Anda di halaman 1dari 139

Planet

Planet adalah benda langit yang memiliki ciri-ciri berikut:[1]


mengorbit mengelilingi bintang atau sisa-sisa bintang; mempunyai massa yang cukup untuk memiliki gravitasi tersendiri agar dapat mengatasi tekanan rigid body sehingga benda angkasa tersebut mempunyai bentuk kesetimbangan hidrostatik (bentuk hampir bulat); tidak terlalu besar hingga dapat menyebabkan fusi termonuklir terhadap deuterium di intinya; dan, telah "membersihkan lingkungan" (clearing the neighborhood; mengosongkan orbit agar tidak ditempati benda-benda angkasa berukuran cukup besar lainnya selain satelitnya sendiri) di daerah sekitar orbitnya Berdiameter lebih dari 800 km

Berdasarkan definisi di atas, maka dalam sistem Tata Surya terdapat delapan planet. Hingga 24 Agustus 2006, sebelum Persatuan Astronomi Internasional (International Astronomical Union = IAU) mengumumkan perubahan pada definisi "planet" sehingga seperti yang tersebut di atas, terdapat sembilan planet termasuk Pluto, bahkan benda langit yang belakangan juga ditemukan sempat dianggap sebagai planet baru, seperti: Ceres, Sedna, Orcus, Xena, Quaoar, UB 313. Pluto, Ceres dan UB 313 kini berubah statusnya menjadi "planet kerdil/katai."

Etimologi
Planet diambil dari kata dalam bahasa Yunani Asteres Planetai yang artinya Bintang Pengelana. Dinamakan demikian karena berbeda dengan bintang biasa, Planet dari waktu ke waktu terlihat berkelana (berpindah-pindah) dari rasi bintang yang satu ke rasi bintang yang lain. Perpindahan ini (pada masa sekarang) dapat dipahami karena planet beredar mengelilingi matahari. Namun pada zaman Yunani Kuno yang belum mengenal konsep heliosentris, planet dianggap sebagai representasi dewa di langit. Pada saat itu yang dimaksud dengan planet adalah tujuh benda langit: Matahari, Bulan, Merkurius, Venus, Mars, Jupiter dan Saturnus. Astronomi modern menghapus Matahari dan Bulan dari daftar karena tidak sesuai definisi yang berlaku sekarang. Sebelumnya, planet-planet anggota tata surya ada 9, yaitu Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter/Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, dan Pluto. Namun, tanggal 26 Agustus 2006, para ilmuwan sepakat untuk mengeluarkan Pluto dari daftar planet sehingga jumlah planet di tata surya menjadi hanya 8.

Planet dalam tata surya


Menurut IAU (Persatuan Astronomi Internasional) sesuai dengan defenisi yang baru, maka terdapat delapan planet dalam sistem Tata Surya:
1. Merkurius 2. Venus 3. Bumi

4. 5. 6. 7. 8.

Mars Yupiter Saturnus Uranus Neptunus

Sejarah
Sejalan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, pengertian istilah planet berubah dari sesuatu yang bergerak melintasi langit (relatif terhadap latar belakang bintang-bintang yang tetap), menjadi benda yang bergerak mengelilingi Bumi. Ketika model heliosentrik mulai mendominasi pada abad ke-16, planet mulai diterima sebagai sesuatu yang mengorbit Matahari, dan Bumi hanyalah sebuah planet. Hingga pertengahan abad ke-19, semua obyek apa pun yang ditemukan mengitari Matahari didaftarkan sebagai planet, dan jumlah planet menjadi bertambah dengan cepat di penghujung abad itu. Selama 1800-an, astronom mulai menyadari bahwa banyak penemuan terbaru tidak mirip dengan planet-planet tradisional. Obyek-obyek seperti Ceres, Pallas dan Vesta, yang telah diklasifikasikan sebagai planet hingga hampir setengah abad, kemudian diklasifikan dengan nama baru "asteroid". Pada titik ini, ketiadaan definisi formal membuat "planet" dipahami sebagai benda 'besar' yang mengorbit Matahari. Tidak ada keperluan untuk menetapkan batasbatas definisi karena ukuran antara asteroid dan planet begitu jauh berbeda, dan banjir penemuan baru tampaknya telah berakhir. Namun pada abad ke-20, Pluto ditemukan. Setelah pengamatan-pengamatan awal mengarahkan pada dugaan bahwa Pluto berukuran lebih besar dari Bumi, IAU (yang baru saja dibentuk) menerima obyek tersebut sebagai planet. Pemantauan lebih jauh menemukan bahwa obyek tersebut ternyata jauh lebih kecil dari dugaan semula, tetapi karena masih lebih besar daripada semua asteroid yang diketahui, dan tampaknya tidak eksis dalam populasi yang besar, IAU tetap mempertahankan statusnya selama kira-kira 70 tahun. Pada 1990-an dan awal 2000-an, terjadi banjir penemuan obyek-obyek sejenis Pluto di daerah yang relatif sama. Seperti Ceres dan asteroid-asteroid pada masa sebelumnya, Pluto ditemukan hanya sebagai benda kecil dalam sebuah populasi yang berjumlah ribuan. Semakin banyak astronom yang meminta agar Pluto didefinisi ulang dari sebuah planet seiring bertambahnya penemuan obyek-obyek sejenis. Penemuan Eris, sebuah obyek yang lebih masif daripada Pluto, dipublikasikan secara luas sebagai planet kesepuluh, membuat hal ini semakin mengemuka. Akhirnya pada 24 Agustus 2006, berdasarkan pemungutan suara, IAU membuat definisi planet yang baru. Jumlah planet dalam Tata Surya berkurang menjadi 8 benda besar yang berhasil membersihkan lingkungannya (Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus dan Neptunus), dan sebuah kelas baru diciptakan, yaitu planet katai, yang pada awalnya terdiri dari tiga obyek, Ceres, Pluto dan Eris.

Sejarah nama-nama planet


Lima planet terdekat ke Matahari selain Bumi (Merkurius, Venus, Mars, Yupiter dan Saturnus) telah dikenal sejak zaman dahulu karena mereka semua bisa dilihat dengan mata telanjang. Banyak bangsa di dunia ini memiliki nama sendiri untuk masing-masing planet (lihat tabel nama planet di bawah). Pada abad ke-6 SM, bangsa Yunani memberi nama Stilbon (cemerlang) untuk Planet Merkurius, Pyoroeis (berapi) untuk Mars, Phaethon (berkilau) untuk Jupiter, Phainon (Bersinar) untuk Saturnus. Khusus planet Venus memiliki dua nama yaitu Hesperos (bintang sore) dan Phosphoros (pembawa cahaya). Hal ini terjadi karena dahulu planet Venus yang muncul di pagi dan di sore hari dianggap sebagai dua objek yang berbeda. Pada abad ke-4 SM, Aristoteles memperkenalkan nama-nama dewa dalam mitologi untuk planetplanet ini. Hermes menjadi nama untuk Merkurius, Ares untuk Mars, Zeus untuk Jupiter, Kronos untuk Saturnus dan Aphrodite untuk Venus. Pada masa selanjutnya di mana kebudayaan Romawi menjadi lebih berjaya dibanding Yunani, semua nama planet dialihkan menjadi nama-nama dewa mereka. Kebetulan dewa-dewa dalam mitologi Yunani mempunyai padanan dalam mitologi Romawi sehingga planet-planet tersebut dinamai dengan nama yang kita kenal sekarang. Hingga masa sekarang, tradisi penamaan planet menggunakan nama dewa dalam mitologi Romawi masih berlanjut. Namun demikian ketika planet ke-7 ditemukan, planet ini diberi nama Uranus yang merupakan nama dewa Yunani. Dinamakan Uranus karena Uranus adalah ayah dari |Kronos (Saturnus). Mitologi Romawi sendiri tidak memiliki padanan untuk dewa Uranus. Planet ke-8 diberi nama Neptunus, dewa laut dalam mitologi Romawi.

Nama planet dalam bahasa lain


Arab Syams Belan Zon da Benga Surya li Utaare Zuhra Ard d Qamar Marrik Mushta Zuhal Uraanus Niftuun h rie Mars Jupiter Satur Uranus nus Neptunus -

Mercur Aard Venus Maan ius e Budh Shukra

Prithi Mang Brihas Chand Shani vi al pati

Canto Taiyeu Gumsi Deiqa Yueqa Fuosi Moqsin Tousi Tinwongs Huoiwong Suising n ng ng o o ng g ng ing sing Filipin Araw a Gujar Surya ati Merkur Beno yo Budh Shukra Daigd Satur Buwan Marte Hupiter Urano ig no Prathi Chandr Mang Guru vi a al Shani Neptuno

Prajapath Varun ie Neptunus

Indon Mataha Merkur Venus Bumi Bulan Mars Yupiter Satur Uranus

esia ri Inggri Sun s Jawa

ius Mercur Venus Earth Moon y Kejora Jagad Mars Jupiter

nus Satur Uranus n Neptune -

Srenge Buda nge

Rembu Angg Respat Sani lan ara i Kasei

Jepan Chiky Taiyou Suisei Kinsei Tsuki g uu Jerma Sonne Merkur Venus Erde Mond n Latin Sol Mercur Venus Terra Luna ius

Mokus Dosei Ten'ousei Kaiousei ei Satur Uranus n Satur Uranus nus Neptun Neptunus Neptun

Mars Jupiter Mars Jupiter

Melay Mataha Marik Musyta Utarid Zuhrah Bumi Bulan Zuhal Uranus u ri h ri

Mand Taiyan Shuixin Huoxi Tuxin Tianwang Haiwangx Jinxing Diqiu Yueqiu Muxing arin g g ng g xing ing Peran Soleil cis Portu Sol gis Russia Solnce Sansk Surya erta Thaila Surya nd Mercur Vnus Terre Lune e Mercr Vnus Terra Lua io Merkur Zemlj Venera Luna ij a Budha Sukra Mars Jupiter Marte Jpiter Mars Yupiter Satur Uranus ne Satur Urano no Satur Uran n Uranus Neptune Neptuno Neptun Neptune Poseidon

Dhar Chandr Mang Brhasp Sani a a ala ati Chandr Angka Prhasb Sao a rn adi Zeus

Budha Sukra Lok

Yunan Herme Aphrod Helios Gaia Selene Ares i s ite

Krono Uranos s

Formasi
Secara pasti belum diketahui bagaimana planet terbentuk. Teori yang selama ini masih dipercaya adalah planet terbentuk saat nebula runtuh ke piringan gas dan debu.

Merkurius

Merkurius adalah planet terkecil di dalam tata surya dan juga yang terdekat dengan Matahari dengan kala revolusi 88 hari dan kala rotasi 59 hari. Kecerahan planet ini berkisar di antara -2 sampai 5,5 dalam magnitudo tampak namun tidak mudah terlihat karena sudut pandangnya dengan Matahari kecil (dengan rentangan paling jauh sebesar 28,3 derajat. Merkurius hanya bisa terlihat pada saat subuh atau maghrib. Tidak begitu banyak yang diketahui tentang Merkurius karena hanya satu pesawat antariksa yang pernah mendekatinya yaitu Mariner 10 pada tahun 1974 sampai 1975. Mariner 10 hanya berhasil memetakan sekitar 40 sampai 45 persen dari permukaan planet.

Catatan

Magnitudo semu
(Dialihkan dari Magnitudo tampak) Magnitudo tampak (m) dari suatu bintang, planet atau benda langit lainnya adalah pengukuran dari kecerahan atau kecerlangan yang tampak; yaitu banyaknya cahaya yang diterima dari objek itu. Istilah magnitudo sebagai skala kecerahan bintang muncul lebih dari 2000 tahun yang lampau. Hipparchus, seorang astronom Yunani, membagi bintang-bintang yang dapat dilihat dengan mata telanjang ke dalam 6 kelas kecerlangan. Ia membuat sebuah katalog yang berisi daftar lebih dari 1000 bintang dan mengurutkan berdasarkan magnitudo-nya dari satu hingga enam, dari yang paling cerlang hingga yang paling redup. Pada tahun 180-an, Claudius Ptolemaeus memperluas pekerjaan Hipparchus, dan sejak saat itu sistem magnitudo menjadi bagian dari tradisi astronomi. Pada 1856, Norman Robert Pogson meng-konfirmasi penemuan terdahulu John Herschel bahwa bintang bermagnitudo 1 menghasilkan kira-kira 100 kali fluks cahaya daripada bintang bermagnitudo 6. Sistem magnitudo dibuat dengan mendasarkan diri pada mata manusia yang memiliki respon tidak linear terhadap cahaya. Mata dirancang untuk menahan perbedaan dalam kecerlangan. Ini adalah keistimewaan mata yang membuatnya

dapat berpindah dari ruang gelap ke tempat yang terang tanpa mengalami kerusakan. Kamera elektronik, yang memiliki respon linear, tidak dapat melakukan hal itu tanpa langkah-langkah pencegahan terlebih dahulu. Ciri-ciri yang sama juga yang membuat mata merupakan pemilah yang buruk bagi perbedaan kecil kecerlangan sementara sebaliknya kamera elektronik (CCD) adalah pemilah yang baik. Pogson memutuskan untuk mendefinisikan kembali skala magnitudo sehingga perbedaan lima magnitudo merupakan faktor yang tepat 100 dalam fluks cahaya. Jadi rasio fluks cahaya untuk perbedaan satu magnitudo adalah 100 1/5 atau 102/5 atau 2,512. Rasio fluks untuk perbedaan 2 magnitudo adalah (102/5)2, perbedaan 3 magnitudo adalah (102/5)3 dan seterusnya. Definisi ini sering disebut sebagai skala Pogson. Karena banyaknya cahaya yang diterima bergantung pada ketebalan dari atmosfer pada garis pengamatan ke objek, maka magnitudo nampak adalah nilai yang sudah dinormalkan pada nilai yang akan dimiliki di luar atmosfer. Semakin redup suatu objek, semakin tinggi magnitudo tampaknya. Perlu diingat bahwa kecerahan yang tampak tidaklah sama dengan kecerahan sebenarnya suatu objek yang sangat cerah dapat terlihat cukup redup jika objek ini cukup jauh. Magnitudo absolut, M, dari suatu benda, adalah magnitudo tampak yang dimiliki apabila benda itu berada 10 parsec jauhnya. Skala magnitudo tampak Magnitudo Benda langit tampak 26.8 Matahari 12.6 Bulan purnama 4.4 Kecerahan maksimum Venus 2.8 Kecerahan maksimum Mars 1.5 Bintang tercerah: Sirius 0.7 Bintang tercerah kedua: Canopus 0 Titik nol berdasarkan definisi: Vega Bintang teredup yang terlihat di daerah +3.0 perkotaan Bintang teredup yang terlihat dengan mata +6.0 telanjang +12.6 Kuasar tercerah Objek teredup yang dapat diamati oleh +30 Teleskop Hubble Lihat pula: Daftar bintang tercerah

Sebuah bintang tampak terang karena dia memang terang dan/atau dekat. Berikut adalah daftar Bintang individual paling terang di langit malam sebagaimana terlihat dari Bumi dalam panjang gelombang tampak (magnitudo tampak lebih kecil atau sama dengan 2,5). Urutan tepat dari daftar ini tidaklah terdefinisikan dengan baik karena beberapa alasan:

Sistem multi bintang didaftarkan secara individual ketika perbedaan magnitudo di antara komponennya kurang dari lima. Terdapat variasi statistik dalam pengukuran magnitudo.

Beberapa bintang adalah bintang variabel (sebagaimana diindikasikan oleh lambang "var").

Bintang variabel adalah bintang yang berubah-ubah cahayanya. Secara umum bintang variabel dibagi ke dalam dua kategori besar berdasarkan penyebab variabilitasnya:

variabel intrinsik, yaitu bintang variabel yang variabilitas cahayanya disebabkan proses fisis yang berlangsung di bagian dalam bintang. Termasuk dalam kategori ini adalah bintang berdenyut dan bintang variabel eruptif (nova dan supernova). variabel ekstrinsik, yaitu bintang variabel yang penyebab variabilitas cahayanya berasal dari luar bintang. Termasuk dalam kategori ini adalah bintang ganda gerhana. Magnitudo tampak Penamaan Bayer CMa Car Boo 1 Cen Lyr Ori CMi Eri Ori Cen 1 Aur Aql Tau 2 Aur Vir Sco Nama diri Matahari Sirius Canopus Arcturus Alpha Centauri A Vega Rigel Procyon Achernar Betelgeuse Hadar (Agena) Capella A Altair Aldebaran Capella B Spica Antares Jarak (tahun cahaya) 0.000 016 8.6 310 37 4.4 25 770 11 140 430 530 42 17 65 42 260 600 Sirius di SIMBAD. Canopus di SIMBAD. Arcturus di SIMBAD. Alpha Centauri A di SIMBAD. Vega di SIMBAD. Rigel di SIMBAD. Procyon di SIMBAD. Achernar di SIMBAD. Betelgeuse di SIMBAD. Hadar (Agena) di SIMBAD. Capella A di SIMBAD. Altair di SIMBAD. Aldebaran di SIMBAD. Capella B di SIMBAD. Spica di SIMBAD. Antares di SIMBAD. Pranala luar

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 2 1 3 1 4 1 5 1 6

26.73 1.47 0.72 0.04 var 0.01 0.03 0.12 0.34 0.50 0.58 var 0.60 0.71 0.77 0.85 var 0.96 1.04 1.09

Magnitudo tampak 1 7 1 8 1 9 2 0 2 1 2 2 2 3 2 4 2 5 2 6 2 7 2 8 2 9 3 0 3 1 3 2 3 3 3 4 1.15 1.16 1.25 1.30 1.33 1.35 1.40 1.51 1.62 1.63 1.64 1.68 1.70 1.70 1.70 1.74 1.76 1.78

Penamaan Bayer Gem PsA Cyg Cru 2 Cen Leo 1 Cru CMa Sco Cru Ori Tau Car Ori 1 Ori Gru UMa 12 Vel

Nama diri Pollux Fomalhaut Deneb Becrux Alpha Centauri B Regulus Acrux A Adara Shaula Gacrux Bellatrix El Nath Miaplacidus Alnilam Alnitak A Al Na'ir Alioth Regor A

Jarak (tahun cahaya) 34 25 3200 350 4.4 77 320 430 700 88 240 130 110 1300 820 100 81 840

Pranala luar Pollux di SIMBAD. Fomalhaut di SIMBAD. Deneb di SIMBAD. Becrux di SIMBAD. Alpha Centauri B di SIMBAD. Regulus di SIMBAD. Acrux A di SIMBAD. Adara di SIMBAD. Shaula di SIMBAD. Gacrux di SIMBAD. Bellatrix di SIMBAD. El Nath di SIMBAD. Miaplacidus di SIMBAD. Alnilam di SIMBAD. Alnitak A di SIMBAD. Al Na'ir di SIMBAD. Alioth di SIMBAD. Regor di SIMBAD.

Magnitudo tampak 3 5 3 6 3 7 3 8 3 9 4 0 4 1 4 2 4 3 4 4 4 5 4 6 4 7 4 8 4 9 5 0 5 1 5 2 1.80 1.82 1.84 1.85 1.86 1.87 1.89 1.90 1.91 1.92 1.96 1.98 2.00 2.00 2.01 var 2.03 2.04 2.05

Penamaan Bayer Sgr Per CMa UMa Sco 1 UMa Aur Gem Pav TrA 1 Gem CMa Hya Ari UMi 1 Vel Cet Ori

Nama diri Kaus Australis Mirfak Wezen Benetnasch (Alcaid) Sargas Dubhe A Menkalinan Alhena Peacock Atria Castor A Murzim Alphard Hamal Polaris Koo She A Deneb Kaitos Saiph

Jarak (tahun cahaya) 140 590 1800 100 270 120 82 100 180 420 52 500 180 66 430 80 96 720

Pranala luar Kaus Australis di SIMBAD. Mirfak di SIMBAD. Wezen di SIMBAD. Benetnasch (Alcaid) di SIMBAD. Sargas di SIMBAD. Dubhe di SIMBAD. Menkalinan di SIMBAD. Alhena di SIMBAD. Peacock di SIMBAD. Atria di SIMBAD. Castor A di SIMBAD. Murzim di SIMBAD. Alphard di SIMBAD. Hamal di SIMBAD. Polaris di SIMBAD. Koo She di SIMBAD. Deneb Kaitos di SIMBAD. Saiph di SIMBAD.

Magnitudo tampak 5 3 5 4 5 5 5 6 5 7 5 8 5 9 6 0 6 1 6 2 6 3 6 4 6 5 6 6 6 7 6 8 6 9 7 0 2.06 2.06 2.06 2.06 2.08 2.09 2.10 2.12 var 2.13 2.14 2.20 2.21 2.23 2.23 2.24 2.24 2.25 2.25

Penamaan Bayer Sgr Cen And And UMi 2 Cru Oph Per Gru Leo Cen Pup Vel Dra 1 CrB Cyg Cas Car

Nama diri Nunki Menkent Alpheratz Mirach Kochab Acrux B Ras Alhague Algol Gruid Denebola Muhlifain Naos Suhail Etamin Gemma A / Alphecca A Sadr Schedar Aspidiske

Jarak (tahun cahaya) 220 61 97 200 130 320 47 93 170 36 130 1400 570 150 75 1500 230 690

Pranala luar Nunki di SIMBAD. Menkent di SIMBAD. Alpheratz di SIMBAD. Mirach di SIMBAD. Kochab di SIMBAD. Acrux B di SIMBAD. Ras Alhague di SIMBAD. Algol di SIMBAD. Gruid di SIMBAD. Denebola di SIMBAD. Muhlifain di SIMBAD. Naos di SIMBAD. Suhail di SIMBAD. Etamin di SIMBAD. Alphecca di SIMBAD. Sadr di SIMBAD. Schedar di SIMBAD. Aspidiske di SIMBAD.

Magnitudo tampak 7 1 7 2 7 3 7 4 7 5 7 6 7 7 7 8 7 9 8 0 8 1 8 2 8 3 8 4 8 5 8 5 8 6 8 7 2.25 2.26 2.27 2.27 2.27 2.28 2.28 2.29 2.29 2.32 2.35 2.35 2.37 2.38 2.38 2.39 2.40 2.40

Penamaan Bayer Ori 1 And 1 UMa Cas Cen 1 Leo Lup Sco Sco Cen UMa Boo Phe Sco Vir Cas Peg CMa

Nama diri Mintaka A Almach A Mizar A Caph Birdun Algieba A Alpha Lupi Dschubba Wei Marfikent Merak Izar Ankaa Girtab Girtab Tsih Enif Aludra

Jarak (tahun cahaya) 916 350 78 54 380 130 550 400 65 310 79 210 77 460 460 610 670 3200

Pranala luar Mintaka di SIMBAD. Almach di SIMBAD. Mizar A di SIMBAD. Caph di SIMBAD. Birdun di SIMBAD. Algieba di SIMBAD. Alpha Lupi di SIMBAD. Dschubba di SIMBAD. Wei di SIMBAD. Marfikent di SIMBAD. Merak di SIMBAD. Izar di SIMBAD. Ankaa di SIMBAD. Girtab di SIMBAD. Girtab di SIMBAD. Gamma Cassiopeiae di SIMBAD. Enif di SIMBAD. Aludra di SIMBAD.

Magnitudo tampak 8 8 8 9 9 0 9 1 9 2 9 3 9 4 9 5 2.4 2.42 2.43 2.43 2.44 2.46 2.49 2.50

Penamaan Bayer 1 Car Peg UMa Oph Cep Vel Peg Cyg

Nama diri Avior A Scheat Phecda Sabik Alderamin Markab Markab Gienah

Jarak (tahun cahaya) 630 200 84 84 49 540 140 72

Pranala luar Avior di SIMBAD. Scheat di SIMBAD. Phecda di SIMBAD. Sabik di SIMBAD. Alderamin di SIMBAD. Markab di SIMBAD. Markab di SIMBAD. Gienah di SIMBAD.

Mirip dengan Bulan, Merkurius mempunyai banyak kawah dan juga tidak mempunyai satelit alami serta atmosfer. Merkurius mempunyai inti besi yang menciptakan sebuah medan magnet dengan kekuatan 0.1% dari kekuatan medan magnet bumi. Suhu permukaan dari Merkurius berkisar antara 90 sampai 700 Kelvin (-180 sampai 430 derajat Celcius). Pengamatan tercatat dari Merkurius paling awal dimulai dari zaman orang Sumeria pada milenium ke tiga sebelum masehi. Bangsa Romawi menamakan planet ini dengan nama salah satu dari dewa mereka, Merkurius (dikenal juga sebagai Hermes pada mitologi Yunani dan Nabu pada mitologi Babilonia). Lambang astronomis untuk merkurius adalah abstraksi dari kepala Merkurius sang dewa dengan topi bersayap di atas caduceus. Orang Yunani pada zaman Hesiod menamai Merkurius Stilbon dan Hermaon karena sebelum abad ke lima sebelum masehi mereka mengira bahwa Merkurius itu adalah dua benda antariksa yang berbeda, yang satu hanya tampak pada saat Matahari terbit dan yang satunya lagi hanya tampak pada saat Matahari terbenam. Di India, Merkurius dinamai Budha (), anak dari Candra sang bulan. Di budaya Tiongkok, Korea, Jepang dan Vietnam, Merkurius dinamakan "bintang air". Orang-orang Ibrani menamakannya Kokhav Hamah (" ,) bintang dari yang panas" ("yang panas" maksudnya Matahari). Diameter Merkurius 40% lebih kecil daripada Bumi (4879,4 km), dan 40% lebih besar daripada Bulan. Ukurannya juga lebih kecil (walaupun lebih padat) daripada satelit Yupiter, Ganymede dan satelit Saturnus, Titan.

Struktur dalam
Dengan diameter sebesar 4879 km di katulistiwa, Merkurius adalah planet terkecil dari empat planet kebumian di Tata Surya. Jarak merkurius ke matahari 57 juta km, dan jarak Merkurius dengan Bumi 92 juta km. Merkurius terdiri dari 70% logam dan 30% silikat serta mempunyai kepadatan sebesar 5,43 g/cm3 hanya sedikit dibawah kepadatan Bumi. Namun apabila efek dari tekanan gravitasi tidak dihitung maka Merkurius lebih padat dari Bumi dengan kepadatan tak terkompres dari Merkurius 5,3 g/cm3 dan Bumi hanya 4,4 g/cm3. Kepadatan Merkurius digunakan untuk menduga struktur dalamnya. Kepadatan Bumi yang tinggi tercipta karena tekanan gravitasi, terutamanya di bagian inti. Merkurius namun jauh lebih kecil dan bagian dalamnya tidak terdapat seperti bumi sehingga kepadatannya yang tinggi diduga karena planet tersebut mempunyai inti yang besar dan kaya akan besi. Para ahli bumi menaksir bahwa inti Merkurius menempati 42 % dari volumenya (inti Bumi hanya menempati 17% dari volume Bumi). Menurut riset terbaru, kemungkinan besar inti Merkurius adalah cair. Mantel setebal 600 km menyelimuti inti Merkurius dan kerak dari Merkurius diduga setebal 100 sampai 200 km. Permukaan merkurius mempunyai banyak perbukitan yang kurus, beberapa mencapai ratusan kilometer panjangnya. Diduga perbukitan ini terbentuk karena inti dan mantel Merkurius mendingin dan menciut pada saat kerak sudah membatu. Merkurius mengandung besi lebih banyak dari planet lainnya di tata surya dan beberapa teori telah diajukan untuk menjelaskannya. Teori yang paling luas diterima adalah bahwa Merkurius pada awalnya mempunyai perbandingan logam-silikat mirip dengan meteor Kondrit umumnya dan mempunyai massa sekitar 2,25 kali massanya yang sekarang. Namun pada awal sejarah tata surya, merkurius tertabrak oleh sebuah planetesimal berukuran sekitar seperenam dari massanya. Benturan tersebut telah melepaskan sebagian besar dari kerak dan mantel asli Merkurius dan meninggalkan intinya. Proses yang sama juga telah diajukan untuk menjelaskan penciptaan dari Bulan. Teori yang lain menyatakan bahwa Merkurius mungkin telah terbentuk dari nebula Matahari sebelum energi keluaran Matahari telah stabil. Merkurius pada awalnya mempunyai dua kali dari massanya yang sekarang, namun dengan mengambangnya protomatahari, suhu di sekitar merkurius dapat mencapai sekitar 2500 sampai 3500 Kelvin dan mungkin mencapai 10000 Kelvin. Sebagian besar permukaan Merkurius akan menguap pada temperatur seperti itu, membuat sebuah atmosfer "uap batu" yang mungkin tertiup oleh angin surya.

Rujukan
1. ^ "mercurial". Merriam-Webster Online. Diakses pada 12 Juni 2008. 2. ^ Yeomans, Donald K. (April 7, 2008). "HORIZONS System". NASA JPL. Diakses pada 7 April 2008. 3. ^ a b c d e f g h i "Mercury Fact Sheet". NASA Goddard Space Flight Center. Kesalahan: waktu tidak valid. Diakses pada 28 Mei 2008.

4. ^ "The MeanPlane (Invariable plane) of the Solar System passing through the barycenter". 3 April 2009. Diakses pada 3 April 2009. (produced with Solex 10 written by Aldo Vitagliano; see also Invariable plane) 5. ^ a b c d e f g h Munsell, Kirk (February 25, 2008). "Mercury: Facts & Figures". Solar System Exploration. NASA. Diakses pada 7 April 2008. 6. ^ a b Seidelmann, P. Kenneth (2007). "Report of the IAU/IAGWorking Group on cartographic coordinates and rotational elements: 2006". Celestial Mechanics and Dynamical Astronomy 90: 155180. doi:10.1007/s10569-0079072-y. Diakses pada 28 Agustus 2007. 7. ^ Margot, L.J. (2007). "Large Longitude Libration of Mercury Reveals a Molten Core". Science 316: 710714. doi:10.1126/science.1140514. PMID 17478713.

