumber)

madinejad : Raja Saudi Harus Akhiri Bungkam Soal


Gaza
Thursday, 15 January 2009
Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad hari Kamis menuduh
sejumlah negara Arab dan Islam terlibat dalam pembantaian
yang dilakukan terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza.
“Celakanya, sejumlah negara di kawasan Arab dan Islam
mentoleransi atau mendukung pembantaian yang luar biasa ini
dengan mulut bungkam atau senyuman puas,” kata
Ahmadinejad dalam sepucuk surat yang dikirim kepada Raja
Arab Saudi Abdullah, menunjuk pada operasi Israel di Gaza.

“Yang Mulia Raja Arab Saudi dan penjaga dua masjid suci…
anda diharapkan memecahkan kebungkaman atas kekejaman
nyata ini dan pembunuhan anak-anak anda sendiri,” kata
Ahmadinejad dalam surat itu, yang disiarkan di situs beritanya dan dikutip AFP.

Ofensif 20 hari Israel terhadap Gaza telah menewaskan lebih dari 1.000 warga Palestina dan mencederai sekitar
5.000 orang, menurut petugas-petugas medis di Gaza.

Kekerasan di dan sekitar Gaza meletus lagi setelah gencatan senjata enam bulan berakhir pada 19 Desember.

Israel membalas penembakan roket pejuang Palestina ke negara Yahudi tersebut dengan melancarkan gempuran
udara besar-besaran sejak 27 Desember dan serangan darat ke Gaza dalam perang tidak sebanding yang
mendapat kecaman dan kutukan dari berbagai penjuru dunia.

Setelah pemboman udara beberapa hari, pasukan dan tank-tank Israel melakukan ofensif darat dengan bergerak
ke pusat-pusat penduduk utama, termasuk Kota Gaza.

Kelompok Hamas menguasai Jalur Gaza pada Juni tahun 2007 setelah mengalahkan pasukan Fatah yang setia
pada Presiden Palestina Mahmud Abbas dalam pertempuran mematikan selama beberapa hari.

Sejak itu wilayah pesisir miskin yang berpenduduk 1,5 juta orang itu dibloklade oleh Israel.

Dalam suratnya itu, Ahmadinejad menyatakan, ia berharap sikap raja Saudi itu “akan mengecewakan
sepenuhnya kekuatan-kekuatan busuk yang berharap menciptakan perpecahan di barisan Islam”.

Pernyataan pemimpin Iran itu tampaknya menunjuk pada perselisihan antara negara-negara Arab “moderat”
yang dipimpin Mesir dan Arab Saudi dan negara-negara yang mendukung Hamas yang dipimpin Suriah dan
Qatar, mengenai cara menanggapi penyerbuan ke Gaza itu.

Qatar telah dua kali berusaha mengatur penyelenggaraan pertemuan puncak Arab mengenai konflik Gaza,
namun gagasan itu ditentang oleh Mesir dan Arab Saudi.
Surat kepada raja Saudi itu disiarkan ketika Riyadh bersiap-siap menjadi tuan rumah pertemuan puncak Dewan
Kerja Sama Teluk (GCC) yang membahas situasi Gaza pada Kamis.

Selain Arab Saudi, GCC juga mencakup Uni Emirat Arab, Kuwait, Bahrain, Qatar dan Oman.

Hari ke-20: Israel Makin Membuktikan Dirinya Sebagai Penjahat


Perang
Jumat, 16/01/2009 11:33 WIB Cetak | Kirim | RSS

Memasuki hari ke-20, serangan pasukan Israel di


Jalur Gaza makin tak terkendali. Mereka
membombardir kantor lembaga bantuan PBB untuk
pengungsi Palestina (UNRWA) yang menyebabkan
bantuan kemanusiaan di kantor itu terbakar dan
membombardir tiga rumah rumah sakit di Jalur Gaza.

Di dalam Rumah Sakit al-Quds di distrik Tal Al-


Hawa ada sekitar 500 warga Palestina ketika Israel
menembakkan misil-misilnya yang menyebabkan
rumah sakit itu terbakar. Menurut sejumlah petugas
rumah sakit, kebakaran disebabkan oleh zat kimia
fosfor putih yang digunakan tentara-tentara Zionis.

"Kami berhasil mengendalikan api, kecuali gedung administrasi. Kami berusaha agar api tidak menjalar ke
bagian rumah sakit yang lain," kata mereka.

Selain Rumah Sakit Al-Quds, pasukan Zionis juga membombardir dua rumah sakit lainnya di Gaza City. Belum
ada data korban jiwa akibat serangan tersebut.

Tentara-tentara Zionis juga menggunakan bom-bom yang mengandung fosfor putih dalam serangan ke gedung
PBB di Gaza. Saat serangan terjadi, ada sekitar 700 warga Palestina yang sedang berlindung di lokasi itu,
sehingga menyebabkan dua warga sipil syahid dan tiga staff PBB luka-luka. Gudang-gudang tempat
menyimpan bantuan makanan dan obat-obatan juga habis terbakar akibat bom-bom Israel.

Direktur UNRWA John Ging memastikan bahwa pasukan Zionis Israel memang menggunakan zat kimia
berbahaya dalam perangnya di Gaza. "Kebakaran itu disebabkan oleh zat fosfor sehingga sangat sulit
dipadamkan. Jika Anda menyemprotkan air, malah akan menimbulkan asap yang mengandung racun," kata
Ging.

Juru Bicara UNRWA Christopher Gunnes menolak pernyataan Perdana Menteri Israel Ehud Olmert yang
mengatakan bahwa komplek gedung PBB tersebut terdapat warga Palestina bersenjata yang melakukan
serangan terhadap tentara-tentara Israel.

"Selama serangannya, Israel tidak pernah mengangkat telepon dan memberitahu kami dimana ada militan di
gedung kami. Tidak ada militan di gedung ini dan sekarang mereka (Israel) merubah cerita dan mengatakan
bahwa ada militan di sekitar kantor kami," protes Gunnes pada Israel yang hanya menyampaikan permohonan
maaf dan menyebut serangan mereka ke gedung PBB sebagai "kesalahan yang suram."
Serangan pasukan Zionis ke gedung PBB menuai kecaman dari berbagai pihak termasuk Sekjen PBB Ban Ki-
moon. Di hari ke-20, sudah 1.150 warga Palestina yang gugur syahid dan korban luka mencapai 5.130 orang.
Setengah dari korban jiwa adalah warga sipil, lebih dari 330 orang diantaranya anak-anak.

Dalam serangan massifnya ke Gaza sepanjang hari Kamis kemarin, pasukan Zionis juga membombardir dua
gedung yang menjadi kantor para wartawan internasional di Gaza, sebuah kantor Bulan Sabit Merah dan sebuah
masjid di selatan kota Rafah.

Negosiasi Buntu

Sementara itu, negosiasi gencatan senjata antara


Israel-Hamas yang dimediasi oleh Mesir masih
menemui jalan buntu. Mesir meminta agar gencatan
senjata segera dilakukan dan Israel menarik
pasukannya dari Jalur Gaza dan menolak kehadiran
pasukan asing di wilayahnya.

Namun Israel menilai Mesir tidak banyak membantu


untuk mencegah penyelundupan senjata ke Gaza
lewat terowongan-terowongan Gaza yang tembus ke
Mesir. Sejumlah pejabat Israel mengatakan bawah
mereka lebih menginginkan keterlibatan Amerika
untuk memberikan jaminan keamanan dan Mesir
harus menerima masukan dari AS dan Eropa agar
menggunakan teknologi guna mencegah penyelundupan senjata ke Gaza dari Mesir.

Israel juga meminta adanya program monitoring maritim di sepanjang koridor yang oleh Israel disebut "koridor
Philadelphi" yang memisahkan Gaza dengan Mesir. Israel menuding koridor itu digunakan oleh kapal-kapal
yang membawa roket-roket untuk Hamas.

Pada hari yang sama, ketua biro politik Hamas Khaleed Misyaal mengatakan bahwa kemenangan Hamas
melawan agresi Israel tinggal beberapa jam lagi. "Dengan kesabara, kemenangan akan menjadi milik kita dalam
beberapa jam ... kita sudah dekat pada tahap final," tukas Misyaal yang berada dalam pengasingan di Suriah.

"Mereka (Israel) telah membunuh keluarga pada pejuang agar para pejuang menyerah. Perang mereka (Israel)
bukan untuk melawan Hamas yang digambarkan sebagai musuh mereka, tapi perang terhadap semua kekuatan
dan faksi di Palestina dan perang terhadap bangsa kita," tandas Misyaal. (ln/aljz/prtv/aby)

Israel Menggali Kuburnya


Sendiri
Jumat, 16/01/2009 14:04 WIB Cetak | Kirim | RSS

Serangan udara, darat, dan laut Israel, yang sangat


massif, meluluhlantakan bangunan gedung, rumah,
rumah sakit, sekolah, bahkan seluruh sarana hidup
yang ada di Gaza. Serangan militer Israel itu, bukan
hanya menghancurkan bangunan, tapi seluruh yang
hidup di Gaza, ikut diluluhlantakan oleh Zionis-Israel.

Sikap perasaan paranoid (terancam) dan mental terkepungnya itu, menyebabkan rejim Zionis-Israel, berbuat
tanpa peduli, seluruh apa saja yang ada di Gaza, harus dihancurkan sampai lumat. Israel ingin menghancurkan
Hamas, sampai tuntas keakar-akarnya, dan tidak ada lagi ancaman keamanan bagi masa depan rejim Zionis
Israel.

Hamas sudah menjadi entitas politik dan memiliki kekuatan militer. Maka, dalam pandangan para pemimpin
Israel, Hamas sudah menjadi ancaman riil, yang tidak dapat ditolerir lagi. Lalu, rejim Zionis Israel, melakukan
tindakan preventif, tidak mau membiarkan ancaman itu, menjadi kekuatan yang lebih besar, yang dapat
membahayakan eksistensi Negara Zionis itu di masa depan. Sekecil apapun, yang sudah masuk katagori
ancaman, harus dimusnahkan, dan tidak boleh eksis dan berkembang menjadi ancaman yang membahayakan.

Mengapa Hamas di mata Israel harus dimusnahkan? Karena sikap dan pandangan ideologis para pemimpin
Hamas, yang sangat mendasar terhadap rejim Zionis-Israel. Di mana para pemimpin Hamas, tidak ada satupun,
yang mau mengakui hak eksistensi rejim Zionis-Israel. Di mata para pemimpin Hamas, rejim Zionis-Israel, tak
lebih adalah penjajah, yang telah melakukan aneksasi (penjarahan) terhadap tanah kelahiran mereka.

Rejim Zionis Israel tidak mempunyai hak hidup di tanah Palestina, karena mereka adalah penjajah. Inilah
masalah pokok mengapa rejim Zionis-Israel sangat kuat keinginannya menghancurkanHamas, sampai ke akar-
akarnya. Hamas tak mau bekompromi dengan rejim Zionis-Israel, yang berkaitan tentang hak hidup Israel.
Maka, para pemimpin Hamas hanya bersedia melakukan perjanjian ‘perdamaian’ dengan rejim Zionis-Israel,
yang sifatnya temporal dan sewaktu-waktu dapat batal, jika rejim Zionis-Israel mengkhianatinya.

Dan, ini telah terjadi, di mana Hamas melakukan perjanjian ‘perdamaian’ dengan rejim Zionis-Israel, selama
enam bulan. Tapi, kenyataannya memang Zionis-Israel mengkhianatinya, dan melakukan serangan ke wilayah
Gaza, dan Hamas menghentikan perjanjian itu. Hamas meluncurkan roket ke wilayah Israel Sderot, karena
Israel berulangkali menyerang Gaza, yang menyebabkan sejumlah warga Gaza tewas.

