Anda di halaman 1dari 20

REFERAT ANESTESI

OBAT ANESTESI NON-VOLATIL

Disusun oleh:

Kenan Davian

Preseptor:

dr. Alexander Samuel Partogi, Sp.An

KEPANITERAAN KLINIK ILMU ANESTESI


SILOAM HOSPITAL LIPPO VILLAGE – RUMAH SAKIT UMUM SILOAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
PERIODE JANUARI-MARET 2019
TANGERANG
DAFTAR ISI

Judul ..................................................................................................................... 1

Daftar Isi............................................................................................................... 2

BAB I. Pendahuluan ............................................................................................ 3

BAB II. Tinjauan Pustaka

2.1. Obat Anestesi Non-Volatil ................................................................ 4

2.2. Propofol ............................................................................................ 5

2.3. Barbiturate ......................................................................................... 7

2.4. Benzodiazepin ................................................................................. 11

2.5. Ketamin ........................................................................................... 14

2.6. Etomidat .......................................................................................... 17

BAB III. Kesimpulan ......................................................................................... 19

Daftar Pustaka .................................................................................................... 20

2
BAB I
PENDAHULUAN

Obat anestetik adalah obat yang dapat menahan atau mengurangi fungsi-
fungsi vital daripada semua tipe sel yang terdapat di dalam tubuh manusia.
Anestesi umum menahan fungsi dari sistem saraf pusat kepada tahapan dimana
pasien tidak akan dapat merasakan rasa nyeri dan mengalami penurunan atau
kehilangan kesadaran secara sementara, yang berarti efek obat anestesi dapat
dihilangkan atau dikembalikan menjadi semula.

Obat untuk anestesi umum biasa dibagi menjadi dua, yaitu; obat volatil
yang biasanya diadministrasikan melalui jalur pernapasan (inhalasi) dan obat non-
volatil yang biasanya diadministrasikan melalui injeksi intravena. Jenis-jenis obat
anestesi tersebut memiliki mekanisme kerja yang berbeda-beda dan mempunyai
jenis atau golongan obat yang berbeda-beda juga.

Penting bagi klinisi untuk mengetahui tentang obat anestetik non-volatil


yang digunakan sebelum dan ketika anestesi agar dapat disesuaikan dengan pasien
guna menjaga kondisi pasien saat induksi anestesi dan ketika dalam tahap
pembedahan. Tulisan ini akan membahas tentang obat-obat anestesi yang non-
volatil yaitu obat golongan Propofol, Barbiturat, Benzodiazepin, Ketamin, dan
Etomidate.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Obat Anestesi Non-Volatil

Obat anestesi adalah obat yang digunakan untuk memperoleh keadaan


anestesi pada pasien. Keadaan anestesi yang dimaksud adalah keadaan dimana
pasien akan mengalami kehilangan sensasi secara sementara dan dapat dipulihkan
kembali. Obat non-volatil adalah obat yang tidak cepat menguap. Obat tersebut
memiliki tekanan uap yang lebih rendah pada suhu dan tekanan ruangan. Berbeda
dengan obat volatil yang menguap pada suhu ruangan. Jadi, obat anestesi non-
volatil adalah obat yang tidak menguap pada suhu ruangan, biasanya dalam
bentuk cairan, yang digunakan untuk menyebabkan hilangnya sensasi tubuh
secara sementara pada pasien.

Obat anestesi non-volatil dapat diberikan secara injeksi intravena dan


biasanya digunakan sebagai obat induksi. Selain induksi, obat anestesi intravena
juga berguna sebagai obat untuk mempertahankan kondisi anestesi pasien setelah
ditidurkan. Anestesi Introduksi secara injeksi intravena mempunyai kelebihan
bagi pasien dan dokter. Hal yang diinginkan saat pelaksanaan anestesi umum
adalah kecepatan tahap induksi. Menggunakan anestesi inhalasi, pasien akan
kehilangan kesadaran dalam waktu sekitar 30 detik (tahap 1) dan akan masuk ke
tahapan eksitasi (tahap 2) secara cepat sekali (tidak terlihat). Ketika anestesi
diinduksi melalui jalur intravena, pasien dapat hilang kesadarannya dengan lebih
cepat dan masuk ke dalam tahapan anestesi operasi (tahap 3). Berbeda dengan
obat anestesi volatil yang diberikan secara inhalasi, obat anestesi yang
menggunakan jalur intravena tidak menyebabkan gangguan pernapan dan pasien
akan merasakan atau melewati tahap eksitasi yang singkat, sehingga semakin
sedikit kemungkinan untuk berontak. Selain itu, sedikit resiko untuk komplikasi
pada fase pasca operasi karena berkurangnya iritasi pada sistem pernapasan.
Dokter anestesi juga merasakan manfaatnya karena anestesi umum secara
intravena memberikan dokter anestesi kesempatan untuk dapat keluar dari ruang