Gambar warna semu Merkurius oleh MESSENGER

Wahana MErcury Surface, Space ENvironment, GEochemistry dan Ranging (atau singkatnya MESSENGER) adalah pesawat luar angkasa NASA yang diluncurkan pada tanggal 3 Agustus 2004 untuk mempelajari karakteristik dan lingkungan Merkurius dari orbit. Secara spesifik, misi pesawat ini adalah untuk mempelajari komposisi kimia permukaan Merkurius, sejarah geologi, medan magnet, besar inti planet, dan eksosfer dan magnetosfer Merkurius. Wahana ini adalah misi pertama yang mengunjungi Merkurius dalam 30 tahun terakhir; sebelumnya hanya Mariner 10 (misinya berakhir pada Maret 1975) yang pernah mengunjungi Merkurius. Pada 3 Juli 2008, para ilmuwan melaporkan penemuan air di eksosfer Merkurius. [1]

Nama alternatif

Penamaan Utarid Ciri-ciri orbit[2]


Epos J2000

Aphelion Perihelion Sumbu semi-mayor Eksentrisitas Periode orbit

Periode sinodis Kecepatan orbit rata47,87 km/s[3] rata Anomali rata-rata 174,796

69.816.900 km 0,466 697 SA 46.001.200 km 0,307 499 SA 57.909.100 km 0,387 098 SA 0,205 630[3] 87,969 1 hari (0,240 846 tahun) 115,88 d[3]

Inklinasi Bujur node menaik Argumen perihelion Satelit

7,005 ke Ekliptika 3,38 ke ekuator Matahari 6,34 ke bidang invariabel[4] 48,331 29,124 Tidak ada

Ciri-ciri fisik 2.439,7 1,0 km[5][6] Jari-jari rata-rata 0,3829 Bumi Kepepatan < 0,0006[6] 7,48107 km Luas permukaan 0,108 Bumi[5] 6,0831010 km Volume 0,054 Bumi[5] 3,30221023 kg Massa 0,055 Bumi[5] Massa jenis rata-rata 5,427 g/cm[5] Gravitasi permukaan di 3,7 m/s khatulistiwa 0,38 g[5] Kecepatan lepas 4,25 km/s[5] 58,646 day Hari sideris 1407,5 jam[5] Kecepatan rotasi 10,892 km/j Kemiringan sumbu 2,11 0,1[7] Asensio rekta bagi 18 j 44 men 2 d Kutub Utara 281,01[3] Deklinasi bagi Kutub 61,45[3] Utara 0,119 (terikat) Albedo 0.106 (geometrik)[3] min rata-rata Suhu permukaan 0N, 0W 100 K 340 K 85N, 0W 80 K 200 K Magnitudo tampak hingga 1,9[3] Diameter sudut 4,5" 13"[3] Atmosfer Tekanan permukaan jejak Komposisi 42% oksigen molekuler 29,0% natrium 22,0% hidrogen 6,0% helium

maks 700 K 380 K

0,5% kalium Sejumlah kecil argon, nitrogen, karbon dioksida, uap air, xenon, krypton, & neon[3]

Venus

Venus atau Bintang Kejora adalah planet terdekat kedua dari matahari setelah Merkurius. Planet ini memiliki radius 6.052 km, diameter 12.104 km. Atmosfer Venus mengandung 97% karbondioksida (CO2) dan 3% nitrogen, sehingga hampir tidak mungkin terdapat kehidupan. Venus mengorbit selama 224,7 hari Bumi. Planet ini dinamai dewi cinta Romawi dan keindahan. Setelah Bulan, ini merupakan obyek alami terang di langit malam, mencapai magnitudo tampak dari -4.6, cukup terang untuk melemparkan bayangan. Karena Venus merupakan planet rendah dari Bumi, ia tidak pernah muncul untuk usaha jauh dari Matahari : elongasi maksimum mencapai 47,8 . Venus mencapai kecerahan maksimum sesaat sebelum matahari terbit atau segera setelah matahari terbenam, yang untuk alasan ini telah disebut oleh budaya kuno sebagai Bintang Fajar atau Bintang Sore.

Atmosfer
Venus memiliki Atmosfer. Tekanan Atmosfer di permukaan planet adalah 92 kali lipat dari Bumi. Dengan suhu permukaan rata-rata 735 K (462 C, 863 F), Venus adalah jauh planet terpanas di tata surya. Ia tidak memiliki siklus karbon untuk mengunci karbon kembali ke permukaan batu dan fitur, juga tidak tampaknya memiliki kehidupan organik menyerap dalam biomassa. Venus mungkin telah memiliki lautan di masa lalu, tetapi ini akan menguap karena suhu naik karena efek rumah kaca. permukaan Venus adalah kering desertscape diselingi dengan slab-seperti batu dan berkala disegarkan oleh vulkanisme.

Permukaan Tanah
Permukaan Venus adalah subyek spekulasi sampai beberapa rahasia yang diungkapkan oleh ilmu pengetahuan planet pada abad ke-20. Ini akhirnya dipetakan secara detail oleh Proyek Magellan pada tahun 1990-91. Tanah menunjukkan bukti vulkanisme yang luas, dan belerang di atmosfer mungkin menunjukkan ada beberapa letusan baru-baru ini. Sekitar 80% dari permukaan Venus ditutupi oleh halus, dataran vulkanik, yang terdiri dari 70% dataran dengan pegunungan dan dataran kerut halus atau lobate 10%. Utara Benua disebut Ishtar Terra. Gunung tertinggi di Venus adalah Maxwell Montes, yang terletak pada Ishtar Terra. Puncaknya adalah 11 km di atas ketinggian permukaan Venus. Selatan benua disebut Aphrodite Terra, Sebuah jaringan fractures dan kesalahan meliputi sebagian dari daerah ini. Tidak adanya bukti aliran lava yang menyertai salah satu kaldera terlihat tetap teka-teki. Planet ini memiliki beberapa kawah, menunjukkan permukaan relatif muda, sekitar 300 - 600.000.000

tahun. Selain dampak kawah, pegunungan, lembah-lembah dan umum ditemukan pada batu bintang, Venus memiliki sejumlah fitur unik permukaan. Di antaranya adalah datar atasnya fitur vulkanik yang disebut "farra", yang terlihat agak seperti pancake dan berbagai ukuran dari 20-50 km di seluruh, dan 100-1000 m tinggi, radial, bintang-seperti sistem fraktur yang disebut "nova"; fitur dengan baik dan radial konsentris patah tulang menyerupai jaring laba-laba, yang dikenal sebagai "arachnoids", dan "korona", cincin melingkar dari patah tulang terkadang dikelilingi oleh depresi. Fitur-fitur ini adalah gunung berapi di asal. Kebanyakan fitur permukaan Venus diberi nama setelah sejarah dan mitologi perempuan. Pengecualian adalah Maxwell Montes, dinamai James Clerk Maxwell, dan dataran tinggi daerah Alpha Regio, Beta Regio dan Ovda Regio. Tiga mantan fitur yang bernama sebelum sistem saat ini telah diadopsi oleh International Astronomical Union, badan yang mengawasi planet nomenklatur. Para bujur fisik fitur pada Venus yang dinyatakan relatif terhadap para meridian utama. Perdana asli meridian melewati titik radar-terang di tengah lonjong fitur Hawa, terletak di sebelah selatan Alpha Regio. Setelah misi Venera diselesaikan, meridian utama didefinisikan kembali melewati puncak sentral dalam kawah Ariadne.

Rujukan
1. ^ a b c d e f "Williams, David R. (April 15, 2005)". 15 April 2005. Diakses pada 12 Oktober 2007., 2. ^ "The MeanPlane (Invariable plane) of the Solar System passing through the barycenter". 3 April 2009. Diakses pada 10 April 2009. (produced with Solex 10 written by Aldo Vitagliano; see also Invariable plane) 3. ^ a b Seidelmann, P. Kenneth (2007). "Report of the IAU/IAGWorking Group on cartographic coordinates and rotational elements: 2006". Celestial Mechanics and Dynamical Astronomy 90: 155180. doi:10.1007/s10569-0079072-y. Diakses pada 28 Agustus 2007. 4. ^ "Report on the IAU/IAG Working Group on cartographic coordinates and rotational elements of the planets and satellites". International Astronomical Union. 31 Januari 2000. Diakses pada 12 April 2007. 5. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama ephemeris 6. ^ "Venus: Facts & Figures" (html). NASA. Diakses pada 12 April 2007. 7. ^ "Space Topics: Compare the Planets: Mercury, Venus, Earth, The Moon, and Mars". Planetary Society. Diakses pada 12 April 2007. Sumber foto http://astrosurf.com/nunes/explor/explor_m10.htm oleh NASA/Ricardo Nunes

7 Januari 2007 01.04

Nama alternatif

Penamaan Zohrah, bintang kejora, bintang timur, bintang barat Ciri-ciri orbit
Epos J2000

108.942.109 km Aphelion 0,728 231 28 SA 107.476.259 km Perihelion 0,718 432 70 SA 108.208.930 km Sumbu semi-mayor 0,723 332 SA Eksentrisitas 0,006 8 224,700 69 hari Periode orbit 0,615 197 0 tahun Periode sinodis 583,92 hari[1] Kecepatan orbit rata-rata 35,02 km/s 3,394 71 ke Ekliptika Inklinasi 3,86 ke ekuator Matahari 2,19 ke bidang variabel[2] Bujur node menaik 76,670 69 Argumen perihelion 54,852 29 Satelit Tidak Ciri-ciri fisik 6.051,8 1,0 km[3] Jari-jari rata-rata 0.949 9 Bumi Kepepatan < 0,000 2[3] 4,60108 km Luas permukaan 0.902 Bumi 9,381011 km Volume 0.857 Bumi 4,868 51024 kg Massa 0.815 Bumi Massa jenis rata-rata 5,204 g/cm Gravitasi permukaan di 8,87 m/s2 khatulistiwa 0,904 g Kecepatan lepas 10,46 km/s Hari sideris 243,018 5 hari Kecepatan rotasi 6,52 km/j Kemiringan sumbu 177,3[1] Asensio rekta bagi Kutub 18 j 11 min 2 d Utara 272,76[4]

Deklinasi bagi Kutub Utara 67.16 Albedo 0,65[1] min Suhu permukaan Kelvin Celsius Magnitudo tampak Diameter sudut Tekanan permukaan

rata-rata 735 K[6][1][7] 461,85 C

maks

hingga -4,6[1] (sabit) -3,8[5] (penuh) 9,7" 66,0"[1] Atmosfer 9,3 MPa ~96,5% Karbon dioksida ~3,5% Nitrogen 0,015% Belerang dioksida 0,007% Argon 0,002% Uap air 0,001 7% Karbon monoksida 0,001 2% Helium 0,000 7% Neon jejak Karbonil sulfida jejak Hidrogen klorida jejak Hidrogen fluorida

Komposisi

Venus and Earth are similar in size, mass, density, composition and gravity. There, however, the similarities end. Venus is covered by a thick, rapidly spinning atmosphere, creating a scorched world with temperatures hot enough to melt lead and a surface pressure 90 times that of Earth. The Venusian year (orbital period) is about 225 Earth days long, while the planet's sidereal rotation period is 243 Earth days, making a Venus solar day (measured noon to noon) about 117 Earth days long. Resulting from this slow rotation Venus cannot generate a magnetic field similar to Earth's -- though its core iron content is similar to that of the Earth. (Venus' iron core is approximately 3,000 km [1,900 miles] in radius.) Venus rotates retrograde (east to west) compared with Earth's prograde (west to east) rotation. Seen from Venus, the sun would rise in the west and set in the east. Because of its proximity to Earth and the way its clouds reflect sunlight, Venus appears to be the brightest planet in the sky. Although we cannot normally see through Venus' thick atmosphere, NASA's Magellan mission to Venus during the early 1990s used radar to image 98 percent of the surface, and the Galileo spacecraft used infrared mapping to view midlevel cloud structure as it passed by Venus in 1990 on its way to Jupiter.

Like Mercury, Venus can be seen periodically passing across the face of the sun. These transits of Venus occur in pairs with more than a century separating each pair. Since the telescope was invented, transits were observed in 1631, 1639; 1761, 1769; and 1874, 1882. On 8 June 2004, astronomers worldwide saw the tiny dot of Venus crawl across the sun; the second in this pair of early 21st-century transits occurred 6 June 2012. Venus' atmosphere consists mainly of carbon dioxide, with clouds of sulfuric acid droplets. Only trace amounts of water have been detected in the atmosphere. The thick atmosphere traps the sun's heat, resulting in surface temperatures higher than 880 degrees Fahrenheit (471 degrees Celsius). Probes that have landed on Venus survived only a few hours before being destroyed by the incredible temperatures. Sulfur compounds are abundant in Venus' clouds. The corrosive chemistry and dense, moving atmosphere cause significant surface weathering and erosion. As Venus moves forward in its solar orbit while slowly rotating backwards on its axis, the top level of cloud layers zips around the planet every four Earth days, driven by hurricane-force winds traveling at about 360 km (224 miles) per hour. The wind speeds within the clouds decrease with cloud height, and winds at the surface are estimated to be just a few kilometers per hour. How this atmospheric super-rotation forms and is maintained continues to be a topic of scientific investigation. Atmospheric lightning bursts, long suspected by scientists, were finally confirmed in 2007 by the European Venus Express orbiter. On Earth, Jupiter and Saturn, lightning is associated with water clouds, but on Venus, it is associated with clouds of sulfuric acid. Radar images of the surface show wind streaks and sand dunes. Craters smaller than 1.5 to 2 km (0.9 to 1.2 miles) across do not exist on Venus because small meteors burn up in the dense atmosphere before they reach the surface. It is thought that Venus was completely resurfaced by volcanic activity 300 to 500 million years ago. More than 1,000 volcanoes or volcanic centers larger than 20 km (12 miles) in diameter dot the surface. Volcanic flows have produced long, sinuous channels extending for hundreds of kilometers. Venus has two large highland areas: Ishtar Terra, about the size of Australia, in the north polar region; and Aphrodite Terra, about the size of South America, straddling the equator and extending for almost 10,000 km (6,000 miles). Maxwell Montes, the highest mountain on Venus and comparable to Mount Everest on Earth, is at the eastern edge of Ishtar Terra.

How Venus Got its Name Venus is named for the ancient Roman goddess of love and beauty. (Venus is the Roman counterpart to the Greek goddess Aphrodite.) It is believed Venus was named for the most beautiful of the ancient gods because it shone the brightest of the five planets known to ancient astronomers. Other civilizations have named it for their god or goddess of love/war as well.

Significant Dates

650 AD: Mayan astronomers make detailed observations of Venus, leading to a highly accurate calendar. 1761-1769: Two European expeditions to watch Venus cross in front of the sun lead to the first good estimate of the sun's distance from Earth. 1962: NASA's Mariner 2 reaches Venus and reveals the planet's extreme surface temperatures. It is the first spacecraft to send back information from another planet. 1970: The Soviet Union's Venera 7 sends back 23 minutes of data from the surface of Venus. It is the first spacecraft to successfully land on another planet. 1990-1994: NASA's Magellan spacecraft, in orbit around Venus, uses radar to map 98 percent of the planet's surface. 2005: The European Space Agency launches Venus Express to study the atmosphere and plasma environment of Venus from orbit.

KETERANGAN GAMBAR Mariner 10's Venus Date: 5 Feb 1974 Made using an ultraviolet filter in its imaging system, the photo has been color-enhanced to bring out Venus's cloudy atmosphere as the human eye would see it. Venus is perpetually blanketed by a thick veil of clouds high in carbon dioxide and its surface temperature approaches 900 degrees Fahrenheit. Launched on 3 Nov. 1973 atop an Atlas-Centaur rocket, Mariner 10 flew by Venus in 1974. Venus' South Pole Date: 12 Apr 2006 This composite, false-color view of Venus' south pole was captured by VIRTIS onboard the European Space Agency's Venus Express.

Lavinia Region Impact Craters Date: 29 Oct 1991 Three large meteorite impact craters, with diameters that range from 37 to 50 km (23 to 31 miles), are seen in this image of the Lavinia region on Venus. The image is centered at 27 degrees south latitude and 339 degrees east longitude (longitude on Venus is measured from 0 degrees to 360 degrees east), and covers an area 550 km (342 miles) wide by about 500 km (311 miles) long. Situated in a region of fractured plains, the craters show many features typical of meteorite impact craters, including rough (bright) material around the rim, terraced inner walls and central peaks. Numerous domes, probably caused by volcanic activity, are seen in the southeastern corner of the mosaic. The domes range in diameter from 1 to 12 km (0.6 to 7 miles). Some of the domes have central pits that are typical of some types of volcanoes. North is to the top of the image. Hemispheric View of Venus Date: 4 Jun 1998 The hemispheric view of Venus, as revealed by more than a decade of radar investigations culminating in the 1990-1994 Magellan mission, is centered at 180 degrees east longitude. The Magellan spacecraft imaged more than 98 percent of Venus at a resolution of about 100 m; the effective resolution of this image is about 3 km. A mosaic of the Magellan images (most with illumination from the west) forms the image base. Gaps in the Magellan coverage were filled with images from the Earth-based Arecibo radar in a region centered roughly on zero degree latitude and longitude, and with a neutral tone elsewhere (primarily near the south pole). The composite image was processed to improve contrast and to emphasize small features, and was color-coded to represent elevation. Gaps in the elevation data from the Magellan radar altimeter were filled with altimetry from the Venera spacecraft and the U.S. Pioneer Venus missions. An orthographic projection was used, simulating a distant view of one hemisphere of the planet. Pioneering Venus Date: 5 Feb 1979 The forecast for Venus is cloudy, cloudy, cloudy. Although similar to the Earth in size and mass, Venus' slightly closer orbit to the sun create for it a much thicker atmosphere and a much hotter surface. The thick atmosphere was photographed above in ultraviolet light in 1979 by the Pioneer Venus Orbiter. Venus's extremely uncomfortable climate was likely caused by a runaway greenhouse effect.

Pioneer Venus used an orbiter and several small probes to study the planet from above and within the clouds. Solar System Mosaic Date: 14 Feb 1990 Voyager 1 pointed its cameras back at the sun in 1990 and took a series of pictures of the sun and the planets, making the first ever portrait of our solar system as seen from the outside. In the course of taking this mosaic consisting of a total of 60 frames, Voyager 1 made several images of the inner solar system from a distance of approximately 4 billion miles and about 32 degrees above the ecliptic plane. Thirty-nine wide angle frames link together six of the planets of our solar system in this mosaic. Outermost Neptune is 30 times further from the sun than Earth. Our sun is seen as the bright object in the center of the circle of frames. The wide-angle image of the sun was taken with the camera's darkest filter (a methane absorption band) and the shortest possible exposure (5 thousandths of a second) to avoid saturating the camera's vidicon tube with scattered sunlight. The sun is not large as seen from Voyager, only about one-fortieth of the diameter as seen from Earth, but is still almost 8 million times brighter than the brightest star in Earth's sky, Sirius. The result of this great brightness is an image with multiple reflections from the optics in the camera. Wide-angle images surrounding the sun also show many artifacts attributable to scattered light in the optics. These were taken through the clear filter with one second exposures. The insets show the planets magnified many times. Narrow-angle images of Earth, Venus, Jupiter, Saturn, Uranus and Neptune were acquired as the spacecraft built the wide-angle mosaic. Jupiter is larger than a narrow-angle pixel and is clearly resolved, as is Saturn with its rings. Uranus and Neptune appear larger than they really are because of image smear due to spacecraft motion during the long (15 second) exposures. From Voyager's great distance Earth and Venus are mere points of light, less than the size of a picture element even in the narrow-angle camera. Earth was a crescent only 0.12 pixel in size.

Coincidentally, Earth lies right in the center of one of the scattered light rays resulting from taking the image so close to the sun. Venera 14 on Venus A Venera 14 image taken on the surface of Venus. The Soviet Union's Venera 14 arrived at Venus four days after its twin. Though the color panoramic pictures it transmitted showed the lander to have set down on a 500 m (1600 ft) hill, with small foothills in the distance, the atmospheric pressure it recorded (93.5 times that of Earth, compared to 89.5 reported by Venera 13) suggested that it reached a substantially lower altitude than Venera 13. Venera 14 performed the second soil analysis on Venus, drilling a 30 mm deep hole and excavating about one cubic centimeter of soil, which was found to be similar to basaltic rocks on Earth that are formed at mid-ocean ridges by underwater volcanoes. Venera 10 on Venus Date: 25 Oct 1975 The Soviet Union's Venera 10 returned this image during its 65 minutes of operation on the surface of Venus in 1975. The sun was near zenith during this time -- the lighting was about what would be seen on Earth on an overcast summer day. The objects at the bottom of the image are parts of the spacecraft. The image shows flat slabs of rock, partly covered by fine-grained material, not unlike a volcanic area on Earth. The large slab in the foreground extends over two meters across. Galileo's Phases of Venus and Other Planets Date: 1 Jan 1610 Galileo Galilei's observations that Venus appeared in phases -- similar to those of Earth's Moon -- in our sky was evidence that Venus orbited the sun and contributed to the downfall of the centuries-old belief that the sun and planets revolved around Earth. Also sketched here are Jupiter, Saturn and Mars. First Look: Venus Date: 22 Oct 1975 The Soviet Union's Venera 9 lander snapped this photo of Venus during its 53-minute mission on the planet's hellish surface. It is one of the first photos sent back from the surface of another planet. The image is of the surface of Venus at about 32 S, 291 E. The lander touched down at 5:13 UT( with the sun near zenith) on 22 October 1975 and operated for 53 minutes, allowing return of this single image.

The white object at the bottom of the image is part of the lander. The distortion is caused by the Venera imaging system. Angular and partly weathered rocks, about 30 to 40 cm across, dominate the landscape, many partly buried in soil. The horizon is visible in the upper left and right corners. Venera's Venus Date: 1 Mar 1982 Venera 13 lander images of the surface of Venus. The lander touched down at 7.5 S, 303 E, east of Phoebe Regio, on 1 March 1982. It survived on the surface for 2 hours and 7 minutes. These pictures were taken from its two opposite-facing cameras. The bottom frame shows the lander testing arm. The surface is made up of flat, platy rocks and soil. Parts of the lander and semi-circular lens covers can be seen in both images. Computer Simulated Global View of Venus Date: 29 Oct 1991 This global view of the surface of Venus is centered at 180 degrees east longitude. Magellan synthetic aperture radar mosaics from the first cycle of Magellan mapping are mapped onto a computer-simulated globe to create this image. Data gaps are filled with Pioneer Venus Orbiter data, or a constant mid-range value. Simulated color is used to enhance small-scale structure. The simulated hues are based on color images recorded by the Soviet Venera 13 and 14 spacecraft. Venus Transit Date: 8 Jun 2004 NASA's TRACE satellite captured this image of Venus crossing the face of the Sun as seen from Earth orbit. The last event occurred in 1882. The next Venus transit will be visible in 2012. This image also is a good example of the scale of Earth to the Sun since Venus and Earth are similar in size.

Transit Venus melintasi Matahari terjadi ketika planet Venus melintas di antara Matahari dan Bumi (atau planet lain), membuatnya terlihat di atas keping surya. Dalam sebuah transit, Venus dapat terlihat dari Bumi sebagai titik hitam yang bergerak melintasi permukaan Matahari. Transit ini mirip dengan peristiwa gerhana matahari oleh Bulan. Walaupun diameter asli Venus tiga kali lebih besar dari Moon, diameter angular Venus tampak lebih kecil, dan tampak melintas dengan kecepatan yang lebih pelan, dikarenakan Venus memiliki jarak yang lebih jauh dari Bumi.

Durasi transit seperti ini umumnya diukur dalam jam (transit tahun 2012 berlangsung selama 6 jam 40 menit). Transits Venus tergolong salah satu fenomena astronomi terprediksi yang paling langka.[1] Fenomena ini berlangsung dalam sebuah pola yang secara umum berulang setiap 243 tahun, dengan sepasang transit delapan tahunan dipisahkan dengan rentang panjang 121,5 tahun dan 105,5 tahun. Kecenderungan waktu tersebut adalah refleksi dari fakta bahwa perbandingan proporsi rasional periode orbit Bumi dan Venus mendekati 8:13 dan 243:395.[2][3] Transit Venus memiliki peran sangat penting bagi ilmu pengetahuan secara historikal. Dahulu, Transit Venus berhasil digunakan untuk memperoleh perkiraan ukuran realistis Tata Surya. Pengamatan pada transit tahun 1639, dikombinasikan dengan prinsip paralaks, memberikan perkiraan jarak antara Matahari dengan Bumi yang lebih akurat dari data lain pada saat itu. Transit tahun 2012 sendiri memberikan ilmuwan berbagai kesempatan riset lain, terutamanya dalam perbaikan teknik yang digunakan untuk pengamatan planet luar. Transit Venus terakhir yang terjadi adalah pada 5 dan 6 Juni 2012. Transit tersebut adalah transit Venus terakhir dalam abad 21, setelah transit sebelumnya terjadi pada 8 Juni 2004. Pasangan transit Venus sebalumnya terjadi pada Desember 1874 dan Desember 1882, sementara transit Venus berikutnya akan terjadi pada Desember 2117 dan Desember 2125.[4][5][6] Venus, dengan bidang orbit condong sebesar 3,4 relatif terhadap Bumi, umumnya tampak melintas di bawah Matahari di konjungsi inferior.[7] Sebuah transit terjadi ketika Venus mencapai konjungsi dengan Matahari di atau dekat salah satu nodenya posisi bujur dimana Venus melintasi bidang orbit Bumi (ekliptika) dan tampak bergerak langsung melintasi Matahari. Walaupun inklinasi antara kedua bidang orbit hanya sebesar 3,4, Venus dapat terlihat sejauh 9,6 dari Matahari ketika diamati dari Bumi di titik konjungsi inferior.[8] Karena diameter sudut Matahari hanyalah sekitar setengah derajat, Venus dapat terlihat melintas diatas atau dibawah Matahari sejauh lebih dari 18 kali diameter solar selama konjungsi biasa.[7] Serangkaian transit umumnya berulang setiap 243 tahun. Setelah periode ini Venus dan Bumi kembali ke posisi yang hampir mirip di orbit mereka masaing-masing. Selama 243 periode orbit sidereal Bumi, yang keseluruhannya berjumlah 88.757,3 hari, Venus menyelesaikan 395 periode orbit sidereal dengan 224,701 hari setiap periodenya, setara dengan 88.756,9 hari di Earth. Periode ini berkorespondensi dengan 152 periode sinodis Venus.[9] Pola pengulangan 105,5 - 8 - 121,5 - 8 tahun bukanlah satu-satunya pola yang mungkin terjadi dalam satu siklus 243 tahun, karena ketidakcocokan yang sangat tipis antara waktu ketika Bmi dan Venus tiba di titik konjungsi. Sebelum tahun 1518, pola transit Venus adalah 8 - 113,5 121,5 tahun, dan rentang inter-transit delapan tahun sebelum tahun 546 Masehi adalah selama 121,5 tahun. Pola saat ini akan berlanjut hingga transit tahun 2846, ketika akan digantikan dengan pola 105,5 - 129,5 - 8 tahun. Sehingga, siklus 243 tahun relatif cukup stabil, tetapi banyak transit dan waktu terjadinya akan bervariasi seiring waktu.[9][10] Karena perbandingan proporsi rasional periode orbit Bumi dan Venus sebesar 243:395 adalah sekedar perkiraan, terdapat tiga rankaian transit berbeda yang terjadi setiap selisih 243 tahun, masing-masing dapat mencapai beberapa ribu tahun, yang seiring waktu digantikan oleh rangkaian lainnya. Sebagai

contoh, terdapat sebuah rangakaian yang berakhir pada tahun 541 Masehi, sementara rangkaian yang terjadi pada tahun 2117 sendiri baru dimulai pada tahun 1631.[9]

Transit Venus pada masa lalu dan masa depan


Untuk daftar lengkap lihat Katalog Transit Venus Enam Milenium NASA

Transit Venus umumnya terjadi berpasangan, pada tanggal yang hampir sama dalam selang delapan tahun. Hal ini karena lama delapan tahun Bumi hampir setara dengan tiga belas tahun Venus, sehingga setiap delapan tahun kedua planet berada dalam posisi relatif yang sama. Konjungsi ini umumnya berakibat pada dua transit, tetapi tidak cukup tepat untuk menghasilkan tiga transit, karena Venus selalu tiba 22 jam lebih awal.[9] Transit Venus terakhir yang tidak terjadi berpasangan adalah pada tahun 1396. Pada tahun 2854 (transit kedua pada rangkaian 2846/2854), walaupun Venus tidak akan melintasi Matahari dilihat dari ekuator Bumi, transit sebagian akan terlihat di beberapa tempat di belahan bumi selatan.[11]

Transits Venus di masa lalu Waktu (UTC) Tanggal transit Mul Mid Akhi ai r Jalur transi t

Catatan

23 15:4 19:2 23:0 Transit Venus terakhir yang tidak terjadi November 5 7 9 berpasangan 1396 22:4 01:5 05:0 2526 Mei 6 6 7 1518 25 26 26
Mei Mei Mei

[1]

[2]

23 Mei 1526

16:1 19:3 21:4 Transit Venus terakhir sebelum penemuan 2 5 8 teleskop

[3]

7 03:5 05:1 06:4 Desember Berhasil diprediksi oleh Kepler 1 9 7 1631

[4]

4 14:5 18:2 21:5 Transit Venus pertama yang diamati. Diamati oleh Desember [5] 7 5 4 Horrocks dan Crabtree 1639

6 Juni 1761 34 Juni 1769

02:0 05:1 08:3 Lomonosov, Chappe d'Auteroche dan ilmuwan lain [6] 2 9 7 mengamati dari Rusia 19:1 22:2 01:3 James Cook dikirim ke Tahiti untuk mengamati 5 5 5 transit Venus 03 03 04
Jun Jun Jun

[7]

9 Sebuah tim ekspedisi Perancis mengamati dari 01:4 04:0 06:2 Desember Pulau Campbell, Selandia Baru dan sebuah tim 9 7 6 1874 ekspedisi Inggris mengamati dari ke Hawaii 6 John Philip Sousa menggubah sebuah mars 13:5 17:0 20:1 Desember berjudul "Transit of Venus", sebagai 7 6 5 1882 penghormatan terhadap transit tahun itu. 8 Juni 2004 56 Juni 2012

[8]

[9]

05:1 08:2 11:2 Berbagai jaringan media global menyiarkan video [10] 3 0 6 live transit Venus. 22:0 01:2 04:4 Terlihat sepenuhnya dari Hawaii, Alaska, Australia, Selandia Baru, Asia Timur, dan Asia Pasifik, 9 9 9 [11] dengan bagian awal transit terlihat dari Amerika 05 06 06 Jun Jun Jun Utara dan bagian akhir terlihat dari Eropa Transits Venus di masa depan

Tanggal transit

Waktu (UTC) Mul Akh Mid ai ir Catatan

Jalur transi t

23:5 02:4 05:3 Terlihat sepenuhnya dari Cina bagian timur, 1011 Jepang, Taiwan, Indonesia, dan Australia. Terlihat 8 8 8 Desember [12] sebagian dari Pesisir Barat Amerika Serikat, India, 10 11 11 2117 Des Des Des sebagian Afrika, dan Timur Tengah. Terlihat sepenuhnya dari Amerika Selatan dan 8 13:1 16:0 18:4 Amerika Serikat bagian timur. Terlihat sebagian Desember 5 1 8 dari Amerika Serikat bagian barat, Eropa, dan 2125 Afrika. 11 Juni 2247

[13]

Terlihat sepenuhnya dari Afrika, Eropa, dan Timur 08:4 11:3 14:2 Tengah. Terlihat sebagian dari Asia Timur dan [14] 2 3 5 Indonesia, serta di seluruh benua Amerika. [15]

9 Juni 2255 01:0 04:3 08:0 Terlihat sepenuhnya dari Rusia, India, Cina, dan 8 8 8 Australia bagian barat. Terlihat sebagian dari

Afrika, Eropa, dan Amerika Serikat bagian barat. 22:3 01:4 04:5 1213 Terlihat sepenuhnya dari Australia dan sebagian 2 4 6 Desember Indonesia. Terlihat sebagian dari Asia, Afrika, dan [16] 12 13 13 2360 bagian barat benua Amerika.
Des Des Des

Terlihat sepenuhnya dari Amerika Selatan, Africa 10 12:2 14:4 17:0 Barat, dan pesisir timur Amerika Serikat. Terlihat Desember [17] 9 5 1 sebagian dari Eropa, pesisir barat Amerika 2368 Serikat, dan Timur Tengah. 12 Juni 2490 Terlihat sepenuhnya di hampir seluruh benua 11:3 14:1 16:5 Amerika, Afrika Barat, dan Eropa. Terlihat 9 7 5 sebagian dari Afrika Timur, Timur Tengah, dan Asia. Terlihat sepenuhnya di hampir seluruh Europe, 03:4 07:2 11:0 Asia, Timur Tengah, dan Afrika Timur. Terlihat 8 5 2 sebagian dari Amerika bagian timur, Indonesia, dan Australia.