Secara sistematik, Zionis-Israel melakukan langkah-langkah politik dan ekonomi, yang tujuannya melemahkan
Hamas, melalui embargo ekonomi, dan kemudian dilanjutkan dengan blokade secara total. Embargo dan
blokade terhadap Hamas itu, memang secara ekonomi menurunkan kemampuannya, tapi disisi lainnya, justru
semakin menumbuhkan militansi Hamas, dan secara mengejutkan berhasil menguasi seluruh Gaza, dan
mengalahkan faksi al-Fatah, yang dipimpin Presiden Mahmud Abbas.

Langkah-langkah yang dilakukan oleh Zionis-Israel, AS, Uni Eropa terhadap Hamas, tidak berhasil
melemahkan Hamas, dan terus bertambah kokoh, kekuatan Hamas, yang mendapatkan dukungan luas di seluruh
Gaza dan Tepi Barat.

Kegagalan Israel melemahkan Hamas dengan


embargo dan blokade itu, mendorong para pemimpin
Israel, melakukan agresi militer ke Gaza. Dan,
langkah-langkah militer disusun oleh Menteri
Pertahanan Israel, Ehud Barak, melakukan bukan
hanya ‘deterrent’ (menangkal) terhadap kekuatan
Hamas, tapi tindakan rejim Zionis-Israel menjadi
tindakan ‘pemusnahan’ (eliminasi), yang sifatnya
menyeluruh.

Agresi yang dimulai tanggal 27 Desember yang lalu,


bukan hanya ditunjukkan kepada entitas politik Hamas, tapi secara kolektif seluruh rakyat Palestina, yang hidup
dan tinggal di Gaza. Mereka semua harus dimusnahkan (dieliminasi). Karena rakyat Palestina yang tinggal di
Gaza sudah menjadi pendukung Hamas secara kolektif. Mereka seluruhnya harus ‘dimusnahkan’ (dieliminasi)
secara total.

Israel tidak ingin ada ancaman yang membahayakan eksistensinya di masa depan. Dan, sesungguhnya yang
dilakukan oleh Zionis-Israel sifatnya antisipatif dan preventif. Mental paranoid dan terkepung yang dimiliki
para pemimpin Israel dari waktu-waktu terus bertambah besar, maka inilah yang menyebabkan Israel selalu
curiga dan tidak percaya (distrust) terhadap siapapun, apalagi Hamas yang sudah terang-terangan menjadi
ancaman.

Sikap mental yang paranoid dan terkepung itu, Zionis-Israel, selalu melakukan tindakan yang tidak masuk akal
(irrasional), menurut ukuran masyarakat secara universal. Tidak peduli tindakan di Gaza itu, melanggar prinsip-
prinsip kemanusiaan atau tidak. Tindakan yang sifatnya tidak masuk akal (irrasional) telah dipertontonkan oleh
rejim Zionis-Israel dalam menghadadapi Hamas secara telanjang. Tapi, apa yang dilakukan rejim Zionis-Israel
itu, bukan pertamakalinya, dan sudah berulang-ulang.

Tentu, yang paling dekat adalah pembantaian di kamp Sabra dan Satila, di Lebanon, tahun l982, yang
mengakibatkan ribuan orang Palestina tewas. Tidak ada tindakan apa-apa dari terhadap Menteri Pertahanan
Israel, Ariel Sharon, yang waktu itu memerintahkan pembantaian. Dan, berulang lagi, terhadap Hesbullah, di
Lebanon Selatan, tahun 2006, yang menghancurkann seluruh sarana hidup di Lebanon. Semua luluh lantak,
akibat serangan udara Israel. Tapi, Israel gagal mengalahkan Hesbullah.

Dan, Gaza yang sekarang dilumatkan Israel, hanyalah pengulangan dari sikap mental Israel, yang selalu merasa
tidak aman dengan tetangganya. Dibalik rangkaian agresi Israel itu, tak lain adalah karena adanya paranoid
yang berlebihan, yang dihadapi para pemimpin Israel, sampai hari ini.

Dalam episode sejarah Palestina, selalu muncul tokoh-tokoh baru, yang lebih militant, dan gigih serta berani.
Tak pernah surut. Seperti pepatah, hilang satu tumbuh seribu. Entah sudah berapa banyak para syuhada’
Palestina, yang syahid, dan mereka semuanya ingin mendapatkan kembali tanah airnya dari rejim Zionis Israel.
Inilah yang mungkin tidak pernah dipikirkan oleh rejim Zionis-Israel. Setiap kematian orang Palestina itu,
menjadi penguat tekad dan cita-cita mendapatkan kembali tanah air mereka.

Dari generasi yang pertama, Mohamad Husaini, Izzuddin al-Qassam, Sheikh Ahmad Yasin, samapai generasi
baru, seperti Ismail Haniyah. Arafat, dulunya sangat idealis, dan terperosok oleh bujukan Israel, dan akhirnya
meninggal dibunuh Zionis-Israel. Tapi, selalu ada orang-orang baru yang menggantikannya. Bahkan, Arafat
pernah menjadi tokoh utama PLO, yang sangat disegani, dan berperang dengan di Israel di Lebanon, di tanun
1982, dan berakhir dengan tragedi Sabra dan Satila.

Asap tebal dan awan putih yang menutupi di kota Gaza, akibat dari serangan udara Israel yang massif itu,
mungkin suatu ketika akan menyudahi Hamas. Tapi, apakah dengan berakhirnya Hamas dari kancah perjuangan
di Gaza, berarti tidak ada lagi ancaman keamanan bagi Israel di masa depan? Apakah rejim Zionis-Israel akan
dapat tenang dan tidur nyenyak? Agressor dan perampas tanah Palestina itu, pasti akan menghadapi generasi
baru rakyat Palestina yang lebih militant, yang lebih berani, yang lebih kuat, dan akan memerangi lagi Zionis-
Israel.

Para pemimpin Zionis-Israel tak dapat terus-menerus membunuhi dan menghancurkan rakyat Palestina.
Kejahatan yang hari ini mereka lakukan, pasti akan menciptakan ingatan yang sifatnya kolektif, dan bahkan
bukan saja rakyat Palestina, tapi rakyat Arab, masyarakat dunia, dan mereka pasti akan mengatakan bahwa
Zionis-Israel itu, sudah tidak layak lagi menjadi sebuah entitas politik, karena sudah melakukan kejahatan yang
sangat kejam, melakukan dehumanisasi terhadap rakyat Palestina.
Mayat anak-anak, wanita, dan orang tua, yang berserakan di jalan-jalan, yang tertimbun di reruntuhan gedung,
dan mayat yang tercabik-cabik oleh mesin perang Israel, dan orang-orang yang mengerang, karena terluka,
seperti sebuah pupuk penyubur, yang meneruskan perjuangan yang tak pernah akan lenyap oleh senjata Israel.

Suatu Ketika, mereka yang dihancurkan dan dimusnahkan (dieliminasi), saat yang lain mereka akan lahir dan
melawan lagi, tak pernah berhenti dari waktu-waktu. Perlawanan itu, tak pernah bakal pernah berhenti, karena
mesin perang, yang telah meluluhlantkan kota Gaza.

Perang di Gaza sekarang ini, ibaratnya, Zionis-Israel sedang menggali kuburnya sendiri. Faktanya, sejak
berdirinya entitas Yahudi, dan terciptanya Negara Israel, tahun 1948, kekejaman tak berhenti, terus menerus
mereka lakukan terhadap rakyat Palestina dan Arab. Akumulasi kebencian, dendam, permusuhan, tak akan
pernah pupus, dan itu diciptakan sendiri oleh Israel. Hekaketnya, rejim Zionis-Israel sendirilah yang
menciptakan kematian.

Jika Zionis-Israel selalu merasa terancam dengan tetangganya Palestina dan Arab, dan melakukan elimanisi
terhadap mereka. Maka, kekejaman Israel itu, pasti akan menyebabkan masyarakat-masyarakat lainnya merasa
terancam dengan Israel. Ini sudah menjadi aksiomatik. Sesungguhnya, kebathilan itu akan menghancurkan
dirinya sendiri.

Masyarakat dunia harus bersama-sama menghadapi sebuah entitas yang sangat ekstrim, yang tidak mau
mempedulikan hati nurani umat manusia. Dan, bertindak melampuai batas terhadap gologan lainnya, dan itulah
hakekat Zionis Israel. (M)

Mr. Mubarak, Bukalah Tembok Itu!


Thursday, 15/01/2009 13:34 WIB Cetak | Kirim | RSS

“Saya tidak menyerukan kudeta. Tapi tanyalah


presidenmu apa yang sedang terjadi di Gaza saat
ini.”

Itulah kalimat yang diucapkan oleh Hasan Nasrullah,


Pemimpin Hizbullah, kepada rakyat Mesir yang
sedang berdemonstrasi, dua hari menjelang tutup
tahun 2008, atau dua hari pula setelah agresi biadab
Israel ke Gaza dan menewaskan 280 orang, ketika itu.

Perkataan itu seperti menohok dan menghujam rakyat


Mesir, terkait dengan bertumbangannya saudara
seiman mereka di Palestina, bahwa ada yang salah
dengan pemimpinnya itu, Hosni Mubarak.

Mereka semakin menyadari ketika Mubarak berlarut-larut dalam berbincang dengan Tzipi Livni dalam
beberapa pekan terakhir terkait perkembangan Gaza. Dalam foto yang banyak beredar, rakyat Mesir melihat
bahwa Mubarak dan Livni seakan-akan tengah membicarakan pertukaran Hanukah dan Idul Fitri—hari besar
Yahudi dan Islam. Dalam pertemuan itu, konon Mubarak dan Livni membicarakan tentang logistik yang
ditahan di Mesir dan satu lagi agenda besar lainnya: menumpas Hamas.

Hasilnya, 1000 orang warga Gaza menjadi tumbal pertemuan itu. Menurut data World Health Organization,
60% sampai 75% rakyat Palestina kelaparan, 64% kekurangan darah secara akut, 30% lainnya keracunan, dan
10% anak-anak menderita kerusakan otak permanen karena trauma. Peneybabnya, mayoritas bocah-bocah
Palestina menyaksikan langsung pembantaian itu. Baik Livni atapun Mubarak menyadari hal itu sejak dari awal.

Mubarak tahu persis apa yang saat ini dibutuhkan oleh warga Gaza. Mubarak telah menjual perbatasan Gaza
kepada Israel. Dia bertanggung jawab atas semua hal yang berhubungan dengan proyeksi perang Israel di Gaza.
Dengan menolak semua bantuan ke Gaza, mulai dari makanan, minyak, air, listrik, obat-obatan, sampai tak
mengizinkan warga Gaza untuk keluar dari wilayah itu, tak pelak Mubarak adalah salah satu aktor yang sangat
penting di balik holocaust itu.

Hasan Nasrallah telah mengingatkan rakyat Mesir akan tugas dan kewajibannya, dan itu sudah cukup membuat
dunia mengetahui bahwa Mubarak berkomplot dengan Zionis-Israel dalam membantai muslim Gaza. Menolak
perlawanan terhadap Zionis, Mubarak tengah menyulut revolusi di negerinya sendiri.