4
operasi untuk melaksanakan anestesi pada pasien lain, mengurangi ruang yang
terpakai pada ruang operasi, dan mengurangi resiko kontaminasi pada ruang
operasi.1

2.2. Propofol

2.2.1. Mekanisme Kerja

Mekanisme kerja propofol belum jelas sepenuhnya. Induksi anestesi


umum oleh Propofol dapat terjadi karena inhibisi pada neurotransmisi oleh
pengikatan reseptor Asam gamma-aminobutirat A atau gamma-Aminobutyric acid
A (GABAA). Melalui mekanisme pada reseptor GABAA di hippocampus,
propofol menghambat pelepasan acethylcholine (Neurotransmiter yang
menyebabkan kontraksi pada otot, aktivasi respon terhadap nyeri, dan regulasi
endokrin serta fungsi Rapid Eye Movement saat tidur) pada hippocampus dan
kortek prefrontal.2 Selain itu, Reseptor GABAA tersambung dengan kanal klorida
dan ketika diaktivasi akan menyebabkan hiperpolarisasi saraf selaput.1

2.2.2 Struktur

Struktur Propofol berupa cincin fenol dengan dua grup isopropil (Gambar
dalam bentuk emulsi minyak dalam air dengan kandungan minyak kedelai (10%),
gliserol (2.25%), dan lesitin telur (1.2%). Alergi kepada telur tidak selalu menjadi
kontraindikasi pemberian Propofol karena kebanyakan alergi pada telur terjadi
karena reaksi kepada albumin pada putih telur, sementara lesitin telur diperoleh
dari kuning telur.1

5
Gambar 2.2.2.1. Stuktur Propofol.

Propofol tidak dapat larut dalam air, tetapi bersifat sangat lipofilik. Sifat
lipofilik tersebut menyebabkan propofol dapat melewati sawar darah otak dengan
cepat dengan proses difusi melewati membrane lipid pada sel endotel.1

2.2.3. Farmokokinetik

Propofol hanya tersedia dalam bentuk injeksi intravena dan digunakan


dalam anestesi umum untuk menghasilkan efek sedasi sedang sampai berat.
Propofol mempunyai onset kerja yang cepat (10-50 detik) dan waktu pemulihan
yang singkat karena waktu paruh distribusi awal yang sangat singkat (2-8 menit).
Waktu pemulihan yang singkat dapat terjadi karena eliminasi yang sangat cepat.
Eliminasi propofol lebih cepat daripada aliran darah hati, yang berarti propofol
dimetabolisme secara ekstrahepatik. Keadaan pasien seperti obesitas, sirhosis hati,
dan gagal ginjal tidak mempunyai efek pada farmakokinetik Propofol. Pemberian
Propofol dalam waktu yang lama pada pasien anak dengan penyakit kritis atau
pasien remaja yang menjalani bedah saraf dapat mengakibatkan lipemia, asidosis
metabolik, dan bahkan kematian (sindrom infusi Propofol). Ekskresi metabolit
Propofol dibuang melalui urin.1, 2
Propofol seringkali menyebabkan nyeri saat
injeksi. Nyeri tersebut dapat dikurangi dengan pemberian Lidokain secara injeksi
sebelum pemberian Propofol ataupun dengan mencampurkan 2 mL Lidokain 1%
dengan 18 mL Propofol.3

2.2.4. Efek

Pada sistem kardiovaskuler, Propofol menyebabkan penurunan tekanan


darah. Hal ini terjadi karena kinerja Propofol yang menginhibisi aktivitas

6
vasokonstriktor simpatetik yang menyebabkan penurunan resistensi vaskular
sistemik. Propofol juga mengurangi kontraktilitas dan preload jantung.