[18]

10 Juni 2498

[19]

Referensi
1. ^ McClure, Bruce (2012-05-29). "Everything you need to know: Venus transit on June 56". EarthSky. Earthsky communications Inc.. Diakses pada 2 Juni 2012. 2. ^ Langford, Peter (September 1998). "Transits of Venus". La Socit Guernesiaise Astronomy Section web site. Astronomical Society of the Channel Island of Guernsey. Diakses pada 1 Maret 2012. 3. ^ Shortt, David (2012-05-22). "Some Details About Transits of Venus". Planetary Society web site. The Planetary Society. Diakses pada 22 Mei 2012. 4. ^ Westfall, John E.. "June 8, 2004: The Transit of Venus". Diarsipkan dari yang asli pada 8 Agustus 2007. Diakses pada 25 September 2006. 5. ^ Westfall, John E.. "June 8, 2004: The Transit of Venus". alpoastronomy.org. Diakses pada 8 Desember 2009. 6. ^ Klotz, Irene, "Venus transit offers opportunity to study planet's atmosphere (+video) ", (Christian Science Monitor), 6 Juni 2012. Diakses pada 6 Juni 2012. 7. ^ a b "Venus compared to Earth". European Space Agency. 27 Januari 2000. Diakses pada 25 September 2006. 8. ^ Giesen, Juergen (2003). "Transit Motion Applet". Diakses pada 26 September 2006. 9. ^ a b c d Espenak, Fred (2004-02-11). "Transits of Venus, Six Millennium Catalog: 2000 BCE to 4000 CE". NASA. Diarsipkan dari yang asli pada 24 Juni 2011. 10. ^ Walker, John. "Transits of Venus from Earth". Fourmilab Switzerland. Diakses pada 21 September 2006.

11. ^ Bell, Steve (2004). "Transits of Venus 1000 AD 2700 AD". HM Nautical Almanac Office. Diarsipkan dari yang asli pada 7 September 2006. Diakses pada 25 September 2006.

Bacaan lebih lanjut

Anderson, Mark (2012). The Day the World Discovered the Sun: An Extraordinary Story of Scientific Adventure and the Race to Track the Transit of Venus. Boston: Da Capo Press. ISBN 978-0-306-82038-0. Chauvin, Michael (2004). Hokuloa: The British 1874 Transit of Venus Expedition to Hawaii. Honolulu: Bishop Museum Press. ISBN 1-581-78023-0. Lomb, Nick (2011). Transit of Venus: 1631 to the Present. Sydney, Australia: NewSouth Publishing. ISBN 978-1-74223-269-0. OCLC 717231977. Maor, Eli (2000). Venus in Transit. Princeton: Princeton University Press. ISBN 0-691-11589-3. Maunder, Michael (2000). Transit: When Planets Cross the Sun. London: Springer-Verlaf. ISBN 1-85233-621-8. Sellers, David (2001). The Transit of Venus: The Quest to Find the True Distance of the Sun. Leeds, UK: Magavelda Press. ISBN 0-9541013-0-8. Sheehan, William (2004). The Transits of Venus. Amherst, New York: Prometheus Books. ISBN 1-59102-175-8. Wulf, Andrea (2012). Chasing Venus: The Race to Measure the Heavens. New York: Knopf. ISBN 978-0-307-70017-9.

Transit Venus Lebih Langka dari Gerhana Matahari


TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah kejadian langka alam semesta akan terjadi pada Rabu, 6 Juni 2012. Pada hari itu, Planet Venus diperkirakan akan melewati matahari. Pemandangan seperti ini hanya akan terjadi lagi seratus tahun mendatang. Jadi hanya kemungkinan kecil kita akan melihat fenomena langit bernama transit Venus ini. Saking langkanya, banyak museum dan sekolah di seluruh dunia sengaja membuat acara untuk melihat kejadian ini. Bahkan para astronaut luar angkasa di stasiun ruang angkasa internasional pun berencana mengamatinya. Venus akan muncul sebagai titik hitam kecil yang meluncur memutari matahari. Seperti saat melihat gerhana matahari, jangan menatap langsung ke matahari. Masyarakat disarankan memakai kacamata pelindung khusus. Tidak seperti gerhana matahari, transit Venus benar-benar langka. fenomena ini akan datang secara berpasangan dan dipisahkan oleh lebih dari 100 tahun. Pasangan fenomena yang akan terjadi pada tahun ini adalah kejadian tahun 2004. Pasangan berikutnya akan terjadi lagi pada 2117 dan 2125. Kejadian ini akan terjadi sejak Selasa, 5 Juni 2012 sore, pada belahan Bumi bagian

barat dan Rabu, 6 Juni 2012 pagi, pada belahan Bumi bagian timur. Fenomena alam ini diperkirakan akan berlangsung selama 6 jam dan 40 menit di daerah barat Pasifik, daerah timur Asia, dan Australia bagian timur. Masyarakat di daerah Amerika Serikat, Kanada, Meksiko, Amerika Tengah, Utara dan Selatan akan melihat awal dari fenomena itu. Mereka akan melihatnya sebelum matahari tenggelam. Namun daerah Eropa, Asia Tengah, Afrika Timur, dan Australia Barat akan melihat sisa-sisa kejadian itu setelah matahari terbit. Bagi warga yang tidak ingin meninggalkan rumah, mereka dapat melihatnya dengan siaran langsung yang disiarkan oleh NASA dan berbagai pengamatan. Bagi masyarakat yang ingin melihat kejadian ini secara lengkap, mereka disarankan melihatnya dari Hawaii. Sebab diperkirakan fenomena itu akan terjadi secara menyeluruh di tempat itu. Lagi pula, dari Pantai Waikiki di Oahu hingga di daerah puncak Mauna Kea di Big Island, kacamata gerhana matahari akan dibagikan sehingga masyarakat dapat dengan aman melihat transit Venus itu. Kejadian ini akan berlangsung lama. "Kejadian ini memerlukan waktu yang lebih lama daripada gerhana matahari atau gerhana bulan," kata salah seorang peneliti dari WM Keck Observatory di Big Island. Venus memiliki ukuran yang hampir sama dengan Bumi. Planet yang berada di antara Merkurius dan Bumi ini adalah salah satu obyek yang paling terang di langit malam karena awan tebalnya lebih memantulkan sinar matahari ke luar angkasa. Selama kejadian ini, tidak akan terjadi perbedaan cahaya di langit. Venus hanya akan menutupi sebagian kecil permukaan matahari.

Venus - 3D Perspective View of Maat Mons Date: 22 Apr 1992 Maat Mons is displayed in this computer generated three-dimensional perspective of the surface of Venus. The viewpoint is located 634 kilometers (393 miles) north of Maat Mons at an elevation of 3 kilometers (2 miles) above the terrain. Lava flows extend for hundreds of kilometers across the fractured plains shown in the foreground, to the base of Maat Mons. The view is to the south with the volcano Maat Mons appearing at the center of the image on the horizon and rising to almost 5 kilometers (3 miles) above the surrounding terrain. Maat Mons is located at approximately 0.9 degrees north latitude, 194.5 degrees east longitude with a peak that ascends to 8 kilometers (5 miles) above the mean surface. Maat Mons is named for an Egyptian Goddess of truth and justice. Magellan synthetic aperture radar data is combined with radar altimetry to develop a threedimensional map of the surface. The vertical scale in this perspective has been exaggerated 10

times. Rays cast in a computer intersect the surface to crate a three-dimensional perspective view. Simulated color and a digital elevation map developed by the U.S. Geological Survey are used to enhance small-scale structure. The simulated hues are based on color images recorded by the Soviet Venera 13 and 14 spacecraft. The image was produced by the Solar System Visualization project and the Magellan Science team at the JPL Multimission Image Processing Laboratory and is a single frame from a video released at the April 22, 1992 news conference. Volcano Southeast of Phoebe Regio,Venus with Emissivity Data Date: 11 Nov 1992 Magellan press release image showing radio-thermal emission (emissivity). Red represents high emissivity and blue low. The image is centered at 12.5S,261E, southeast of Phoebe Regio, Venus and is 587 km on a side. The unnamed volcano is about 2 km high and shows low emissivity at the summit, which could indicate the presence of pyrrohtite or pyrite, minerals which may not be stable at lower altitudes. (Magellan press release P-40698) Nova in Themis Regio,Venus Magellan image of a nova, a radial network of grabens, in Themis Regio, Venus. There have been about 50 novae identified on Venus, which consist of closely spaced graben radiating from a central area. This nova is about 250 km in diameter, concentrated to the south. (North is up.) (Magellan C1-MIDR 30S279;1,framelet 18) Venus - Magellan Magellan radar image of the Venera 10 landing site on Venus. The exact coordinates of the Venera 10 lander site are not known, but the estimate is centered at 15.42N,291.51E, near the southeastern edge of Beta Regio which is also the center of this image. The Venera lander panorama shows Venera 10 landed on a plain (the dark region) and not the brighter tessera. This image is about 600 km across and north is up. (Magellan C1-MIDR 15N283;1,framelet 32) Wheatley Crater, Venus

Magellan radar image of Wheatley crater on Venus. This 72 km diameter crater shows a radar bright ejecta pattern and a generally flat floor with some rough raised areas and faulting. The crater is located in Asteria Regio at 16.6N,267E. (Portion of Magellan C1-MIDR 15N266;1,framelets 21 and 22) Many Worlds, Many Craters A comparison of ~30-kilometer-diameter impact craters on several planetary bodies. All craters are shown at the same scale and have been rotated so that the light source is from the left. This rotation puts north at the bottom of the images of the lunar crater and the Ganymede crater. Names and locations of the four craters are as follows: Golubkhina (Venus), 60.30N, 286.40E; Kepler (Moon), 8.10N, 38.10W; (Mars), 20.80S, 53.60E; (Ganymede), 29.80S, 136.00W. Image Credit: Image of Ganymede Crater contributed by Paul Schenk (Lunar and Planetary Institute). Image of Mars crater obtained from the Mars Multi-Scale Map, Calvin Hamilton (Los Alamos National Laboratory). Images of lunar and venusian craters from Robert Herrick (Lunar and Planetary Institute).

Bumi
Bumi adalah planet ketiga dari delapan planet dalam Tata Surya. Diperkirakan usianya mencapai 4,6 miliar tahun. Jarak antara Bumi dengan matahari adalah 149.6 juta kilometer atau 1 AU (Inggris: Astronomical Unit). Kala rotasi bumi adalah 23 jam 56 menit 4 detik. Sedangkan kala revolusinya adalah 365,25 hari. Bumi mempunyai lapisan udara (atmosfer) dan medan magnet yang disebut (magnetosfer) yang melindung permukaan Bumi dari angin surya, sinar ultraviolet dan radiasi dari luar angkasa. Lapisan udara ini menyelimuti Bumi hingga ketinggian sekitar 700 kilometer. Lapisan udara ini dibagi menjadi Troposfer, Stratosfer, Mesosfer, Termosfer dan Eksosfer. Lapisan ozon, setinggi 50 kilometer, berada di lapisan stratosfer dan mesosfer dan melindungi Bumi dari sinar ultraungu. Perbedaan suhu permukaan Bumi adalah antara -70 C hingga 55 C bergantung pada iklim setempat. Sehari dibagi menjadi 24 jam dan setahun di Bumi sama dengan 365,2425 hari. Bumi mempunyai massa seberat 59.760 miliar ton, dengan luas permukaan 510 juta kilometer persegi. Berat jenis Bumi (sekitar 5.500 kilogram per meter kubik) digunakan sebagai unit perbandingan berat jenis planet yang lain, dengan berat jenis Bumi dipatok sebagai 1. Bumi memiliki diameter sepanjang 12.756 kilometer. Gravitasi Bumi diukur sebagai 10 N kg-1 dijadikan unit ukuran gravitasi planet lain, dengan gravitasi Bumi dipatok sebagai 1. Bumi mempunyai 1 satelit alami yaitu Bulan. 70,8% permukaan Bumi diliputi air. Udara Bumi terdiri dari 78% nitrogen, 21% oksigen dan 1% uap air, karbondioksida dan gas lain.

Bumi diperkirakan tersusun atas inti dalam Bumi yang terdiri dari besi nikel beku setebal 1.370 kilometer dengan suhu 4.500 C, diselimuti pula oleh inti luar yang bersifat cair setebal 2.100 kilometer, lalu diselimuti pula oleh mantel silika setebal 2.800 kilometer membentuk 83% isi Bumi dan akhirnya sekali diselimuti oleh kerak Bumi setebal kurang lebih 85 kilometer. Kerak Bumi lebih tipis di dasar laut yaitu sekitar 5 kilometer. Kerak Bumi terbagi kepada beberapa bagian dan bergerak melalui pergerakan tektonik lempeng (teori Continental Drift) yang menghasilkan gempa Bumi. Titik tertinggi di permukaan Bumi adalah gunung Everest setinggi 8.848 meter dan titik terdalam adalah palung Mariana di samudra Pasifik dengan kedalaman 10.924 meter. Danau terdalam adalah Danau Baikal dengan kedalaman 1.637 meter, sedangkan danau terbesar adalah Laut Kaspia dengan luas 394.299 km2.

Komposisi dan struktur


Bumi adalah sebuah planet kebumian, yang artinya terbuat dari batuan. Hal ini berbeda dibandingkan gas raksasa seperti Jupiter. Planet ini adalah yang terbesar dari empat planet kebumian, baik dalam hal massa maupun ukuran. Dari keempat planet kebumian, Bumi juga memiliki kepadatan tertinggi, gravitasi permukaan terbesar, medan magnet terkuat dan rotasi paling cepat. Bumi juga merupakan satu-satunya planet kebumian yang memiliki lempeng tektonik yang aktif.

Bentuk
Bentuk planet Bumi sangat mirip dengan bulat pepat (oblate spheroid), sebuah bulatan yang tertekan ceper pada orientasi kutub-kutub yang menyebabkan buncitan pada bagian khatulistiwa. Buncitan ini terjadi karena rotasi Bumi, menyebabkan ukuran diameter katulistiwa 43 km lebih besar dibandingkan diameter dari kutub ke kutub. Diameter rata-rata dari bulatan Bumi adalah 12.742 km, atau kira-kira 40.000 km/. Karena satuan meter pada awalnya didefinisikan sebagai 1/10.000.000 jarak antara katulistiwa ke kutub utara melalui kota Paris, Perancis. Topografi lokal sedikit bervariasi dari bentuk bulatan ideal yang mulus, meski pada skala global, variasi ini sangat kecil. Bumi memiliki toleransi sekitar satu dari 584, atau 0,17% dibanding bulatan sempurna (reference spheroid), yang lebih mulus jika dibandingkan dengan toleransi sebuah bola biliar, 0,22%. Lokal deviasi terbesar pada permukaan Bumi adalah Gunung Everest (8.848 m di atas permukaan laut) dan Palung Mariana (10.911 m di bawah permukaan laut). Karena buncitan khatulistiwa, bagian Bumi yang terletak paling jauh dari titik tengah Bumi sebenarnya adalah gunung Chimborazo di Ekuador. Proses alam endogen/tenaga endogen adalah tenaga Bumi yang berasal dari dalam Bumi. Tenaga alam endogen bersifat membangun permukaan Bumi ini. Tenaga alam eksogen berasal dari luar Bumi dan bersifat merusak. Jadi kedua tenaga itulah yang membuat berbagai macam relief di muka Bumi ini seperti yang kita tahu bahwa permukaan Bumi yang kita huni ini terdiri atas berbagai bentukan seperti gunung, lembah, bukit, danau, sungai, dsb. Adanya bentukan-bentukan

tersebut, menyebabkan permukaan Bumi menjadi tidak rata. Bentukan-bentukan tersebut dikenal sebagai relief Bumi.

Komposisi kimia
Tabel Kerak oksida F. W. Clarke Form Kompo Senyawa ula sisi Silika SiO2 59,71% Alumina Al2O3 15,41% kapur CaO 4,90% Magnesia MgO 4,36% Natrium oksida Na2O 3,55% Besi(II) oksida FeO 3,52% Kalium oksida K2O 2,80% Besi(III) oksida Fe2O3 2,63% Air H2O 1,52% Titanium TiO2 0,60% dioksida Fosfor P2O5 0,22% pentaoksida Total 99,22%

Massa Bumi kira-kira adalah 5,981024 kg. Kandungan utamanya adalah besi (32,1%), oksigen (30,1%), silikon (15,1%), magnesium (13,9%), sulfur (2,9%), nikel (1,8%), kalsium (1,5%), and aluminium (1,4%); dan 1,2% selebihnya terdiri dari berbagai unsur-unsur langka. Karena proses pemisahan massa, bagian inti Bumi dipercaya memiliki kandungan utama besi (88,8%) dan sedikit nikel (5,8%), sulfur (4,5%) dan selebihnya kurang dari 1% unsur langka.[10] Ahli geokimia F. W. Clarke memperhitungkan bahwa sekitar 47% kerak Bumi terdiri dari oksigen. Batuan-batuan paling umum yang terdapat di kerak Bumi hampir semuanya adalah oksida (oxides); klorin, sulfur dan florin adalah kekecualian dan jumlahnya di dalam batuan biasanya kurang dari 1%. Oksida-oksida utama adalah silika, alumina, oksida besi, kapur, magnesia, potas dan soda. Fungsi utama silika adalah sebagai asam, yang membentuk silikat. Ini adalah sifat dasar dari berbagai mineral batuan beku yang paling umum. Berdasarkan perhitungan dari 1,672 analisis berbagai jenis batuan, Clarke menyimpulkan bahwa 99,22% batuan terdiri dari 11 oksida (lihat tabel kanan). Konstituen lainnya hanya terjadi dalam jumlah yang kecil. [note 3]

Lapisan Bumi
Menurut komposisi (jenis dari materialnya), Bumi dapat dibagi menjadi lapisan-lapisan sebagai berikut:

Kerak Bumi Mantel Bumi

Inti Bumi

Sedangkan menurut sifat mekanik (sifat dari material)-nya, Bumi dapat dibagi menjadi lapisanlapisan sebagai berikut:

Litosfir Astenosfir Mesosfir Inti Bumi bagian luar

Inti Bumi bagian luar merupakan salah satu bagian dalam Bumi yang melapisi inti Bumi bagian dalam. Inti Bumi bagian luar mempunyai tebal 2250 km dan kedalaman antara 2900-4980 km. Inti Bumi bagian luar terdiri atas besi dan nikel cair dengan suhu 3900 C.

Inti Bumi bagian dalam

Inti Bumi bagian dalam merupakan bagian Bumi yang paling dalam atau dapat juga disebut inti Bumi. inti Bumi mempunyai tebal 1200km dan berdiameter 2600km. Inti Bumi terdiri dari besi dan nikel berbentuk padat dengan temperatur dapat mencapai 4800 C.
Penamaan Ciri-ciri orbit
Epos J2000.0[note 1]

Aphelion Perihelion Sumbu semi-mayor Eksentrisitas Periode orbit Kecepatan orbit rata-rata Inklinasi Bujur node menaik Argumen perihelion Satelit Jari-jari rata-rata Jari-jari khatulistiwa

152.097.701 km 1,0167103335 SA 147.098.074 km 0,9832898912 SA 149.597.887,5 km 1,0000001124 SA 0,016710219 365,256366 hari 1,0000175 tahun 29,783 km/s 107.218 km/jam 134'43,3"[1] ke Bidang Invariabel 348,73936 114,20783 1 (Bulan) Ciri-ciri fisik 6,371.0 km[2] 6.378,1 km[3]

Jari-jari kutub Kepepatan Keliling khatulistiwa

6.356,8 km[4] 0,0033528[3] 40.075,02 km (khatulistiwa) 40.007,86 km (meridian) 40.041,47 km (rata-rata) 510.072.000 km[5][6][note 2] 148.940.000 km daratan (29,2 %) 361.132.000 km perairan (70,8 %) 1,08320731012 km3 5,97361024 kg[7] 5,5153 g/cm3 9,780327 m/s[8] 0,99732 g 11,186 km/s 0,99726968 d[9] 23 56 4.100 1674,4 km/jam 23,439281 0,367[7]
h m s

Luas permukaan

Volume Massa Massa jenis rata-rata Gravitasi permukaan di khatulistiwa Kecepatan lepas Hari sideris Kecepatan rotasi Kemiringan sumbu Albedo Suhu permukaan Kelvin Celsius Tekanan permukaan

min 184 K 89 C

rata-rata 287 K 14 C

maks 331 K 57, 7 C

Komposisi

Atmosfer 101,3 kPa (Permukaan laut) 78,08% Nitrogen (N2) 20,95% Oksigen (O2) 0,93% Argon 0,038% Karbon dioksida Sekitar 1% uap air (bervariasi sesuai iklim)[7]

Mars
Mars adalah planet terdekat keempat dari Matahari. Namanya diambil dari dewa perang Romawi, Mars. Planet ini sering dijuluki sebagai "planet merah" karena tampak dari jauh berwarna kemerah-kemerahan. Ini disebabkan oleh keberadaan besi(III) oksida di permukaan planet Mars.[6] Mars adalah planet bebatuan dengan atmosfer yang tipis. Di permukaan Mars terdapat kawah, gunung berapi, lembah, gurun, dan lapisan es. Periode rotasi dan siklus musim Mars mirip dengan Bumi. Di Mars berdiri Olympus Mons, gunung tertinggi di Tata Surya, dan

Valles Marineris, lembah terbesar di Tata Surya. Selain itu, di belahan utara terdapat cekungan Borealis yang meliputi 40% permukaan Mars.[7][8] Keterangan: Olympus Mons (Latin, "Mount Olympus") adalah gunung berapi terbesar yang pernah diketahui di tata surya. Gunung ini terletak di planet Mars. Sebelum satelit luar angkasa mengidentifikasikannya sebagai gunung, Olympus Mons disebut sebagai fitur albedo, Nix Olympica ("Salju Olympus") oleh astronom; sejak akhir abad ke-19, diduga bahwa objek ini bergunung.[1] (Patrick Moore 1977, Guide to Mars, London (UK), Cutterworth Press, p.96) Valles Marineris (dalam bahasa Latin berarti "Lembah-lembah Mariner", dinamai dari Mariner 9 yang menemukan Valles Marineris) adalah sistem yang ada pada bagian timur Tharsis di Mars. Dengan panjang lebih dari 4.000 km, lebar 200 km dan kedalaman lebih dari 7 km,[1][2] Valles Marineris dikenal sebagai ngarai terbesar di Tata Surya. Valles Marineris terletak di wilayah khatulistiwa Mars. Sistem Valles Marineris dimulai di barat dari Noctis Labyrinthus; lalu bergerak ke timur melalui chasmata Tithonium dan Ius, lalu chasmata Melas dan Ophir, lalu Coprates Chasma, lalu chasmata Ganges, Capri dan Eos; sistem ini berakhir pada Chryse Planitia. Kebanyakan ilmuwan meyakini bahwa Valles Marineris merupakan "retakan" tektonik besar di kerak Mars. 4,500 km long, 200 km wide and 11 km deep

Lingkungan Mars lebih bersahabat bagi kehidupan dibandingkan keadaan Planet Venus. Namun begitu, keadaannya tidak cukup ideal untuk manusia. Suhu udara yang cukup rendah dan tekanan udara yang rendah, ditambah dengan komposisi udara yang sebagian besar karbondioksida, menyebabkan manusia harus menggunakan alat bantu pernapasan jika ingin tinggal di sana. Misi-misi ke planet merah ini, sampai penghujung abad ke-20, belum menemukan jejak kehidupan di sana, meskipun yang amat sederhana. Planet ini memiliki 2 buah satelit, yaitu Phobos dan Deimos. Planet ini mengorbit selama 687 hari dalam mengelilingi Matahari. Planet ini juga berotasi. Kala rotasinya 25,62 jam. Di planet Mars, terdapat sebuah fitur unik di daerah Cydonia Mensae. Fitur ini merupakan sebuah perbukitan yang bila dilihat dari atas nampak sebagai sebuah wajah manusia. Banyak orang yang menganggapnya sebagai sebuah bukti dari peradaban yang telah lama musnah di Mars, walaupun pada masa kini, telah terbukti bahwa fitur tersebut hanyalah sebuah kenampakan alam biasa. Mars memiliki jari-jari sekitar setengah dari jari-jari Bumi. Planet ini kurang padat bila dibandingkan dengan Bumi, dan hanya mempunyai sekitar 15% volume dan 11% massa Bumi.

Luas permukaannya lebih kecil dari jumlah wilayah kering di Bumi.[5] Mars lebih besar daripada Merkurius, tetapi Merkurius lebih padat. Akibatnya kedua planet memunyai tarikan gravitasi yang hampir mirip di permukaandan tarikan Mars lebih kuat sekitar kurang dari 1%. Ukuran, massa, dan gravitasi permukaan Mars berada "di antara" Bumi dan Bulan (diameter Bulan hanya setengah dari Mars, sementara Bumi dua kalinya; Bumi sembilan kali lebih besar dari Mars, dan Bulan satu per sembilannya). Kenampakan permukaan Mars yang merah-jingga diakibatkan oleh keberadaan besi(III) oksida, yang lebih dikenal dengan nama hematite.[9]

Geologi
Berdasarkan pengamatan orbit dan pemeriksaan terhadap kumpulan meteorit Mars, permukaan Mars terdiri dari basalt. Beberapa bukti menunjukkan bahwa sebagian permukaan Mars memunyai silika yang lebih kaya daripada basalt biasa, dan mungkin mirip dengan batu-batu andesit di Bumi. Sebagian besar permukaan Mars dilapisi oleh debu besi(III) oksida yang memberinya kenampakan merah.[10][11] Saat ini Mars tidak memunyai medan magnet global,[12] namun hasil pengamatan menunjukkan bahwa sebagian kerak planet termagnetisasi, dan medan magnet global pernah ada pada masa lalu. Salah satu teori yang diumumkan pada tahun 1999 dan diperiksa ulang pada Oktober 2005 (dengan bantuan Mars Global Surveyor) menunjukkan bahwa empat miliar tahun yang lalu, dinamo Mars berhenti berfungsi dan mengakibatkan medan magnetnya menghilang.[13] Ada pula teori bahwa asteroid yang sangat besar pernah menghantam Mars dan mematikan medan magnetnya.[14] Inti Mars, yang jari-jarinya diperkirakan sebesar 1.480 km, terdiri dari besi dan 14-17% sulfur. Inti besi sulfida ini cair. Lapisan di atas inti Mars adalah mantel silikat yang membentuk banyak objek tektonik dan vulkanik di Mars, tetapi saat ini mantel tersebut sudah tidak aktif. Di atas lapisan mantel adalah kerak, yang ketebalan rata-ratanya sekitar 50 km, dan ketebalan maksimumnya 125 km.[15] Saat pembentukan Tata Surya, Mars terbentuk dari cakram protoplanet yang mengelilingi Matahari Matahari. Planet ini punya ciri kimia yang berbeda karena letaknya di Tata Surya. Unsur dengan titik didih yang rendah seperti klorin, fosfor, dan sulfur ada dalam jumlah yang lebih besar daripada di Bumi. Unsur-unsur tersebut kemungkinan dihalau dari daerah yang dekat dengan Matahari oleh angin surya muda yang kuat.[16] Setelah terbentuk, planet-planet melewati masa "Pengeboman Berat Akhir". Bekas tubrukan dari masa tersebut dapat dilihat di 60% permukaan Mars.[17][18][19] 40% permukaan Mars adalah bagian dari cekungan yang diakibatkan oleh tubrukan objek sebesar Pluto empat miliar tahun yang lalu. Cekungan di belahan utara Mars yang membentang sejauh 10.600 km ini kini dikenal dengan nama cekungan Borealis.[7][8][20][21] Sejarah geologi Mars dapat dibagi menjadi beberapa masa, tetapi berikut adalah tiga masa utama:[22][16]

Masa Noachis (dinamai dari Noachis Terra): Pembentukan permukaan tertua Mars, antara 4,5 miliar hingga 3,5 miliar tahun yang lalu. Permukaan dari masa Noachis dipenuhi kawah tubrukan yang besar. Tonjolan Tharsis, dataran tinggi vulkanik, diduga terbentuk pada masa ini. Pada akhir masa ini banjir besar juga terjadi. Masa Hesperia (dinamai dari Hesperia Planum): 3,5 miliar tahun yang lalu hingga 2,93,3 miliar tahun yang lalu. Masa ini ditandai dengan pembentukan dataran lava. Masa Amazonis (dinamai dari Amazonis Planitia): 2,93,3 miliar tahun yang lalu hingga sekarang. Olympus Mons terbentuk pada periode ini, dan begitu pula aliran lava lain.