Franklin Lamb/Beirut

Efek Domino Pembantaian Di Gaza


Rabu, 14/01/2009 17:13 WIB Cetak | Kirim | RSS

Meledaknya “penjara” Gaza yang selama ini


dikepung oleh Israel dan “bebasnya” 700.000 warga
Palestina yang mendiaminya telah mengubah peta
politik di Timur Tengah. Peristiwa ini mungkin hanya
bisa disamakan dengan peristiwa runtuhnya Tembok
Berlin.

Semua actor utama drama ini—Israel, Mesir, Otoritas


Palestina, Arab Saudia, Uni Eropa dan AS—harus
kembali memikirkan kembali kebijakannya.

Realita yang paling mengenaskan tentang 1,5 warga


Gaza—yang telah berkurang dengan sangat drastis,
karena agresi militer Israel—adalah mereka tak akan pernah mau lagi terkurung. Gaza harus bernafas,
berdagang, disuplai dengan kebutuhan pokok, dan hidup dengan normal. Jika Mesir, di bawah tekanan Israel
dan AS, terus melakukan kontrol akan Gaza sekali lagi, kondisi ini niscaya akan memicu huru-hara di Kairo,
dan bukan tak mungkin melengserkan Presiden Hosni Mubarak. Sekarang Mesir berada dalam situasi
simalakama antara Israel-AS dan Palestina.

Sebaliknya, Israel sendiri tak akan lagi bisa


mendominasi dan mengendalikan semua aspek
kehidupan di Gaza. Situasi ini, jika Mesir mau
berpikir, akan membuat Mesir di atas angin.

Jika saja negeri ini bisa menaklukan ketakutannya


terhadap AS-Israel, maka Mesir mempunyai
kesempatan besar untuk memperbaiki citranya di
mata bangsa Arab.

Syaratnya hanya satu, Mesir memberikan jalan


kebebasan kepada warga Gaza. Artinya, Mesir
mengambil kontrol penuh akan perbatasan Rafah, dan
berhubungan langsung dengan Hamas. Lebih jauh, Mesir harus menjadi pembela rakyat Gaza. Infrastruktur
Gaza, hancur oleh Israel, harus kembali dibangun. Dan membangun Gaza dari reruntuhan kematian saat ini
akan menawarkan racun yang dibuat mereka selama ini—terutama akan membuat Ikhwan menurunkan tensi
tekanannya pada Mubarak.

Arab Saudi juga mempunyai peranan besar dalam periode ini. Mereka, dengan kekuatan uangnya yang
berlimpah bisa menjadi sponsor utama pembangunan kembali kota Gaza. Mereka harus membujuk Eropa dan
AS—dan Israel yang kurang ajar—jika ada perdamaian di tanah Arab, maka Hamas pun ambil bagian. Ini
mungkin berita buruk untuk Mahmud Abbas, Presiden Otoritas Palestina beserta Perdana Menterinya, Salam
Feyyad. Mereka sudah gagal dalam mewakili rakyat Palestina.

Boikot terhadap Hamas—dipaksakan oleh Israel dan AS dan diterima secara pengecut oleh Eropa setelah
Hamas memenangkan pemilu tahun 2006—adalah sebuah kebodohan politik. Para diplomat Uni Eropa tidak
bisa lagi berkata apa-apa tentang Hamas. Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak mengatakan, “Hamas membuat
kami menyuruh mereka bicara ketika dalam penjara.” Barak adalah yang pertama mengusulkan Gaza diubah
menjadi kelaparan.

Dengan semua kejadian ini, Israel sudah menderita kekalahan strategi dan politik. Aksi kolektif Yahudi
terhadap Palestina sudah menjelma menjadi "Palestina tak akan menyerah", dan akan terus melawan.
Sebaliknya, citra mereka di mata internasional sudah sangat jelas; keji, amoral dan merusak semua hukum
internasional. Sekarang mereka berhadap dengan Hamas, vis-à-vis, sesuatu yang mereka takutkan—sama
menakutkannya dengan peristiwa 34 hari Perang Lebanon pada 2006 silam. Dua aktor utama ini—Hamas dan
Hizbullah—menantang Israel dengan strategi perang dua arah. Strategi mereka sederhana; kalian sudah
menghajar kami, kami akan menghajar kalian!

Sampai saat ini, Israel masih percaya bahwa Palestina akan menyerah, jika Israel membunuh lebih banyak lagi.
Tahun 2006-2007, Israel sudah membunuh 800 warga Palestina, 126 di antaranya anak-anak. Dan sejak tahun
2004, hanya 7 orang Israel yang tewas akibat roket yang diluncurkan dari Gaza.

Selama 20 tahun, Hamas menawari Israel untuk gencatan senjata, dengan syarat, Israel harus emnarik diri dari
gaza dan Tepi Barat. Hamas juga bersikeras agar Israel membuka perbatasan dan melepaskan para anggota
parlemen Hamas dari penjara. Israel jauh dari setuju akan tawaran ini. Mereka masih saja percaya, serangan
brutal akan mengubah warga Palestina. Dan sekali lagi, untuk kesekian kalinya, Israel salah.

Masa Depan Yahudi di Palestina


Thursday, 08/01/2009 17:26 WIB Cetak | Kirim |
RSS

Gencarnya serangan pasukan Yahudi 10 hari terakhir


ini terhadap kota Gaza yang dikuasai Mujahidin
Hamas telah melahirkan simpati dunia, khususnya
Dunia Islam. Hampir seluruh dunia, kecuali Amerika,
bergerak membantu kaum Muslimin di Gaza dengan
berbagai bentuk bantuan seperti makanan, obat-
obatan, medis, demonstrasi besar-besaran, diplomasi,
politik, doa dan bahkan jutaan kaum Muslimin
menyatakan siap menuju Palestina untuk berjihad
melawan dan mengusir kaum Yahudi yang telah
mendirikan Negra Israel di atas bumi Palestina sejak
tahun 1947.

Di antara fenomena yang menarik dicermati dari peristiwa Gaza kali ini ialah kekhawatiran Eropa yang diwakili
Presiden Prancis, Sarkaozy. Sehinngga, Presiden Perancis Sarkozy harus bertandang ke Mesir untuk
melakukan pertemuan dengan Presiden Mesir Husni Mumabarak untuk membujuk Israel menghentikan
serangannya ke Gaza dan segera berdamai dengan Hamas. Demikian juga Rusia merasa sangat gelisah dengan
perkembangan yang terjadi. Di samping itu, pernyataan-pernyataan para pemimpin Arab seperti Qatar, Mesir,
Jordan, Saudi Arabia dan juga Indonesia terlihat agak berpihak kepada rakyat Palestina dan khususnya Hamas,
kendati dengan cara yang berbeda-beda. Padahal selama ini Hamas telah ditetapkan Amerika sebagai organisasi
Teroris yang harus dilenyapkan di atas muka bumi.

Lebih dari itu, Perdana Menteri Turki, Thayeb Ordogan dengan tegas mengatakan akan segera melobi PBB
sesuai dengan agenda yang diinginkan Hamas. Kendati terlihat lamban, Liga Arab dan OKI juga mulai
bergerak. Menariknya lagi Presiden Venezuela, Hugo Chavez telah memerintahkan Dubes Israel hengkang dari
negara pengekspor minyak tersebut. Lebih dari itu, Ratu Rania, Istri Raja Abdullah; Raja Jordania,
mengeluarkan statement kerasnya seperti yang dkutip Islamoline.com : “Membiarkan Gaza dalam kondisi
seperti ini adalah kekufuran (membangkang) pada Allah”. Semuanya seakan menyadari kezaliman yang
dilakuakn bangsa Yahudi terhadap rakyat palestina yang sudah menderita berkepanjangan sejak lebih dari 60
tahun lalu.

Peristiwa Gaza kali ini benar-benar telah menyedot


perhatian dunia - sekali lagi minus pemerintah AS - dan
telah melahirkan atmosfir baru dalam gejolak dunia
internasional yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Betapa tidak? Sebagai contoh sederhanya saat penulis tadi
malam menyampaikan informasi terakhir Palestina di
sebuah masjid di Jakarta Timur yang tak terlalu besar
yang dipenuhi sekitar 300an jamaah terkumpul dana
untuk diinfakkan ke Palestina sekitar 19 juta rupiah.
Sebab itu, tidak mustahil serangan pasukan Yahidi ke
Gaza kali berpotensi menjadi titik awal bagi perubahan
peta konflik dunia umumnhya dan peta kaum Yahudi
khususnya

Mengenal Karakter Dasar Yahudi

Untuk memahami hakikat kejahatan yang dilakukan


Yahudi di Palestina kita perlu mengenal karakter bangsa
Yahudi. Terlepas dari percaya atau tidak, tapi fakta
historis membuktikan bahwa bangsa Yahudi adalah
bangsa yang memiliki karakter yang sangat jauh berbeda
dengan karakter bangsa-bangsa lain. Jauh sebelum
kelahiran Islam di Jazirah Arabia, bangsa Yahudi saat
masih bersama nabi Musa as. mereka telah memperlihatkan karakter buruk yang suka membuat kekacauan dan
melanggar perintah Allah dan nabi Musa. Mereka terkenal dengan bangsa yang ngeyel, mbalelo dan banyak
bertanya untuk menghindar dari kewajiban agama. Perintah Allah menyembelih sapi betina misalnya,
dipertanyakan berkali-kali dengan pertanyaan yang tidak bermutu, seperti warnanya apa, apakah sapi yang
sudah digunakan membajak sawah atau belum, masih perawan atau sudah kawin dan sebagainya. (Q.S. Al-
Baqarah : 67 – 73).
Yahudi juga terkenal dengan kecendrungan melakuan
kezaliman, makan riba (transaksi bisnis dengan
bunga/ rentenir) dan memakan harta orang lain
dengan jalan batil. (Q.S. Annisa : 160 – 161). Yang
lebih mengerikan lagi ialah, mereka selalu
mengingkari janji, membangkang terhadap perintah-
perintah Allah, membunuh para nabi mereka jika
ajaran para nabi tersbut tidak sesuai dengan
keinginan dan hawa nafsu nereka, mengatakan hati
mereka tertutup, menuduh Maryam (Ibunda Isa as.)
berzina dan mengklaim membunuh nabi Isa. (Q.S
Annisa : 155 – 158).

Sejarah juga mencatat bahwa mereka adalah bangsa


yang tidak bersyukur terhadap berbagai nikmat yang Allah berikan kepada mereka, khususnya nikmat kehadiran
para nabi dari keturunan mereka serta berbagai kelebihan dan keistimewaan yang Allah berikan kepa mereka.
(Q.S Al-Maidah : 20). Mereka juga kufur terhadap nikmat kemerdekaan yang dianugerahkan Allah kepada
mereka sehingga mereka berhasil keluar dari penjajahan, pembantaian dan kejahatan Firaun terhadap mereka
dan keturunan mereka. (Q.S. Ibrahim : 6)

Yang tak kalah serunya ialah kecanduan mereka menyekutukan Allah kendati baru saja melihat kebesaran dan
kekuasaan Allah membelah laut merah saat mereka menyeberanginya. Baru saja lolos dari kejaran Fir’aun,
mereka melihat sekelompok manusia menyembah sapi, merekapun tergoda untuk meminta kepada Nabi Musa
agar membuatkan tuhan sebagai sekutu Allah. (Q.S.
Al-A’raf : 138).

