Anda di halaman 1dari 4

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Noveron adalah suatu obat golongan muscle relaxant, mengandung rocuronium. Menurut sifatnya obat ini ada obat non depolarisasi dari muscle relaxant.

Farmakologikal Properties Menurut sifatnya, obat golongan ini sangat cocok untuk intubasi. Pelemas otot Nondepolarisasi, memiliki kecepatan induksi sama atau bahkan lebih cepat dari succinylcholine, namun pada pemberian dosis besar pada saat intubasi dapat menyebabkan efek penghalangan otot yang lebih panjang. Rocuronium sendiri memiliki sifat intermediate acting agent. Dengan waktu efek obat mulai bekerja setelah 60 detik. Pemberian dosis awal ini akan membuat 70-80% reseptor terduduki oleh obat ini. Sebagian pasien akan mengalami dyspnea, diplopia, atau dysphagia dengan pemberian dosis ini. Bahkan dapat mengganggu pernafasan dan saturasi O2. Pada orang tua, efek akan lebih terlihat. Selain itu obat ini sangat manjur dalam mencegah terjadinya fasciculations. Selain itu obat ini dapat melepaskan histamine. Cara kerja obat ini dengan mengikat Ach reseptor, hal ini bisa terjadi karena obat ini sangat menyerupain Ach. Tidak seperti Ach, obat ini tidak dapat dimetabolisme oleh asetilkolinesterase dan konsentrasinya pada synaptic cleft akan lebih stabil, sehingga dapat memberikan efek depolarisasi yang lebih lama. Depolarisasi motor end-plate yang terjadi terus menerus akan menyebabkan relaksasi otot lurik karena terbukanya kanal natrium pada membran otot sangat terbatas oleh waktu. Setelah eksitasi dan terbuka, kanal natrium akan menutup kembali dan tidak dapat dibuka kembali hingga motor end-plate berepolarisasi. Motor end-plate tidak dapat berepolarisasi selama pelumpuh otot depolarisasi terus menerus berikatan pada reseptor Ach (ini disebut dengan phase I block). Setelah beberapa waktu, motor end-plate yang terus menerus berdepolarisasi akan menyebabkan adanya perubahan ion dan perubahan bentuk pada reseptor Ach dan akibatnya adalah muncul phase II block, yang secara klinis menyerupai pelumpuh otot nondepolarisasi.

Metabolisme Obat ini tidak dimetabolisme atau hanya sedikit yang dimetabolisme oleh tubuh, namun hati memegang peranan besar dalam proses pembuangan dari obat ini. Akan dikeluarkan lewat urin, empedu, dan feses. Ginjal juga memegang peranan ini namun hanya sebagian
1

kecil. Proses eliminasi obat ini tidak dipengaruhi secara siknifikan oleh kondisi dan fungsi ginjal, namun gagal hati yang berat serta kehamilan diketahui dapat memperlambat proses eliminasi. Karena sifat metabolismenya ini, obat ini menjadi pilihan untuk infuse yang prolong.

Eliminasi dan paruh waktu Dileliminasi oleh hati ( mayoritas ) dan ginjal. Dikeluarkan oleh tubuh secara utuh melalui feses, urin dan cairan empedu. Waktu paruh dari obat ini adalah 1-2 jam.

Penggunaan secara klinis Digunakan untuk persiapan intubasi sehingga pada saat intubasi tidak terjadi spasme dari laring dan membantu mengontrol dari pernafasan. Pada pasien dengan indikasi penggunaan ventilasi, obat ini diberikan untuk melumpuhkan otot diafragma agar dapat di control oleh mesin ventilator. Selain itu, untuk melemaskan otot selama operasi yang melibatkan pembedahan perut( laparostomi), kelemasan dari otot perut dapat membantu dalam melakukan manipulasi dalam proses operasi dan dapat mengurangi penggunaan obatobatan anastesi dikarenakan oleh kebutuhan akan kelemasan otot sudah di penuhi oleh obat ini. Pada dunia ortopedi, oabt ini dapat membantu untuk melemaskan otot dalam proses reposisi tulang yang patah dan dislokasi sendi.

Dosis pemberian Rocuronium membutuhkan dosis 0,45-0,9 mg/kgBB iv untuk memberikan efek pelemas otot untuk melakukan intibasi dan 0,15mg/kgBB secara bolus untuk rumatan. Onset dari pemberian adalah 1-2 menit. Dan akan bertahan antara 30-60 menit. Pemberian

intramuscular pada bayi ( 1mg/kgBB) dan pada anak ( 2mg/kgBB) dapat menyebabkan pelemasan di pita suara dan kelumpuhan diafragma selama 3-6 menit dan akan kembali sempurna dalma 60 menit. Dengan pemberian infuse, rocuronium membutuhkan dosis 512g/kgBB/menit.

Efek samping Obat ini dapat terjadi pelepasan histamine walaupun tidak terlalu berpotensi menimbulkan peningkatan yang besar dari histamin. Selain itu ditemukan juga efek histamine yaitu, spasme bronkus, hipotensi serta hipersekresi bronkus dan kelenjar ludah. Gejala ini dapat di kendalikan dengan antihistamin. Untuk kardiovaskuler, obat ini tidak menimbulkan
2

efek langsung pada jantung namun vasoldilatasi akhibat histamine dan penghambatan ganglion dapat menyebabkan penurunan tonus otot rangka. Akibatnya aliran darah vena akan terganggu sehingga akan menggangu curah jantung kembali. Pada pernafasan, obat ini dapat membuat depresi dari saluran nafas dikarenakan pelemasan dari otot-otot pernafasan dan diafragma.

DAFTAR PUSTAKA

1. Latief SA dkk. Petunjuk Praktis Anestesiologi edisi kedua. Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UI. Jakarta; 2002. 46-478. 2. Morgan, GD. Et al, Clinical Anesthesiology. 4thed. New York: McGraw-Hill Lange Medical Books; 2006. 194-204. 3. Ting, Paul. Total Intravenous Anesthetic. Available at

:http://anesthesiologyinfo.com/articles/01072002.php. Diakses 20 Februari 2012. 4. White PF, Katzung BG. Skeletal muscle relaxants. In: Basic and clinical pharmacology. 10th ed. McGraw Hills Company. 2007.

Anda mungkin juga menyukai