Aktivitas geologi masih berlangsung di Mars. Athabasca Valles merupakan tempat mengalirnya lava sejak 200 juta tahun yang lalu. Aliran air di graben Cerberus Fossae muncul sekitar 20 juta tahun yang lalu, yang merupakan tanda-tanda terjadinya intrusi vulkanik.[23] Pada 19 Februari 2008, citra yang diabadikan oleh Mars Reconnaissance Orbiter menunjukkan bukti terjadinya longsor di tebing setinggi 700 m.[24]

Tanah
Berdasarkan data dari wahana Phoenix, tanah Mars terdiri dari unsur seperti magnesium, sodium, potasium, dan klorida. Nutrien tersebut dapat ditemui di kebun Bumi dan penting dalam pertumbuhan tanaman.[25] Percobaan yang dilakukan oleh wahana Phoenix menunjukkan bahwa tanah Mars punya pH sebesar 8,3, dan mengandung garam perklorat.[26][27] Warna bubuk dapat ditemui di seluruh Mars. Seringkali warna bubuk baru muncul di lereng curam kawah, palung, dan lembah. Warna bubuk awalnya berwarna gelap, dan seiring berjalannya waktu, warnanya menjadi semakin menjadi terang. Kadang-kadang warna bubuk muncul dalam ukuran yang kecil, dan lalu melebar hingga ratusan meter. Warna bubuk juga mengikuti tepi batuan. Berdasarkan teori yang banyak diterima, warna bubuk merupakan lapisan tanah gelap di bawah yang muncul karena longsor atau badai debu.[28] Ada pula penjelasan lain, yang melibatkan air, dan bahkan pertumbuhan organisme.[29][30]

Hidrologi
Air tidak dapat bertahan di permukaan Mars karena tekanan atmosfernya yang rendah. Di ketinggian terendah, air masih dapat bertahan dalam waktu yang singkat.[31][32] Dua lapisan es di Mars diduga terdiri dari air.[33][34] Jika dicairkan, volume air di lapisan es kutub selatan mampu melapisi seluruh permukaan planet dengan kedalaman 11 meter.[35] Lapisan permafrost terbentang dari kutub hingga lintang 60.[33] Es air dalam jumlah besar diduga terperangkap di bawah lapisan kriosfer Mars. Data dari Mars Express dan Mars Reconnaissance Orbiter menunjukkan keberadaan es air yang besar di kedua kutub (Juli 2005)[36][37] dan lintang tengah (November 2008).[38] Wahana Phoenix secara langsung mengambil sampel es air di Mars pada 31 Juli 2008.[39]

Dari kenampakan permukaan Mars dapat dilihat bahwa air pernah mengalir di permukaan planet tersebut. Saluran banjir besar yang disebut saluran keluar (outflow channel)[40] dapat ditemui di 25 tempat, dan diduga merupakan tanda-tanda terjadinya erosi pada masa lepasnya air dari akuifer di bawah tanah, meskipun struktur tersebut juga diduga diakibatkan oleh glasier atau lava.[41][42] Saluran termuda diduga terbentuk sekitar beberapa juta tahun yang lalu.[43] Di tempat lain, terutama di wilayah tertua permukaan Mars, jaringan lembah yang bercabang menyebar di sepanjang bentang alam. Ciri dan persebaran lembah tersebut menunjukkan bahwa lembah tersebut dibentuk oleh limpasan permukaan yang diakibatkan oleh hujan atau salju pada awal sejarah Mars. Aliran di bawah permukaan dan proses pengikisan tanah dari lereng oleh air tanah yang ada di tepi sungai atau lereng bukit mungkin memainkan peran tambahan di beberapa jaringan, namun hujan kemungkinan merupakan penyebab utama.[44] Di Mars juga ada ribuan kenampakan di kawah dan dinding lembah yang mirip dengan parit. Parit tersebut biasanya ada di dataran tinggi belahan selatan. Sejumlah penulis menyatakan bahwa proses pembentukannya memerlukan air, kemungkinan dari es yang mencair,[45][46] namun ada pula yang meyakini bahwa es karbon dioksida dan pergerakan debu kering-lah yang membentuknya.[47][48] Parit-parit tersebut sangat muda, bahkan mungkin masih aktif hingga sekarang.[46] Ciri geologis lain, seperti delta dan kipas alluvial, digunakan sebagai dasar untuk mendukung gagasan bahwa Mars pada awalnya lebih hangat dan basah.[49] Keadaan semacam itu memerlukan keberadaan banyak danau di permukaan, dan untuk itu ada bukti-bukti mineralogis, sedimentalogis, dan geomorfologis.[50] Beberapa penulis bahkan menyatakan bahwa pada masa lalu sebagian besar dataran rendah di utara merupakan samudra, meskipun hal ini masih diperdebatkan.[51] Bukti lebih lanjut bahwa air pernah ada di permukaan Mars muncul dari pelacaktemuan beberapa mineral tertentu seperti hematit dan goetit, yang kadang-kadang terbentuk saat air ada.[52] Beberapa bukti yang sebelumnya diyakini menunjukkan keberadaan cekungan dan aliran air kuno telah ditampik oleh penilikan beresolusi tinggi oleh Mars Reconnaissance Orbiter.[53] Pada tahun 2004, Opportunity melacaktemu mineral jarosit. Mineral ini hanya terbentuk jika ada air berasam, yang menunjukkan bahwa air pernah ada di Mars.[54]

Lapisan es kutub
Mars punya dua lapisan es kutub permanen. Selama musim dingin di salah satu kutub, lapisan tersebut diselubungi oleh kegelapan, sehingga mendinginkan permukaan dan menyebabkan 2530% atmosfer mengembun menjadi es CO2 (es kering).[55] Saat Matahari kembali menyinari kutub, CO2 yang membeku menyublim, sehingga menghasilkan angin kencang yang menyapu wilayah kutub dengan kecepatan 400 km/jam. Peristiwa musiman tersebut mengangkut banyak debu dan uap air yang menghasilkan embun beku dan awan cirrus besar. Awan es-air dicitrakan oleh Opportunity pada tahun 2004.[56] Lapisan es Mars terdiri dari es air. Karbon dioksida beku melapisinya dengan ketebalan satu meter di kutub utara pada musim dingin; sementara di kutub selatan, lapisan es kering tersebut bersifat permanen dengan ketebalan delapan meter.[57] Diameter lapisan es kutub utara tercatat

sekitar 1.000 kilometer selama musim panas,[58] dan mengandung sekitar 1,6 juta km kubik es.[59] Lapisan es kutub selatan memunyai diameter sekitar 350 km dan ketebalan 3 km.[60] Total volume es di kutub selatan ditambah lapisannya diperkirakan juga sekitar 1,6 juta km kubik.[61] Di kedua lapisan es terdapat lembang-lembang, yang diduga terbentuk oleh pemanasan Matahari, ditambah dengan penyubliman es dan pengembunan uap air.[62][63] Pembekuan musiman di beberapa wilayah di dekat lapisan es kutub selatan mengakibatkan pembentukan es kering transparan setebal 1 meter di atas permukaan. Begitu musim semi datang, tekanan dari penyubliman CO2 mengangkat dan memecahkan lapisan tersebut. Akibatnya, terjadi letusan gas CO2 yang bercampur dengan pasir atau debu basalt gelap. Proses ini berlangsung cepat dan tidak biasa dalam geologi Mars. Gas yang bergerak cepat di bawah lapisan ke tempat letusan menghasilkan pola saluran radial yang seperti laba-laba di bawah es.[64][65][66][67]

Geografi
Meskipun dikenang karena memetakan Bulan, Johann Heinrich Mdler dan Wilhelm Beer merupakan para "aerografer" pertama. Mereka merintis bahwa sebagian besar permukaan Mars bersifat permanen, dan menentukan periode rotasi planet. Pada tahun 1840, Mdler memadukan hasil pengamatannya selama sepuluh tahun dan menggambar peta pertama Mars. Daripada memberi nama, Beer dan Mdler menyebut beberapa tempat dengan huruf.[68] Saat ini, fitur-fitur di Mars dinamai dari berbagai sumber. Fitur albedo dinamai dari mitologi klasik. Nama kawah yang lebih besar dari 60 kilometer (37 mil) berasal dari ilmuwan, penulis, dan tokoh lain yang membantu penelitian Mars. Kawah yang lebih kecil dari 60 km dinamai dari kota dan desa di dunia dengan jumlah penduduk lebih kecil dari 100.000. Lembah besar dinamai dari kata mars atau bintang dalam berbagai bahasa, sementara lembah kecil dari sungai-sungai.[69] Nama fitur albedo besar tetap dipertahankan, tetapi kadang-kadang diperbaharui untuk melambangkan pengetahuan baru tentang sifat fitur tersebut. Contohnya, Nix Olympica (salju Olympus) diubah menjadi Olympus Mons (Gunung Olympus).[70] Permukaan Mars seperti yang terlihat dari Bumi terbagi menjadi dua macam daerah, dengan albedo yang berbeda. Dataran pucat yang dilapisi debu dan pasir yang kaya akan besi oksida awalnya diduga sebagai 'benua' Mars dan diberi nama seperti Arabia Terra (tanah Arabia) atau Amazonis Planitia (dataran Amazonian). Fitur gelap sebelumnya diduga sebagai laut, sehingga dinamai Mare Erythraeum, Mare Sirenum dan Aurorae Sinus. Fitur gelap terbesar yang dapat terlihat dari Bumi adalah Syrtis Major Planum.[71] Lapisan es kutub utara yang permanen dinamai Planum Boreum, sementara lapisan es kutub selatan disebut Planum Australe. Khatulistiwa Mars ditetapkan melalui rotasinya, namun letak meridian utamanya ditentukan dengan penetapan titik yang berubah-ubah seperti di Bumi; Mdler dan Beer memilih sebuah garis pada tahun 1830 untuk peta Mars pertama mereka. Setelah wahana Mariner 9 menyajikan citra Mars pada tahun 1972, kawah kecil (nantinya disebut Airy-0) yang terletak di Sinus Meridiani dipilih sebagai tempat bujur 0.0.[72] Mars tidak punya samudra sehingga tidak ada 'permukaan laut'. Ketinggian nol harus ditentukan, dan ini disebut areoid[73] Mars, yang sejalan dengan geoid. Ketinggian nol adalah ketinggian

yang tekanan atmosfernya 610.5 Pa (6.105 mbar),[74] atau sekitar 0,6% dari tekanan permukaan laut di Bumi (0.006 atm).[75] Tekanan ini sesuai dengan titik tripel air. Praktiknya permukaan ditetapkan secara langsung melalui pengukuran gravitasi satelit.

Topografi tubrukan
Dikotomi topografi Mars cukuplah mengejutkan: dataran utara yang diratakan oleh aliran lava berkebalikan dengan dataran tinggi di selatan yang dipenuhi kawah akibat tubrukan pada masa lalu. Penelitian pada tahun 2008 telah menghasilkan bukti untuk postulat yang diusulkan pada tahun 1980 bahwa belahan utara Mars ditubruk oleh objek dengan ukuran 1/10 hingga 2/3nya Bulan. Jika ini benar, maka belahan utara Mars merupakan kawah tubrukan berukuran 10.600 x 8.500 km, menjadikannya kawah tubrukan terbesar di Tata Surya.[7][8] Di Mars terdapat sekitar 43.000 kawah dengan diameter 5 km atau lebih besar.[76] Di antaranya yang terbesar adalah kawah Hellas, fitur albedo terang yang terlihat dari Bumi.[77] Massa Mars lebih kecil, sehingga kemungkinan objek bertubrukan dengan planet tersebut sekitar setengahnya Bumi. Planet ini terletak lebih dekat dengan sabuk asteroid, sehingga kemungkinan ditubruk oleh benda dari tempat tersebut meningkat. Mars juga lebih mungkin ditubruk oleh komet berperiode kecil, seperti yang berada di orbit Yupiter.[78] Meskipun begitu, ada lebih sedikit kawah di Mars daripada Bulan karena atmosfer Mars melindunginya dari meteor-meteor kecil. Beberapa kawah memunyai morfologi yang menunjukkan bahwa tanah menjadi basah setelah meteor menubruk.
[79]

Situs tektonik
Gunung berapi perisai Olympus Mons (Gunung Olympus) merupakan gunung tertinggi di Tata Surya.[80] Ketinggiannya mencapai 27 km, atau tiga kali lipat tinggi Gunung Everest yang hanya sekitar 8,8 km.[81] Gunung yang sudah tidak aktif ini terletak di wilayah Tharsis, yang juga merupakan tempat berdirinya beberapa gunung berapi besar lainnya. Lembah besar Valles Marineris (dalam bahasa Latin berarti Lembah Mariner, juga dikenal dengan nama Agathadaemon di peta kanal lama) memiliki panjang sekitar 4.000 km dan kedalaman hingga 7 km. Panjang Valles Marineris setara dengan panjang Eropa dan terbentang di 1/5 sirkumferensia Mars. Jika dibandingkan, Grand Canyon di Bumi panjangnya hanya 446 km dan kedalamannya hanya 2 km. Valles Marineris terbentuk akibat pembengkakan wilayah Tharsis yang menyebabkan runtuhnya kerak di wilayah Valles Marineris. Lembah besar lainnya adalah Ma'adim Vallis (Ma'adim dalam bahasa Ibrani berarti Mars). Lembah ini memiliki panjang sebesar 700 km, lebar 20 km, dan kedalaman 2 km di beberapa tempat. Kemungkinan Ma'adin Vallis pernah dialiri air pada masa lalu.[82]

Gua
Citra dari Thermal Emission Imaging System (THEMIS) di wahana Mars Odyssey telah menunjukkan tujuh pintu masuk gua di belakang gunung berapi Arsia Mons.[83] Gua-gua tersebut, yang dinamai dari orang yang dicintai para penemunya, secara keseluruhan dijuluki "tujuh saudara perempuan."[84] Lebar pintu masuk gua tersebut

berkisar antara 100 hingga 252 m. Gua-gua itu diyakini memiliki kedalaman antara 73 hingga 96 m. Cahaya tidak mencapai dasar sebagian besar gua, sehingga kemungkinan gua-gua tersebut bisa lebih dalam lagi. Gua "Dena" merupakan pengecualian; dasarnya dapat dilihat dan kedalamannya tercatat 130 m. Bagian dalam gua tersebut mungkin terlindung dari mikrometeoroid, radiasi ultraviolet, semburan Matahari, dan partikel berenergi tinggi yang menghujani permukaan planet.[85]

Atmosfer
Mars kehilangan magnetosfernya 4 miliar tahun yang lalu,[86] sehingga angin surya bisa berhubungan langsung dengan ionosfer, yang mengakibatkan penurunan kepadatan atmosfer dengan mengupas atom-atom dari lapisan luar.[86][87] Dibandingkan dengan Bumi, atmosfer di Mars cukup tipis. Tekanan atmosfer di permukaan berkisar dari 30 Pa di Olympus Mons hingga lebih dari 1.155 Pa di Hellas Planitia, dengan rata-rata tekanan di permukaan 600 Pa.[88] Tekanan permukaan di Mars pada saat terkuatnya sama dengan tekanan yang dapat ditemui di ketinggian 35 km di atas permukaan Bumi.[89] Ketinggian skala atmosfer Mars diperkirakan sekitar 10.8 km, [90] yang lebih tinggi dari Bumi (6 km) karena gravitasi permukaan Mars hanya 38% persen-nya Bumi. Atmosfer Mars terdiri dari 95% karbon dioksida, 3% nitrogen, 1,6% argon, serta mengandung jejak oksigen dan air.[5] Atmosfernya relatif berdebu dan mengandung partikulat berdiameter 1,5 m yang memberikan kenampakan kuning kecoklatan di langit Mars saat dilihat dari permukaan.[91] Metana telah dilacaktemu di atmosfer Mars dengan fraksi mol sekitar 30 ppb.[92][93] Hidrokarbon tersebut muncul dalam plume luas, dan dilepas di wilayah yang berlainan. Di utara pada pertengahan musim panas, plume utama mengandung 19.000 metrik ton metana, dengan kekuatan sumber sekitar 0,6 kilogram per detik.[94][95] Kemungkinan terdapat dua sumber lokal: yang pertama terpusat di dekat 30 U, 260 B, dan yang kedua di dekat 0, 310 B.[94] Diperkirakan Mars menghasilkan 270 ton metana per tahun.[94][96] Rentang waktu kehancuran metana diperkirakan paling lama empat tahun Bumi dan paling pendek 0,6 tahun Bumi.[94][97] Pergantian cepat ini merupakan tanda-tanda adanya sumber gas aktif di Mars. Aktivitas vulkanik, tubrukan komet, dan keberadaan bentuk kehidupan mikrobial metanogenik diduga merupakan penyebabnya. Metana dapat pula dihasilkan oleh proses nonbiologis yang disebut serpentinisasi[b] yang melibatkan air, karbon dioksida, dan mineral olivin.
[98]

Iklim
Di antara semua planet di Tata Surya, Mars adalah planet yang musimnya paling mirip dengan Bumi. Hal ini diakibatkan oleh miripnya kemiringan sumbu kedua planet. Panjang musim di Mars itu sekitar dua kalinya Bumi karena jarak Mars yang lebih jauh dari Matahari, sehingga tahun di Mars lebih panjang (dua kalinya Bumi). Suhu permukaan Mars berkisar antara 87 C (125 F) pada musim dingin di kutub hingga 5 C (23 F) pada musim panas.[31] Luasnya

rentang suhu ini diakibatkan oleh ketidakmampuan atmosfer yang tipis untuk menyimpan panas Matahari, tekanan atmosfer yang rendah, dan thermal inertia tanah Mars yang rendah.[99] Jika Mars punya orbit yang seperti Bumi, musimnya akan mirip dengan Bumi karena sumbu rotasinya mirip dengan Bumi. Eksentrisitas orbit Mars yang relatif besar memberikan pengaruh yang besar. Mars berada di dekat perihelion saat musim panas di belahan selatan dan dingin di utara, dan di dekat aphelion saat musim dingin di belahan selatan adn musim panas di utara. Akibatnya, musim di belahan selatan lebih ekstrem dan musim di utara lebih ringan. Suhu musim panas di selatan lebih hangat 30 C (54.0 F) daripada suhu musim panas di utara.[100] Di Mars juga terdapat badai debu terbesar di Tata Surya. Badai-badai tersebut dapat bervariasi, dari badai di wilayah kecil, hingga badai raksasa yang berkecamuk di seluruh planet. Badai tersebut biasanya terjadi saat Mars berada dekat dengan Matahari. Badai debu ini juga meningkatkan suhu global.[101]

Orbit dan rotasi


Rata-rata jarak Mars dari Matahari diperkirakan sekitar 230 juta km (1,5 SA) dan periode orbitalnya 687 hari (Bumi). Hari Matahari (atau sol) di Mars itu sekitar 24 jam, 39 menit, dan 35,244 detik. Tahun Mars sama dengan 1,8809 tahun Bumi, atau 1 tahun, 320 hari, dan 18,2 jam.
[5]

Kemiringan sumbu Mars itu sekitar 25,19 derajat, yang mirip dengan kemiringan sumbu Bumi.[5] Akibatnya musim di Mars mirip dengan Bumi, meskipun lamanya dua kali lipat karena tahunnya lebih lama. Saat ini orientasi kutub utara Mars dekat dengan bintang Deneb.[102] Mars telah melewati perihelionnya pada April 2009[103] dan aphelionnya Maret2010.[103] Perihelion berikutnya dilewati pada Maret 2011 dan aphelion selanjutnya Februari 2012. Mars punya eksentrisitas orbit sekitar 0,09; di antara tujuh planet lainnya di Tata Surya, hanya Merkurius yang menunjukkan eksentrisitas yang besar. Pada masa lalu Mars punya orbit yang lebih bundar daripada sekarang. Sekitar 1,35 juta tahun Bumi yang lalu, Mars punya eksentrisitas sekitar 0,002, yang lebih rendah dari Bumi.[104] Siklus eksentrisitas Mars itu sekitar 96.000 tahun Bumi jika dibandingkan dengan siklus 100.000 tahun planet Bumi.[105] Mars juga punya siklus eksentrisitas yang lebih panjang dengan periode 2,2 juta tahun Bumi. Selama 35.000 tahun terakhir orbit Mars menjadi semakin eksentrik karena pengaruh gravitasi planet lain. Jarak terdekat antara Bumi dan Mars akan terus berkurang selama 25.000 tahun berikutnya.[106]

Satelit alami
Mars punya dua satelit alami yang relatif kecil, yaitu Phobos dan Deimos. Penangkapan asteroid merupakan hipotesis yang didukung, namun asal usul satelit-satelit tersebut masih belum pasti. [107] Kedua satelit ditemukan pada tahun 1877 oleh Asaph Hall, dan dinamai dari tokoh Phobos (panik/ketakutan) dan Deimos (teror) yang, dalam mitologi Yunani, menemani ayah mereka Ares dalam pertempuran. Ares juga dikenal sebagai Mars oleh orang Romawi.[108][109]

Dari permukaan Mars, pergerakan Phobos dan Deimos tampak sangat berbeda dari Bulan di Bumi. Phobos terbit di barat, tenggelam di timur, dan terbit lagi dalam waktu 11 jam. Deimos, yang berada di luar orbit sinkron-yang membuat periode orbitalnya sama dengan periode rotasi planet-terbit di timur namun sangat pelan. Meskipun periode orbital Deimos itu 30 jam, satelit tersebut butuh 2,7 hari untuk tenggelam di Barat.[110] Orbit Phobos berada di bawah ketinggian sinkron, sehingga gaya pasang surut dari planet Mars secara bertahap merendahkan orbitnya. Dalam waktu 50 juta tahun satelit tersebut akan menabrak permukaan Mars atau pecah menjadi struktir cincin yang mengitari planet.[110] Asal usul kedua satelit tersebut tidak banyak diketahui. Albedo yang rendah dan komposisi kondrit karbon di kedua satelit tersebut dianggap mirip dengan asteroid, sehingga mendukung hipotesis penangkapan. Orbit Phobos yang tidak stabil menunjukkan penangkapan yang baru saja terjadi. Akan tetapi keduanya memunyai orbit bundar dan sangat dekat dengan khatulistiwa; halhal tersebut tidak biasa untuk objek yang ditangkap dan dinamika penangkapan yang diperlukan untuk itu kompleks. Pertumbuhan pada awal sejarah Mars juga mungkin, namun hipotesis tersebut tidak menjelaskan komposisi yang lebih mirip dengan asteroid daripada Mars sendiri. Kemungkinan ketiga adalah keterlibatan objek ketiga atau semacam tubrukan.[111] Bukti terbaru menunjukkan Phobos memunyai bagian dalam yang berpori.[112] Selain itu, komposisinya terdiri dari filosilikat dan mineral lain yang diketahui berasal dari Mars.[113] Bukti-bukti ini mendukung hipotesis bahwa Phobos terbentuk dari materi yang berasal dari tubrukan di Mars,[114] yang mirip dengan hipotesis mengenai asal usul Bulan. Meski spektra VNIR satelit-satelit Mars mirip dengan asteroid, spektra inframerah thermal Phobos dilaporkan tidak konsisten dengan kondrit dari kelompok manapun.[113]

Kehidupan
Berdasarkan pemahaman keterhunian planet, planet-planet yang punya air di permukaan merupakan planet yang layak huni. Untuk mencapai hal tersebut, orbit suatu planet harus berada di dalam zona layak huni. Di Tata Surya, zona tersebut terbentang dari setelah Venus hingga poros semi-mayor Mars.[115] Selama perihelion Mars masuk ke wilayah ini, namun atmosfer tipisnya mencegah air bertahan untuk waktu yang lama. Bekas aliran air pada masa lalu menunjukkan potensi keterhunian Mars. Beberapa bukti terbaru memunculkan gagasan bahwa air di permukaan Mars akan terlalu berasam dan bergaram, sehingga sulit mendukung kehidupan.
[116]

Kurangnya magnetosfer dan tipisnya atmosfer Mars merupakan tantangan. Di permukaan planet ini tidak banyak terjadi pemindahan panas. Penyekatan terhadap angin surya rendah, sementara tekanan atmosfer Mars tidak cukup untuk mempertahankan air dalam bentuk cair. Planet ini juga hampir, atau bahkan sepenuhnya, mati secara geologis; berakhirnya kegiatan vulkanik menyebabkan berhentinya pendaurulangan bahan kimia dan mineral antara permukaan dengan bagian dalam planet.[117] Bukti menunjukkan bahwa planet ini dahulu lebih layak huni daripada sekarang, namun masih belum diketahui apakah organisme hidup pernah ada atau tidak. Wahana Viking pada

pertengahan tahun 1970an membawa percobaan yang dirancang untuk melacaktemu mikroorganisme di tanah Mars. Percobaan tersebut membuahkan hasil yang positif, termasuk peningkatan sementara CO2 pada saat pemaparan dengan air dan nutrien. Tanda-tanda kehidupan masih dipertentangkan oleh beberapa ilmuwan. Ilmuwan NASA Gilbert Levin menegaskan bahwa Viking telah menemukan kehidupan. Analisis ulang data Viking telah menunjukkan bahwa percobaan Viking tidak cukup mutakhir untuk melacaktemu kehidupan. Percobaan tersebut bahkan bisa membunuh kehidupan.[118] Percobaan yang dilakukan oleh wahana Phoenix menunjukkan bahwa tanah Mars punya pH yang sangat basa, serta mengandung magnesium, sodium, potasium, dan klorida.[119] Nutrien tanah bisa mendukung kehidupan, namun kehidupan masih harus dilindungi dari sinar ultraviolet.[120] Di laboratorium Johnson Space Center, bentuk-bentuk yang luar biasa telah ditemukan di meteorit Mars ALH84001. Beberapa ilmuwan mengusulkan bahwa bentuk geometrik tersebut mungkin merupakan mikroba Mars yang telah terfosilisasi sebelum meteorit itu terlempar ke angkasa akibat tubrukan meteor 15 juta tahun yang lalu. Asal usul anorganik bentuk-bentuk tersebut juga telah diusulkan.[121] Metana dan formaldehida yang baru saja dilacaktemu oleh pengorbit Mars diklaim sebagai tanda-tanda kehidupan, karena senyawa kimia tersebut akan segera hilang di atmosfer Mars.[122] [123] Ada kemungkinan bahwa senyawa tersebut dihasilkan oleh aktivitas vulkanis dan geologis, seperti serpentinisasi.[124]

Penjelajahan
Lusinan wahana antariksa telah dikirim ke Mars oleh Uni Soviet, Amerika Serikat, beberapa negara Eropa, dan Jepang, dengan tujuan untuk meneliti permukaan, iklim, dan geologi planet itu. Pada tahun 2008, biaya pengiriman barang dari permukaan Bumi ke Mars diperkirakan sebesar $309.000 per kilogram.[125] Wahana yang saat ini sedang aktif di Mars (2011) adalah Mars Reconnaissance Orbiter (sejak 2006), Mars Express (sejak 2003), Mars Odyssey 2001 (sejak 2001), dan Opportunity (sejak 2004). Misi yang baru saja selesai adalah Mars Global Surveyor (19972006) dan Spirit (2004 2010). Kira-kira 2/3 wahana angkasa yang ditujukan ke Mars telah gagal dalam misinya. Pada abad ke21 kegagalan lebih jarang terjadi.[124] Kegagalan misi biasanya diakibatkan oleh masalah teknis, seperti kegagalan atau kehilangan komunikasi atau kesalahan rancangan, yang seringkali diakibatkan oleh kurangnya pendanaan atau ketidakcakapan pelaksana misi.[124] Kegagalan tersebut telah menyebabkan munculnya satir yang menyalahkan "Segitiga Bermuda" di antara Bumi-Mars, "Kutukan" Mars, atau "Setan Galaktik Raksasa" (Great Galactic Ghoul) yang memakan wahana antariksa Mars.[124] Misi-misi yang baru saja gagal contohnya adalah Beagle 2 (2003), Mars Climate Orbiter (1999), dan Mars 96 (1996).