Pada sistem pernapasan, propofol menyebabkan depresi pernapasan yang


dalam sehingga menyebabkan apnea setelah dosis induksi. Pada sistem saraf
pusat, Propofol mengurangi aliran darah otak dan tekanan intrakranial. Induksi
Propofol biasanya juga menyebabkan fenomena eksitasi seperti kedutan otot,
pergerakan spontan, cegukan, dan opitotonus. Walaupun beberapa hal tersebut
terlihat seperti gejala kejang, Propofol sebenarnya mempunyai efek anti kejang
dan dapat digunakan untuk mengatasi status epileptikus.

Efek samping yang seringkali muncul adalah ruam, gatal, iritasi pada area
kulit, gangguan pernapasan, sindrom infusi propofol, denyut jantung melambat,
tekanan darah rendah, demam, kedutan otot, opisthotonos, cegukan.1, 3

2.2.5. Dosis

Dosis Propofol untuk induksi adalah 1-2.5 mg/kg dengan dosis maksimum
sebesar 250 mg. Dosis untuk pemeliharaan anestesi adalah 50-200 mcg/kg/menit.
Lalu, dosis untuk sedasi infus adalah 25-100 mcg/kg/menit.1

2.2.7. Harga

Propofol sediaan 1% dengan mereka dagang Diprivan 10 mg/ml dengan isi


20 ml/ampul mempunyai harga sekitar Rp 160.000,00 setiap ampulnya. Fresofol
10 mg/ml dengan isi 20 ml/ampul dijual dengan harga sekitar Rp 101.000,00
setiap ampulya. Recofol 10 mg/ml dengan isi 20 ml/ampul dijual dengan harga
sekitar Rp 81,000.00 setiap ampulnya. Proanes 10 mg/ml dengan isi 20 ml/ampul
dijual dengan harga sekitar Rp 66,000.00 setiap ampulnya.

2.3. Barbiturat

2.3.1. Mekanisme Kerja

7
Barbiturat bertindak sebagai depresan sistem saraf pusat, khususnya sistem
pengaktif retikuler di batang otak. Sistem pengaktifan retikuler atau Reticular
Activating System (RAS) adalah sistem yang mengontol berbagai fungsi vital
tubuh manusia seperti kesadaran. Penurunan kinerja RAS terjadi karena obat ini
mengikat pada reseptor GABAA sehingga kanal spesifik ion klorida terbuka lebih
lama. Hal ini membuat klorida lebih banyak masuk sehingga menyebabkan
hiperpolarisasi dan pengurangan sensitivitas sel-sel GABA.1

2.3.2. Struktur

Barbiturat berasal dari asam barbiturat (2,4,4- trioksoheksahidropirimidin)


dengan subtitusi karbon C5 yang berpengaruh teradap potensi efek hipnotik dan
anti-konvulsinya. Barbiturat dengan rantai yang panjang dan bercabang memiliki
potensi yang lebih besar daripada rantai yang pendek dan lurus.

Gambar 2.3.2.1. Struktur berbagai jenis obat golongan Barbiturat.

Setiap jenis obat golongan barbiturate memiliki karakteristik yang berbeda


berdasarkan strukturnya. Grup ‘Phenyl’ pada Phenobarbital bersifat anti-
konsulvan, sementara ‘Metyl’ pada Methohexital tidak bersifat anti-konsulvan.

8
Sementara itu, ketika oksigen (O) diganti dengan atom sulfur (S) pada C2, obat
menjadi lebih mudah larut dalam lipid. Hal ini membuat Thiopental dan
Thiamylal mempunyai potensi yang lebih besar, onset yang lebih cepat, dan
durasi kerja yang lebih singkat daripada jenis yang lainnya.1

2.3.3. Farmakokinetik

Barbiturat secara oral diabsorpsi cepat dan sempurna dari lambung dan
usus halus kedalam darah. Secara IV, barbiturat digunakan untuk menginduksi
serta memelihara anastesi umum. Thiopental, Thiamyal, dan Methohexital adalah
obat yang seringkali digunakan untuk induksi anestesi umum pasien dewasa dan
diberikan secara injeksi intravena sebelum pemberian Propofol. Sementa
pemberian Thiopental dan Methohexital secara rektal seringkali diberikan sebagai
obat induksi pada pasien pediatrik. Pentobarbital secara oral seringkali diberikan
sebagai obat premedikasi pada pasien segala umur.