Yang lebih membuat bulu kuduk kita merinding ialah


perlakuan kasar dan tidak beradab mereka terhadap
nabi Musa dan Allah saat mereka diperintahkan
memasuki Palestina setelah lolos dari jajahan Fir’aun
sekitar tiga abad lamanya. Allah bahkan menjamin
kemenangan jika mereka mau masuk ke Palestina.
Apa jawaban mereka saat mendengar perintah
tersebut? Wahai Musa. Kami tidak akam memasuki
Palestina selama kaum aggressor masih berada di
sana. Pergilah Engkau dan Tuhan-mu ke sana, lalu
berperanglah kalian berdua. Kami tunggu di sini
sambil duduk-duduk. (Q.S. Al-Maidah : 21- 24)
Na’uzu billah dari ucapan tersebut…

Itulah sekelumit karakter bangsa Yahudi yang


diceritakan Allah melaui Al-Qur’an. Masih bayak
lagi prilaku mereka yang tidak normal yang Allah
bongkar dalam Al-Qur’an seperti merubah wahyu
sesuai hawa nafsu, menyembunyikan yang hak,
menyampuradukan hak dengan batil, menyuruh orang
lain berbuat baik, namun diri mereka sendiri tidak
melakukannya dan banyak lagi yang lain. Intinya
adalah, mereka adalah bangsa yang sangat tidak beradab terhadap para nabi mereka dan bahkan terhadap Allah
sebagai Tuhan Pencipta mereka sendiri. Lalu, bagaimana mungkin kita berharap bangsa Yahudi yang sudah
dikutuk Allah itu beradab terhadap manusia lainnya, khususnya terhadap kaum Muslimin di Palestina?
Akibat karakter mereka yang sangat rusak dan menyimpang, mereka mengalami berbagai macam sakit jiwa
seperti cinta dunia, ingin hidup 1.000 tahun, merasa lebih tinggi derajatnya dibanding bangsa lain,
menghalalkan segala cara dalam berpolitik, berbisnis dan berbagai lapangan kehidupan lainnya sehingga hati
mereka menjadi keras dan berkarat, alias tidak tembus wahyu, apalagi seruan, himbauan, saran dan sebagainya.
(Q.S. Al-Baqarah : 74 – 76).

Berdasarkan informasi akurat dari Allah tersebut, fakta historis dan kenyataan yang kita saksikan hari ini,
bangsa Yahudi bukanlah bangsa yang mudah diajak bernegosiasi dan menggunakan hati nurani dalam
berinteraksi dengan manusia lain, apalagi dalam kondisi perang. Mereka hanya kenal bahasa otot dan
kekerasan. Sebab itu, kalau masyarakat dunia, khususnya umat Islam mau menyelesaikan masalah kejahatan
kemanusiaan yang dilakukan Yahudi di Palestina sejak tahun 1947, hanya ada satu kata : Jihad fii sabililllah,
atau dengan kekerasan sebagaimana yang mereka lakukan puluhan tahun terhadap Muslim Palestina. Logika ini
pula yang dilakukan oleh nabi Muhammad Saw. terhadap mereka di Madinah dan Khaibar sekita 14 abad silam
sampai mereka bertekuk lutut dan tidak berdaya.

Kondisi Ril Yahudi di Palestina Saat Ini

Saat gerakan Zionis Yahudi mendeklarasikan berdirinya Negara Israel tahun 1947 lalu, bangsa Yahudi yang
telah menduduki Palestina boleh berbesar hati dan berbangga diri karena mendapatkan dukungan dari seluruh
penjuru dunia di bawah lembaga dunia yang mereka dirikan bernama PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa).
Tractat Inggris adalah yang paling berjasa dalam pendirian negara haram tersebut. Kemudian menyusul Rusia,
eks Uni Soviet dan entah bagaimana setelah itu diambil alih oleh Amerika Serikat.

Dukungan tersebut secara tak langsung mereka dapatkan pula dari negeri-negeri Islam seperti negera-negara
teluk, Suriah, Jordanoia, Irak, Mesir, Turki dan sebagainya. Perang Arab-Israel 1948 tak lain adalah perang
antar puluhan ribu Mujahidin yang dikoordinir Ikhwanul Muslimin yang datang dari Mesir, Suriah, Jordania,
Irak dan sebagainya. Pasukan Arab yang dikirim dari berbagai negara tersebut hanya bertugas untuk melucuti
senjata para Mujahidin tersebut, dan bahkan mereke disuruh pulang dengan alasan konsolidasi. Namun setelah
mereka pulang, mereka beramai-ramai dijeblosakan ke dalam penjara.

Demikian juga halnya dengan peang 1967, di mana pasukan negara-negara Arab hanya sebagai penghambat
para Mujahidin untuk perang dengan pasukan Yahudi secara face to face. Dua peristiwa tersebut, 1948 dan
1967 sangat berbeda dengan peristiwa intifadhah Desember 1988 yang dipimpin langsung oleh Syahid Syekh
Ahmad Yasin dan ilemen Palestina lainnya. Sudah 20 tahun berlalu, beluam ada indikasi intifadhah dapat
dihentikan. Padahal menurut perkiraan para petinggi Yahudi, untuk menghentikan gerakan intifadhah hanya
diperlukan kurang drai 24 jam. Sebaliknya, setahun belakangan Hamas bukan hanya menguasai Gaza yang
berpenduduk 1.5 juta jiwa, akan tetapi juga berhasil meningkatkan penguasaan senjata strategis termasuk roket
jarak jauh yang mereka rekayasa sendiri. Yang menarik lagi, setelah serangan Yahudi ke Gaza sejak 10 hari
lalu, mnalah Hamas semakin popular dan semakin mendapat simpatik dari dunia, terlebih lagi dari kalangan
pergerakan Islam di seluruh dunia.

Namun sebaliknya, bagaimana pula dengan Yahudi? Setelah 61 tahun Negara Israel berdiri di Palestina, apa
yang mereka hadapi dan apa yang mereka dapatkan? Hari ini kita menyaksikan perubahan sikap politik dunia
terhadap Palestina, khususnya terhadap Hamas yang menurut Amerika Hamas adalah organisasi teroris yang
harus diperangi oleh dunia, termasuk oleh faksi Fatah yang sama-sama anak bangsa Palestina.
Pada 21 Agustus 2001, As-Syarqul Aqwsath, sebuah
harian terkenal di kawasan negara-negara Arab
menurunkan berbagai fakta tentang situasi dan
kondisi Yahudi di Palestina. Di antaranya ialah,
sekitar 18.000 - 20.000 orang Yahudi dari berbagai
kalangan pindah warganegara, seperti Amerika dan
khsusnya Jerman. Para petinggi Yahudi juga merasa
kesulitan mengundang para Yahudi yang ada di luar
negeri khususnya Rusia yang diperhitungan 2.8juta
orang untuk hijrah ke Palestina. Hal tersebut
disebabkan tidak adanya jaminan keamanan tinggal
di Palestina yang semakin hari semakin mendapat
peralawanan dari masyarakat Palestina.

Di samping itu, bangsa Yahudi yang tinggal di


Palestina juga kesulitan menadapatkan keturunan,
sehingga populasi mereka tidak meningkat secara
signifikan dibandingkan dengan bangsa Palestina
yang terkenal dengan jumlah anak mereka yang
banyak. Sehingga diprediksi tahun 2020 bangsa
Palestina yang di wilayah pendudukan saja akan
mencapai 32 %, sedangkan di seluruh wilayah
Palestin akan mencapai 58 %.

Masalah serius lain yang dihadapi bangsa Yahudi di Palestina ialah ketergantungan mereka terhadap pemerintah
Amerika, sehingga dikatakan bahwa Israel adalah anak manja Amerika yang selalu diberi bantuan ekonomi dan
senjata secara terus-menerus. Pertanyaannya ialah, samapi kapan Amerika mampu menanggung beban
ekonomi, senjata dan politik bangsa Yahudi di Palestina? Apalagi belakangan ini Amrika sendang bergulat
dengan bencana keuangan yang memporak-porandakan ekonomi negara adidaya itu.

Di samping masalah-masalah tersebut ada lagi masalah yang tak kalah seriusnya yang sedang dihadapi Yahudi
di Palestina yakni sengitnya percaturan di anatara pentinggi mereke sendiri. Di tambah lagi dengan ratusan
prajurit Yahudi yang setiap bulan mengalami sakit jiwa, bahkan tidak sedikit sampai bunuh diri.

Masa Depan Yahudi Di Palestina

Bagi yang mengamati perkembangan Yahudi di Palestina, mehahami karakter bangsa Yahudi dan karakter
konflik yang sedang mereka hadapi, seperti yang dijelaskan di atas, tidak ragu mengatakan bahwa masa depan
Yahudi di Palestina sangat suram. Kendati Yahudi dunia sejak hampir satu abad belakangan berhasil
memanipulasi sejarah Palestina melalui media massa yang mereka kuasai, merekayasa berbagai persitiwa dan
berbagai kejahatan mereka di dunia dan khususnya di Palestina serta keberhasilan lobby mereka terhadap
hampir seluruh pemimpin dunia, tak terkecuali pemimpin-pemimpin Dunia Islam sendiri, namun tidak ada
jaminan bangsa Yahudi bisa merealisasikan impian mereka untuk mendirikan Israel Raya seperti yang
direncanakan oleh para pemimpin gerakan Zionis yang dipimpin pertamakali oleh Theodor Herzl.

Bahkan tidak berlebihan jika dikatakan keberadaan bangsa Yahudi di Palestina akan mengalami kehancuran
atau kepunahan disebabkan perang yang mereka mulai dan ciptakan sendiri terhadap bangsa Muslim Palestina
yang secara otomatis, mau tidak mau, cepat atau lambat akan melibatkan umat Islam sedunia. Artinya, pada
suatu saat akan terjadi perang besar-besaran antara Yahudi yang menjajah Palestina dengan Umat islam
sedunia.
Lalu, apa kata Al-Qur’an dan hadist Rasul Saw. tentang masa depan Yahudi dan perang besar tersebut? Mari
kita renungkan beberapa ayat dan hadits Nabi berikut :

‫ض‬ ُ ‫بِر‬ َ ‫يَلَع ْت‬ْ ‫يَأ ُةَّلِّذلا ُم ِه‬ ْ ‫ث ا َم َن‬


ُ ‫فِق‬
ُ ‫ب اَّل ِإ او‬
ِ ‫بَح‬ْ ‫بَحَو ِهَّللا َن ِم ٍل‬ ْ ‫بَو ِساَّنلا َن ِم ٍل‬
َ ‫ب اوُءا‬
ِ ‫ضَغ‬
َ ‫ضَو ِهَّلال َن ِم ٍب‬
ُ ‫بِر‬
َ ‫يَلَع ْت‬
ْ ‫س َمْلا ُم ِه‬
ْ ‫ب َكِلَذ ةَنَك‬
ِ ‫ك ْم ُهَّن َأ‬
َ ‫يَ اوُنا‬
‫فْك‬
ُ ‫ب َنوُر‬
ِ ‫ي َآ‬
َ ‫ِهَّلال ِتا‬
‫يَو‬َ ‫تْق‬
ُ ‫بْن َأْلا َنوُل‬ِ‫ي‬َ ‫ب َءا‬ِ ‫يَغ‬ ْ ‫ب َكِل َذ ٍّقَح ِر‬ ِ ‫صَع ا َم‬ َ ‫ي اوُناَكَو اْو‬ َ ‫تْع‬
َ ‫( َنو ُد‬112)

Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama)
Allah (Islam) dan tali (perjanjian) dengan manusia , dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan
mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh
para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas. (Q.S.
‫يْلا‬
َ ‫ ِدو ُه‬Ali Imran : 112)