Misi sebelumnya
Mars pertama kali dikitari pada 14-15 Juli 1965 oleh wahana Mariner 4. Pada 14 November 1971, Mariner 9 menjadi pesawat angkasa pertama yang mengorbit planet lain.[126] Objek pertama yang berhasil mendarat di permukaan Mars adalah dua wahana Soviet: Mars 2 pada 27 November dan Mars 3 pada 2 Desember 1971, namun keduanya kehilangan komunikasi setelah mendarat. Pada tahun 1975 NASA meluncurkan program Viking yang terdiri dari dua pengorbit, dan masing-masing punya pendarat; kedua pendarat berhasil mencapai permukaan pada tahun 1976. Viking 1 tetap beroperasi selama enam tahun, sementara Viking 2 selama tiga tahun. Pendarat Viking mengirimkan citra Mars yang berwarna,[127] dan pengorbit memetakan permukaan dengan sangat baik hingga gambarnya masih digunakan hingga sekarang. Wahana Soviet Phobos 1 dan 2 dikirim ke Mars pada tahun 1988 untuk meneliti Mars dan kedua bolannya. Phobos 1 kehilangan komunikasi dalam perjalanan ke Mars. Phobos 2 berhasil mencitrakan Mars dan Phobos, namun mengalami kegagalan saat akan melepas dua pendaratnya ke permukaan Phobos.[128] Setelah kegagalan pengorbit Mars Observer pada tahun 1992, misi Mars Global Surveyor berhasil mencapai orbit Mars pada tahun 1997. Misi ini berhasil dan telah menyelesaikan misi pemetaan utamanya pada awal 2001. NASA kehilangan kontak dengan wahana tersebut pada November 2006 pada saat program ketiganya yang diperpanjang. Mars Pathfinder, yang kendaraan penjelajah robotik Sojourner, mendarat di Ares Vallis pada musim panas tahun 1997 dan mengirim kembali banyak citra.[129] Wahana pendarat Phoenix tiba di wilayah kutub utara Mars pada 25 Mei 2008.[130] Lengan robotiknya digunakan untuk menggali tanah Mars dan keberadaan es air telah dipastikan pada 20 Juni.[131][132] Misi ditutup pada 10 November 2008 setelah kehilangan kontak.[133]

Misi saat ini


Pengorbit Mars Odyssey milik NASA memasuki orbit Mars pada tahun 2001.[134] Spektrometer Sinar Gamma Odyssey melacaktemu hidrogen yang diduga terkandung di es air Mars.[135] Misi Mars Express yang diluncurkan European Space Agency (ESA) mencapai Mars pada tahun 2003. Wahana tersebut membawa pendarat Beagle 2, yang mengalami kegagalan saat penurunan dan dinyatakan hilang pada Februari 2004.[136] Pada awal tahun 2004, tim Planetary Fourier Spectrometer mengumumkan bahwa pengorbit telah melacaktemu metana di atmosfer Mars. ESA mengumumkan penemuan aurora di Mars pada Juni 2006.[137] Pada Januari, 2004, dua wahana penjelajah NASA, yaitu Spirit (MER-A) dan Opportunity (MER-B), mendarat di permukaan Mars. Keduanya telah mencapai atau melebihi tujuan misi mereka. Salah satu penemuan ilmiah yang paling penting adalah bukti keberadaan air pada masa lalu di tempat mendarat kedua wahana tersebut. Badai debu dan angin telah membersihkan panel surya kedua wahana, sehingga lama hidup mereka bertambah.[138]

Pesawat angkasa Mars Reconnaissance Orbiter milik NASA tiba di orbit Mars pada 10 Maret 2006 untuk melakukan penelitian ilmiah selama dua tahun. Pengorbit tersebut akan memetakan daratan dan cuaca Mars dengan tujuan untuk menemukan tempat pendaratan yang layak bagi misi pendarat berikutnya. MRO berhasil mencitrakan longsor di kutub utara Mars pada 3 Maret 2008.[139] Pesawat angkasa Dawn terbang melewati Mars pada Februari 2009 untuk mendapat bantuan gravitasi dalam perjalanannya menuju 4 Vesta dan 1 Ceres.[140] Misi gabungan Rusia-Cina, yaitu Phobos-Grunt, telah diluncurkan pada 9 November 2011 dengan tujuan mengambil contoh di Phobos. Namun, misi ini gagal karena pembakaran roketnya mengalami kegagalan, sehingga Phobos-Grunt terdampar di orbit rendah Bumi.[141] Misi NASA Rover Curiosity berhasil mendarat di Mars. Rover Curiosity memijak kaki di Planet Mars setelah roket bertenaga menurunkan lift sistem pendaratan. Mars Science Laboratory seharga US$2,5 miliar berwujud rover 6x6 seukuran mobil berhasil mendarat di Planet Mars 3:32pm AEST yang diiringi sorak-sorai di Spaceflight Operations Facility di California.[142]

Misi ke depan
Mars Science Laboratory, yang dinamai Curiosity, akan diluncurkan pada tahun 2011. Wahana tersebut lebih besar dan lebih maju dari Mars Exploration Rover, dengan kecepatan 90 m/h. Wahana ini bisa menyimpulkan bahan batuan dari jarak 13 m.[143] Pada tahun 2008, NASA mengumumkan misi robotik MAVEN yang akan diluncurkan pada tahun 2013 untuk menyediakan keterangan mengenai atmosfer Mars.[144] ESA berencana meluncurkan wahana penjelajah pertamanya ke Mars pada tahun 2018; wahana penjelajah ExoMars mampu menggali tanah hingga 2 m untuk mencari molekul organik.[145] Misi Finlandia-Rusia, MetNet, akan mendaratkan beberapa kendaraan kecil di Mars untuk mendirikan jaringan pengamatan yang hendak meneliti struktur atmosfer, fisika, dan meteorologi Mars.[146] Misi pendahulu yang menggunakan satu atau beberapa pendarat dijadwalkan diluncurkan pada tahun 2014.[147]

Rencana misi berawak


ESA ingin mengirim manusia ke Mars antara tahun 2030 hingga 2035.[148] Ini akan didahului oleh wahana-wahana yang lebih besar, yang dimulai dengan peluncuran ExoMars[149] dan misi gabungan NASA-ESA untuk mengambil contoh.[150] Penjelajahan berawak merupakan tujuan jangka panjang visi penjelajahan angkasa Amerika Serikat yang diumumkan pada tahun 2004 oleh Presiden George W. Bush.[151] Pesawat angkasa Orion akan digunakan untuk mengirim manusia ke Bulan pada tahun 2020 sebagai batu loncatan untuk ekspedisi Mars. Pada 28 September 2007, Michael D. Griffin menyatakan bahwa NASA berharap dapat mengirim manusia ke Mars pada tahun 2037.[152]

Mars Direct, misi berbiaya rendah yang diusulkan oleh Robert Zubrin (pendiri Mars Society), akan menggunakan roket kelas Saturn V seperti Space X Falcon X, atau Ares V, untuk melewati pembangunan orbital, pertemuan di orbit rendah Bumi, dan depot bahan bakar Bulan. Sementara itu proposal "Mars to Stay" mengusulkan untuk tidak langsung memulangkan astronot pertama.
[153]

Astronomi di Mars
Dengan adanya berbagai wahana pengorbit, pendarat, dan penjelajah, kita dapat mempelajari astronomi dari langit Mars. Meskipun Pohobs tampak seperti 1/3nya diameter sudut Bulan purnama di Bumi, Deimos terlihat seperti bintang, dan hanya sedikit lebih cerah dari Venus yang tampak dari langit Bumi.[154] Ada juga beberapa fenomena terkenal di Bumi yang juga ada di Mars, seperti meteor dan aurora. [137] Transit Bumi akan terjadi pada 10 November 2084.[155] Transit Merkurius dan Venus juga berlangsung.[156][157]

Pengamatan
Karena orbit Mars bersifat eksentrik, magnitudo tampaknya dapat beragam antara 3,0 hingga 1,4. Kecerahan minimumnya tercatat sebesar +1,6.[158] Mars biasanya tampak kuning, jingga, atau kemerahan.[159] Saat posisinya kurang tepat, Mars tidak akan terlihat karena tertutup oleh kesilauan Matahari. Saat waktu pengamatannya sedang bagus - yaitu pada interval 15 atau 17 tahun, dan selalu antara akhir Juli hingga akhir September - permukaan Mars dapat terlihat. Bahkan lapisan es kutubnya dapat terlihat meskipun pembesaran teleskopnya rendah.[160] Saat Mars mendekati oposisi, periode gerak maju mundur dimulai. Planet ini akan tampak bergerak ke arah sebaliknya. Periode ini berlangsung selama 72 hari, dan pada pertengahan gerak ini, Mars akan mencapai kecerahan maksimumnya.[161]

Jarak terdekat

Relatif
Pada periode oposisi, Mars berada di jarak terdekat relatifnya dengan Bumi. Jarak tersebut beragam antara 54[162] hingga 103 juta km karena orbit Mars yang elips.[163] Oposisi Mars terakhir terjadi pada 29 Januari 2010, dan akan berlangsung lagi pada 3 Maret 2012 di jarak 100 juta km. [164] Rata-rata waktu antara oposisi-oposisi Mars (periode sinodik) adalah 780 hari.[165]

Absolut
Pada tanggal 27 Agustus 2003 pukul 9:51:13 UT, Mars berada di posisi terdekatnya dengan Bumi, yaitu 55.758.006 km (0,372719 SA). Saat itu Mars sedang berada satu hari dari oposisinya dan tiga hari dari perihelionnya. Peristiwa tersebut sebelumnya diperkirakan pernah terjadi pada 12 September 57.617 SM, dan selanjutnya akan berlangsung pada tahun 2287.[166] Posisi ini

hanya sedikit lebih dekat daripada posisi terdekat lainnya. Contohnya, jarak terdekat pada 22 Agustus 1924 tercatat sebesar 0,37285 SA, dan jarak terdekat pada 24 Agustus 2208 diperkirakan sebesar 0,37279 SA.[105] Di dunia maya, sebuah surel yang menyatakan bahwa Mars akan berada di posisi terdekatnya dan tampak sebesar Bulan telah menyebar. Surel tersebut hanyalah hoax.[167]

Sejarah pengamatan
Keberadaan Mars di langit malam telah dicatat oleh astronom Mesir. Pada tahun 1534 SM, mereka telah memahami gerak maju mundur planet tersebut.[168] Sementara itu astronom Babilonia telah mencatat posisi dan perilaku planet Mars.[169][170] Pada abad ke-4 SM, Aristoteles mencatat bahwa Mars menghilang di belakang Bulan, sehingga menunjukkan bahwa planet tersebut lebih jauh.[171] Sastra dari Cina Kuno memastikan bahwa Mars telah dikenal oleh astronom Cina sejak abad ke-4 SM.[172] Pada abad ke-5 SM, teks astronomis India Surya Siddhanta memperkirakan diameter Mars.[173] Selama abad ke-17, Tycho Brahe mengukur paralaks diurnal Mars, yang selanjutnya digunakan Johannes Kepler untuk menghitung jarak relatif ke planet tersebut.[174] Saat teleskop sudah ada, paralaks diurnal Mars diukur kembali untuk menentukan jarak Matahari-Bumi. Hal tersebut pertama kali dilakukan oleh Giovanni Domenico Cassini pada tahun 1672. Pengukuran paralaks awal terhambat oleh kualitas alat pengukuran.[175] Pada tahun 1610, Mars diamati oleh Galileo Galilei, yang merupakan orang pertama yang melihatnya lewat teleskop.[176] Tokoh pertama yang menggambar peta Mars adalah astronom Belanda Christiaan Huygens.[177]

Dalam budaya
Planet ini dinamai dari dewa perang Romawi, Mars. Di peradaban lain, Mars merupakan lambang kejantanan dan kemudaan. Lambang Mars juga digunakan sebagai lambang gender pria.

"Orang Mars cerdas"

Ilustrasi bangsa Mars menyerang Bumi dalam The War of the Worlds karya H.G. Wells.

Pada tahun 1877, astronom Italia Giovanni Schiaparelli menggunakan teleskop sepanjang 22 cm untuk membuat peta detail Mars pertama. Di peta tersebut terdapat fitur yang disebutnya canali. Canali adalah garis panjang di permukaan Mars. Istilah tersebut, yang berarti "saluran", seringkali disalahterjemahkan menjadi "kanal".[178][179] Percival Lowell terpengaruh oleh pengamatan tersebut dan menerbitkan beberapa buku mengenai Mars dan kehidupannya.[180] Ia menulis bahwa "kanal" tersebut dibangun oleh peradaban yang berusaha mengalirkan air dari lapisan es di kutub.[181] Akibatnya, gagasan bahwa Mars dihuni oleh peradaban yang cerdas pun menyebar luas.[182] Saat ini, pemetaan beresolusi tinggi tidak menunjukkan tanda-tanda keberadaan kehidupan cerdas di permukaan Mars. "Canali" yang diamati pun terbukti hanya ilusi optik. Akan tetapi, spekulasi mengenai kehidupan cerdas di Mars terus berlanjut. Pada tahun 1898, H. G. Wells menulis novel The War of the Worlds, yang berkisah mengenai bangsa Mars yang berupaya melarikan diri dari planet mereka yang mati dengan menyerang Bumi. Adaptasi radionya dengan judul yang sama disiarkan pada tanggal 30 Oktober 1938 oleh Orson Welles, yang menimbulkan kepanikan karena banyak pendengar yang mengira itu sungguhan.[183] Contoh karya terkenal lainnya adalah The Martian Chronicles yang ditulis oleh Ray Bradbury. Novel tersebut bekisah mengenai pengelana manusia yang tanpa sengaja menghancurkan peradaban Mars. Selain itu, ada juga seri Barsoom karya Edgar Rice Burroughs, Out of the Silent Planet (1938) oleh C. S. Lewis,[184] dan kisah-kisah yang ditulis Robert A. Heinlein sebelum pertengahan tahun 1960-an.[185] Pengarang Jonathan Swift telah menyebut bulan-bulan Mars sekitar 150 tahun sebelum bulanbulan itu ditemukan oleh Asaph Hall. Ia mendeskripsikan orbit bulan-bulan tersebut dengan cukup akurat dalam novelnya Gulliver's Travels.[186] Setelah program Mariner dan Viking menunjukkan citra Mars yang kering dan tanpa kehidupan, spekulasi-spekulasi awal mulai ditinggalkan. Karya yang menggambarkan Mars secara nyata dan akurat pun berkembang. Di antaranya yang paling terkenal adalah trilogi Mars karya Kim Stanley Robinson.[187] Tema koloni Mars yang memperjuangkan kemerdekaannya merupakan plot utama dalam novel karya Greg Bear, dan juga film Total Recall serta serial televisi Babylon 5. Beberapa permainan video juga memakai elemen tersebut, seperti Red Faction dan Zone of the Enders.
Penamaan Marikh, Anggaraka
Epos J2000

Nama alternatif

Ciri-ciri orbit[1] Aphelion 249.209.300 km 1,665 861 SA

Perihelion Sumbu semi-mayor Eksentrisitas

206.669.000 km 1,381 497 SA 227.939.100 km 1,523 679 SA 0,093 315 686,971 day 1,8808 tahun Julian 668,5991 sol 779,96 hari 2,135 tahun Julian 24,077 km/s 1,850 ke Ekliptika 5,65 ke ekuator Matahari 1,67 ke bidang Invariabel[2] 49,562 286,537 2

Periode orbit

Periode sinodis Kecepatan orbit rata-rata Inklinasi Bujur node menaik Argumen perihelion Satelit

Ciri-ciri fisik 3.396,2 0,1 km[a][3] Jari-jari khatulistiwa 0,533 Bumi 3.376,2 0,1 km[a][3] Jari-jari kutub 0,531 Bumi Kepepatan 0,005 89 0,000 15 144.798.500 km Luas permukaan 0,284 Bumi 1,63181011 km Volume 0,151 Bumi 6,41851023 kg Massa 0,107 Bumi Massa jenis rata-rata 3,934 g/cm 3,69 m/s Gravitasi permukaan di khatulistiwa 0,376 g Kecepatan lepas 5,027 km/s 1,025 957 hari Hari sideris 24,622 96 h[4] Kecepatan rotasi 868,22 km/jam Kemiringan sumbu 25,19 21 j 10 m 44 d Asensio rekta bagi Kutub Utara 317,681 43 Deklinasi bagi Kutub Utara 52,886 50

Albedo Suhu permukaan Kelvin Celsius Magnitudo tampak Diameter sudut Atmosfer Tekanan permukaan

0,15[5]

min rata-rata maks 186 K 227 K 268 K[4] 87 C 46 C 5 C


+1,8 hingga 2,91[5] 3,525,1"[5] 0,61,0 kPa 95,72% Karbon dioksida 2.7% Nitrogen 1.6% Argon 0.2% Oksigen 0.07% Karbon monoksida 0.03% Uap air 0.01% Nitrogen monoksida 2.5 ppm Neon 300 ppb Krypton 130 ppb Formaldehida 80 ppb Xenon 30 ppb Ozon 10 ppb Metana

Komposisi

Keterang gambar dari nasa

Layers with Carbonate Content Inside McLaughlin Crater on Mars This view of layered rocks on the floor of McLaughlin Crater shows sedimentary rocks that contain spectroscopic evidence for minerals formed through interaction with water. The High Resolution Imaging Science Experiment (HiRISE) camera on NASA's Mars Reconnaissance Orbiter recorded the image. A combination of clues suggests this 2.2-km-deep (1.4-mile-deep) crater once held a lake fed by groundwater. Part of the evidence is identification of clay and carbonate minerals within layers visible near the center of this image. The mineral identifications come from the Compact Reconnaissance Imaging Spectrometer for Mars (CRISM), also on the Mars Reconnaissance Orbiter. The scene covers an area about 550 m (about one-third of a mile) across, at 337.6 degrees east longitude, 21.9 degrees north latitude. North is up. Figure 1 (see high resolution version) indicates the location of layers bearing clay and carbonate minerals and includes a scale bar of 100 m (328 feet).

Veins in 'Sheepbed' Outcrop Date: 13 Dec 2012 This image of an outcrop at the "Sheepbed" locality, taken by NASA's Curiosity Mars rover with its right Mast Camera (Mastcam), shows well-defined veins filled with whitish minerals, interpreted as calcium sulfate. These veins form when water circulates through fractures, depositing minerals along the sides of the fracture, to form a vein. These veins are Curiosity's first look at minerals that formed within water that percolated within a subsurface environment. These vein fills are characteristic of the stratigraphically lowest unit in the "Yellowknife Bay" area -- known as the Sheepbed Unit. Mastcam obtained these images the 126th Martian day, or sol, of Curiosity's mission on Mars (13 Dec. 2012). The view covers an area about 40 centimeters (16 inches) across. A superimposed scale bar is 8 cm (3.15 inch) long. See unannotated version. The image has been white-balanced to show what the rock would look like if it were on Earth. 'John Klein' Site Selected for Curiosity's Drill Debut Date: 10 Jan 2013 This view shows the patch of veined, flat-lying rock selected as the first drilling site for NASA's Mars rover Curiosity. The rover's right Mast Camera (Mastcam), equipped with a telephoto lens, was about 5 m (16 feet) away from the site when it recorded this mosaic's component images, between 3:10 and 3:33 in the afternoon of the 153rd Martian day, or sol, of Curiosity's work on Mars (10 Jan. 2013). The area is shot full of fractures and veins, with the intervening rock also containing concretions, which are small spherical concentrations of minerals. The scale bar on the left image is 50 cm (19.7 inches) long. On the annotated version, three boxes, each about 10 cm (4 inches) across, designate enlargements on the right that illustrate attributes of the area. Enlargement A shows a high concentration of ridge-like veins protruding above the surface. Some of the veins have two walls and an eroded interior. Enlargement B shows that in some portions of this feature, there is a horizontal discontinuity a few centimeters or inches beneath the surface. The discontinuity may be a bed, a fracture, or potentially a horizontal vein. Enlargement C shows a hole developed in the sand that overlies a fracture, implying infiltration of sand down into the fracture system. 'Shaler' Unit's Evidence of Stream Flow Date: 15 Jan 2013 This image from the Mast Camera (Mastcam) on NASA's Mars rover Curiosity shows inclined layering known as cross-bedding in an outcrop called "Shaler" on a scale of a few tenths of meters, or decimeters (one decimeter is nearly four inches). The superimposed scale bar is 50 cm (19.7 inches). See unannotated version.

This stratigraphic unit is called the Shaler Unit. Decimeter-scale cross-bedding in the Shaler Unit is indicative of sediment transport in stream flows. Currents mold the sediments into small underwater dunes that migrate downstream. When exposed in cross-section, evidence of this migration is preserved as strata that are steeply inclined relative to the horizontal -- thus the term "cross-bedding." The grain sizes here are coarse enough to exclude wind transport. This crossbedding occurs stratigraphically above the Gillespie Unit in the "Yellowknife Bay" area of Mars' Gale Crater, and is therefore geologically younger. Mastcam obtained the image on the 120th Martian day, or sol, of Curiosity's surface operations (7 Dec. 2012). The image has been white-balanced to show what the rock would look like if it were on Earth. 'Snake River' Rock Feature Viewed by Curiosity Mars Rover Date: 4 Jan 2013 The sinuous rock feature in the lower center of this mosaic of images recorded by the NASA Mars rover Curiosity is called "Snake River." The images in the mosaic were taken by Curiosity's Navigation Camera during the 133rd Martian day, or sol, of the rover's mission on Mars (20 Dec. 2012). On Sol 147 (3 Jan. 2013), Curiosity drove about 10 feet (3 m) to get a closer look at Snake River for before proceeding to other nearby rocks. Last Update: 4 Jan 2012 (AMB) Curiosity Traverse Map Through Sol 43 Date: 19 Sep 2012 This map shows the route driven by NASA's Mars rover Curiosity through the 43rd Martian day, or sol, of the rover's mission on Mars (Sept. 19, 2012). The route starts where the rover touched down, a site subsequently named Bradbury Landing. The line extending toward the right (eastward) from Bradbury Landing is the rover's path. Numbering of the dots along the line indicate the sol number of each drive. North is up. The scale bar is 200 meters (656 feet). By Sol 43, Curiosity had driven at total of about 950 feet (290 meters). The Glenelg area farther east is the mission's first major science destination, selected as likely to offer a good target for Curiosity's first analysis of powder collected by drilling into a rock. The image used for the map is from an observation of the landing site by the High Resolution Imaging Science Experiment (HiRISE) instrument on NASA's Mars Reconnaissance Orbiter. Looking Back at Spirit's Trail to the Summit Date: 7 Oct 2005

Before moving on to explore more of Mars, NASA's Mars Exploration Rover Spirit looked back at the long and winding trail of twin wheel tracks the rover created to get to the top of "Husband Hill." Spirit spent several days in October 2005 at this location, perched on a lofty, rock-strewn incline next to a precarious outcrop nicknamed "Hillary." Researchers helped the rover make several wheel adjustments to get solid footing before conducting scientific analysis of the rock outcrop. The rock turned out to be similar in appearance and composition to a rock target called "Jibsheet" PIA07979 that the rover had studied several months earlier and hundreds of meters away. To the west are the slopes of the "Columbia Hills," so named for the astronauts of the Space Shuttle Columbia. Beyond the hills are the flat plains and rim of Gusev Crater. Spirit took this 360-degree panorama (see full-resolution version) of images with its navigation camera on the 627th Martian day, or sol, (7 Oct. 2005) of its exploration of Gusev Crater on Mars. This view is presented in a cylindrical projection with geometric seam correction. NASA's Mars Exploration Rover Opportunity climbed out of "Victoria Crater" following the tracks it had made when it descended into the 800-m-diameter (half-mile-diameter) bowl nearly a year earlier. The rover's navigation camera captured this view back into the crater just after finishing a 6.8-m (22-foot) drive that brought Opportunity out onto level ground during the mission's 1,634th Martian day, or sol (28 Aug. 2008). For scale, the distance between the parallel tracks left by the rover's wheels is about 1 m (39 inches) from the middle of one track to the middle of the other. After getting past the top of the inner slope of the crater, the Sol 1634 drive also got through a sand ripple where the tracks appear deepest. Last Update: 13 Sept. 2012 (AMB) Panorama of Curiosity's Belly Check Date: 10 Sep 2012 This view of the lower front and underbelly areas of NASA's Mars rover Curiosity combines nine images taken by the rover's Mars Hand Lens Imager (MAHLI) during the 34th Martian day, or sol, of Curiosity's work on Mars (Sept. 9, 2012). Curiosity's front Hazard-Avoidance cameras appear as a set of four blue eyes at the top center of the portrait. Fine-grain Martian dust can be seen adhering to the wheels, which are about 16 inches (40 centimeters) wide and 20 inches (50 centimeters) in diameter. The bottom of the rover is about 26 inches (66 centimeters) above the ground. On the horizon at the right is a portion of Mount Sharp, with dark dunes at its base. The camera is in the turret of tools at the end of Curiosity's robotic arm. The Sol 34 imaging by MAHLI was part of a week-long set of activities for characterizing the movement of the arm in

Mars conditions. As this was a test to gain new information about operation of the instrument, the MAHLI team noted that two of the nine images acquired for this mosaic were not in focus. The main purpose of Curiosity's MAHLI camera is to acquire close-up, high-resolution views of rocks and soil at the rover's Gale Crater field site. The camera is capable of focusing on any target at distances of about 0.8 inch (2.1 centimeters) to infinity, providing versatility for other uses, such as views of the rover itself from different angles. Mars Weather Map, Aug. 5 Date: 5 Aug 2012 This global map of Mars was acquired on Aug. 5, 2012, by the Mars Color Imager instrument on NASA's Mars Reconnaissance Orbiter. One global map is generated each day to forecast weather conditions for the entry, descent and landing of NASA's Curiosity rover. The atmosphere is clear and seasonal around Gale Crater, in agreement with the computer models used to simulate Curiosity's landing. The dust storm southwest of Gale Crater, first seen on July 31, changed into an inactive dust cloud on Aug. 2, and now has dispersed even further. Dust activity had been picking up on parts of the planet before landing, but none of these dust clouds arrived at Gale Crater before Curiosity did. Earth and Martian Magnetic Fields Date: 2 Aug 2012 This is an artist's concept comparing the present day magnetic fields on Earth and Mars. Earth's magnetic field is generated by an active dynamo -- a hot core of molten metal. The magnetic field surrounds Earth and is considered global (left image). The various Martian magnetic fields do not encompass the entire planet and are local (right image). The Martian dynamo is extinct, and its magnetic fields are "fossil" remnants of its ancient, global magnetic field. Credit: NASA/GSFC

Yupiter

Yupiter atau Jupiter adalah planet terdekat kelima dari matahari setelah Merkurius, Venus, Bumi dan Mars. Jarak rata-rata antara Yupiter dan Matahari adalah 778,3 juta km. Jupiter adalah planet terbesar dan terberat dengan diameter 149.980 km dan memiliki massa 318 kali massa bumi. Periode rotasi planet ini adalah 9 jam 55 menit, sedangkan periode revolusi adalah 11,86 tahun. Di permukaan planet ini terdapat bintik merah raksasa yang disebut Badai Besar Abadi. Atmosfer Yupiter mengandung hidrogen (H), helium (He), metana (CH4) dan amonia (NH3). Lapisan atas atmosfer Yupiter terdiri dari 88 - 92% hidrogen dan 8 - 12% helium. Suhu di permukaan planet ini berkisar dari -140oC sampai dengan 21oC. Seperti planet lain, Yupiter tersusun atas unsur besi dan unsur berat lainnya. Jupiter memiliki 68 satelit, di antaranya Io, Europa, Ganymede, Callisto (Galilean moons).

Cincin Yupiter
Yupiter memiliki cincin yang sangat tipis ,berwarna hampir sama dengan atmosfernya dan sedikit memantulkan cahaya matahari. Cincin Yupiter terbentuk atas materi yang gelap kemerahmerahan. Materi pembentuknya bukanlah dari es seperti Saturnus melainkan ialah batuan dan pecahan-pecahan debu. Setelah diteliti, cincin Yupiter merupakan hasil dari gagal terbentuknya satelit Yupiter.Cincin yupiter sangat besar.

Ringkasan
Yupiter biasanya menjadi Sesuatu tercerah keempat di langit (setelah matahari, bulan dan Venus); namun pada saat tertentu Mars terlihat lebih cerah daripada Yupiter.
Penamaan Jupiter, Musytari Ciri-ciri orbit[1][2]
Epos J2000

Nama alternatif

816.520.800 km (5.458.104 AU) 740.573.600 km (4.950.429 AU) 778.547.200 km (5.204.267 AU) 0,048775 4.331,572 hari Periode orbit 11,85920 tahun Periode sinodis 398,88 days[3] Kecepatan orbit rata-rata 13,07 km/s[3] Anomali rata-rata 18,818 1,305 ke Ekliptika Inklinasi 6,09 ke ekuator Matahari 0,32 ke bidang Invariabel[4] Bujur node menaik 100,492 Argumen perihelion 275,066 Satelit 68 Ciri-ciri fisik 71.492 4 km[5][6] 11,209 Bumi 66.854 10 km[5][6] 10.517 Bumi 0,06487 0,00015 6,217961010 km[6][7] 121,9 Bumi 1.431281015 km[3][6]

Aphelion Perihelion Sumbu semi-mayor Eksentrisitas

Jari-jari khatulistiwa Jari-jari kutub Kepepatan Luas permukaan Volume

1321,3 Bumi 1.89861027 kg[3] Massa 317,8 Bumi Massa jenis rata-rata 1,326 g/cm[3][6] Gravitasi permukaan di 24,79 m/s[3][6] khatulistiwa 2,528 g Kecepatan lepas 59,5 km/s[3][6] Hari sideris 9,925 h[8] 12,6 km/s Kecepatan rotasi 45.300 km/jam Kemiringan sumbu 3,13[3] Asensio rekta bagi Kutub 268,057 Utara 17 jam 52 men 14 det[5] Deklinasi bagi Kutub Utara 64,496[5] 0,343 (terikat) Albedo 0,52 (geometrik)[3] min rata-rata Suhu permukaan level 1 bar 165 K[3] 0,1 bar 112 K[3] Magnitudo tampak -1.6 to -2.94[3] Diameter sudut 29,8" 50,1"[3] Tekanan permukaan Tinggi skala

maks

Atmosfer[3] 20200 kPa[9] (lapisand awan) 27 km

Komposisi

89,82,0% 10,22,0% ~0,3% ~0,026% ~0,003% 0,0006% 0,0004% Es:

Hidrogen (H2) Helium Metana Amonia Hidrogen deuterida (HD) Etana air Amonia air amonium hidrosulfida(NH4SH)

Jupiter's Moons 1. Io 2. Europa 3. Ganymede

4. Callisto 5. Amalthea 6. Himalia 7. Elara 8. Pasiphae 9. Sinope 10. Lysithea 11. Carme 12. Ananke 13. Leda 14. Thebe 15. Adrastea 16. Metis 17. Callirrhoe 18. Themisto 19. Megaclite 20. Taygete 21. Chaldene 22. Harpalyke 23. Kalyke 24. Iocaste 25. Erinome 26. Isonoe 27. Praxidike 28. Autonoe 29. Thyone 30. Hermippe 31. Aitne 32. Eurydome 33. Euanthe 34. Euporie 35. Orthosie 36. Sponde 37. Kale 38. Pasithee 39. Hegemone 40. Mneme 41. Aoede 42. Thelxinoe 43. Arche 44. Kallichore

45. Helike 46. Carpo 47. Eukelade 48. Cyllene 49. Kore 50. Herse

Provisional Moons 1. S/2003 J2 2. S/2003 J3 3. S/2003 J4 4. S/2003 J5 5. S/2003 J9 6. S/2003 J10 7. S/2003 J12 8. S/2003 J15 9. S/2003 J16 10. S/2003 J18 11. S/2003 J19 12. S/2003 J23 13. S/2010 J 1 14. S/2010 J 2 15. S/2011 J1 16. S/2011 J2

Saturnus
Saturnus adalah sebuah planet di tata surya yang dikenal juga sebagai planet bercincin, dan merupakan planet terbesar kedua di tata surya setelah Jupiter. Jarak Saturnus sangat jauh dari Matahari, karena itulah Saturnus tampak tidak terlalu jelas dari Bumi. Saturnus berevolusi dalam waktu 29,46 tahun. Setiap 378 hari, Bumi, Saturnus dan Matahari akan berada dalam satu garis lurus. Selain berevolusi, Saturnus juga berotasi dalam waktu yang sangat singkat, yaitu 10 jam 40 menit 24 detik. Saturnus memiliki kerapatan yang rendah karena sebagian besar zat penyusunnya berupa gas dan cairan. Inti Saturnus diperkirakan terdiri dari batuan padat dengan atmosfer tersusun atas gas amonia dan metana, hal ini tidak memungkinkan adanya kehidupan di Saturnus. Cincin Saturnus sangat unik, terdiri beribu-ribu cincin yang mengelilingi planet ini. Bahan pembentuk cincin ini masih belum diketahui. Para ilmuwan berpendapat, cincin itu tidak mungkin terbuat dari lempengan padat karena akan hancur oleh gaya sentrifugal. Namun, tidak mungkin juga terbuat dari zat cair karena gaya sentrifugal akan mengakibatkan timbulnya gelombang. Jadi, sejauh ini, diperkirakan yang paling mungkin membentuk cincin-cincin itu adalah bongkahan-bongkahan es meteorit. Cincin ini terentang dari 6.630 km - 120.700 km di atas atmosfer Saturnus. Hingga 2006, Saturnus diketahui memiliki 56 buah satelit alami. Tujuh di antaranya cukup masif untuk dapat runtuh berbentuk bola di bawah gaya gravitasinya sendiri. Mereka adalah Mimas, Enceladus, Tethys, Dione, Rhea, Titan (Satelit terbesar dengan ukuran lebih besar dari planet Merkurius) dan Iapetus.