Barbiturat yang mudah larut dalam lemak, misalnya Thiopental dan


Methohexital, setelah pemberian secara IV, akan ditimbun di jaringan lemak dan
otot. Hal ini akan menyebabkan kadarnya dalam plasma dan otak turun dengan
cepat. Thiopental dan Methohexital (ultrashort-acting) memiliki onset 30-60 detik
dengan durasi selama 20-30 menit, digunakan sebagai obat induksi. Sementara
Pentobarbital (short-acting) memiliki onset 20-40 menit dan durasi selama 5-8
jam, digunakan untuk premedikasi.1, 4

2.3.4. Efek

Pada sistem kardiovaskuler, induksi Barbiturat secara IV menyebabkan


penurunan tekanan darah dan peningkatan pada nadi. Takikardia juga dapat terjadi
karena efek pada sistem vagolitik sentral dan respon refleks terhadap penurunan
tekanan darah. Tetapi, peningkatan nadi dan peningkatan pada kontraktilitas
miokard menjaga curah jantung atau cardiac output yang normal.

Pada sistem pernapasan, Barbiturat menahan kerja pusat ventilasi meduler,


sehigga respon terhadap hiperkapnia dan hipoksia menjadi berkurang. Barbiturat

9
tidak secara penuh menahan refleks pada jalan napas sehingga laringoskop saat
intubasi dan alat-alat lainnya untuk menjaga jalan napas dapat menyebabkan
bronkospasme, khususnya pada pasien dengan asma, ataupun laringospasme pada
pasien dengan anestesi ringan.

Pada sistem sarah pusat, Barbiturat menyebabkan konstriksi pada


pembuluh darah di otak, sehingga terjadi penurunan pada aliran darah otak,
volume darah, dan tekanan intrakranial (TIK). Tekanan perfusi serebral biasanya
juga meningkat karena penurunan TIK lebih besar daripada penurunan tekanan
darah arteri. Walaupun terjadi penurunan aliran darah otak, Barbiturat membuat
konsumsi oksigen pada otak menjadi berkurang hingga setengahnya, sehingga
penurunan aliran darah tidak terlalau signifikan. Barbiturat tidak mempunyai efek
relaksan otot dan beberapa jenis dapat menyebabkan kontraksi otot skeletal secara
involunter, seperti Methohexital.1

Efek samping daripada barbiturate yang sering terjadi adalah sakit kepala,
hipotensi, mual, dan ruam pada kulit. Efek samping pada sistem kardiovaskuler
dapat berupa bradikardia dan hipertensi. Pada sistem pernapasan, efek samping
Barbiturat mencakup depresi pernapasan, apnea, dan bronkospasme. Sementara
itu efek samping pada sistem saraf pusat mencakup agitasi, kebingungan, ataksia,
depresi sistem saraf pusat, halusinasi, insomnia, ansietas, vertigo, dan koma.4, 5

2.3.5. Dosis

Thiopental dan Thiamylal dengan konsentrasi 2.5% digunakan sebagai


obat induksi dengan dosis 3-6 mg/kg secara intravena (IV). Methohexital 1%
sebagai obat induksi diberikan sebanyak 1-2 mg/kg secara IV dan sebagai obat
sedasi diberikan dengan dosis 0.2-0.4 mg/kg secara IV. Methohexital 10% yang
diberikan secara rektal untuk pasien pediatrik mempunyai dosis 25 mg/kg.
Penthobarbital dan Secobarbital dengan konsentrasi 5% sebagai obat premedikasi
diberikan dengan dosis 2-4 mg/kg (dosis maksimum 150 mg) secara oral ataupun
intramuscular atau dosis sebesar 3 mg/kg secara rektal.1