‫ب َأ ْنَع‬ِ ‫بَأ ْنَع ِهي‬


ِ ‫يَر ُه ي‬ ْ ‫سَر َّنَأ َةَر‬ ُ ‫ص ِهَّللا َلو‬
َ ‫يَلَع ُهَّللا ىَّل‬ ْ ‫سَو ِه‬ َ ‫ت اَل َلاَق َمَّل‬ َ ‫سلا ُموُق‬ ّ َ ‫تَح ُةَعا‬
َّ‫ي ى‬ُ ‫ت َاق‬ِ ‫س ُمْلا َل‬ ْ ‫يْلا َنو ُمِل‬ َ ‫ف َدو ُه‬َ‫ي‬َ ‫تْق‬ ُ ‫س ُمْلا ْم ُهُل‬
ْ ‫تَح َنو ُمِل‬
َّ‫ي ى‬
َ ‫تْخ‬
َ‫ب‬
ِ ‫يْلا َئ‬
َ ‫ُّي ِدو ُه‬
‫شلاو َ ِرَجَح ْال ِءاَرو َ ْن ِم‬
ّ َ ‫ف ِرَج‬ َ‫ي‬َ ‫شلا ْو َأ ُرَجَحْلا ُلوُق‬ّ َ ‫ي ُرَج‬ َ ‫س ُم ا‬ ْ ‫ي ُمِل‬ َ ‫بَع ا‬
ْ ‫ي ا َذ َه ِهَّللا َد‬
َ ‫فْلَخ ٌّي ِدو ُه‬
ِ‫ف ي‬ َ‫ت‬ َ ‫ف َلاَع‬َ ‫تْقا‬ ُ ‫ف َدَقْرَغْلا اَّلِإ ُهْل‬ َ ‫ش ْن ِم ُهَّن ِإ‬ َ ‫)ملسم هاور( ِرَج‬

Dari Abu Hurairah bahwa Raslullah Saw bersabda : “ Tidak akan terjadi kiamat sehingga kaum Muslimin
berperang dengan Yahudi, maka kaum Muslimin berhasil membunuh mereka sehingga Yahudi bersembunyi di
balik pohon dan batu. Lalu batu atau pohon itu berkata : Wahai Muslim.. Wahai Abdullah… ini Yahudi
sembunyi di belakangku, maka segera bunuh dia, kecuali gharqad karena ia adalah dari pohon Yahudi. (H.R.
Muslim)

‘‫ثيدحلا تاياور ىدحإ يفو‬:"‫حيحص ثيدح يف ةباحصلا دحأ لاقف"هيبرغ مهو رهنلا يقرش متنأ دوهيلا نولتاقت‬:‫يأ‬
‫ هللا لوسراي رهن‬،‫لاقف‬:"‫"ندرألا رهن‬،‫يباحصلا لوقي‬:‫ندرألا ىمسي ارهن ضرألا يف نأ فرعأ تنك ام هللاو‬.

Dalam hadits lain salah seorang Sahabat berkata : Kamu nanti akan memerangi Yahudi sedangkan posisi kalian
di sebelah timur sungai (Jordania), sedangkan mereka di sebelah baratnya. Lalu sahabat lain berkata : Demi
Allah aku tidak mengetahui bahwa di bumi ini ada sungai yang dinamakan “Jordania” wahai Rasulullah? Lalu
Rasullah menjawab : “Sungai Jordania”

Berdasarkan hadits dalil-dalil di atas dapat dipahami bahwa perang besar tersebut benar-benar akan terjadi
setelah Yahudi merajalela di muka bumi, khususnya di Palestina. Allahu A’lamu bish-showab..

Utusan Israel Disemprot Presiden Majelis Umum PBB Asal


Nikaragua
Thursday, 15 January 2009
Israel diserang berbagai pihak dalam sidang
darurat PBB Kamis waktu AS (Jumat pagi
WIB) karena melecehkan hukum internasional
menyusul serangan militer mautnya di Jalur
Gaza, termasuk dengan menyerang rumah
sakit, media massa dan gedung-gedung PBB.
“Gaza berkobar-kobar terbakar. Kawasan itu
telah telah berubah menjadi neraka yang
terbakar,” kata Presiden Majelis Umum PBB
ke -192, Miguel d’Escoto Brockmann dari
Nikaragua.

“Pelanggaran hukum internasional yang


melekat dalam serangan Gaza tercatat sangat
baik: hukuman kolektif; penggunaan
(kekuatan) militer yang sangat berlebihan;
serangan terhadap warga sipil termasuk rumah-rumah, masjid-masjid, universitas-universitas, sekolah-sekolah,”
papar Miguel.

Sidang darurat Majelis Umum PBB yang dimintakan 118 anggota PBB yang tergabung dalam gerakan Non
Blok, dilangsungkan setelah upaya Israel menghadang penyelenggaraan sidang dengan alasan soal prosedur
gagal diterima forum.

Sejak Israel melancarkan Operation Cast Lead pada 27 Desember 2008 untuk menghentikan serangan roket
Hamas, lebih dari 1.100 orang Palestina termasuk 355 anak-anak, terbunuh dan setidaknya 5.000 orang terluka,
demikian keterangan para petugas kesehatan di Gaza.

Deputi Sekretaris Jenderal PBB Asha-Rose Migiro menyatakan saat ini Sekretaris Jenderal Ban Ki-moon
tengah mengunjungi Israel untuk menyampaikan “protes keras dan kemarahannya” untuk kemudian menuntut
penjelasan (pemerintah Israel) setelah Israel menembak hingga meluluhlantakan kantor PBB di Gaza dan
menembaki gudang-gudang tempat penyimpanan bantuan yang sangat dibutuhkan (warga dan aktivis bantuan).

Serangan-serangan Israel telah membakar sisi sebuah rumah sakit dan melukai dua kameraman dalam sebuah
gedung yang menjadi tempat media massa internasional dan Arab (berbasis meliput Gaza).

Para duta besar negara-negara di PBB menunjukkan kecemasan sangat mendalam terhadap serangan-serangan
terakhir Israel ke Gaza.

Perdana Menteri Israel Ehud Olmert menyatakan pasukannya membom kantor PBB untuk membalas tembakan
yang datang dari arah gedung (dimana PBB berada), sebuah tuduhan yang dibantah keras oleh UNRWA,
sebuah badan PBB.

Dari satu pembicara ke pembicara dalam sidang darurat MU PBB ini kritik silih berganti, kritik ini ditujukan
kepada Israel atas serangan terakhir Israel ke Gaza.

Mewakili Uni Eropa, Duta Besar Ceko untuk PBB Martin Palous menyatakan blok Eropa beranggotakan 27
negara “memprotes keras dan mengungkapkan kemarahannya atas berondongan tembakan Israel ke kantor PBB
di Jalur Gaza dan menegaskan bahwa fakta itu telah diklarifikasi (benar).”

Miguel D’Escoto menyayangkan fakta bahwa ofensif Israel yang dilancarkan untuk menghentikan serangan
militan Palestina yang kini memasuki hari ke-20, terus berlanjut padahal sudah ada seruan gencatan senjata
minggu lalu dari 15 anggota Dewan Keamanan PBB.

Seruan yang tercantum dalam Resolusi 1860 itu sejauh ini sengaja diabaikan baik oleh Israel maupun Hamas
yang menguasai Gaza.

“Bagi saya ini ironis bahwa Israel, sebuah negara (yang mempunyai keistimewaan) lebih dari negara-negara
manapun (karena) mengantungi sebuah resolusi Majelis Umum yang mengesahkan keberadaannya, malah
menghinakan resolusi-resolusi Perserikatan Bangsa Bangsa,” tandas D’Escoto.

“Pernyataan terakhir Perdana Menteri Olmert dengan mengingkari kewenangan Resolusi 1860 jelas
menempatkan Israel sebagai sebuah negara yang melawan hukum internasional dan Perserikatan Bangsa
Bangsa,” tambahnya.

Untuk memenuhi permintaan sejumlah negara anggota Majelis Umum, Miguel D’Escoto membagikan sebuah
rancangan resolusi tak berjilid yang menuntut adanya penghormatan penuh terhadap Resolusi 1860 dan
menyerukan Dewan Keamanan menjamin “pelaksanaan Resolusi secara penuh dan sesegera mungkin.”
Dubes Israel untuk PBB Gabriela Shalev mengatakan Majelis Umum mengadakan sidang dengan melanggar
ketentuannya sendiri, dengan menyatakan berdasarkan Piagam PBB, Majelis tidak boleh melibatkan diri dalam
satu isu yang sedang dibahas oleh Dewan Keamanan yang sesungguhnya lebih berkuasa.

Dia meninggalkan ruang sidang dengan menyebutnya sebagai sebuah upaya yang sinis, penuh kebencian dan
telah dipolitisasi untuk mendelegitimasi hak fundamental Israel dalam melindungi warga negaranya.

Namun, Dubes Iran Mohammad Khazaee menyerang Israel dengan mengatakan aksi Israel di Gaza itu adalah
genosida dan kejahatan melawan kemanusiaan seraya menyebut negara Yahudi itu tidak layak menjadi anggota
PBB.

Sementara Dubes Malaysia Hamidon Ali mengusulkan resolusi yang diajukan Majelis harus berisi seruan
gencatan senjata, penarikan mundur secepatnya tentara Israel dari Gaza, penghentian blokade Israel ke kantong
Palestina itu dan mengizinkan bantuan kemanusiaan sampai ke para korban konflik.

“Resolusi ini juga mesti menyeru pembentukan sebuah pengadilan (kejahatan perang) untuk menuntut siapapun
yang bertanggungjawab dalam kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Akhirnya segala sanksi
harus diterapkan tanpa kecuali,” tegas Dubes Malaysia ini.

Sidang darurat Majelis Umum ini akan dilanjutkan Jumat (Sabtu WIB).

Israel mengajukan syarat pengakhiran perangnya melawan Hamas di Gaza jika ada jaminan internasional bahwa
para pejuang Palestina tidak lagi mempersenjatai diri dengan menyelundupkan senjata dari Mesir dan
menghentikan serangan roketnya dari kantong Palestina. [mj/af/labib/www.suara-islam.com]
srael Dikte AS Dalam
Resolusi PBB
Monday, 12 January 2009
PM Ehud Olmert mengungkapkan
keberhasilannya memaksa Bush untuk
menuruti keinginan Israel. Perdana Menteri
Israel, Ehud Olmert, mengaku dialah yang
menyebabkan Amerika Serikat (AS) sebagai
satu-satunya negara yang memilih sikap
abstain -

alias tidak memberikan suara setuju maupun


tidak setuju - saat 14 anggota Dewan
Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa
sepakat menyerukan penghentian kontak
senjata sesegera mungkin antara Israel dan
Hamas di Jalur Gaza. Seruan itu dikeluarkan DK-PBB melalui resolusi nomor 1860 yang
dikeluarkan Kamis pekan lalu, 8 Januari 2009.

Olmert mengatakan bahwa jelang pemungutan suara di DK-PBB saat itu dia langsung
menyuruh Presiden AS, George W. Bush, untuk tidak mendukung resolusi tersebut. Padahal,
saat itu, Bush tengah berpidato di kota Philadelphia dan terpaksa berhenti untuk berbicara
dengan Olmert lewat telepon.

"Saya bilang, 'Saya mau bicara dengan Presiden Bush lewat telepon'," kata Olmert saat
berpidato di kota Ashkelon, Israel sebelah selatan, Senin 12 Januari 2009. "Mereka bilang
dia [Bush] dia sedang memberikan pidato di Philadelphia. Tapi saya bilang tidak peduli,
'Saya mau bicara dengan dia, sekarang.' Dia pun turun dari podium dan bicara kepada saya,"
lanjut Olmert.