Bentuk fisik

Besar Saturnus dibandingkan dengan Bumi.

Saturnus memiliki bentuk yang diratakan di kutub dan dibengkakkan keluar disekitar khatulistiwa. Diameter khatulistiwa Saturnus sebesar 120.536 km (74.867 mil) dimana diameter dari Kutub Utara ke Kutub Selatan sebesar 108.728 km (67.535 mil), berbeda sebesar 9%. Bentuk yang diratakan ini disebabkan oleh rotasinya yang sangat cepat, merotasi setiap 10 jam 14 menit waktu Bumi. Saturnus adalah satu-satunya Planet di tata surya yang massa jenisnya

lebih sedikit daripada air. Walaupun inti Saturnus memiliki massa jenis yang lebih besar daripada air, planet ini memiliki atmosfer yang mengandung gas, sehingga massa jenis relatif planet ini sebesar is 0.69 g/cm (lebih sedikit daripada air), sebagai hasilnya, jika Saturnus diletakan di atas kolam yang penuh air, Saturnus akan mengapung.

Atmosfer

Awan heksagonal kutub utara yang pertama dideteksi oleh Voyager 1 dan akhirnya dipastikan oleh Cassini.

Komposisi
Bagian luar atmosfer Saturnus terbuat dari 96.7% hidrogen dan 3% helium, 0.2% metana dan 0.02% amonia. Pada atmosfer Saturnus juga terdapat sedikit kandungan asetilena, etana dan fosfin.[10]

Awan
Awan Saturnus, seperti halnya Yupiter, merotasi dengan kecepatan yang berbeda-beda bergantung dari posisi lintangnya. Tidak seperti Yupiter, awan Saturnus lebih redup dan awan Saturnus lebih lebar di khatulistiwa. Awan terendah Saturnus dibuat oleh air es dan dengan ketebalan sekitar 10 kilometer. Temperatur Saturnus cukup rendah, dengan suhu 250 K (-10F, -23C). Awan di atasnya, memiliki ketebalan 50 kilometer, terbuat dari es amonium hidrogensulfida (simbol kimia: NH4HS) dan di atas awan tersebut terdapat awan es amonia dengan ketebalan 80 kilometer. Bagian teratas dibuat dari gas hidrogen dan helium, dimana tebalnya sekitar 200 dan 270 kilometer. Aurora juga diketahui terbentuk di mesosfer Saturnus.[10] Temperatur di awan bagian atas Saturnus sangat rendah, yaitu sebesar 98 K (-283 F, -175 C). Temperatur di awan bagian dalam Saturnus lebih besar daripada yang diluar karena panas yang diproduksi di bagian dalam Saturn.[11] Angin Saturnus merupakan salah satu dari angin terkencang di Tata Surya, mencapai kecepatan 500 m/s (1.800 km/h, 1.118 mph),[12] yang jauh lebih cepat daripada angin yang ada di Bumi.

Pada Atmosfer Saturnus juga terdapat awan berbentuk lonjong yang mirip dengan awan berbentuk lonjong yang lebih jelas yang ada di Yupiter. Titik lonjong ini adalah badai besar, mirip dengan angin taufan yang ada di Bumi. Pada tahun 1990, Teleskop Hubble mendeteksi awan putih didekat khatulistiwa Saturnus. Badai seperti tahun 1990 diketahui dengan nama Bintik Putih Raksasa, badai unik Saturnus yang hanya ada dalam waktu yang pendek dan muncul setiap 30 tahun waktu Bumi.[13] Bintik Putih Raksasa juga ditemukan tahun 1876, 1903, 1933 dan tahun 1960. Jika lingkaran konstan ini berlanjut, diprediksi bahwa pada tahun 2020 bintik putih besar akan terbentuk kembali.[14] Pesawat angkasa Voyager 1 mendeteksi awan heksagonal didekat kutub utara Saturnus sekitar bujur 78 utara. Cassini-Huygens nantinya mengkonfirmasi hal ini tahun 2006. Tidak seperti kutub utara, kutub selatan tidak menunjukan bentuk awan heksagonal dan yang menarik, Cassini menemukan badai mirip dengan siklon tropis terkunci di kutub selatan dengan dinding mata yang jelas. Penemuan ini mendapat catatan karena tidak ada planet lain kecuali Bumi di tata surya yang memiliki dinding mata.

Inti Planet
Inti Planet Saturnus mirip dengan Yupiter. Planet ini memiliki inti planet di pusatnya dan sangat panas, temperaturnya mencapai 15.000 K (26.540 F, 14.730 C). Inti Planet Saturnus sangat panas dan inti planet ini meradiasi sekitar 21/2 kali lebih panas daripada jumlah energi yang diterima Saturnus dari Matahari.[11] Inti Planet Saturnus sama besarnya dengan Bumi, namun jumlah massa jenisnya lebih besar. Diatas inti Saturnus terdapat bagian yang lebih tipis yang merupakan hidrogen metalik, sekitar 30.000 km (18.600 mil). Diatas bagian tersebut terdapat daerah liquid hidrogen dan helium.[15] Inti planet Saturnus berat, dengan massa sekitar 9 sampai 22 kali lebih dari massa inti Bumi.[16]

Medan gaya
Saturnus memiliki medan gaya alami yang lebih lemah dari Yupiter. Medan gaya Saturnus unik karena porosnya simetrikal, tidak seperti planet lainnya. Saturnus menghasilkan gelombang radio, namun mereka terlalu lemah untuk dideteksi dari Bumi. satelit dari Saturnus, Titan mengorbit di bagian luar medan gaya Saturnus dan memberikan keluar plasma terhadap daerah dari partikel dari atmosfer Titan yang yang diionisasi.[17]

Rotasi dan orbit

Animasi awan heksagonal Saturnus.

Jarak antara Matahari dan Saturnus lebih dari 1.4 milyar km, sekitar 9 kali jarak antara Bumi dan Matahari. Perlu 29,46 tahun Bumi untuk Saturnus untuk mengorbit Matahari yang diketahui dengan nama periode orbit Saturnus. Saturnus memiliki periode rotasi selama 10 jam 40 menit 24 detik waktu Bumi. Namun, Saturnus tidak merotasi dalam rata-rata yang konstan. Periode rotasi Saturnus tergantung dengan kecepatan rotasi gelombang radio yang dikeluarkan oleh Saturnus. Pesawat angkasa Cassini-Huygens menemukan bahwa emisi radio melambat dan periode rotasi Saturnus meningkat. Tidak diketahui hal apa yang menyebabkan gelombang radio melambat.

Cincin Saturnus
Saturnus terkenal karena cincin di planetnya, yang menjadikannya sebagai salah satu obyek dapat dilihat yang paling menakjubkan dalam sistem tata surya.

Sejarah
Cincin itu pertama sekali dilihat oleh Galileo Galilei pada tahun 1610 dengan teleskopnya, tetapi dia tidak dapat memastikannya. Dia kemudian menulis kepada adipati Toscana bahwa "Saturnus tidak sendirian, tetapi terdiri dari tiga yang hampir bersentuhan dan tidak bergerak. Cincin itu tersusun dalam garis sejajar dengan zodiak dan yang di tengah (Saturnus) adalah tiga kali besar yang lurus (penjuru cincin)". Dia juga mengira bahwa Saturnus memiliki "telinga." Pada tahun 1612 sudut cincin menghadap tepat pada bumi dan cincin tersebut akhirnya hilang dan kemudian pada tahun 1613 cincin itu muncul kembali, yang membuat Galileo bingung. Persoalan cincin itu tidak dapat diselesaikan sehingga 1655 oleh Christian Huygens, yang menggunakan teleskop yang lebih kuat daripada teleskop yang digunakan Galileo. Pada tahun 1675 Giovanni Domenico Cassini menentukan bahwa cincin Saturnus sebenarnya terdiri dari berbagai cincin yang lebih kecil dengan ruang antara mereka, bagian terbesar dinamakan Divisi Cassini.

Pada tahun 1859, James Clerk Maxwell menunjukan bahwa cincin tersebut tidak padat, namun terbuat dari partikel-partikel kecil, yang mengorbit Saturnus sendiri-sendiri dan jika tidak, cincin itu akan tidak stabil atau terpisah.[18] James Keeler mempelajari cincin itu menggunakan spektrometer tahun 1895 yang membuktikan bahwa teori Maxwell benar.

Bentuk fisik cincin Saturnus

Saturnus yang terlihat dari pesawat angkasa Cassini tahun 2007.

Cincin Saturnus tersebut dapat dilihat dengan menggunakan teleskop modern berkekuatan sederhana atau dengan teropong berkekuatan tinggi. Cincin ini menjulur 6.630 km hingga 120.700 km atas khatulistiwa Saturnus dan terdiri daripada bebatuan silikon dioksida, oksida besi dan partikel es dan batu. Terdapat dua teori mengenai asal cincin Saturnus. Teori pertama diusulkan oleh douard Roche pada abad ke-19, adalah cincin tersebut merupakan bekas satelit Saturnus yang orbitnya datang cukup dekat dengan Saturnus sehingga pecah akibat kekuatan pasang surut. Variasi teori ini adalah satelit tersebut pecah akibat hantaman dari komet atau asteroid. Teori kedua adalah cincin tersebut bukanlah dari satelit Saturnus, tetapi ditinggalkan dari nebula asal yang membentuk Saturnus. Teori ini tidak diterima masa kini disebabkan cincin Saturnus dianggap tidak stabil melewati periode selama jutaan tahun dan dengan itu dianggap baru terbentuk. Sementara ruang terluas di cincin, seperti Divisi Cassini dan Divisi Encke, dapat dilihat dari Bumi, Voyagers mendapati cincin tersebut mempunyai struktur seni yang terdiri dari ribuan bagian kecil dan cincin kecil. Struktur ini dipercayai terbentuk akibat tarikan graviti satelit-satelit Saturnus melalui berbagai cara. Sebagian bagian dihasilkan akibat satelit kecil yang lewat seperti Pan dan banyak lagi bagian yang belum ditemukan, sementara sebagian cincin kecil ditahan oleh medan gravitas satelit penggembala kecil seperti Prometheus dan Pandora. Bagian lain terbentuk akibat resonansi antara periode orbit dari partikel di beberapa bagian dan bahwa satelit yang lebih besar yang terletak lebih jauh, pada Mimas terdapat divisi Cassini melalui cara ini, justru lebih berstruktur dalam cincin sebenarnya terdiri dari gelombang berputar yang dihasilkan oleh gangguan gravitas satelit secara berkala.

Jari-jari

Jari-jari di cincin Saturnus, difoto oleh pesawat angkasa Voyager 2.

Voyager menemukan suatu bentuk seperti ikan pari di cincin Saturnus yang disebut jari-jari. Jarijari tersebut terlihat saat gelap ketika disinari sinar Matahari dan terlihat terang ketika ada dalam sisi yang tidak diterangi sinar Matahari. Diperkirakan bahwa jari-jari tersebut adalah debu yang sangat kecil sekali yang naik keatas cincin. Debu itu merotasi dalam waktu yang sama dengan magnetosfer planet tersebut dan diperkirakan bahwa debu itu memiliki koneksi dengan elektromagnetisme. Namun, alasan utama mengapa jari-jari itu ada masih tidak diketahui. Cassini menemukan jari-jari tersebut 25 tahun kemudian. Jari-jari tersebut muncul dalam fenomena musiman, menghilang selama titik balik Matahari.

Satelit alami

Titan, salah satu satelit milik Saturnus

Saturnus memiliki 59 satelit alami, 48 di antaranya memiliki nama. Banyak satelit Saturnus yang sangat kecil, dimana 33 dari 50 satelit memiliki diameter lebih kecil dari 10 kilometer dan 13 satelit lainnya memiliki diameter lebih kecil dari 50 km.[19] 7 satelit lainnya cukup besar untuk, dimana satelit tersebut adalah Titan, Rhea, Iapetus, Dione, Tethys, Enceladus dan Mimas. Titan

adalah satelit terbesar, lebih besar dari planet Merkurius dan satu-satunya satelit di atmosfer yang memiliki atmosfer yang tebal. Hyperion dan Phoebe adalah satelit terbesar lainnya, dengan diameter lebih besar dari 200 km. Di Titan, satelit terbesar Saturnus, satelit Desember tahun 2004 dan satelit Januari tahun 2005 banyak foto Titan diambil oleh Cassini-Huygens. 1 bagian dari satelit ini, yaitu Huygens mendarat di Titan.

Eksplorasi
Zaman kuno dan observasi
Saturnus telah diketahui sejak zaman prasejarah.[20] Pada zaman kuno, planet ini adalah planet terjauh dari 5 planet yang diketahui di tata surya (termasuk Bumi) dan merupakan karakter utama dalam berbagai mitologi. Pada mitologi Kekaisaran Romawi, Dewa Saturnus, dimana nama Planet ini diambil dari namanya, adalah dewa pertanian dan panen.[21] Orang Romawi menganggap Saturnus sama dengan Dewa Yunani Kronos.[21] Orang Yunani mengeramatkan planet terluar untuk Kronos,[22] dan orang Romawi mengikutinya. Pada astrologi Hindu, terdapat 9 planet dimana Tata Surya diketahui dengan nama Navagraha. Saturnus, salah satu dari mereka, diketahui dengan nama "Sani" atau "Shani," hakim dari semua Planet dan menentukan seluruhnya menurut kelakuan baik atau buruk yang mereka lakukan.[21] Kebudayaan Tiongkok dan Jepang kuno menandakan Saturnus sebagai bintang Bumi (). Hal ini berdasarkan 5 elemen yang secara tradisional digunakan untuk mengklasifikasikan elemen alami. Orang Ibrani kuno menyebut Saturnus dengan nama "Shabbathai". Malaikatnya adalah Cassiel. Kepintarannya, atau jiwa bermanfaat, adalah Agiel (layga) dan jiwanya (jiwa gelap) adalah Zazel (lzaz). Orang Turki Ottoman dan orang Melayu menamainya "Zuhal", berasal dari bahasa Arab . Cincin Saturnus membutuhkan paling sedikit teleskop dengan diameter 75 mm untuk menemukannya dan cincin tersebut tidak diketahui sampai ditemukan oleh Galileo Galilei tahun 1610.[23] Galileo sempat bingung dengan cincin Saturnus dan mengira bahwa Saturnus bertelinga. Christian Huygens menggunakan teleskop dengan perbesaran yang lebih besar dan ia menemukan bahwa cincin itu adalah cincin Saturnus. Huygens juga menemukan satelit dari Saturnus, Titan. Tidak lama, Giovanni Domenico Cassini menemukan 4 satelit lainnya, Iapetus, Rhea, Tethys dan Dione. Pada tahun 1675, Cassini juga menemukan celah yang disebut dengan divisi Cassini.[24] Tidak ada penemuan lebih lanjut sampai tahun 1789 ketika William Herschel menemukan 2 satelit lagi, Mimas dan Enceladus. satelit Hyperion, yang memiliki resonansi orbit dengan Titan, ditemukan tahun 1848 oleh tim dari Britania Raya. Pada tahun 1899, William Henry Pickering menemukan satelit Phoebe. Selama abad ke-20, penelitian terhadap Titan mengakibatkan adanya konfirmasi pada tahun 1944 bahwa Titan memiliki atmosfer yang tebal, dimana Titan menjadi satelit yang unik di antara satelit di Tata Surya lainnya.

Pioneer 11
Saturnus dikunjungi oleh Pioneer 11 pada satelit September tahun 1979. Pioner 11 terbang 20.000 kilometer dari ujung awan Saturnus. Gambar Saturnus dan beberapa satelitnya dengan resolusi rendah didapat. Resolusi gambar tersebut tidak bagus untuk melihat fitur permukaan. Pesawat udara juga mempelajari cincin Saturnus, di antara penemuan-penemuan, terdapat penemuan cincin-F dan fakta bahwa celah gelap di cincin terang jika dilihat kearah Matahari, dalam kata lain, mereka bukan material kosong. Pioneer 11 juga mengukur temperatur Titan.[25]

Voyager
Pada bulan November tahun 1980, Voyager 1 mengunjungi sistem Saturnus. Pesawat ini mengirim kembali gambar Planet, cincin dan satelitnya dalam resolusi besar. Fitur permukaan berbagai satelit dilihat pertama kali. Voyager 1 melakukan penerbangan dekat dengan Titan dan meningkatkan pengetahuan manusia atas Titan, selain itu, Voyager 1 juga membuktikan bahwa atmosfer Titan tidak dapat dilalui dalam panjang gelombang yang dapat dilihat, sehingga, tidak ada detail tentang permukaan Titan.[26] 1 tahun kemudian, pada bulan Agustus tahun 1981, Voyager 2 melanjutkan penelitian sistem Saturnus. Lebih banyak foto satelit-satelit Saturnus jarak dekat yang didapat. Namun terjadi ketidakberuntungan, selama penerbangan, kamera satelit tersangkut untuk beberapa hari dan beberapa pengambilan gambar yang direncanakan hilang. Graviti Saturnus digunakan untuk mengarahkan lintasan pesawat angkasa tersebut menuju Uranus.[26] Satelit tersebut menemukan dan memperjelas beberapa satelit baru yang mengorbit di dekat cincin Saturnus. Mereka juga menemukan celah kecil Maxwell dan Keeler (celah seluas 42 km di cincin Saturnus).

Cassini

Gambaran Artis tentang Cassini yang sedang mengorbit Saturnus.

Posisi-posisi Saturnus: 20012029

Pada tanggal 1 Juli 2004, pesawat angkasa CassiniHuygens melakukan manuver SOI (Saturn Orbit Insertion) dan memasuki orbit sekitar Saturnus. Sebelum SOI, Cassini telah mempelajari sistem ini. Pada bulan Juni tahun 2004, Cassini telah melakukan penerbangan dekat ke Phoebe dan memberikan data dan gambar dengan resolusi besar. Penerbangan Cassini ke satelit terbesar Titan telah menangkap gambar danau besar dan pantai serta beberapa pulau dan pegunungan. Cassini menyelesaikan 2 penerbangan Titan sebelum mengeluarkan satelit Huygens pada tanggal 25 Desember 2004. Huygens turun ke permukaan Titan pada tanggal 14 Januari 2005, mengirim data selama turun ke atmosfer dan pendaratan. Selama tahun 2005, Cassini melakukan beberapa penerbangan ke Titan dan satelit yang mengandung es. Penerbangan Cassini ke Titan yang terakhir dijadwalkan pada tanggal 19 Juli 2007. Sejak awal tahun 2005, ilmuan telah meneliti tentang petir di Saturnus, yang ditemukan oleh Cassini. Kekuatan petir di Saturnus diperkirakan 1000 kali lebih besar daripada petir di Bumi. Para ilmuan percaya bahwa badai ini adalah badai terkuat yang pernah terlihat.[27] Pada tanggal 10 Maret 2006, NASA melaporkan bahwa, melalui gambar, satelit Cassini menemukan fakta-fakta tentang cairan air yang meletus di geiser di salah satu satelit Saturnus, Enceladus. Gambar tersebut juga menunjukan partikel air di cairan tersebut dipancarkan oleh pancaran es. Menurut Dr. Andrew Ingersoll dari Institut Teknologi California, "satelit lainnya di tata surya memiliki samudera cairan air yang ditutup oleh es. Apa yang berbeda disini adalah bahwa cairan air tidak akan lebih dari 10 meter dibawah permukaan."[28] Pada tanggal 20 September 2006, sebuah foto dari satelit Cassini menemukan cincin Saturnus yang belum ditemukan, diluar cincin utama Saturnus yang lebih bercahaya dan di dalam cincin G dan E. Cincin ini merupakan hasil dari tabrakan meteor dengan 2 satelit Saturnus.[29]

Pada bulan Juli tahun 2006, Cassini melihat bukti pertama danau hidrokarbon didekat kutub utara Titan, yang dikonfirmasi pada bulan Januari tahun 2007. Pada bulan Maret tahun 2007, beberapa gambar didekat kutub utara Titan menemukan "lautan" hidrokarbon, yang terbesar dimana besarnya hampir sebesar Laut Kaspia.[30] Pada tahun 2006, satelit itu telah menemukan dan mengkonfirmasi 4 satelit baru. Misi utama satelit ini akan berakhir tahun 2008 ketika pesawat angkasa akan diperkirakan menyelesaikan 74 misi mengelilingi orbit disekitar planet. Namun satelit itu diperkirakan baru menyelesaikan setidak-tidaknya satu misi.

Penglihatan paling baik


Saturnus adalah planet terjauh dari 5 planet yang paling mudah dilihat dengan mata telanjang dan 4 planet lainnya adalah Merkurius, Venus, Mars dan Yupiter (Uranus dan 4 Vesta terlihat dengan mata telanjang ketika langit gelap) dan planet terakhir yang diketahui oleh astronom awal sampai Uranus ditemukan tahun 1781. Saturnus muncul dalam penglihatan mata telanjang pada saat langit malam sebagai titik terang dan berwarna kuning. Bantuan optik (teleskop) perlu diperbesar setidak-tidaknya 20X untuk melihat cincin Saturnus bagi banyak orang.[31]

Catatan kaki
1. ^ Yeomans, Donald K. (2006-07-13). "HORIZONS System". NASA JPL. Diakses pada 8 Agustus 2007. At the site, go to the "web interface" then select "Ephemeris Type: ELEMENTS", "Target Body: Saturn Barycenter" and "Center: Sun". 2. ^ Orbital elements refer to the barycenter of the Saturn system, and are the instantaneous osculating values at the precise J2000 epoch. Barycenter quantities are given because, in contrast to the planetary centre, they do not experience appreciable changes on a day-to-day basis from to the motion of the moons. 3. ^ a b c d e f g h i j k l m Williams, Dr. David R. (September 7, 2006). "Saturn Fact Sheet". NASA. Diakses pada 31 Juli 2007. 4. ^ "The MeanPlane (Invariable plane) of the Solar System passing through the barycenter". 3 April 2009. Diakses pada 10 April 2009. (produced with Solex 10 written by Aldo Vitagliano; see also Invariable plane) 5. ^ a b c d Seidelmann, P. Kenneth (2007). "Report of the IAU/IAGWorking Group on cartographic coordinates and rotational elements: 2006". Celestial Mech. Dyn. Astr. 90: 155180. doi:10.1007/s10569-007-9072-y. 6. ^ a b c d e f g h Refers to the level of 1 bar atmospheric pressure 7. ^ NASA: Solar System Exploration: Planets: Saturn: Facts & Figures 8. ^ Than, Ker (September 6, 2007). "Length of Saturn's Day Revised". Space.com. Diakses pada 6 September 2007. 9. ^ Schmude, Richard W Junior (2001). "Wideband photoelectric magnitude measurements of Saturn in 2000". Georgia Journal of Science. Diakses pada 14 Oktober 2007. 10. ^ a b Saturn. MIRA. Retrieved on July 29, 2007 11. ^ a b Spinrad, Hyron. (2004). Saturn. National Aeronautics and Space Administration. Retrieved on July 29, 2007

12. ^ Hamilton, Calvin J. (1997). Voyager Saturn Science Summary. Retrieved on July 5, 2007. 13. ^ S. Prez-Hoyos, A. Snchez-Lavega, R.G. Frenchb, J.F. Rojas. (2005). Saturns cloud structure and temporal evolution from ten years of Hubble Space Telescope images (19942003). Retrieved on July 24, 2007 14. ^ Patrick Moore, ed., 1993 Yearbook of Astronomy, (London: W.W. Norton & Company, 1992), Mark Kidger, "The 1990 Great White Spot of Saturn", pp. 176-215. 15. ^ Saturn. National Maritime Museum. (2007). Retrieved on July 29, 2007. 16. ^ Fortney, Jonathan J. (2004). "Looking into the Giant Planets". Science 305 (5689): 1414-1415. Retrieved on April 30, 2007. 17. ^ Russell, C. T.; Luhmann, J. G. (1997). Saturn: Magnetic Field and Magnetosphere. UCLA - IGPP Space Physics Center. Retrieved on July 29, 2007. 18. ^ James Clerk Maxwell on the nature of Saturn's rings. Retrieved on July 6, 2007. 19. ^ Saturn Satellite and Moon Data. Institute for Astronomy. Retrieved on May 23, 2007. 20. ^ "Saturn > Observing Saturn". National Maritime Museum. Diakses pada 6 Juli 2007. 21. ^ a b c "Starry Night Times". Imaginova Corp.. 27 Januari 2006. Diakses pada 5 Juli 2007. 22. ^ James Evans (1998). The History and Practice of Ancient Astronomy. Oxford University Press. hlm. 296-7. 23. ^ Chan, Gary (2000). "Saturn: History Timeline". Diakses pada 16 Juli 2007. 24. ^ Catherine. "Saturn: History of Discoveries". Diakses pada 15 Juli 2007. 25. ^ "The Pioneer 10 & 11 Spacecraft". Mission Descriptions. Diakses pada 5 Juli 2007. 26. ^ a b "Missions to Saturn". The Planetary Society. 27 Januari 2007. Diakses pada 24 Juli 2007. 27. ^ "Astronomers Find Giant Lightning Storm At Saturn". ScienceDaily LLC. 27 Januari 2007. Diakses pada 27 Juli 2007. 28. ^ Pence, Michael (March 9, 2006). "NASA's Cassini Discovers Potential Liquid Water on Enceladus". NASA Jet Propulsion Laboratory. Diakses pada 8 Juli 2007. 29. ^ Shiga, David (September 20, 2007). "Faint new ring discovered around Saturn". NewScientist.com. Diakses pada 8 Juli 2007. 30. ^ Rincon, Paul (March 14, 2007). "Probe reveals seas on Saturn moon". BBC. Diakses pada 12 Juli 2007. 31. ^ "Saturn". National Maritime Museum. Diakses pada 6 Juli 2007.

Daftar pustaka

Karttunen, H.; Krger, P.; et al. (2007). Fundamental Astronomy. New York: Springer, 5th edition. ISBN 3-540-34143-9.

Lovett, L.; Horvath, J.; Cuzzi, J. (2006). Saturn: A New View. New York: Harry N. Abrams, Inc.. ISBN 0-8109-3090-0. Surya, Yohanes. Fisika itu Mudah. Jakarta: Grafindo, Erlangga. Penamaan Zohal Ciri-ciri orbit[1][2]
Epos J2000

Nama alternatif

1.513.325.783 km 10,115 958 04 SA 1.353.572.956 km Perihelion 9,048 076 35 AU 1.433.449.370 km Sumbu semi-mayor 9,582 017 20 AU Eksentrisitas 0,055 723 219 10.832,327 hari Periode orbit 29,657 296 tahun Periode sinodis 378,09 hari[3] Kecepatan orbit rata-rata 9,69 km/s[3] Anomali rata-rata 320,346 750 2,485 240 ke Ekliptika Inklinasi 5,51 ke ekuator Matahari 0,93 ke bidang invariabel[4] Bujur node menaik 113,642 811 Argumen perihelion 336,013 862 ~ 200 yang teramati (61 dengan orbit yang Satelit aman Aphelion Ciri-ciri fisik 60.268 4 km[5][6] 9,4492 Bumi 54.364 10 km[5][6] 8,5521 Bumi 0,097 96 0,000 18 4,271010 km[7][6] 83,703 Bumi 8,27131014 km[3][6] 763,59 Bumi 5,68461026 kg[3] 95,152 Bumi 0,687 g/cm[3][6] (kurang dari air)

Jari-jari khatulistiwa Jari-jari kutub Kepepatan Luas permukaan Volume Massa Massa jenis rata-rata

8,96 m/s[3][6] 0,914 g 35,5 km/s[3][6] 0,439 0,449 hari[8] Hari sideris (10 j 32 47 men) 9,87 km/s[6] Kecepatan rotasi 35 500 km/jam Kemiringan sumbu 26,73[3] Asensio rekta bagi Kutub 2 jam 42 men 21 det Utara 40.589[5] Deklinasi bagi Kutub Utara 83,537[5] 0,342 (terikat) Albedo 0,47 (geometrik)[3] min rata-rata Suhu permukaan level 1 bar 134 K[3] 0,1 bar 84 K[3] Magnitudo tampak +1,2 sampai -0,24[9] 14,5" 20,1"[3] Diameter sudut (tidak termasuk cincin) Gravitasi permukaan di khatulistiwa Kecepatan lepas Tinggi skala Atmosfer[3] 59,5 km

maks

Komposisi

~96% ~3% ~0,4% ~0,01% ~0,01% 0,000 7% Es:

Hidrogen (H2) Helium Metana Amonia Hidrogen deuterida (HD) Etana Amonia air amonium hidrosulfida(NH4SH)

Ket gambar Gambar TIF---Saturn and two of its moons, Tethys (above) and Dione, were photographed by Voyager 1 on November 3, 1980, from 13 million kilometers (8 million miles). The shadows of Saturn's three bright rings and Tethys are cast onto the cloud tops. The limb of the planet can be seen easily through the 3,500kilometer-wide (2,170 mile) Cassini Division, which separates ring A from ring B. The view through the much narrower Encke Division, near the outer edge of ring A is less clear. Beyond the Encke Division (at left) is the faintest of Saturn's three bright rings, the C-ring or crepe ring, barely visible against the planet. The Voyager Project is managed by the Jet Propulsion Laboratory for NASA.

