Disusun oleh:
Kenan Davian
Preseptor:
Judul ..................................................................................................................... 1
Daftar Isi............................................................................................................... 2
2
BAB I
PENDAHULUAN
Obat anestetik adalah obat yang dapat menahan atau mengurangi fungsi-
fungsi vital daripada semua tipe sel yang terdapat di dalam tubuh manusia.
Anestesi umum menahan fungsi dari sistem saraf pusat kepada tahapan dimana
pasien tidak akan dapat merasakan rasa nyeri dan mengalami penurunan atau
kehilangan kesadaran secara sementara, yang berarti efek obat anestesi dapat
dihilangkan atau dikembalikan menjadi semula.
Obat untuk anestesi umum biasa dibagi menjadi dua, yaitu; obat volatil
yang biasanya diadministrasikan melalui jalur pernapasan (inhalasi) dan obat non-
volatil yang biasanya diadministrasikan melalui injeksi intravena. Jenis-jenis obat
anestesi tersebut memiliki mekanisme kerja yang berbeda-beda dan mempunyai
jenis atau golongan obat yang berbeda-beda juga.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
operasi untuk melaksanakan anestesi pada pasien lain, mengurangi ruang yang
terpakai pada ruang operasi, dan mengurangi resiko kontaminasi pada ruang
operasi.1
2.2. Propofol
2.2.2 Struktur
Struktur Propofol berupa cincin fenol dengan dua grup isopropil (Gambar
dalam bentuk emulsi minyak dalam air dengan kandungan minyak kedelai (10%),
gliserol (2.25%), dan lesitin telur (1.2%). Alergi kepada telur tidak selalu menjadi
kontraindikasi pemberian Propofol karena kebanyakan alergi pada telur terjadi
karena reaksi kepada albumin pada putih telur, sementara lesitin telur diperoleh
dari kuning telur.1
5
Gambar 2.2.2.1. Stuktur Propofol.
Propofol tidak dapat larut dalam air, tetapi bersifat sangat lipofilik. Sifat
lipofilik tersebut menyebabkan propofol dapat melewati sawar darah otak dengan
cepat dengan proses difusi melewati membrane lipid pada sel endotel.1
2.2.3. Farmokokinetik
2.2.4. Efek
6
vasokonstriktor simpatetik yang menyebabkan penurunan resistensi vaskular
sistemik. Propofol juga mengurangi kontraktilitas dan preload jantung.
Efek samping yang seringkali muncul adalah ruam, gatal, iritasi pada area
kulit, gangguan pernapasan, sindrom infusi propofol, denyut jantung melambat,
tekanan darah rendah, demam, kedutan otot, opisthotonos, cegukan.1, 3
2.2.5. Dosis
Dosis Propofol untuk induksi adalah 1-2.5 mg/kg dengan dosis maksimum
sebesar 250 mg. Dosis untuk pemeliharaan anestesi adalah 50-200 mcg/kg/menit.
Lalu, dosis untuk sedasi infus adalah 25-100 mcg/kg/menit.1
2.2.7. Harga
2.3. Barbiturat
7
Barbiturat bertindak sebagai depresan sistem saraf pusat, khususnya sistem
pengaktif retikuler di batang otak. Sistem pengaktifan retikuler atau Reticular
Activating System (RAS) adalah sistem yang mengontol berbagai fungsi vital
tubuh manusia seperti kesadaran. Penurunan kinerja RAS terjadi karena obat ini
mengikat pada reseptor GABAA sehingga kanal spesifik ion klorida terbuka lebih
lama. Hal ini membuat klorida lebih banyak masuk sehingga menyebabkan
hiperpolarisasi dan pengurangan sensitivitas sel-sel GABA.1
2.3.2. Struktur
8
Sementara itu, ketika oksigen (O) diganti dengan atom sulfur (S) pada C2, obat
menjadi lebih mudah larut dalam lipid. Hal ini membuat Thiopental dan
Thiamylal mempunyai potensi yang lebih besar, onset yang lebih cepat, dan
durasi kerja yang lebih singkat daripada jenis yang lainnya.1
2.3.3. Farmakokinetik
Barbiturat secara oral diabsorpsi cepat dan sempurna dari lambung dan
usus halus kedalam darah. Secara IV, barbiturat digunakan untuk menginduksi
serta memelihara anastesi umum. Thiopental, Thiamyal, dan Methohexital adalah
obat yang seringkali digunakan untuk induksi anestesi umum pasien dewasa dan
diberikan secara injeksi intravena sebelum pemberian Propofol. Sementa
pemberian Thiopental dan Methohexital secara rektal seringkali diberikan sebagai
obat induksi pada pasien pediatrik. Pentobarbital secara oral seringkali diberikan
sebagai obat premedikasi pada pasien segala umur.