Perdana menteri yang tengah didera skandal korupsi tersebut kemudian antusias
mengutarakan keberhasilan memaksa Bush meladeni tuntutannya. "Saya bilang kepada dia
[Bush] bahwa Amerika Serikat tidak bisa mendukung seruan [DK-PBB] itu. AS tidak bisa
mendukung resolusi tersebut. Dia akhirnya segera memanggil menteri luar negeri
[Condoleezza Rice] agar tidak mendukung [resolusi itu]," kata Olmert seperti dikutip laman
Iran PressTV.

Kendati DK-PBB berhasil mengeluarkan resolusi 1860 tanpa dukungan AS, Israel tidak
mentaati seruan tersebut. Israel tetap menggempur Gaza dan bertekad memastikan agar
Hamas tidak meluncurkan roket lagi ke wilayah mereka. (jk/vn/www.suara-islam.com)

Gaza, Medan Uji Coba Senjata Pemusnah Massal Israel


Wednesday, 14 January 2009
Bila kita mencoba mencari di internet kata senjata
yang dipakai hingga hari ketujuh belas Perang
Furqan di Gaza, hasil pencarian akan
menunjukkan demikian:

Pekan pertama perang Gaza: militer Israel


menggunakan bom tandan atau cluster terhadap
rakyat Palestina.

Pekan kedua perang Gaza: jet-jet tempur Israel


menggunakan bom fosfor di utara dan selatan
Gaza.

Awal pekan ketiga perang Gaza: pesawat-pesawat


pembom Israel menjatuhkan bom tak dikenal
yang menyebabkan sesak nafas dan tidak
sadarnya anak-anak dan wanita Gaza.

Semua bom yang disebutkan di atas dilarang penggunaan oleh PBB dan Konvensi Internasional dan
mengategorikannya dalam senjata terlarang. Poin penting yang perlu dicermati di sini adalah semua perjanjian
mengenai senjata terlarang ini ditandantangai oleh negara-negara yang berada di Dewan Keamanan PBB,
namun mereka semua bungkam ketika Rezim Zionis Israel menggunakannya untuk melakukan genosida di
Gaza. Itulah sebabnya banyak praktisi hukum setelah mendengar berita uji coba bom-bom ini mengingatkan
dunia internasional akan Konvensi Jenewa 1925 di mana dalam konvensi itu lebih dari 40 negara di dunia ikut
menandatanganinya. Begitu juga mereka mengisyaratkan sejumlah protokol di tahun-tahun terakhir yang
menyebut penggunaan bom cluster sebagai kejahatan perang. Namun perlu diketahui bahwa berita Israel
menggunakan senjata terlarang bukan hal yang baru.
Untuk pertama kalinya Rezim Zionis Israel pada tahun 1948, tepat saat rezim ini menyatakan keberadaannya
mereka menggunakan senjata kimia. Militer rezim ini pada tahun itu mereka mencemarkan air tanah orang-
orang Palestina yang menyebabkan tersebarnya penyakit tipus di kalangan warga Palestina. Beberapa tahun
setelah itu Israel Institute For Biological Research (IIBR) terbentuk. Lembaga riset ini melakukan kerja sama
dengan para pemogram senjata-senjata biologi Amerika dan Inggris. Para peneliti IIBR berhasil memproduksi
sejenis senjata kimia dengan memanfaatkan bahan dasar gas saraf yang dipakai dalam operasi teror dan senjata
kimia ini sebagai pamungkas operasi tersebut. Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) dan anggotanya
menjadi target pertama senjata ini.

Pada bulan September 1997 tepat dua hari setelah Raja Yordania Hussein I kepada Netanyahu mengatakan
bahwa Hamas menentang perundingan dan normalisasi hubungan Palestina-Israel, Dinas Rahasia Israel Mossad
di Yordania memutuskan untuk meneror Khaled Meshal. Setelah itu puluhan dokumen menjadi bukti betapa
Rezim Zionis Israel menggunakan senjata-senjata terlarang. Bukti terbesar dari dokumen itu berakibat
terbongkarnya skandal Amerika dan perusahaan-perusahaan besar partner angkatan bersenjata Israel pada tahun
2001.

Pada tanggal 12 Februari tahun yang sama, saat Israel memulai perangnya terhadap Jalur Gaza dan Tepi Barat
Sungai Jordan secara kebetulan sutradara Amerika James Longley memasuki daerah Khan Younis. Sore harinya
beberapa jam setelah dimulainya perang ia mulai mengambil gambar para korban yang gugur syahid akibat
senjata kimia. Film dokumenter longley yang direkamnya dari perang itu berhasil memenangkan berbagai
festival film internasional karena menceritakan kenyataan penggunaan senjata kimia oleh Israel. Senjata yang
digunakan dalam perang itu bernama Gas Novel. Senjata kimia ini setelah meledak menciptakan pelangi dan
menebarkan bau wangi yang diisap tanpa terasa oleh korban. Namun setelah mengisap gas itu hanya dalam
waktu 5 sampai 12 menit, korban merasakan sesak nafas luar biasa, pendarahan dan kejang-kejang histeris.

Senjata terlarang lainnya yang berkali-kali dipakai militer Israel dalam operasi pembersihan etnis mereka adalah
bom DIME (Dense Inert Metal Explosive). Bom yang mengandung campuran besi logam berat tungsten yang
meledak dalam suhu tinggi. Bom ini sangat kecil namun daya rusaknya luar biasa. Karbon yang ada dalam bom
ini setelah ditembakkan memicu ledakan lebih dahsyat. Daya rusak bom ini terhadap bangunan dan tanah sangat
kecil namun serpihan bubuknya melesat sangat cepat hingga radius 8 meter. Badan manusia yang terkena
pecahan bom ini tanpa terlihat tanda-tanda terbakar akan berwarna kehitaman secara keseluruhan. Senjata ini
untuk pertama kalinya dicobakan ke pendudukan Gaza pada bulan Juli 2006. Senjata ini diproduksi oleh
angkata udara Amerika.

Namun kini Perang Furqan di Gaza membuat daerah ini menjadi koleksi uji coba senjata pembunuh massal.
Bom cluster digunakan oleh militer Israel dalam pekan pertama serangan brutalnya ke Gaza yang
mengakibatkan banyak korban jatuh di pihak warga Gaza. Menurut laporan PBB, mayoritas korban adalah
anak-anak dan wanita. Dengan mengutopsi korban dapat ditemukan bekas-bekas bom ini di badan mereka. Di
dalam setiap bom cluster terdapat 202 bom kecil yang ketika meledak di kawasan seluas 73 meter serpihannya
akan menjadi 2 ribu. Foto-foto korban akibat terkena bom ini sungguh mengenaskan.

Bom fosfor putih sebenarnya telah digunakan oleh pasukan Amerika pada tahun 2004 di daerah Fallujah, Irak.
Bom ini telah dilarang pemakaiannya sesuai dengan undang-undang HAM internasional. Struktur bom fosfor
putih akan mengeluarkan asap berwarna putih yang agak kekuning-kuningan. Setelah bergabung dengan udara
asap ini akan membakar apa saja yang bersentuhan dengannya. Asap yang muncul dari bom ini bila terkena
badan, maka kulit akan terbakar hebat dan meninggalkan bekas terbakar asid. Satu-satunya cara untuk
menyelamatkan diri dari bom ini sebelum asap bom ini sampai, korban harus melepaskan seluruh pakaiannya.
Karena bila hal ini tidak dilakukan, semua pakaian akan tercemar asap ini dan akan membakar semua badan.

Berdasarkan laporan UNRWA, di hari pertama uji coba bom ini mengakibatkan banyak korban berjatuhan dari
anak-anak. Mata adalah anggota badan yang paling lemah di hadapan dampak bom ini. Gambar-gambar yang
ditayangkan televisi dari Perang Gaza dengan baik menunjukkan banyak anak-anak yang buta akibat terkena
bom kimia ini.

Kemarin, (Senin, 12/01) para peninjau yang hadir di Gaza menyatakan bahwa Israel selama dua hari lalu
menggunakan senjata baru yang menebarkan asap dan gas yang aneh. Bom baru ini belum dapat diidentifikasi
dan hingga kini para dokter yang ada di Gaza belum mampu mengetahui dan mengobati korban yang terkena
bom kimia ini. Bom ini juga menyebabkan sesak nafas luar biasa dan kemudian korban langsung tak sadarkan
diri.

Apa yang disaksikan di Gaza adalah kejahatan perang yang dilakukan oleh para pejabat Israel. Mereka harus
diadili. Karena mereka memang berniat melakukan genosida di Gaza. Dan yang menjadi korban terbesarnya
adalah anak-anak dan wanita. (jk/sl/www.suara-islam.com)

Israel Paranoid, Iran Menjadi Hantunya


Wednesday, 14 January 2009
Israel menjadi paranoid setelah tidak berhasil mencapai target
melumpuhkan Hamas di Gaza pada pekan pertama agresinya. Lagi-lagi
Iran yang menjadi hantunya.

Dalam sebuah acara bertajuk “Ra’yun min Isra’il” (Opini dari Israel)
yang khusus mengulas suratkabar-suratkabar utama Israel, televisi
aljazeera mengutip sebuah surat kabar Israel yang menurunkan berita
berjudul ”Iran Persenjatai Para Pembajak Somalia Masuki Laut Gaza”.

Suratkabar tersebut mengkritik Mesir yang dianggapnya berlagak tidak


tahu bahwa selama delapan tahun membiarkan terowongan-terowongan
di perbatasannya menjadi jalur suplai dan penyulundupan senjata untuk
Hamas.

Karena itu, surat kabar ini mendukung tindakan angkatan laut Israel meningkatkan patroli dan pengawasan di
laut karena, menurut sumber intelejen Israel, sejak invasi ke Gaza, Iran berusaha untuk memberikan bantuan
senjata ke Hamas melalui laut.

Suratkabar ini bahkan mensinyalir bahwa adanya upaya Iran untuk membobilsasi kelompok-kelompok bajak
laut Somalia untuk melaukan aksi terobos laut Gaza yang diblokade Israel sejak 2 tahun lalu demi memberikan
senjata ke Hamas dan milisi-milisi perlawanan di Gaza.

Sejauh ini, belum diketahui reaksi dan tanggapan Iran atas tuduhan ini. sebagaimana diketahui, Iran adalah satu-
satunya negara yang mendukung opsi perlawanan dalam isu Palestina. Sedangkan mayoritas negara Arab,
terutama Mesir, Yordania dan Arab Saudi, yang disebut oleh AS sebagai “poros moderat Arab” tidak
mendukung opsi perlawanan

Agresi Israel Di Gaza Bukti Ketakutan Zionis Terhadap Anak-Anak


Palestina
Monday, 12 January 2009
Jangan anggap mereka seperti korban tsunami atau gempa bumi,
yang patut dikasihani dengan obat merah, pakaian pantas pakai
dan sembako. Hanya dalam tempo 5 hari pertama
bombardemen, sudah hampir 500 warga Gaza, Palestina, tewas
dibantai Israel. Ratusan di antaranya adalah anak-anak. Lebih
2000 warga lainnya luka-luka, banyak diantaranya bocah-bocah.
Dan setiap 20 menit Israel terus mengebomi Gaza, sambil
mengerahkan artelerinya ke perbatasan Gaza untuk
menggempur lewat darat.