Blinding Saturn

Taking in the rings in their entirety was the focus of this particular imaging sequence. Therefore, the camera exposure times were just right to capture the dark-side of its rings, but longer than that required to properly expose the globe of sunlit Saturn. Consequently, the sunlit half of the planet is overexposed. The rest of the planet is cast in a hemispherical shadow. Between the blinding light of day and the dark of night, there is a strip of twilight on the globe where colorful details in the atmosphere can be seen. Bright clouds dot the bluish-grey northern polar region here. In the south, the planet's night side glows golden in reflected light from the rings' sunlit face. Saturn's shadow stretches completely across the rings in this view, taken on Jan. 19, 2007, in contrast to what Cassini saw when it arrived in 2004 (see PIA05429). The view is a mosaic of 36 images that is, 12 separate sets of red, green and blue images taken over the course of about 2.5 hours, as Cassini scanned across the entire main ring system. This view looks toward the unlit side of the rings from about 40 degrees above the ring plane. The images in this natural-color view were obtained with the Cassini spacecraft wide-angle camera at a distance of approximately 1.23 million kilometers (764,000 miles) from Saturn. Image scale is 70 kilometers (44 miles) per pixel. Titan in natural color Cassini This natural color composite was taken during the Cassini spacecraft's April 16, 2005, flyby of Titan. It is a combination of images taken through three filters that are sensitive to red, green and violet light. It shows approximately what Titan would look like to the human eye: a hazy orange globe surrounded by a tenuous, bluish haze. The orange color is due to the hydrocarbon particles which make up Titan's atmospheric haze. This obscuring haze was particularly frustrating for planetary scientists following the NASA Voyager mission encounters in 1980-81. Fortunately, Cassini is able to pierce Titan's veil at infrared wavelengths (see PIA06228). North on Titan is up and tilted 30 degrees to the right. The images to create this composite were taken with the Cassini spacecraft wide angle camera on April 16, 2005, at distances ranging from approximately 173,000 to 168,200 kilometers (107,500 to 104,500 miles) from Titan and from a Sun-Titanspacecraft, or phase, angle of 56 degrees. Resolution in the images is approximately 10 kilometers per pixel. The Cassini-Huygens mission is a cooperative project of NASA, the European Space Agency and the Italian Space Agency. The Jet Propulsion Laboratory, a division of the California Institute of Technology in Pasadena, manages the mission for NASA's Science Mission Directorate, Washington, D.C. The Cassini orbiter and its two onboard cameras were designed, developed and assembled at JPL. The imaging team is based at the Space Science Institute, Boulder, Colo. For more information about the Cassini-Huygens mission, visit http://saturn.jpl.nasa.gov and the Cassini imaging team home page, http://ciclops.org.

Saturn's Moons

1. Mimas 2. Enceladus 3. Tethys 4. Dione 5. Rhea 6. Titan 7. Hyperion 8. Iapetus 9. Erriapus 10. Phoebe 11. Janus 12. Epimetheus 13. Helene 14. Telesto 15. Calypso 16. Kiviuq 17. Atlas 18. Prometheus 19. Pandora 20. Pan 21. Ymir 22. Paaliaq 23. Tarvos 24. Ijiraq 25. Suttungr 26. Mundilfari 27. Albiorix 28. Skathi 29. Siarnaq 30. Thrymr 31. Narvi 32. Methone 33. Pallene 34. Polydeuces 35. Daphnis 36. Aegir 37. Bebhionn 38. Bergelmir 39. Bestla 40. Farbauti 41. Fenrir 42. Fornjot 43. Hati 44. Hyrrokkin

45. Kari 46. Loge 47. Skoll 48. Surtur 49. Greip 50. Jarnsaxa 51. Tarqeq 52. Anthe 53. Aegaeon Provisional Moons 1. S/2004 S7 2. S/2004 S12 3. S/2004 S13 4. S/2004 S17 5. S/2006 S1 6. S/2006 S3 7. S/2007 S2 8. S/2007 S3 9. S/2009 S1 Saturn, the sixth planet from the sun, is home to a vast array of intriguing and unique worlds. From the cloud-shrouded surface of Titan to crater-riddled Phoebe, each of Saturn's moons tells another piece of the story surrounding the Saturn system. Christiaan Huygens discovered the first known moon of Saturn. The year was 1655 and the moon was Titan. Giovanni Domenico Cassini made the next four discoveries: Iapetus (1671), Rhea (1672), Dione (1684), and Tethys (1684). Mimas and Enceladus were both discovered by William Herschel in 1789. The next two discoveries came at intervals of 50 or more years -Hyperion (1848) and Phoebe (1898). As telescopic resolving power increased through the 19th century, Saturn's family of known moons grew. In 1966 Epimetheus and Janus were discovered. By the time Cassini-Huygens was launched in 1997, Saturn's moon count had reached 18. The number of known moons soon increased with high-resolution imaging techniques used on ground-based telescopes. The Cassini mission has discovered several more moons since its arrival at Saturn. We've discovered a total of 53 natural satellites orbiting Saturn. Each of Saturn's moons bears a unique story. Two of the moons orbit within gaps in the main rings. Some, such as Prometheus and Pandora, interact with ring material, shepherding the ring in its orbit. Some small moons are trapped in the same orbits as Tethys or Dione. Janus and Epimetheus occasionally pass close to each other, causing them to periodically exchange orbits.

Here's a sampling of some of the unique aspects of the moons: - Titan is so large that it affects the orbits of other near-by moons. At 5,150 km (3,200 miles) across, it is the second largest moon in the solar system. Titan hides its surface with a thick nitrogen-rich atmosphere. Titan's atmosphere is similar to the Earth's atmosphere of long ago, before biology took hold on our home planet. Titan's atmosphere is approximately 95% nitrogen with traces of methane. While the Earth's atmosphere extends about 60 km (37 miles) into space, Titan's extends nearly 600 km (ten times that of the Earth's atmosphere) into space. - Iapetus has one side as bright as snow and one side as dark as black velvet, with a huge ridge running around most of its dark-side equator. - Phoebe orbits the planet in a direction opposite that of Saturn's larger moons, as do several of the more recently discovered moons. - Mimas has an enormous crater on one side, the result of an impact that nearly split the moon apart. - Enceladus displays evidence of active ice volcanism: Cassini observed warm fractures where evaporating ice evidently escapes and forms a huge cloud of water vapor over the south pole. - Hyperion has an odd flattened shape and rotates chaotically, probably due to a recent collision. - Pan orbits within the main rings and helps sweep materials out of a narrow space known as the Encke Gap. - Tethys has a huge rift zone called Ithaca Chasma that runs nearly three-quarters of the way around the moon. - Four moons orbit in stable places around Saturn called Lagrangian points. These places lie 60 degrees ahead of or behind a larger moon and in the same orbit. Telesto and Calypso occupy the two Lagrangian points of Tethys in its orbit; Helene and Polydeuces occupy the corresponding Lagrangian points of

Titan's atmospheric haze.

Dione. - Sixteen of Saturn's moons keep the same face toward the planet as they orbit. Called "tidal locking," this is the same phenomenon that keeps our Moon always facing toward Earth. References: USGS Astrogeology: Gazetteer of Planetary Nomenclature Planetary Body Names and Discoverers Solar System Dynamics -- Planetary Satellite Discovery Circumstances

The rings of Saturn have puzzled astronomers since Galileo Galilei discovered them with his telescope in 1610. Detailed study by the Voyager 1 and Voyager 2 spacecraft in the 1980s only increased the mystery. There are billions of ring particles in the entire ring system. The ring particle sizes range from tiny, dust-sized icy grains to a few particles as large as mountains. Two tiny moons orbit in gaps (Encke and Keeler gaps) in the rings and keep the gaps open. Other particles (10s to 100s of meters) are too tiny to see, but create propeller-shaped objects in the rings that let us know they are there. The rings are believed to be pieces of comets, asteroids or shattered moons that broke up before they reached the planet. Each ring orbits at a different speed around the planet. Information from NASA's Cassini mission will help reveal how they formed, how they maintain their orbit and, above all, why they are there in the first place. While the other three gas planets in the solar system -- Jupiter, Uranus and Neptune -- have rings orbiting around them, Saturn's are by far the largest and most spectacular. With a thickness of about one kilometer (3,200 feet) or less, they span up to 282,000 km (175,000 miles), about three quarters of the distance between the Earth and its Moon. Named alphabetically in the order they were discovered, the rings are relatively close to each other, with the exception of the Cassini Division, a gap measuring 4,700 km (2,920 miles). The main rings are, working outward from the planet, known as C, B and A. The Cassini Division is the largest gap in the rings and separates Rings B and A. In addition a number of fainter rings have been discovered more recently. The D Ring is exceedingly faint and closest to the planet. The F Ring is a narrow feature just outside the A Ring. Beyond that are two far fainter rings named G and E. The rings show a tremendous amount of structure on all scales; some of this structure is related to gravitational perturbations by Saturn's many moons, but much of it remains unexplained. To enter Saturn's orbit, Cassini flew through the gap between the F and G rings, which is farther from the planet than the Cassini Division. As a safety measure, during the crossing of the ring plane, instruments and cameras onboard the spacecraft were shut off temporarily. However, the spectacular crossing into Saturn's orbit brought incredible information, images and footage. The instruments onboard Cassini are still collecting unique data that may answer many questions about the rings' composition. Reference: USGS Astrogeology: Gazetteer of Planetary Nomenclature -- Ring Nomenclature Saturn's Rings Ring Name: D Distance*: 66,970 - 74,490 km Width: 7,500 km Ring Name: C Distance*: 74,490 - 91,980 km Width: 17,500 km

Ring Name: Columbo Gap Distance*: 77,800 km Width: 100 km Ring Name: Maxwell Gap Distance*: 87,500 km Width: 270 km Ring Name: Bond Gap Distance*: 88,690 - 88,720 km Width: 30 km Ring Name: Dawes Gap Distance*: 90,200 - 90,220 km Width: 20 km Ring Name: B Distance*: 91,980 - 117,580 km Width: 25,500 km Ring Name: Cassini Division Distance*: 117,500 - 122,050 km Width: 4,700 km Ring Name: Huygens gap Distance*: 117,680 km Width: 285 km - 440 km Ring Name: Herschel Gap Distance*: 118,183 - 118,285 km Width: 102 km Ring Name: Russell Gap Distance*: 118,597 - 118,630 km Width: 33 km Ring Name: Jeffreys Gap Distance*: 118,931 - 118,969 km Width: 38 km Ring Name: Kuiper Gap Distance*: 119,403 -119,406 km Width: 3 km Ring Name: Leplace Gap Distance*: 119,848 - 120,086 km

Width: 238 km Ring Name: Bessel Gap Distance*: 120,305 - 120,318 km Width: 10 km Ring Name: Barnard Gap Distance*: 120,305 - 120,318 km Width: 13 km Ring Name: A Distance*: 122,050 - 136,770 km Width: 14,600 km Ring Name: Encke Gap Distance*: 133,570 km Width: 325 km Ring Name: Keeler Gap Distance*: 136,530 km Width: 35 km Ring Name: Roche Division Distance*: 136,770 - 139,380 km Width: 2600 km Ring Name: F Distance*: 140,224 km Width: 30 km - 500 km Ring Name: G Distance*: 166,000 - 174,000 km Width: 8,000 km Ring Name: E Distance*: 180,000 - 480,000 km Width: 300,000 km * The distance is measured from the planet center to the start of the ring. The Face of Beauty Date: 4 May 2005 Few sights in our solar system are more strikingly beautiful than softly hued Saturn embraced by the shadows of its stately rings.

The gas planet's subtle northward gradation from gold to azure is a striking visual effect that scientists don't fully understand. The gradation may be related to seasonal influences, tied to the cold temperatures in the northern (winter) hemisphere. At times, the rings' shadows shield the mid-northern latitudes from the harshest of the sun's rays. As Saturn travels around the sun in its 29-year orbit, the shadows narrow and head southward, eventually blanketing the opposite hemisphere. Images taken with blue, green and red spectral filters were used to create this color view, which approximates the scene as it would appear to the human eye. The view was brightened to enhance details visible in the rings and within their shadows. The images were obtained with the Cassini wide-angle camera from a distance of approximately 999,000 km (621,000 miles) from Saturn, as the spacecraft cruised a few degrees above the ring plane. The image scale is about 60 km (37 miles) per pixel on Saturn.

Uranus
Uranus adalah planet ketujuh dari Matahari dan planet yang terbesar ketiga dan terberat keempat dalam Tata Surya. Ia dinamai dari nama dewa langit Yunani kuno Uranus () ayah dari Kronos (Saturnus) dan kakek dari Zeus (Jupiter). Meskipun Uranus terlihat dengan mata telanjang seperti lima planet klasik, ia tidak pernah dikenali sebagai planet oleh pengamat dahulu kala karena redupnya dan orbitnya yang lambat.[14] Sir William Herschel mengumumkan penemuannya pada tanggal 13 Maret 1781, menambah batas yang diketahui dari Tata Surya untuk pertama kalinya dalam sejarah modern. Uranus juga merupakan planet pertama yang ditemukan dengan menggunakan teleskop. Uranus komposisinya sama dengan Neptunus dan keduanya mempunyai komposisi yang berbeda dari raksasa gas yang lebih besar, Jupiter dan Saturn. Karenanya, para astronom kadang-kadang menempatkannya dalam kategori yang berbeda, "raksasa es". Atmosfer Uranus, yang sama dengan Jupiter dan Saturnus karena terutama terdiri dari hidrogen dan helium, mengandung banyak "es" seperti air, amonia dan metana, bersama dengan jejak hidrokarbon.[10] Atmosfernya itu adalah atmofer yang terdingin dalam Tata Surya, dengan suhu terendah 49 K (224 C). Atmosfer planet itu punya struktur awan berlapis-lapis dan kompleks dan dianggap bahwa awan terendah terdiri atas air dan lapisan awan teratas diperkirakan terdiri dari metana.[10] Kontras dengan itu, interior Uranus terutama terdiri atas es dan bebatuan.[9] Seperti planet raksasa lain, Uranus mempunyai sistem cincin, magnetosfer serta banyak satelit alami. Sistem Uranian konfigurasinya unik di antara planet-planet karena sumbu rotasi miring ke sampingnya, hampir pada bidang revolusinya mengelilingi Matahari. Sehingga, kutub utara dan selatannya terletak pada tempat yang pada banyak planet lain merupakan ekuator mereka.[15]

Dilihat dari Bumi, cincin Uranus kadang nampak melingkari planet itu seperti sasaran panah dan satelit-satelitnya mengelilinginya seperti jarum-jarum jam, meskipun pada tahun 2007 dan 2008 cincin itu terlihat dari tepi. Tahun 1986, gambar dari Voyager 2 menunjukkan Uranus sebagai planet yang nampak tidak berfitur pada cahaya tampak tanpa pita awan atau badai yang diasosiasikan dengan raksasa lain.[15] Akan tetapi, pengamat di Bumi melihat tanda-tanda perubahan musim dan aktivitas cuaca yang meningkat pada tahun-tahun belakangan bersamaan dengan Uranus mendekati ekuinoksnya. Kecepatan angin di planet Uranus dapat mencapai 250 meter per detik (900 km/jam, 560 mil per jam).[16]

Sejarah
Penemuan
Uranus telah diamati pada banyak kesempatan sebelum penemuannya sebagai planet, namun ia dianggap secara salah sebagai bintang. Pengamatan yang tercatat paling awal adalah pada tahun 1690 saat John Flamsteed mengamati planet itu sedikitnya enam kali, mengkatalogkannya sebagai 34 Tauri. Astronom Perancis, Pierre Lemonnier, mengamati Uranus setidaknya dua puluh kali antara tahun 1750 dan 1769,[17] termasuk pada empat malam berturut-turut.

Replika teleskop yang dipakai oleh Herschel untuk menemukan Uranus di Museum William Herschel, Bath

Sir William Herschel mengamati planet itu pada 13 Maret 1781 saat berada di taman di rumahnya di 19 New King Street di kota Bath, Somerset (sekarang Herschel Museum of Astronomy),[18] namun mulanya melaporkannya (pada 26 April 1781) sebagai sebuah "komet".[19] Herschel "melakukan serangkaian pengamatan terhadap paralaks pada bintang-bintang yang tetap",[20] menggunakan teleskop yang ia desain sendiri. Dia mencatat dalam jurnalnya "Pada kuartil dekat Tauri bisa merupakan bintang Nebula atau sebuah komet".[21] Tanggal 17 Maret, dia mencatat, "Aku mencari Komet atau Bintang

Nebula itu dan menemukan bahwa ia adalah sebuah Komet, karena ia berubah letaknya".[22] Saat dia mempresentasikan penemuannya pada Royal Society, ia terus menegaskan bahwa dia telah menemukan sebuah komet sementara secara implisit membandingkannya pada planet:[23]

Daya yang aku miliki saat pertama kali Aku melihat komet itu adalah 227. Dari pengamatan Aku tahu bahwa diameter dari bintang-bintang diam tidak secara proporsional membesar dengan daya yang lebih besar, sebagaimana planet; oleh karena itu sekarang Aku menyetel dayanya pada 460 dan 932 dan menemukan bahwa diameter komet itu naik sebanding dengan dayanya, sebagaimana mestinya, dengan perkiraan bahwa ia bukan bintang diam, sementara diameter bintang-bintang yang Aku bandingkan dengannya tidak meningkat dengan rasio yang sama. Lebih dari itu, komet itu diperbesar jauh di luar apa yang mestinya akan terjadi pada cahayanya, nampak kabur dan kurang-jelas dengan kekuatan yang besar ini, sementara bintang-bintang itu mempertahankan kilau dan kekhasannya dari ribuan pengamatan aku tahu mereka akan mempertahankannya. Kelanjutannya menunjukkan bahwa dugaanku berdasar baik, ini terbukti adalah Komet yang belakangan ini kami amati.

Herschel memberitahu Astronomer Royal, Nevil Maskelyne, akan penemuannya dan menerima jawaban keheranan ini darinya pada tanggal 23 April 23: "Aku tidak tahu menyebutnya apa. Mungkin ia planet reguler yang bergerak pada orbit yang hampir melingkar pada Matahari karena Komet bergerak pada elips yang sangat eksentrik. Aku belum melihat koma atau ekor apapun padanya".[24] Sementara Herschel secara hati-hati terus menggambarkan objek baru ini sebagai sebuah komet, para astronom lain sudah mulai menduga secara lain. Astronom Rusia Anders Johan Lexell memperkirakan jaraknya 18 kali jarak Matahari dari Bumi dan belum satu kometpun yang diamati dengan perihelion empat kali jarak Bumi-Matahari.[25] Astronom Berlin Johann Elert Bode mendeskripsikan penemuan Herschel sebagai "bintang bergerak yang dapat dianggap hingga sekarang ini objek tak diketahui mirip planet yang berkeliling di luar orbit Saturnus".[26] Bode menyimpulkan bahwa orbitnya yang hampir berbentuk lingkaran lebih mirip sebuah planet daripada komet.[27] Objek itu dengan segera diterima secara universal sebagai sebuah planet. Tahun 1783, Herschel sendiri mengakui fakta ini kepada direktur Royal Society Joseph Banks: "Dengan pengamatan dari para Astronom paling terkenal di Eropa nampaknya bintang baru itu, yang membuatku dihormati karena kutunjukkan kepada mereka pada Maret 1781, adalah sebuah Planet Primer pada Tata Surya kita."[28] Untuk mengakui pencapaian ini, Raja George III memberi Herschel gaji tetap tahunan 200 dengan syarat ia pindah ke Windsor sehingga Keluarga Kerajaan mendapat kesempatan untuk melihat melalui teleskopnya.[29]

Penamaan
Maskelyne meminta Herschel untuk "do the astronomical world the faver [tertulis demikian, 'membantu dunia astronomi'] untuk memberi nama planetmu, yang sepenuhnya milikmu, & yang kami merasa berhutang budi padamu atas penemuannya."[30] Untuk menjawab permintaan Maskelyne, Herschel memutuskan untuk menamai objek itu Georgium Sidus (Bintangnya George), atau "Planet Georgian" untuk menghormati penyokong dirinya yang baru, Raja George III.[31] Dia menjelaskan keputusan ini dalam sebuah surat kepada Joseph Banks:[28]

William Herschel, penemu Uranus

Pada masa dahulu kala sebutan Merkurius, Venus, Mars, Jupiter dan Saturnus diberikan kepada planet-planet tersebut, sebagai nama pahlawan dan dewa mereka. Pada masa sekarang yang eranya lebih filosofis sulit memungkinkan untuk mendapat pengganti metode yang sama dan menyebutnya Juno, Pallas, Apollo atau Minerva, untuk menjadi nama bagi benda langit kita yang baru. Pertimbangan pertama berupa peristiwa tertentu, atau kejadian luar biasa, nampaknya merupakan kronologinya: jika pada masa depan akan ditanyakan, kapan Planet yang terakhir-ditemukan ini ditemukan? Akan menjadi jawaban yang sangat memuaskan mengatakan, 'Pada masa pemerintahan Raja George Ketiga.

Nama yang diusulkan Herschel tidak populer di luar Britania dan beberapa alternatif segera diusulkan. Astronom Jrme Lalande mengusulkan planet itu dinamai Herschel untuk menghormati penemunya.[32] Namun, Bode, memilih Uranus, versi Latin dewa langit Yunani, Ouranos. Bode berargumen bahwa seperti Saturnus yang merupakan ayah dari Jupiter, planet baru itu mesti diberi nama dari nama ayah Saturnus.[29][33][34] Pada tahun 1789, kolega Bode dari Royal Academy, Martin Klaproth menamai unsur yang baru ditemukan dengan "uranium" untuk mendukung pilihan Bode.[35] Pada akhirnya, saran Bode menjadi yang paling luas digunakan dan menjadi universal pada 1850 saat HM Nautical Almanac Office, yang terakhir yang tidak menggunakannya, beralih dari menggunakan Georgium Sidus kepada Uranus.[33]

Tata nama
Pengucapan nama Uranus dalam bahasa Inggris yang disukai di antara para astronom adalah / jrns/, dengan tekanan pada suku kata pertama seperti dalam bahasa Latin ranus;[36] kontras dengan bahasa sehari-hari /jrens/, dengan tekanan pada suku kata kedua dan a panjang, meskipun dua-duanya dianggap dapat diterima. Karena pada daerah yang berbahasa Inggris, rns kedengaran seperti "your anus" ('anusmu'), ejaan sebelumnya juga menyembunyikan malu: seperti yang Dr. Pamela Gay, astronom di Southern Illinois University, sebutkan dalam siarannya, untuk menghindari "dikerjai oleh anak kecil sekolahan ... saat raguragu, jangan menekankan apapun dan hanya katakan rns. Dan merekapun lari dengan cepat."[37] Uranus merupakan satu-satunya planet yang namanya berasal dari tokoh dari mitologi Yunani bukan dari mitologi Romawi. Adjektif dari Uranus adalah "Uranian". Simbol astronomisnya adalah . Simbol itu merupakan gabungan dari simbol untuk Mars dan Matahari karena Uranus adalah Langit dalam mitologi Yunani, yang dianggap didominasi oleh gabungan kekuatan Matahari dan Mars.[38] Simbol astrologisnya adalah , disarankan oleh Lalande tahun 1784. Dalam sebuah surat kepada Herschel, Lalande mendeskripsikannya sebagai "un globe surmont par la premire lettre de votre nom" ("sebuah globe yang diatasnya adalah huruf pertama namamu").[32] Dalam bahasa Cina, Jepang, Korea dan Vietnam, nama planet Uranus secara literal dialihbahasakan sebagai bintang raja langit ().[39][40]

Orbit dan rotasi

Orbit Uranus

Gambar teleskop Hubble dari Uranus menunjukkan pita awan, cincin dan satelitsatelit.

Uranus mengitari Matahari sekali dalam 84 tahun. Jarak rata-ratanya dari Matahari kira-kira 3 milyar km (sekitar 20 SA). Intensitas sinar Matahari di Uranus sekitar 1/400 yang ada di Bumi. [41] Elemen orbitnya dihitung pertama kali tahun 1783 oleh Pierre-Simon Laplace.[25] Dengan berjalannya waktu, perbedaan mulai terlihat antara orbit yang diprediksikan dan yang diamati dan pada tahun 1841, John Couch Adams pertama kali mengajukan bahwa perbedaan itu mungkin disebabkan sentakan gravitasi oleh sebuah planet yang tidak terlihat. Pada tahun 1845, Urbain Le Verrier mulai riset mandirinya sendiri tentang orbit Uranus. Pada 23 September 1846, Johann Gottfried Galle menemukan lokasi satu planet baru, yang kemudian diberinama Neptunus, hampir pada posisi yang diprediksikan oleh Le Verrier.[42] Periode rotasi interior Uranus adalah 17 jam, 14 menit. Akan tetapi, seperti semua raksasa gas lainnya, atmosfer atasnya mengalami angin badai yang sangat kuat pada arah rotasi. Akibatnya, pada beberapa garis lintang, seperti dua per tiga lintang dari khatulistiwa ke kutub selatan, fiturfitur atmosfer itu yang nampak bergerak jauh lebih cepat, menjadikan rotasi penuhnya sekecil 14 jam.[43]

Kemiringan sumbu
Sumbu rotasi Uranus terletak pada sisinya dipandang dari bidang Tata Surya, dengan kemiringan sumbu 97,77. Ini memberinya perubahan musim yang sama sekali tidak seperti planet utama lain. Planet-planet lain dapat dibayangkan sebagai gasing yang berputar termiring-miring relatif terhadap bidang tata surya, sementara Uranus berotasi lebih seperti bola yang menggelinding termiring-miring. Berdekatan dengan waktu solstis Uranian, satu kutubnya menghadap Matahari terus-menerus sedangkan kutub lainnya menghadap ke arah sebaliknya. Hanya segaris daerah sempit di sekitar ekuator yang mengalami pergantian siang-malam dengan cepat, namun dengan Matahari sangat rendah dari kaki langit seperti di daerah kutub di Bumi. Pada sisi orbit Uranus yang lain orientasi kutub-kutubnya terhadap Matahari adalah sebaliknya. Tiap kutub terusmenerus disinari Matahari sekitar 42 tahun, diikuti dengan 42 tahun yang gelap.[44] Dekat waktu ekuinoks, Matahari menghadap ekuator Uranus memberi periode pergantian siang-malam sama

seperti yang terlihat pada kebanyakan planet lain. Uranus mencapai ekuinoks terkininya pada tanggal 7 December 2007.[45][46]
Belahan Utara Solstis Musim Dingin Ekuinoks Musim Semi Solstis Musim Panas Ekuinoks Musim Gugur Tahun Belahan Selatan 1902, 1986 1923, 2007 1944, 2028 1965, 2049 Solstis Musim Panas Ekuinoks Musim Gugur Solstis Musim Dingin Ekuinoks Musim Semi

Salah satu akibat orientasi sumbu rotasi ini adalah bahwa, rata-rata dalam satu tahun, daerah kutub menerima masukan energi yang lebih besar dari Matahari daripada daerah ekuatornya. Namun demikian, Uranus lebih panas ekuatornya daripada kutubnya. Mekanisme yang mendasari yang menyebabkan hal ini tidak diketahui. Alasan tidak biasanya kemiringan sumbu Uranus juga tidak diketahui pasti, namun perkiraan umum adalah bahwa selama pembentukan Tata Surya, protoplanet seukuran Bumi bertubrukan dengan Uranus, menyebabkan orientasinya yang miring tersebut.[47] Kutub selatan Uranus menunjuk hampir kepada Matahari saat terbang dekat Voyager 2 tahun 1986. Penyebutan kutub ini sebagai "selatan" menggunakan definisi yang sekarang disetujui oleh Persatuan Astronomi Internasional, yaitu bahwa kutub utara suatu planet atau satelit adalah kutub yang menunjuk ke atas bidang invariabel Tata Surya, kemanapun arah planet itu berputar.[48][49] Akan tetapi, perjanjian yang berbeda kadang digunakan, di mana kutub utara dan selatan suatu benda didefinisikan menurut aturan tangan kanan sehubungan dengan arah rotasi.[50] Menurut sistem koordinat yang belakangan ini, kutub utara Uranus adalah yang disinari Matahari pada tahun 1986.