10
2.4. Benzodiazepin

2.4.1. Mekanisme Kerja

Benzodiazepin bekerja pada reseptor GABAA guna meningkatkan kinerja


GABA. Obat ini meningkatkan efisiensi daripada penggabungan antara reseptor
GABA kanal ion klorida, sehingga terjadi peningkatan inhibisi melalui
hiperpolarisasi seluler. Reseptor Alpha-1 pada GABA memodulasi efek sedasi,
amnesia antegrade, dan antikonvulsi. Sementara itu Reseptor Alpha-2 memodulasi
efek ansiolisis dan relaksan otot. Contoh obat golongan ini adalah Midazolam,
Lorazepam, dan Diazepam.1

2.4.2. Struktur

Struktur Benzodiazepin terdiri atas cincin Benzene yang melekat pada


cincin aromatic diazepin. Cincin ‘Imidazole’ pada Midazolam membuat obat ini
dapat larut dalam air pada pH yang rendah dan memungkinkan sediaan
Midazolam dalam bentuk solusi cairan. Diazepam dan Lorazepam tidak dapat
larut dalam air, sehingga solusi kedua obat ini mengandung Propylene Glycol
(seringkali menyebabkan iritasi vena), suatu alkohol diol yang digunakan untuk
melarutkan berbagai obat-obatan intravena, oral, atau topikal. Sediaan Lorazepam
intravena mempunyai kandungan Propylene Glycol yang paling tinggi. 1

11
Gambar 2.4.2.1. Struktur berbagai jenis Benzodiazepin dan Imidabenzodiazepine (Flumazenil)

2.4.3. Farmakokinetik

Benzodiazepin dapat diberikan secara oral, intramuskular (kecuali


Diazepam), atau intravena. Khususnya secra intravena, permberian
benzodiazepine dapat digunakan untuk menginduksi anestesi umum. Pemberian
Diazepam secara injeki intramuskular (IM) dapat menyebabkan nyeri dan absorpsi
obat tidak dapat diandalkan. Sementara itu, pemberian Midazolam dan Lorazepam
secara IM membuat kedua obat menjadi mudah di absorpsi. Diazepam dan
Lorazepam dapat di absorpsi dengan baik di saluran pencernaan. Induksi anestesi
umum menggunakan Midazolam hanya cocok jika diberikan secara injeksi
intravena.1, 6

Diazepam mempunyai sifat yang dapat larut di lemak secara relatif dan
dapat melewati sawar darah otak. Diazepam IV mempunyai onset 1 menit dengan
durasi 1-2 jam. Midazolam yang larut pada air di pH yang rendah dapat larut
dengan baik dalam lemak dengan pH yang tidak terlalu rendah (pH fisiologikal).
Midazolam IV mempunya onset 1-3 menit dengan durasi 30-80 menit. Lorazepam

12
tidak memiliki sifat kelarutan yang baik pada lemak sehingga lebih sulit untuk
melewati sawar darah otak sehingga lebih lama onset kerjanya. Lorazepam IV
mempunyai onset 5-10 menit dengan durasi 2-6 jam. Walaupun Midazolam dapat
digunakan sebagai obat induksi anestesi, obat golongan Benzodiazepin dan
Propofol tetap lebih cepat dan memiliki durasi yang lebih singkat. Benzodiazepin
dimetabolisme secara ekstensif oleh kelompok enzim sitokro P450 di hati,
terutama CYP3A4 dan CYP2C19.6 Hasil metabolisme daripada obat ini diekskresi
melalui urin.1

2.4.4. Efek

Obat Benzodiazepin memiliki efek depresan pada sistem kardiovaskuler


yang minimal walaupun dengan dosis anestesi. Tetapi, efek tersebut dapat
ditingkatkan dengan pemberian Opioid yang menghasilkan depresi miokard dan
hipotensi. Benzodiazepin sendiri hanya menurunkan tekanan darah, curah jantung,
dan resisten vaskuler perifer secara minimal.

Pada sistem pernapasan, Benzodiazepin menahan respon terhadap CO2,


khususnya jika diberikan secara intravena (IV). Pemberian Diazepam dan
Midazolam secara IV dapat menyebabkan terhentinya pernapasan, sehingga
butuhnya administrasi dan pemantauan yang baik untuk menghindari overdosis
dan apnea.

