Anda di halaman 1dari 3

STRUKTUR SEKOR A. Komponen Sekor Responden 1.

Komponen Dasar Pada tahun 1910, Spearman mengemukakan bahwa amatan (dalam hal ini, sekor responden A) terdiri atas komponen Sekor tulen T Sekor tulen adalah sekor yang sebenarnya Sekor keliru K Sekor keliru adalah melesetnya skor perolehan dari keadaan yang sebenarnya. sehingga pada satu sekor responden, komponen sekor adalah A=T+K dengan A diketahui T tidak diketahui K tidak diketahui Jika responden sama diukur melalui dua pengukuran (setara) 1 dan 2, maka T adalah sama untuk dua pengukuran itu A1 = T + K1 A2 = T + K2 dengan A1 dan K1 adalah sekor amatan dan sekor keliru pada pengukuran 1 A2 dan K2 adalah sekor amatan dan sekor keliru pada pengukuran 2 Hal yang sama juga terjadi jika pengukuran lebih dari dua kali dan, secara teoretis, dapat diteruskan sampai tak hingga kali. 2. Sumber Kekeliruan Kekeliruan terdiri atas kekeliruan sistematik dan kekeliruan acak. Kekeliruan sistematik sudah sedapatnya dihilangkan (melalui validasi) pada validitas pengukuran. Sedangkan kekeliruan acak (tidak sistematis) di sini mencakup Pemilihan butir alat ukur Ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan responden tertentu Kondisi pengukuran Kondisi tempat, kondisi waktu, kondisi fisik responden mempengarhi hasil ukur

Pensekoran Bila sekor diberikan oleh penilai maka subyektivitas penilai berpengaruh pada hasil ukur

3. Asumsi a. Komponen Sekor Sekor amatan terdiri atas sekor tulen dan sekor keliru A=T+K Untuk sekor amatan A1 dan A2, masing-masing memiliki komponen A1 = T1 + K1 A2 = T2 + K2 Dengan A = sekor amatan T = komponen tulen K = komponen keliru Rerata Kekeliruan Untuk satu responden dengan tak hingga pengukuran atau satu pengukuran untuk tak hingga responden K = 0 A = T
K1 K2 A3 K3 K4 A5 K5 A1 A2

b.

A4

. . . tak hingga

T T = mA

c.

Hubungan Komponen Tulen dan Keliru Untuk satu responden dengan tak hingga pengukuran atau satu pengukuran dengan tak hingga responden, tidak ada korelasi di antara komponen tulen dan komponen keliru TK = 0 Asumsi ini memberikan pengertian bahwa tidak korelasi antara skor sebenarnya dengan skor kesalahan. Peserta tes yang memiliki nilai sebenarnya tinggi tidak mesti memiliki skor

kesalahan yang tinggi, demikian juga terhadap peserta tes yang memiliki skor sebenarnya yang rendah belum tentu memilki skor kesalahan yang tinggi. d. Hubungan di antara Komponen Keliru Pada pengukuran 1 dan 2 untuk tak hingga responden, tidak ada korelasi di antara komponen keliru K1K2 = 0 Korelasi antara skor kesalahan pada tes pertama dan skor kesalahan pada tes kedua adalah nol. Artinya peserta tes yang memiliki skor kesalahan yang tinggi pada tes pertama belum tentu mendapat nilai skor kesalahan pada tes kedua. Hal ini memberikan pengertian bahwa rentang pelaksanaan tes pertama dan kedua dapat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi obyektif peserta tes. Hubungan di antara dua sekor Pada pengukuran 1 dan 2 untuk tak hingga responden, tidak ada korelasi di antara komponen tulen dan komponen keliru T1K2 = 0 T2K1 = 0 Pada tes yang mengukur atribut yang sama, skor kesalahan pada tes pertama tidak berkorelasi dengan skor sebenarnya pada tes kedua. Sekor ujian paralel atau setara Ujian 1 dan ujian 2 adalah paralel atau setara jika sekor A1 dan A2 memenuhi asumsi (a) sampai (e) serta untuk setiap populasi responden, T1 = T2 dan 2K1 = 2K2 Sekor ujian dasarnya ekivalen (essentially equivalent) Ujian 1 dan ujian 2 adalah dasarnya ekivalen , jika sekor A1 dan A2 memenuhi asumsi (a) sampai (e) serta untuk setiap responden T1 = T2 + c12 dengan c12 adalah konstanta.

e.

f.

g.

Anda mungkin juga menyukai