2.3.4. Efek
9
tidak secara penuh menahan refleks pada jalan napas sehingga laringoskop saat
intubasi dan alat-alat lainnya untuk menjaga jalan napas dapat menyebabkan
bronkospasme, khususnya pada pasien dengan asma, ataupun laringospasme pada
pasien dengan anestesi ringan.
Efek samping daripada barbiturate yang sering terjadi adalah sakit kepala,
hipotensi, mual, dan ruam pada kulit. Efek samping pada sistem kardiovaskuler
dapat berupa bradikardia dan hipertensi. Pada sistem pernapasan, efek samping
Barbiturat mencakup depresi pernapasan, apnea, dan bronkospasme. Sementara
itu efek samping pada sistem saraf pusat mencakup agitasi, kebingungan, ataksia,
depresi sistem saraf pusat, halusinasi, insomnia, ansietas, vertigo, dan koma.4, 5
2.3.5. Dosis
10
2.4. Benzodiazepin
2.4.2. Struktur
11
Gambar 2.4.2.1. Struktur berbagai jenis Benzodiazepin dan Imidabenzodiazepine (Flumazenil)
2.4.3. Farmakokinetik
Diazepam mempunyai sifat yang dapat larut di lemak secara relatif dan
dapat melewati sawar darah otak. Diazepam IV mempunyai onset 1 menit dengan
durasi 1-2 jam. Midazolam yang larut pada air di pH yang rendah dapat larut
dengan baik dalam lemak dengan pH yang tidak terlalu rendah (pH fisiologikal).
Midazolam IV mempunya onset 1-3 menit dengan durasi 30-80 menit. Lorazepam
12
tidak memiliki sifat kelarutan yang baik pada lemak sehingga lebih sulit untuk
melewati sawar darah otak sehingga lebih lama onset kerjanya. Lorazepam IV
mempunyai onset 5-10 menit dengan durasi 2-6 jam. Walaupun Midazolam dapat
digunakan sebagai obat induksi anestesi, obat golongan Benzodiazepin dan
Propofol tetap lebih cepat dan memiliki durasi yang lebih singkat. Benzodiazepin
dimetabolisme secara ekstensif oleh kelompok enzim sitokro P450 di hati,
terutama CYP3A4 dan CYP2C19.6 Hasil metabolisme daripada obat ini diekskresi
melalui urin.1
2.4.4. Efek
13
2.4.5. Dosis
2.4.6. Harga
2.5. Ketamine
14
terjadi dalam 2 menit pertama setelah pembersihan bolus intravena dan kadarnya
akan kembali pada kadar dasar pada waktu kurang dari 15 menit.8
2.5.2. Struktur
2.5.3. Farmakokinetik
15
2.5.4. Efek
2.5.5. Dosis
Ketamin sebagai obat induksi dapat diberikan dengan dosis 1-2 mg/kg
secara IV atau 3-5 mg/kg secara IM. Lalu untuk sedasi, Ketamin dapat diberikan
dengan dosis 2.5-1.5 mcg/kg/menit secara IV.1
16
2.6. Etomidate
2.6.2. Struktur
2.6.3. Farmakokinetik
17
2.6.4. Efek
2.6.5. Dosis
18
BAB III
KESIMPULAN
Obat anestesi non-volatil adalah obat yang tidak menguap pada suhu
ruangan dan digunakan untuk memperoleh keadaan dimana pasien tidak
merasakan nyeri dan mengalami kehilangan kesadaran secara sementar. Propofol,
Barbiturat, Benzodiazepin, Ketamin, dan Entomidat adalah obat anestesi non-
voaltil
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Butterworth J f., Mackey DC, Wasnick JD. Clinical Anesthesiology. 2013. 175-187 p.
4. Caglayan O, Buyukkocak U, Kara FK, Sert O. The Effects of the Non-Volatile Anaesthetic
Agents , Propofol and Thiopental , on Erythrocyte Sedimentation Rate. 2009;9734.
5. de Jong R, Bonin J. Benzodiazepines Protect Mice from Local Anesthetic Convulsions and
Deaths. Anesthesia & Analgesia. 1981;60(6):385-89.
20