Sama sekali Israel tanpa ‘permisi’’ ketika menggempur Gaza


sejak 27 Desember lalu, agar penduduk memiliki sedikit waktu
untuk mengungsikan anak-anak mereka. Tidak. Serbuan Israel seketika dan tanpa pandang bulu. Bahkan rumah
sakit khusus anak-anak pun dia hancurkan. Memang, anak-anak Palestina bukan anak-anak Indonesia. Ketika
bocah Indonesia asyik main perang-perangan di playstation, anak Palestina perang beneran bersenjatakan
ketapel melawan serdadu Israel. Saat anak Indonesia latah menyanyikan lagu Peterpan atau Dewi Persik, bocah
Palestina meneriakkan mars jihad.

Ya, buat Israel, anak Palestina laksana Musa kecil buat Fir’aun. Anak-anak Palestina adalah bibit-bibit mujahid
yang kelak bakal mengguncang kuasa Israel. Meski hanya dengan batu, meski hanya dengan ketapel. Karena
itu, Israel selalu menjadikan anak-anak Palestina target operasi. Dunia belum lupa, pada 16 September 1982
malam PM Israel Ariel Sharon mengirim skuad pembunuh milisi Phalangist ke dua kamp pengungsi Palestina,
Sabra dan Shatila. Kemudian, Sharon mengirim buldozer untuk ‘’membersihkan’’ hasil kekejamannya itu.

Sekurang-kurangnya 1500 pria, wanita, dan anak-anak Palestina dibantai di malam jahanam itu. Sebuah
investigasi resmi pemerintah Lebanon menyebutkan angka korban mencapai 2.500 jiwa. Meski sudah
dibuldozer, masih banyak korban tak terkuburkan. Para pekerja Palang Merah Internasional menemukan ratusan
anak dan lansia dengan leher terpotong atau terburai isi perutnya.

Harian Israel, Ha’aretz, menyebutkan, Sharon juga yang memimpin pembunuhan massal di Desa Kibya pada
1953. “Tentara Mayor Ariel Sharon membunuh 70 warga Palestina dalam serangan balasan dendam, sebagian
besar korban adalah anak-anak dan wanita’’ (Ha'aretz: As Long as He Doesn't Hurt Us Again, Feb. 16, 2001).
Mantan PM Israel lainnya, Manachem Begin, dalam bukunya ‘’The Revolt: The Story Of The Irgun’’
membanggakan perannya dalam pembunuhan massal atas 254 rakyat Palestina di Deir Yassin.

Lagi-lagi, mayoritas korban adalah lansia, wanita, dan anak-anak. Anak-anak Palestina itu boleh menjerit-jerit
kesakitan. Ibu-ibu mereka boleh menangis pilu. Bapak-bapak mereka boleh sedih. Tapi, jangan anggap mereka
seperti korban tsunami atau gempa bumi, yang patut dikasihani dengan memberinya obat merah, pakaian pantas
pakai, dan sembako. Bukan. Mereka memang tampak sedih dan sakit. Tapi pada saat yang sama mereka
gembira dan bangga, karena terluka atau gugur di medan jihad. Surga, insya Allah, menanti
mereka.[fahmi/www.suara-islam.com]
Palestina Bantu kemerdekaan
Indonesia
Tuesday, 13 January 2009
Kalau ada ribut-ribut di negara- negara Arab, misalnya di Mesir,
Palestina, atau Suriah, kita sering bertanya apa signifikansi
dukungan terhadap negara tersebut. Hari ini ketika Palestina
diserang, mengapa kita (bangsa Indonesia) ikut sibuk?

Sebagai orang Indonesia, sejarah menjelaskan bahwa kita berhutang


dukungan untuk Palestina dan negara arab lain.

Dari berbagai sumber yang diperoleh, Sukarno-Hatta boleh saja


memproklamasikan kemerdekaan RI de facto pada 17 Agustus
1945, tetapi perlu diingat bahwa untuk berdiri (de jure) sebagai negara yang berdaulat,
Indonesia membutuhkan pengakuan dari bangsa-bangsa lain. Pada poin ini kita tertolong
dengan adanya pengakuan dari tokoh tokoh Timur Tengah, sehingga Negara Indonesia bisa
berdaulat.

Gong dukungan untuk kemerdekaan Indonesia ini dimulai dari Palestina dan Mesir, seperti
dikutip dari buku “Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri” yang ditulis oleh Ketua
Panitia Pusat Perkumpulan Kemerdekaan Indonesia , M. Zein Hassan Lc.

Kenapa Kita Memikirkan Palestina?

M. Zein Hassan Lc. Lt. sebagai pelaku sejarah, menyatakan dalam bukunya pada hal. 40,
menjelaskan tentang peranserta, opini dan dukungan nyata Palestina terhadap kemerdekaan
Indonesia, di saat negara-negara lain belum berani untuk memutuskan sikap.

Dukungan Palestina ini diwakili oleh Syekh Muhammad Amin Al-Husaini -mufti besar
Palestina- secara terbuka mengenai kemerdekaan Indonesia: pada 6 September 1944, Radio
Berlin berbahasa Arab menyiarkan ‘ucapan selamat’ mufti Besar Palestina Amin Al-Husaini
(beliau melarikan diri ke Jerman pada permulaan perang dunia ke dua) kepada Alam Islami,
bertepatan ‘pengakuan Jepang’ atas kemerdekaan Indonesia.

Berita yang disiarkan radio tersebut dua hari berturut-turut, kami sebar-luaskan, bahkan
harian “Al-Ahram” yang terkenal telitinya juga menyiarkan. Syekh Muhammad Amin Al-
Husaini dalam kapasitasnya sebagai mufti Palestina juga berkenan menyambut kedatangan
delegasi “Panitia Pusat Kemerdekaan Indonesia” dan memberi dukungan penuh. Peristiwa
bersejarah tersebut tidak banyak diketahui generasi sekarang, mungkin juga para pejabat
dinegeri ini.

Bahkan dukungan ini telah dimulai setahun sebelum Sukarno-Hatta benar-benar


memproklamirkan kemerdekaan RI.

Seorang Palestina yang sangat bersimpati terhadap perjuangan Indonesia, Muhammad Ali
Taher. Beliau adalah seorang saudagar kaya Palestina yang spontan menyerahkan seluruh
uangnya di Bank Arabia tanpa meminta tanda bukti dan berkata: “Terimalah semua
kekayaan saya ini untuk memenangkan perjuangan Indonesia”. Setelah itu dukungan
mengalir, di jalan-jalan terjadi demonstrasi- demonstrasi dukungan kepada Indonesia oleh
masyarakat Timur Tengah.

Ketika terjadi serangan Inggris atas Surabaya 10 November 1945 yang menewaskan ribuan
penduduk Surabaya, demonstrasi anti Belanda-Inggris merebak di Timur-Tengah khususnya
Mesir. Shalat ghaib dilakukan oleh masyarakat di lapangan-lapangan dan masjid-masjid di
Timur Tengah untuk para syuhada yang gugur dalam pertempuran yang sangat dahsyat itu.

Yang mencolok dari gerakan massa internasional adalah ketika momentum Pasca Agresi
Militer Belanda ke-1, 21 juli 1947, pada 9 Agustus. Saat kapal “Volendam” milik Belanda
pengangkut serdadu dan senjata telah sampai di Port Said. Ribuan penduduk dan buruh
pelabuhan Mesir berkumpul di pelabuhan itu.

Mereka menggunakan puluhan motor-boat dengan bendera merah putih? tanda solidaritas-
berkeliaran di permukaan air guna mengejar dan menghalau blokade terhadap motor-motor-
boat perusahaan asing yang ingin menyuplai air & makanan untuk kapal “Volendam” milik
Belanda yang berupaya melewati Terusan Suez, hingga kembali ke pelabuhan.

Sekarang bagaimana rasannya saat melihat bendera kita di kibarkan oleh bangsa lain dengan
kesadaran penuh menunjukan rasa solidaritasnya, karena mereka peduli Wartawan ‘Al-
Balagh’ pada 10/8/47 melaporkan: “Motor-motor boat yang penuh buruh Mesir itu mengejar
motor-boat besar itu dan sebagian mereka dapat naik ke atas deknya. mereka menyerang
kamar stirman, menarik keluar petugas-petugasnya, dan membelokkan motor-boat besar itu
kejuruan lain.”

Tentu saja, motivasi yang kita bangun tidak hanya dari aspek historis, namun ini kita dapat
ambil sebagai sebuah pelajaran untuk mengingatkan kembali betapa palestina pernah
melakukan hal yang sama terhadap Indonesia. (jk/dak/sm/berbagai sumber/www.suara-
islam.com)

Demi Gaza, Indonesia Siap Jadi Tuan Rumah KTT Arab


Monday, 12 January 2009
Wakil presiden Muhammad Jusuf Kalla menegaskan Indonesia
siap menyelenggarakan pertemuan darurat KTT Arab bilamana
memang diperlukan. Penegasan itu disampaikan Wapres Kalla
menjawab pers seusai bertemu dengan Perdana Menteri
Republik Syria Muhammad Naji Al-otar di Istana Wapres
Jakarta Senin (12/1) sore ini.

“Indonesia siap jika memang diminta kita akan segara


selenggarakan itu,” Tandas kalla. Dalam pertamuan tersebut
Wapres Kalla didampingi Menteri Agama Maftuh M. Basyuni
dan Duta Besar RI untuk Syria M. Muzammil Basyuni.

Sebelumnya, pers menayakan kesiapan Indonesia bilamana pertemuan darurat KTT Arab diminta oleh negara-
negara arab di Jakarta untuk menghentikan aksi Israel di Palestina. Menurut Wapres, bukan untuk pertama kali
Isarel menolak mematuhi resolusi PBB.

“Banyak sekali yang sudah ditolaknya sejak dulu, Isarel memang tidak memiliki kepedulian oleh sebab itu
tekanan harus banyak dilakukan,” ujar Kalla. Persatuan liga arab, tambah wapres, harus diwujudkan. “Jika tidak
ada persatuan di anatra negara-negara arab sendiri tidak mungkin bisa menghentikan Isarel,” tambah Kalla.

Sementara itu, secara terpisah mantan rektor UIN (Universitas Islam Negeri) Syarif Hidayatullah Azumardi
Azra yang juga Deputi Seswapres Bidang Kesra menyatakan Indonesia harus mengirim tim utusan untuk
mememui negara-negara kunci di Timur Tengah bilamana bersedia menjadi tuan rumah pertemuan darurat KTT
Arab. Negara-negara yang dikunjungi oleh utusan tersebut di antaranya Mesir, Yordania, Arab Saudi, dan Syria.

“Kalau perlu Iran pun dilibatkan,” ujar Azumardi.

Adapun mengenai rencana pengiriman pasukan perdamaian Indonesia ke Jalur Gaza, Wapres Kalla menyatakan
saat ini pasukan perdamaian Indonesia sudah ada di Libanon.

“Jika sudah ada keputusan tersebut, Indonesia yang pertama akan mengirimkan pasukan perdamaian,” ujarnya.
Selain itu, jumlah pasukan perdamaian yang di Libanon akan ditambah. (jk/kps/www.suara-islam.com)
Israel Gunakan Senjata Kimia untuk Mengebom Gaza
Monday, 12 January 2009
Kelompok Hak Asasi Manusia (HAM), Human Rights Watch,
Minggu 11 Januari 2009, meminta Israel agar berhenti
menggunakan mesiu berbahan fosfor putih untuk menyerang
kawasan padat penduduk di Jalur Gaza.