Benzodiazepin mengurangi konsumsi oksigen otak, aliran darah otak, dan


menurunkan tekanan intrakranial secara minimal. Jika diberikan secara oral
dengan dosis sedasi, Benzodiazepin dapat menyebabkan amnesia retrograde, efek
yang dicari pada tahap premedikasi. Berbeda dengan Propofol ataupun Barbiturat,
induksi anestesi dengan benzodiazepin lebih lambat dalam menghasilkan efek
hilangnya kesadaran dan waktu pemulihan yang lebih lama. Selain itu,
Benzodiazepin tidak memiliki efek analgesia.1, 7

Efek samping yang umum terjadi pada pemberian Benzodiazepin adalah


rasa mengantuk, kelemahan, pusing, gemetaran, masalah pada penglihatan, dan
gangguan koordinasi.7

13
2.4.5. Dosis

Diazepam dengan dosis 0.2-0.5 mg/kg (dosis maksimum 15 mg) secara


oral berguna untuk premedikasi, sementara dosis 0.04-0.2 mg/kg secara IV
berguna sebagai obat sedasi. Midazolam dosis 0.07-0.15 mg/kg secara IM
digunakan untuk premedikasi, dosis 0.01-0.1 mg/kg secara IV digunakan sebagai
obat sedasi, dan dosis 0.1-0.4 mg/kg secara IV digunakan untuk induksi anestesi.
Lorazepam dosis 0.05 mg/kg secara oral berguna sebagai obat premedikasi. 1

2.4.6. Harga

Midazolam 0.01% dengan merek dagang Dormicum sediaan injeksi 1


mg/ml dengan isi 5 ml/ampul mempunyai harga sekitar Rp 22.000,00 setiap
ampulnya. Midazolam 0.01% dengan merek dagang Sedacum sediaan injeksi 1
mg/ml dengan isi 5 ml/ampul mempunyai harga sekitar Rp 17.000,00

2.5. Ketamine

2.5.1. Mekanisme Kerja

Ketamin adalah obat antagonis reseptor N-Methyl-D-Aspartate (NMDA)


yang non-kompetitif. Tidak seperti Barbiturat yang mendepresi sistem pengaktif
retikuler, Ketamin ‘melepas’ hubungan antara Talamus (menghantarkan impuls
sensorik sistem pengaktif retikuler ke korteks serebral) dengan korteks limbik
(pengetahuan atas sensasi). Hal ini menyebabkan pasien yang dianestesi dengan
Ketamin tampak sadar (mata kebuka, dapat menelan, dan terdapat kontraksi otot)
tetapi tidak dapat memproses atau merespon terhadap masukan sensorik.1

Ketamin adalah satu-satunya anestetik intravena yang selain bersifat


analgesik kuat juga mampu merangsang sistem kardiovaskuler sesuai dengan
dosis pemberiannya. Frekuensi jantung, tekanan darah arteri, dan curah jantung
meningkat secara bermakna dari nilai dasarnya. Puncak peningkatannya terjadi 2-
4 menit setelah pemberian bolus intravena dan menurun secara perlahan pada nilai
normalnya setelah 10-20 menit. Peningkatan plasma, epineprin dan norepineprin

14
terjadi dalam 2 menit pertama setelah pembersihan bolus intravena dan kadarnya
akan kembali pada kadar dasar pada waktu kurang dari 15 menit.8

2.5.2. Struktur

Ketamin merupakan analog struktur dari Phencyclidine. Ketamin 10 kali


lebih poten daripada Phencyclidine dan mempunyai efek di pikiran mirip seperti
keadaan psikotik (efek psikotomimetik). Ketamin dapat diberikan bersamaan
dengan Propofol atau obat Benzodiazepin seperti Midazolam untuk menghasilan
kehilangan kesadaran yang dalam yang berguna saat dibutuhkannya pemblokiran
saraf dan ketika akan melaksanakan endoskopi.1

Gambar 2.5.2.1. Struktur Ketamin

2.5.3. Farmakokinetik

Ketamin dapat diberikan secara oral, nasal, rektal, subkutan, ataupun


epidural, tetapi pada klinis Ketamin biasa diberikan secara intravena dan
intramuskular. Ketamin merupakan obat yang sangat lipofilik dan didistribusikan
dengan cepat ke dalam organ-organ yang kaya vaskuler, termasuk otak, hati dan
ginjal. Lalu, metabolisme obat ini terjadi di hati dan selanjutnya diekskresikan
melalui urin. 1 Pemberian Ketamin secara IV memiliki onset 60-90 detik dengan
durasi 1-2 menit dan pemberian Ketamin secara IM memiliki onset 1-2 menit
dengan durasi 15-20 menit. 8

15
2.5.4. Efek

Tidak seperti obat anestesi lainnya, Ketamin meningkatkan tekanan darah,


nadi, dan curah jantung, karena sifatnya yang menghasilkan stimulasi simpatetik.
Sifat kardiostimulator tersebut membuat pemberian Ketamin cocok pada pasien
dengan hypovolemia, trauma, serta pasien dengan resiko syok septik dan syok
kardiogenik. Tetapi, karena efek tersebut pemberian Ketamin harus diberikan
secara hati-hati pada pasien dengan penyakit jantung koroner, hipertensi tidak
terkontrol, gagal jantung, dan aneurisma arteri.

Efek Ketamin pada sistem pernapasan bersifat minimal, tetapi pemberian


dengan Opioid dapat menyebabkan apnea. Ketamin juga dapat meningkatkan
produksi air liur dan efek ini dapat diprevensi dengan pemberian obat
antikolinergik seperti Glycopyrrolate.

Ketamin meningkatkan darah ke otak, konsumsi oksigen dan tekanan


intrakranial. Tetapi, dalam studi terbaru ditemukan bahwa Ketamin jika diberikan
dengan Benzodiazepin dan ventilasi terkontorol (tidak dengan Nitrous Oxide),
ketamin tidak menghasilkan efek peningkatan tekanan intrakranial.1

Penggunaan ketamin dapat menyebabkan kondisi disorientasi paska


operasi, ilusi penginderaan, persepsi dan gambaran mimpi yang seolah hidup
(yang disebut fenomena awal sadar atau emergence phenomena), penglihatan
burma, penglihatan ganda, pusing, mual, muntah, kehilangan nafsu makan, dan
insomnia.8

2.5.5. Dosis

Ketamin sebagai obat induksi dapat diberikan dengan dosis 1-2 mg/kg
secara IV atau 3-5 mg/kg secara IM. Lalu untuk sedasi, Ketamin dapat diberikan
dengan dosis 2.5-1.5 mcg/kg/menit secara IV.1

16
2.6. Etomidate

2.6.1. Mekanisme Kerja

Etomidate menahan kinerja sistem pengaktif retikuler dan meniru efek


inhibisi daripada GABA. Etomidate mengikat dengan reseptor GABAA guna
meningkatkan afinitas reseptor tersebut kepada GABA.1

2.6.2. Struktur

Struktur Entomidat terdiri atas Imidazole dengan tambahan grup karboxil.


Cincin Imidazole membuat obat ini dapat larut dalam air pada solusi yang asam
dan larut dalam lemak pada pH yang fisiologikal (pH 7.4). Seperti Diazepam dan
Lorazepam, Etomidate butuh Propylene Glycol agar dapat larut. Etomidat juga
dapat menyebabkan rasa nyeri saat injeksi yang dapat dikurangi dengan
pemberian Lidocaine secara injeksi sebelumnya.1

Gambar 2.6.2.1. Struktur Etomidat

2.6.3. Farmakokinetik

Etomidate hanya tersedia secara injeksi intravena and digunakan untuk


induksi anestesi umum. Etomidate juga memiliki onset yang sangat cepat karena
sifatnya yang mudah larut dalam lemak.1 Onset kerja Entomidate adalah 30-60
detik dengan durasi 3-5 menit. Obat ini diekskresikan melalui urin.9

17
2.6.4. Efek

Pada sistem kardiovaskuler, Etomidate mengakibatkan penurunan yang


minimal pada resistansi pendarahan perifer dan tidak memiliki efek pada
kontraktilitas miokard dan curah jantung. Selain efek yang minimal pada sistem
kardiovaskuler, Etomidate juga memiliki efek yang minimal pada sistem
pernapasan. Entomidate biasanya tidak mengakibatkan apnea dan butuhnya
pemberian Opioid untuk menghasilkan apnea.1