Kelompok yang berbasis di New York, Amerika Serikat (AS)


tersebut mengatakan bahwa mereka menemukan adanya
pemakaian zat kimia fosfor putih, yang bisa menyebabkan kulit
terkelupas di Kota Gaza dan Jabaliya, Jumat dan Sabtu pekan
lalu.

Dokter kepala di Rumah Sakit Nasser di wilayah selatan Gaza,


Youssef Abu Rish, dia merawat beberapa orang dengan kulit terkelupas dari wajah dan tubuh mereka yang
kemungkinan disebabkan oleh fosfor. Rish telah mengumpulkan informasi dari internet yang mengindikasikan
bahwa bisa jadi penyebab luka bakar tersebut adalah fosfor putih.

"Hari ini [Sabtu] ada serangan besar-besaran di Jabaliya ketika kami sedang berada di sana. Kami melihat
tembakan berkali-kali dan asap fosfor putih membumbung ke udara," kata Marc Garlasco, analis militer di
Human Rights Watch, kepada stasiun televisi Al Jazeera, Sabtu pekan lalu.

Juru bicara militer Israel, Mayor Avital Leibovich menolak berkomentar secara langsung tentang penggunaan
fosfor putih oleh pasukannya. Namun Leibovich mengatakan bahwa militer Israel menggunakan mesiu sesuai
dengan hukum internasional.

Israel pernah menggunakan fosfor putih ketika bertempur dengan kelompok Hezbollah di Libanon, 2006 silam.
Pasukan militer AS di Irak juga pernah memakai zat yang bersifat membakar tersebut selama operasi melawan
pembelot di Fallujah, November 2004.

"Penggunaan fosfor putih di lokasi padat penduduk seperti kamp pengungsi menunjukkan bahwa Israel tidak
bisa dipercaya untuk megambil langkah-langkah pencegahan terhadap dampak pemakaian fosfor kepada
manusia," kata Garlasco dalam pernyataan tertulis. "Tidak hanya menyebabkan luka pada tubuh warga sipil,
tetapi juga membakar rumah dan infrastruktur," lanjut Garlasco. (vn/jk/www.suara-islam.com)
Bush Tolak Permintaan Israel Menyerang Iran
Monday, 12 January 2009
Presiden Amerika Serikat (AS), George W. Bush, tahun lalu
menampik permintaan sekutu terdekat AS, Israel, untuk
memasok bom-bom penghancur bunker agar bisa menyerang
Iran. Sasaran yang dituju Israel di Iran adalah kompleks nuklir
Natanz.

Demikian menurut sumber di Departemen Pertahanan AS,


Pentagon, Sabtu 10 Januari 2009, seperti yang dikutip di laman
The New York Times dan Washington Post.

Menurut sumber yang tidak mau disebutkan namanya tersebut,


Bush saat itu menolak permintaan Israel dengan menyatakan
bahwa AS tengah menyusun operasi rahasia untuk mensabotase fasilitas nuklir Iran.

Bush pun tidak meluluskan permintaan Israel untuk memberi izin pesawat-pesawat tempurnya masuk ke
wilayah udara Irak yang dikendalikan AS untuk bisa masuk ke Iran. Israel hingga saat ini tidak jadi untuk
melancarkan serangan atas fasilitas nuklir Iran.

Sementara itu para pejabat AS, termasuk di Gedung Putih, belum memberikan komentar atas laporan rahasia
tersebut. Begitu pula dengan pejabat Kedutaan Besar Israel di Washington DC yang tidak dapat dihubungi.

Kompleks nuklir Natanz terletak di Iran bagian tengah. Fasilitas tersebut memiliki sejumlah bangunan bawah
tanah yang menyimpan mesin-mesin pengayaan uranium, yang bisa diolah menjadi bahan senjata nuklir.
Namun, pemerintah Iran berkali-kali menegaskan bahwa teknologi nuklir yang mereka miliki hanya digunakan
untuk tujuan damai, yaitu sebagai sumber pembangkit listrik.(jk/vn/www.suara-islam.com)

Menlu AS
Dipermalukan Israel
Monday, 12 January 2009
Gara-gara telepon Olmert ke Bush, Rice terpaksa berubah
sikap di sidang DK-PBB pekan lalu. Perdana Menteri Israel,
Ehud Olmert, mengaku bahwa di telah membuat malu Menteri
Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Condoleezza Rice, setelah
memaksa bosnya, George W. Bush, merubah keputusan AS di
sidang Dewan Keamanan (DK) PBB Kamis pekan lalu, 8
Januari 2009. Padahal, Rice dikabarkan bersiap memberi
dukungan atas resolusi DK-PBB nomor 1860 yang turut dia
rancang.

Gara-gara telepon Olmert ke Bush, Rice yang tadinya bersiap


mendukung resolusi tersebut akhirnya malah tak memberi
suara dukungan maupun penolakan, alias abstain. Maka AS
menjadi satu-satunya negara yang memilih sikap abstain saat semua 14 anggota Dewan Keamanan
Perserikatan Bangsa-Bangsa sepakat menyerukan penghentian kontak senjata sesegara mungkin antara Israel
dan Hamas di Jalur Gaza.

"Dia (Rice) akhirnya dipermalukan. Sebuah resolusi yang dia siapkan dan dia rancang, pada akhirnya tidak dia
dukung," kata Olmert saat berpidato di kota Ashkelon, Israel sebelah selatan, Senin 12 Januari 2009, seperti
yang dikutip laman berita Yahudi, JTA News.
Olmert mengatakan bahwa setelah dia menelpon Bush, presiden AS yang pensiun pada 20 Januari 2009
tersebut kemudian memerintahkan Rice untuk berganti sikap. "Malam antara hari Kamis dan Jumat, saat
menteri luar negeri [AS] ingin memimpin pemungutan suara untuk seruan gencatan senjata di Dewan
Keamanan [PBB], kami tidak ingin dia memberi dukungan," kata Olmert.

Sedangkan seorang pejabat AS di Washington DC kepada Associated Press menampik klaim Olmert tersebut.
"Rencana [abstain] itu telah lama dipersiapkan dan, menurut persetujuan menteri luar negeri dan presiden, bila
semua mendukung, kami akan abstain," kata seorang pejabat yang tidak mau disebutkan namanya mengingat
itu adalah isu yang sensitif.

"Pemerintah Israel tidak membuat kebijakan untuk Amerika Serikat," lanjut pejabat tersebut.

Rice belakangan mengatakan bahwa AS pada dasarnya "mendukung penuh" resolusi tersebut, namun memilik
abstain. Itu karena AS memilih menunggu hasil penting dari perundingan yang dimediasi Mesir. Perundingan
itu merujuk pada inisiatif Mesir dan Prancis untuk menggelar perundingan damai antara Israel dan Palestina
agar dicapai kesepakatan gencatan senjata. (jk/vn/www.suara-islam.com)

Israel Gunakan Bom Diameter Kecil Yang Tercanggih


Di Dunia
Monday, 12 January 2009
Dua pekan terakhir ini, tak ada yang lebih menyedihkan hati
selain melihat Gaza di Palestina yang hancur lebur dibombardir
zionis Israel. Bukan saja ratusan gedung dan pemukiman luluh
lantak akibat aksi brutal Yahudi itu, lebih dari 600 warga
Palestina bahkan telah gugur akibat serangan membabi buta
tersebut. Israel tak peduli dengan himbauan menghentikan
serangan barbarnya. Malah, dengan percaya diri mereka
menyebut cara ini merupakan upaya efektif untuk meredam
gerakan Hamas, yang dianggap sebagai pemicu teror bagi Israel.

Israel lebih percaya diri lagi, mengingat kali ini mereka


dipersenjatai dengan perangkat tercanggih yang pernah dipakai
negara-negara dunia, kecuali Amerika Serikat. Senjata itu adalah bom misil yang dikenal dengan nama GBU-
39.

Data dan Fakta Bom GBU-139

Panjang: 1.8 m

Lebar:19 cm.

Berat bom: 285 pound (130 kg)

Hulu ledak: 206 pund (93 kg) dengan 50 pound (23 kg) bahan peledak

Penetrasi hulu ledak: 6 kaki (1,8 meter) dinding beton, lebih dari 1 meter (beton baja)

Jangkauan maksimum: lebih dari 60 mil nautikal (110 km).


Harga per unit: USD 70,000.

Harga varian GBU-140: lebih dari USD90,000 per unit

Mampu menembus lapisan beton setebal hamper 2 meter.

Kronologis penggunaan GBU-39

Oktober 2001 - Boeing mendapat kontrak SDB

September 2005 – bom mini lolos untuk uji dan evaluasi operasional

September 2006 – tim pembuat bom mini mengirim bom pertama ke AU AS

Oktober 2006 – Bom mini digunakan untuk persenjataan pesawat F15-E.

Oktober 2006 – Bom mini digunakan pertama kali untuk pertempuran

September 2008 - Israel mendapat persetujuan dari Kongres AS untuk membeli 1.000 bom mini.

Desember 2008 – Bom mini digunakan menghantam fasilitas HAMAS di jalur Gaza termasuk peluncur roket
bawah tanah. [fahmi/Nies MJ/dari berbagai sumber/www.suara-islam.com]

Umat Islam Bersatulah, Sambut


Panggilan Gaza
Monday, 12 January 2009
Tidak ada takdir Allah yang sia-sia. Pasti ada hikmahnya,
walaupun takdir itu sekilas tak disukai manusia. Juga, hikmah
itu mungkin tersembunyi (blessing in disguise) , baru disadari
belakangan. Begitu pun agresi Israel atas Palestina.
Bagaimanapun, serangan ini telah membangkitkan ghirah
ukhuwah Islamiyyah sedunia untuk membantu saudara-saudara
seiman di bumi Palestina. Termasuk umat Islam di Indonesia.

“Duhai orang beriman, inginkah kalian Kutunjukkan pada suatu


perniagaan yang menyelamatkan kalian dari adzab yang pedih.
Kalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kalian
berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa kalian” (Ash-Shaf:
10-11).

Rasulullah SAW berwasiat: “Dinar yang paling utama yang dibelanjakan adalah dinar yang dibelanjakan untuk
keluarganya, dinar yang dibelanjakan untuk kendaraannya di jalan Allah, dan dinar yang diinfakkan untuk
rekan-rekannya (yang tengah berjuang) di jalan Allah.” (Muslim).

Memang, Indonesia sendiri juga masih sangat butuh banyak perhatian. Tapi, di negeri ini jihad (qital=perang)
belum dibutuhkan. Berbeda dengan Palestina, yang sangat membutuhkan dukungan jihad. Baik secara langsung
berupa prajurit dan peralatan militer, maupun secara tak langsung berupa dana, logistik, dan medis.
Ketika Palestina dan kaum muslimin sekitarnya belum cukup mampu untuk melawan Israel, maka kewajiban
jihad meluas ke belahan dunia lain. Termasuk Indonesia, sebagai negeri Muslim terbesar di dunia.

Alhamdulillah, masalah Palestina sejak awal selalu menjadi agenda Muslim Indonesia pada umumnya
(mainstream). Dari persoalan inilah, ‘’lahir’’ LSM semacam KISDI (Komite Indonesia untuk Solidaritas Dunia
Islam), KISPA (Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina), dan lain-lain. PKS (Partai Keadilan Sejahtera)
pun bisa dikatakan turut dibidani oleh persoalan Palestina.

Kini, ormas-ormas Islam pun ber-fastabiqul khairat menyokong perjuangan Palestina. Baik lewat aksi demo,
orasi, tulisan, diplomasi, maupun pengiriman tim bantuan kemanusiaan. [fahmi/www.suara-islam.com]

Anda mungkin juga menyukai