Entomidate mengurangi laju metabolism otak, aliran darah otak, dan


tekanan intrakranial. Tetapi karena efek kardiovaskuler yang minimal, tekanan
perfusi otak atau cerebral perfusion pressure (CPP) biasanya tetap normal. Pada
sistem endokrin, Etomidate dapat menginhibisi enzim yang terlibat pada sintesis
kortisol dan aldosterone. Jika diberikan untuk waktu yang lama, Etomidat dapat
menyebabkan supresi fungsi adrenokortikal yang menyebabkan peningkatan
mortalitas pada pasien dengan keadaan kritis.1

Efek samping mencakup nyeri pada lokasi injeksi, pergerakan sementara


otot skeletal (menyentak), hiperventilasi, sesak napas, serta mual dan muntah
pasca operasi.9

2.6.5. Dosis

Sebagai obat induksi, Entomidat diberikan secara IV dengan dosis 0.2-0.5


mg/kg.1

18
BAB III
KESIMPULAN

Obat anestesi non-volatil adalah obat yang tidak menguap pada suhu
ruangan dan digunakan untuk memperoleh keadaan dimana pasien tidak
merasakan nyeri dan mengalami kehilangan kesadaran secara sementar. Propofol,
Barbiturat, Benzodiazepin, Ketamin, dan Entomidat adalah obat anestesi non-
voaltil

Propofol meningkatkan kinerja GABA dengan mekanisme pada reseptor


GABAA. Propfol juga memiliki onset kerja yang sangat cepat (10-50 detik), durasi
selama 3-10 menit, waktu pemulihan yang sangat cepat, dan efek samping yang
minimal. Hal tersebut membuat Propofol menjadi pilihan utama untuk induksi
anestesi.

Obat golongan Barbiturat meningkatkan kinerja GABA. Onset Barbiturat


ultrashort-acting adalah 30-60 detik (durasi 20-30 menit). Onser Barbiturat short-
acting adalah 20-40 menit (durasi 5-8 jam) dan baisanya digunakan sebagai obat
premedikasi.

Obat golongan Benzodiazepine bekerja pada reseptor GABAA guna


meningkatkan kinerja GABA. Onset obat ini lebih lambat daripada yang lainnya
(Midazolam dan Diazepam sekitar 1 menit dan Lorazepam selama 5-10 menit).
Durasi sekitar 1-2 jam untuk Midazolam dan Diazepam, serta durasi selama 2-6
jam untuk Lorazepam.

Ketamin bekerja sebagai reseptor NMDA antagonis. Ketamin memiliki


efek analgesik dan memiliki onset yang cukup lama (1-2 menit) dengan durasi
selama 15-20 menit. Ketamin adalah obat anestesi yang paling ‘komplit’ dengan
efek analgesia, amnesia, dan membuat hilangnya kesadaran.

Etomidate meningkatkan kinerja GABA dengan mengikat kepada reseptor


GABAA. Onset obat ini cepat (5-15 detik) dengan durasi 8-10 menit. Obat ini
dapat menyebabkan supresi adrenokortikal.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Butterworth J f., Mackey DC, Wasnick JD. Clinical Anesthesiology. 2013. 175-187 p.

2. Mackenzie N, Grant IS. Propofol for intravenous sedation. 1987;42:0-3.

3. Tan CH, Onsiong MK. Pain on injection of propofol. 1998;468-76.

4. Caglayan O, Buyukkocak U, Kara FK, Sert O. The Effects of the Non-Volatile Anaesthetic
Agents , Propofol and Thiopental , on Erythrocyte Sedimentation Rate. 2009;9734.

5. de Jong R, Bonin J. Benzodiazepines Protect Mice from Local Anesthetic Convulsions and
Deaths. Anesthesia & Analgesia. 1981;60(6):385-89.

6. Löscher W, Rogawski M. How theories evolved concerning the mechanism of action of


barbiturates. Epilepsia. 2012;53:12-25.

7. Frendl G. Benzodiazepines. Critical Care Medicine. 2013;41(7):1807-1808.

8. McGlone R. Utility of low dose ketamine. BMJ. 2009;339(dec22 2):b5575-b5575.

9. Raines D. The Pharmacology of Etomidate and Etomidate Derivatives. International


Anesthesiology Clinics. 2015;53(2):63-75.

20

Anda mungkin juga menyukai