Kecemerlangan
Dari tahun 1995 sampai 2006, magnitudo tampak Uranus berfluktuasi antara +5,6 dan +5,9; menempatkannya hampir pada batas daya lihat mata telanjang pada +6.5.[8] Diameter angularnya antara 3,4 dan 3,7 detik busur, dibandingkan dengan 16 hingga 20 detik busur untuk Saturnus dan 32 sampai 45 detik busur untuk Jupiter.[8] Saat oposisi, Uranus terlihat dengan mata telanjang dalam langit yang gelap dan tidak terpolusi cahaya dan menjadi sasaran yang mudah bahkan dalam kondisi perkotaan dengan teropong.[6] Dalam teleskop amatir yang lebih besar dengan diameter lensa objektif antara 15 dan 23 cm, planet itu nampak sebagai piringan biru pucat dengan penggelapan tepi yang khas. Dengan teleskop besar yang ukurannya 25 cm atau lebih lebar, pola-pola awan, begitu pula beberapa satelit yang lebih besar, seperti Titania dan Oberon, mungkin juga kelihatan.[51]

Struktur internal

Perbandingan ukuran Bumi dan Uranus

Secara kasar Uranus massanya 14,5 kali massa Bumi, menjadikannya planet yang paling ringan di antara planet-planet raksasa, sementara itu kerapatannya 1,27 g/cm membuatnya planet paling tidak padat kedua setelah Saturnus.[7] Meskipun bergaristengah sedikit lebih besar daripada Neptunus (kira-kira garis tengah Bumi), Uranus lebih ringan.[5] Nilai ini menandakan bahwa ia terutama terdiri dari beragam es, seperti air, amonia dan metana.[9] Massa total es di bagian dalam Uranus tidak diketahui secara tepat, dengan munculnya gambaran-gambaran berbeda tergantung dari model yang dipilih; namun pasti antara 9,3 dan 13,5 massa Bumi.[9][52] Hidrogen dan helium hanya menyusun sebagian kecil dari keseluruhan, sebesar antara 0,5 dan 1,5 massa Bumi.[9] Massa sisanya (0,5 hingga 3,7 massa Bumi) diperhitungkan untuk massa material batuan.[9] Model standar struktur Uranus adalah ia terdiri dari tiga lapisan: inti di bagian tengah, mantel ber-es di lapisan tengah dan selubung hidrogen/helium gas.[9][53] Intinya relatif kecil, dengan massa hanya 0,55 massa Bumi dan jari-jari kurang dari 20 persen jari-jari Uranus; mantelnya merupakan bagian terbesar planet tersebut, dengan sekitar 13,4 massa Bumi, sementara itu atmosfer atas relatif kecil, dengan berat sekitar 0,5 massa Bumi dan meluas sampai 20 persen terakhir jari-jari Uranus.[9][53] Inti Uranus kerapatannya sekitar 9 g/cm, dengan tekanan di tengahnya 8 juta bar (800 GPa) dan suhu sekitar 5000 K.[52][53] Mantel esnya nyatanya tidak terdiri dari es dalam pengertian pada umumnya, tetapi dari fluida panas dan rapat yang terdiri atas air, amonia dan volatil lain.[9][53] Fluida ini, yang berdaya hantar listrik tinggi, kadang-kadang disebut lautan airamonia.[54] Komposisi terbesar Uranus dan Neptunus sangat berbeda dari Jupiter dan Saturnus, dengan es mendominasi atas gas, oleh karenanya memberi alasan klasifikasi mereka yang terpisah sebagai raksasa es. Sementara model yang diperkirakan di atas lebih atau kurang standar, ia tidaklah unik; modelmodel lain juga sesuai dengan pengamatan. Contohnya, jika jumlah substansial hidrogen dan materi batuan bercampur dalam mantel es, massa es total di interior akan lebih kecil dan begitu pula, massa batuan total akan lebih besar. Data yang ada sekarang tidak memungkinkan sains menentukan model mana yang benar.[52] Struktur interior fluida Uranus berarti bahwa ia tidak memiliki permukaan padat. Atmosfer gasnya sedikit demi sedikit berganti menjadi lapisan cairan

internal.[9] Namun, demi kemudahan, sebuah bola pepat yang berevolusi ditetapkan di titik dimana tekanan sama dengan 1 bar (100 kPa), dibuat secara kondisional sebagai suatu permukaan. Uranus mempunyai jari-jari ekuator dan kutub masing-masing 25 559 4 dan 24 973 20 km.[5] Permukaan ini akan digunakan di seluruh artikel ini sebagai titik nol untuk ketinggian.

Panas internal
Panas internal Uranus jelas nampak lebih rendah daripada planet raksasa lain; dalam istilah astronomi, fluks panasnya rendah.[16][55] Penyebab begitu rendahnya suhu internal Uranus masih tidak dimengerti. Neptunus, yang hampir merupakan kembaran Uranus dalam hal ukuran dan komposisi, meradiasikan sebanyak 2,61 kali energi yang diterimanya dari Matahari ke angkasa. [16] Kontrasnya, Uranus, hampir tidak meradiasikan panas berlebih sama sekali. Daya total yang diradiasikan oleh Uranus dalam bagian inframerah jauh dari spektrum adalah 1,06 0,08 kali energi Matahari yang diserap dalam atmosfernya.[10][56] Kenyataannya, fluks panas Uranus hanya 0,042 0,047 W/m, yang lebih rendah daripada panas internal Bumi yang sekitar 0,075 W/m. [56] Suhu terendah yang tercatat di tropopause Uranus adalah 49 K (224 C),menjadikan Uranus sebagai planet terdingin dalam Tata Surya.[10][56] Hipotesis dari perbedaan ketidaksesuaian ini di antaranya bahwa saat Uranus "dipukul" oleh penabrak yang sangat berat yang menyebabkan kemiringan sumbunya yang ekstrem, peristiwa itu juga menyebabkan keluarnya sebagian besar panas primordialnya, meninggalkannya dengan suhu intinya yang sangat menurun.[57] Hipotesis lain adalah bahwa beberapa bentuk penghalang ada di lapisan atas Uranus yang mencegah panas inti mencapai di permukaan.[9] Contohnya, konveksi mungkin berlangsung pada sekumpulan lapisan yang komposisinya berbeda, yang menghalangi penghantaran panas ke atas.[10][56]

Atmosfer
Meskipun tidak ada permukaan padat yang terdefinisi dengan jelas dalam interior Uranus, bagian terluar dari selimut gas Uranus yang dapat diakses oleh penginderaan jauh disebut atmosfernya. [10] Kemampuan penginderaan jauh berlanjut ke bawah hingga kira-kira 300 km di bawah level 1 bar (100 kPa), dengan tekanan yang bersesuaian sekitar 100 bar (10 MPa) dan suhu 320 K.[58] Korona yang tipis atmosfer itu meluas jauh hingga lebih dari dua jari-jari planet dari permukaan nominal pada tekanan 1 bar.[59] Atmosfer Uranian dapat dibagi menjadi tiga lapisan: troposfer, antara ketinggian 300 dan 50 km dan tekanan dari 100 sampai 0,1 bar; (10 MPa sampai 10 kPa), Stratosfer, kisaran ketinggiannnya antara 50 dan 4000 km dan tekanan antara 0,1 and 1010 bar (10 kPa to 10 Pa) dan termosfer/korona yang meluas dari 4.000 km hingga setinggi 50.000 km dari permukaan.[10] Mesosfer tidak ada.

Komposisi
Komposisi atmosfer Uranian berbeda dari komposisi Uranus secara keseluruhan, ia terutama terdiri dari hidrogen molekuler dan helium.[10] Fraksi mol helium, yaitu jumlah atom helium per molekul gas, adalah 0,15 0,03[12] di troposfer atas, yang bersesuaian dengan fraksi massa 0,26

0,05.[10][56] Nilai ini sangat dekat dekat fraksi massa helium protosolar 0,275 0,01,[60] menandakan bahwa helium tidak pernah berada di tengah-tengah planet seperti halnya pada raksasa-raksasa gas.[10] Penyusun yang paling melimpah ketiga dari atmosfer Uranian adalah metana (CH4).[10]Metana memiliki pita penyerapan yang kuat pada cahaya tampak dan dekatinframerah membuat Uranus nampak berwarna hijau-biru atau sian.[10] Molekul metana menempati 2,3% atmosfernya dalam fraksi mol di bawah lapisan awan metana pada level tekanan 1,3 bar (130 kPa); ini menyatakan kira-kira 20 hingga 30 kali limpahan karbon yang ditemukan di Matahari.[10][11][61] Rasio pencampuran [e] jauh lebih rendah di atmosfer atas dikarenakan suhunya yang sangat rendah, yang menurunkan level kejenuhan dan menyebabkan metana yang berlebih membeku.[62] Kelimpahan senyawa yang kurang volatil seperti amonia, air dan hidrogen sulfida pada atmosfer yang dalam tidak begitu diketahui. Namun, mungkin nilainya juga lebih tinggi daripada yang ada di Matahari.[10][63] Selain metana, sejumlah kecil berbagai hidrokarbon ditemukan di stratosfernya Uranus, yang diperkirakan dihasilkan dari metana oleh fotolisis yang diinduksi oleh radiasi ultraviolet Matahari.[64] Mereka termasuk etana (C2H6), asetilena (C2H2), metilasetilena (CH3C2H), diasetilena (C2HC2H).[62][65][66] Spektroskopi juga mengungkapkan jejak-jejak uap air, karbon monoksida dan karbon dioksida di atmosfer atas, yang hanya dapat berasal dari sumber luar seperti debu yang jatuh dan komet.[65][66][67]

Troposfer

Profil suhu troposfer dan stratosfer bawah Uranian. Lapisan awan dan kabut juga ditandai.

Troposfer adalah bagian atmosfer terbawah dan paling rapat dan bercirikan dengan turunnya suhu bersama dengan naiknya ketinggian.[10] Suhu menurun dari sekitar 320 K di dasar troposfer nominal pada 300 km hingga 53 K pada 50 km.[61][58] Suhu di daerah atas terdingin dari troposfer (tropopause) sebenarnya bervariasi dalam kisaran antara 49 dan 57 K bergantung pada

ketinggian di planet.[10][55] Daerah tropopause bertanggungjawab bagi kebanyakan pancaran inframerah jauh panas planet itu dan oleh karenanya menentukan suhu efektif 59,1 0,3 K.[55][56] Troposfernya dipercaya memiliki struktur awan yang sangat kompleks; awan air dihipotesiskan terletak dalam kisaran tekanan 50 sampai 100 bar (5 sampai 10 MPa), awan amonium hidrosulfida dalam kisaran 20 sampai 40 bar (2 sampai 4 MPa), awan amonia atau hidrogen sulfida antara 3 dan 10 bar (0,3 to 1 MPa) dan terakhir awan metana tipis yang terdeteksi langsung pada 1 sampai 2 bar (0,1 sampai 0,2 MPa).[10][11][58][68] Troposfer Uranus merupakan bagian atmosfernya yang sangat dinamis, menunjukkan angin yang kuat, awan yang cerah dan perubahan musim, yang akan dibahas di bawah.[16]

Atmosfer atas
Lapisan tengah atmosfer Uranian adalah stratosfer, dimana suhu umumnya naik sesuai dengan naiknya ketinggian dari 53 K di tropopause sampai antara 800 dan 850 K di dasar termosfer.[59] Pemanasan stratosfer disebabkan oleh penyerapan radiasi UV dan inframerah Matahari oleh metana dan hidrokarbon lain,[69] yang terbentuk di bagian atmosfer ini sebagai hasil dari fotolisis metana.[64] Panas juga dihantarkan dari termosfer yang panas itu.[69] Hidrokarbon menempati lapisan yang relatif sempit pada ketinggian antara 100 dan 280 km yang bersesuaian dengan kisaran tekanan 10 hingga 0,1 mbar (1000 hingga 10 kPa) dan suhu antara 75 dan 170 K.[62][65] Hidrokarbon yang paling melimpah adalah metana, asetilena dan etana dengan rasio pencampuran sekitar 107 relatif pada hidrogen. Rasio pencampuran karbon monoksida sama pada ketinggian-ketinggian ini.[62][65][67] Hidrokarbon yang lebih berat dan karbon dioksida rasio pencampurannya sebesar tiga kali lebih rendah.[65] Rasio kelimpahan air adalah sekitar 7109.[66] Etana dan asetilena cenderung berkondensasi bagian bawah stratosfer dan tropopause yang lebih dingin (di bawah level 10 mBar) membentuk lapisan kabut,[64] yang mungkin sebagian bertanggungjawab bagi penampilan Uranus yang biasa. Akan tetapi, konsentrasi hidrokarbon di stratosfer Uranian di atas kabut tersebut rendah sekali dibandingkan dengan konsentrasi pada stratosfer planet raksasa lain.[62][70] Lapisan terluar atmosfer Uranian adalah termosfer dan korona, yang suhunya seragam sekitar 800 hingga 850 K.[10][70] Sumber panas yang diperlukan untuk mempertahankan nilai sedemikian tidak dimengerti, karena baik radiasi UV jauh dan UV ekstrem maupun aktivitas aurora tidak dapat memberi energi yang diperlukan. Efisiensi pendinginan yang lemah itu yang diakibatkan kurangnya hidrokarbon di stratosfer di atas level tekanan 0,1 mBar mungkin juga ikut menyebabkannya.[59][70] Selain hidrogen molekuler, termosfer-korona mengandung bagian besar atom hidrogen. Massa mereka yang kecil bersama dengan suhu yang tinggi menjelaskan mengapa korona itu meluas sejauh 50 000 km atau dua jari-jari Uranian dari planet itu.[59][70] Korona yang meluas ini merupakan fitur Uranus yang unik.[70] Efeknya termasuk gaya hambat terhadap partikel kecil yang mengorbit Uranus, secara umum menyebabkan berkurangnya debu pada cincin Uranian.[59] Termosfer Uranian, bersama dengan bagian atas stratosfer, bersesuaian dengan ionosfer Uranus.[61] Pengamatan menunjukkan bahwa ionosfer tersebut berada pada ketinggian dari 2 000 sampai 10 000 km.[61] Ionosfer Uranian lebih rapat daripada ionosfer Saturnus maupun Neptunus, yang mungkin muncul dari konsentrasi rendah dari hidrokarbon di stratosfer.[70][71] Ionosfer itu dipertahankan terutama oleh radiasi UV Matahari dan kerapatannya

bergantung pada aktivitas Matahari.[72] Aktivitas Aurora di sini kecil dibandingkan dengan pada Jupiter dan Saturnus.[70][73]

Cincin planet

Cincin-cincin dalam Uranus. Cincin luar yang terang adalah cincin , delapan cincin lain juga ada.

Sistem cincin Uranian

Uranus mempunyai sistem cincin planet yang rumit, yang merupakan sistem demikian yang kedua yang ditemukan di Tata Surya setelah cincin Saturnus.[74] Cincin-cincin tersebut tersusun dari partikel yang sangat gelap, yang beragam ukurannya dari mikrometer hingga sepersekian meter.[15] Tiga belas cincin yang berbeda saat ini diketahui, yang paling terang adalah cincin (epsilon). Semua cincin Uranus (kecuali dua) sangat sempitumumnya mereka lebarnya beberapa kilometer. Cincin tersebut mungkin cukup muda; pertimbangan dinamis menandakan bahwa mereka tidak terbentuk bersamaan dengan pembentukan Uranus. Materi di cincin-cincin

itu mungkin dulu adalah bagian dari satu (atau beberapa) satelit yang terpecah oleh tubrukan berkecepatan tinggi. Dari banyak pecahan-pecahan yang terbentuk sebagai hasil dari tabrakan itu hanya beberapa partikel yang bertahan dalam jumlah terbatas zona stabil yang bersesuaian dengan cincin yang ada sekarang.[74][75] William Herschel mendeskripsikan cincin yang mungkin ada di sekitar Uranus pada 1789. Penampakan ini umumnya dianggap meragukan, karena cincin-cincin itu cukup redup dan pada dua abad berikutnya tak satupun yang diketahui oleh pengamat lain. Namun Herschel masih membuat deskripsi akurat tentang ukuran cincin epsilon, sudut relatifnya terhadap Bumi, warna merahnya dan perubahannya yang nampak bersamaan dengan Uranus mengitari Matahari.[76][77] Sistem cincin itu benar-benar ditemukan pada 10 Maret 1977 oleh James L. Elliot, Edward W. Dunham dan Douglas J. Mink menggunakan Kuiper Airborne Observatory. Penemuan itu merupakan keberuntungan; mereka berencana menggunakan okultasi bintang SAO 158687 oleh Uranus untuk mempelajari atmosfer planet itu. Akan tetapi, saat pengamatan mereka dianalisis, mereka menemukan bahwa bintang itu telah menghilang sebentar dari pandangan lima kali sebelum dan sesudah ia tidak nampak di balik planet itu. Mereka menyimpulkan bahwa pasti ada suatu sistem cincin di sekitar planet tersebut.[78] Kemudian mereka mendeteksi empat cincin tambahan.[78] Cincin-cincin itu langsung dicitrakan saat Voyager 2 lewat dekat Uranus pada 1986.[15] Voyager 2 juga menemukan dua cincin tambahan yang nampak redup sehingga total jumlahnya menjadi sebelas.[15] Pada Desember 2005, Teleskop angkasa Hubble mendeteksi sepasang cincin yang sebelumnya tidak diketahui. Yang terbesar terletak pada dua kali jarak cincin yang telah diketahui dari planet itu. Cincin-cincin baru ini begitu jauh dari planet tersebut hingga mereka disebut sistem cincin "luar". Hubble juga melihat dua satelit kecil yang salah satunya, Mab, berbagi orbit dengan cincin terluar yang baru ditemukan. Cincin-cincin baru ini membuat jumlah keseluruhan cincin Uranian menjadi 13.[79] Pada April 2006, gambar cincin baru tersebut dengan Observatorium Keck menghasilkan warna cincin-cincin luar: yang terluar biru dan yang lainnya merah.[80][81] Satu hipotesis mengenai warna biru cincin luar tersebut adalah bahwa ia terdiri atas partikel kecil air es dari permukaan Mab yang cukup kecil untuk menghamburkan cahaya biru.[80][82] Kontras dengan itu, cincin-cincin dalam planet itu nampak abu-abu.[80]

Medan magnet

Medan magnet Uranus seperti dilihat oleh Voyager 2 pada tahun 1986. S dan N adalah kutub selatan dan utara magnetik.

Sebelum kedatangan Voyager 2, tidak ada pengukuran magnetosfer Uranian yang dilakukan, sehingga sifatnya tetap jadi misteri. Sebelum tahun 1986, para astronom telah memperkirakan medan magnet Uranus segaris dengan angin surya , maka karenanya ia akan segaris dengan kutub planet itu yang terletak di ekliptika.[83] Pengamatan Voyager' mengungkapkan bahwa medan magnet Uranus aneh, baik karena ia tak berasal dari pusat geometrik planet tersebut dan karena ia miring 59 dari poros rotasi.[83][84] Faktanya dwikutub magnetiknya bergeser dari tengah planet itu ke kutub rotasi selatan sejauh sepertiga radius planet itu.[83] Geometri yang tidak biasa ini menyebabkan magnetosfer yang sangat tidak simetris, dimana kuat medan magnet pada permukaan di belahan selatan dapat serendah 0,1 gauss (10 T), sedangkan di belahan utara kuatnya dapat setinggi 1,1 gauss (110 T).[83] Medan rata-rata di permukaan adalah 0,23 gauss (23 T).[83] Sebagai perbandingan, medan magnet Bumi kuatnya kira-kira sama pada kedua kutub dan "ekuator magnetik"nya kirakira sejajar dengan ekuator geografisnya.[84] Momen dipol Uranus 50 kali momen dipol Bumi.[83] [84] Neptunus juga punya medan magnetik yang bergeser dan miring, menyarankan bahwa ini mungkin fitur umum raksasa es.[84] Satu hipotesis ialah bahwa, tidak seperti medan magnet planet kebumian dan raksasa gas, yang dibangkitkan dalam inti mereka, medan magnet raksasa es dibangkitkan oleh gerakan pada kedalaman yang relatif dangkal, contohnya, di lautan air amonia.[54][85] Meskipun penjajarannya mengundang keingintahuan, dalam segi lain magnetosfer Uranian mirip seperti planet lain: ia memiliki kejutan busur yang berlokasi 23 radius Uranian darinya, magnetopause pada 18 jari-jari Uranian, ekor magnetofer yang terbentuk penuh, serta sabuk radiasi.[83][84][86] Secara keseluruhan, struktur magnetosfer Uranus berbeda dari Jupiter dan lebih mirip dengan Saturnus.[83][84] Ekor magnetosfer Uranus memanjang di balik planet itu ke luar angkasa sejauh jutaan kilometer dan terpuntir oleh rotasi menyamping planet itu menjadi seperti pembuka tutup botol yang panjang.[83][87] Di magnetosfer Uranus terdapat partikel bermuatan: proton dan elektron dengan sejumlah kecil ion H2+.[84][86] Tidak ada ion yang lebih berat yang terdeteksi. Banyak partikel ini mungkin berasal dari korona atmosfernya yang panas.[86] Energi ion dan elektron masing-masing bisa setinggi 4 dan 1,2 megaelektronvolt.[86] Kerapatan ion berenergi rendah (di bawah 1 kiloelektronvolt) di magnetosfer dalam adalah sekitar 2 cm3.[88] Populasi partikel ini sangat dipengaruhi oleh satelitsatelit Uranus yang melalui magnetosfer itu meninggalkan celah-celah yang dapat diketahui.[86] Fluks partikelnya cukup tinggi untuk menyebabkan penggelapan atau pencuacaan angkasa dari permukaan satelit dalam skala waktu yang secara astronomis cepat 100.000 tahun.[86] Ini mungkin penyebab dari warna satelit-satelit dan cincin-cincinnya yang gelap seragam.[75] Uranus mempunyai aurora yang terbentuk dengan baik, yang terlihat sebagai busur yang terang di sekitar kedua kutub magnetik.[70] Namun, tidak seperti pada Jupiter, Uranus auroranya nampak tidak penting bagi keseimbangan energi termosfer planetnya.[73]

Iklim

Belahan selatan Uranus dalam warna yang kira-kira alami (kiri) dan pada panjang gelombang yang lebih tinggi (kanan), menunjukkan pita-pita awannya yang redup dan "tudung" atmosfer seperti dilihat oleh wahana Voyager 2

Pada panjang gelombang ultraviolet dan cahaya nampak, atmosfer Uranus nampak biasa sekali dibandingkan dengan raksasa gas lain, bahkan dengan Neptunus, yang sangat mirip dengannya dari segi lain.[16] Saat Voyager 2 terbang mendekati Uranus pada 1986, ia mengamati total 10 fitur awan di seluruh bagian planet itu.[15][89] Satu penjelasan yang diajukan atas kurangnya fitur ini adalah bahwa panas internal Uranus nampak jelas lebih rendah daripada panas internal planet-planet raksasa lain. Suhu terendah yang tercatat di tropopause Uranus adalah 49 K, menjadikan Uranus planet terdingin dalam Tata Surya, lebih dingin daripada Neptunus.[10][56]

Struktur berpita, angin dan awan

Kecepatan angin zona di Uranus. Daerah yang diberi bayangan menunjukkan kerah selatan dan pasangan utaranya nanti. Kurva merah adalah penyesuaian simetris terhadap data itu.

Pada 1986 Voyager 2 menemukan bahwa belahan selatan Uranus yang terlihat dapat dibagi menjadi dua daerah: kap kutub yang terang dan pita ekuator yang gelap (lihat gambar di kanan). [15] Perbatasan mereka terletak pada sekitar 45 garis lintang. Suatu pita sempit yang menempati kisaran garis lintang dari 45 sampai 50 merupakan fitur besar paling terang pada permukaan kentara planet Uranus.[15][90] Ia disebut "kerah" selatan. Kap dan kerah tersebut diduga sebagai daerah yang rapat dari awan metana yang terletak dalam kisaran tekanan 1,3 sampai 2 bar (lihat atas).[91] Namun sayang Voyager 2 tiba selama tinggi musim panas planet itu dan tidak bisa mengamati belahan utara. Akan tetapi, pada permulaan abad kedua puluh satu, saat daerah kutub utara terlihat, Teleskop angkasa Hubble dan Keck tidak mengamati ada kerah maupun kap di belahan utara.[90] Jadi Uranus kelihatannya asimetris: terang dekat kutub selatan dan gelap seragam di daerah di utara kerah selatan.[90] Selain struktur berpita skala besar, Voyager 2 mengamati sepuluh awan terang kecil, kebanyakan letaknya beberapa derajat ke utara dari kerah itu.[15] Dalam semua segi lain Uranus terlihat seperti planet yang mati dinamis pada tahun 1986.

Bintik gelap pertama yang diamati di Uranus. Gambar didapat oleh ACS pada HST pada 2006.

Namun pada tahun 1990-an, jumlah fitur awan terang yang teramati meningkat pesat sebagian karena teknik pencitraan resolusi tinggi yang baru menjadi tersedia.[16] Mayoritas mereka ditemukan di belahan utara Uranus saat ia mulai kelihatan.[16] Penjelasan mula-mulabahwa awan-awan terang itu lebih mudah diidentifikasi di bagian gelap planet tersebut, sedangkan di belahan selatan kerah terangnya menutupi merekaditunjukkan tidak benar: banyak sebenarnya fitur-fitur itu memang meningkat pesat.[92][93] Namun demikian, ada perbedaan antara awan-awan di tiap belahan planet itu. Awan-awan di utara lebih kecil, lebih tajam dan lebih terang.[93] Nampaknya mereka terletak pada tempat yang lebih tinggi.[93] Awan-awan itu masa hidupnya beragam. Beberapa awan kecil bertahan beberapa jam, sementara sedikitnya satu awan selatan mungkin telah ada sejak terbang dekatnya Voyager.[16][89] Pengamatan terbaru juga menemukan bahwa fitur awan di Uranus punya banyak persamaan dengan yang ada di Neptunus.[16] Sebagai contoh, bintik-bintik gelap yang umum terdapat di Neptunus tidak pernah diamati di Uranus sebelum tahun 2006, saat fitur demikian yang pertama dicitrakan.[94] Diperkirakan bahwa Uranus menjadi lebih mirip Neptunus selama musim ekuinoksnya.[95] Pelacakan banyak fitur-fitur awan memungkinkan penentuan angin zona yang berhembus di troposfer atas Uranus.[16] Di ekuator arah angin adalah retrograd, yang artinya bahwa mereka berhembus ke arah sebaliknya dari rotasi planet itu. Kecepatan mereka dari 100 hingga

50 m/s.[16][90] Kecepatan angin meningkat dengan jarak dari ekuator, mencapai nilai nol pada garis lintang dekat 20, dimana suhu troposfer minimum berada.[16][55] Dekat kutub-kutubnya, angin berganti arahnya menjadi prograd, mengalir searah dengan rotasi planetnya. Kecepatan angin terus meningkat mencapai nilai maksimanya pada garis lintang 60 sebelum jatuh ke nol di kutub.[16] Kecepatan angin pada garis lintang 40 berkisar dari 150 hingga 200 m/s. Karena kerah di situ mengaburkan semua awan di bawah paralel itu, kecepatan yang ada di antaranya dan kutub selatan tidak mungkin diukur.[16] Kontras dengan itu, di belahan utaranya kecepatan angin maksimum setinggi 240 m/s diamati dekat garis lintang +50.[16][90][96]

Variasi musim

Uranus pada 2005. Cincin-cincin, kerah selatan dan sebuah awan terang di belahan utara terlihat.

Untuk periode singkat dari Maret hingga Mei 2004, sejumlah awan besar muncul di atmosfer Uranian, memberinya penampilan yang mirip Neptunus.[93][97] Pengamatan-pengamatan termasuk kecepatan angin pemecah rekor 229 m/s (824 km/jam) badai petir yang bertahan lama yang disebut sebagai "Fourth of July fireworks" ("kembang api empat Juli") .[89] Pada tanggal 23 Augustus, 2006, peneliti-peneliti di Space Science Institute (Boulder, CO) dan University of Wisconsin mengamati sebuah bintik gelap di permukaan Uranus, memberi para astromon pengetahuan lebih terhadap aktivitas atmosfer planet tersebut.[94] Sebab kenaikan aktivitas secara tiba-tiba ini mesti terjadi tidak sepenuhnya diketahui, tetapi nampak bahwa kemiringan sumbu Uranus yang ekstrem menyebabkan variasi musim yang ekstrem pada cuacanya.[46][95]

Menentukan sifat variasi musim ini adalah sulit karena data yang baik tentang atmosfer ini telah ada kurang dari 84 tahun, atau satu tahun Uranian penuh. Sejumlah penemuan telah dibuat. Fotometri selama masa setengah tahun Uranian (mulai pada tahun 1950-an) menunjukkan variasi yang beraturan dalam kecerahan pada dua pita spektrum, dengan nilai maksimal terjadi saat soltis dan nilai minimal saat ekuinoks.[98] Variasi periodik yang mirip, dengan nilai maksimal saat soltis, telah diketahui dalam pengukuran gelombang mikro dari troposfer dalam yang dimulai tahun 1960-an.[99] Pengukuran suhu stratosfer yang dimulai tahun 1970-an juga menunjukkan nilai minimum dekat soltis 1986.[69] Mayoritas variabilitas ini dipercaya terjadi karena perubahan dalam geometri pengamatan.[92] Akan tetapi ada beberapa alasan untuk dipercaya bahwa perubahan-perubahan musim fisik terjadi di Uranus. Sementara planet tersebut diketahui memiliki daerah kutub selatan yang terang, kutub utaranya cukup redup, yang tidak cocok dengan model perubahan iklim yang diuraikan di atas.[95] Selama solstis utara sebelumnya tahun 1944, Uranus menampilkan kenaikan tingkat kecemerlangan, yang menyarankan bahwa kutub utara tidaklah selalu gelap sekali.[98] Informasi ini menandakan bahwa kutub yang terlihat menjadi terang pada suatu waktu sebelum solstis dan mejadi gelap setelah ekuinoks.[95] Analisis terperinci data cahaya tampak dan gelombang mikro mengungkapkan bahwa perubahan terang yang berkala itu tidak sepenuhnya simetris di sekitar waktu solstis, yang juga menandakan suatu perubahan pada pola-pola albedo meridional.[95] Akhirnya pada 1990-an, bersamaan dengan Uranus meninggalkan solstisnya, Teleskop Hubble dan teleskop permukaan Bumi mengungkapkan bahwa kap kutub selatan menjadi gelap dengan jelas (kecuali kerah selatan, yang tetap terang),[91] sementara belahan utaranya menunjukkan aktivitas yang meningkat,[89] seperti pembentukan awan dan angin yang lebih kencang, menguatkan perkiraan bahwa ia akan segera menjadi terang.[93] Mekanisme perubahan-perubahan fisik itu masih tidak jelas.[95] Berdekatan dengan solstis musim panas dan musim dingin, belahan-belahan Uranus terletak secara bergantian pada penyinaran penuh Matahari atau menghadap angkasa jauh. Menjadi terangnya belahan yang disinari Matahari itu dipekirakan hasil dari penebalan lokal awan dan kabut metana yang terletak troposfer.[91] Kerah yang terang pada garis lintang 45 juga berhubungan dengan awan-awan metana.[91] Perubahan-perubahan lain di daerah kutub selatan dapat dijelaskan oleh perubahanperubahan pada lapisan awan rendah.[91] Variasi pancaran gelombang mikro dari planet itu mungkin disebabkan oleh suatu perubahan pada sirkulasi troposfer dalam, karena awan dan kabut yang tebal mungkin menghambat konveksi.[100] Sekarang dengan sedang tibanya ekuinoks musim semi dan musim gugur di Uranus, dinamikanya juga berubah dan konveksi dapat berlangsung lagi.[89][100]

Pembentukan
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pembentukan dan evolusi Tata Surya

Banyak yang berargumen bahwa perbedaan antara raksasa es dengan raksasa gas berlanjut pada pembentukan mereka.[101][102] Tata Surya dipercaya terbentuk dari bola gas dan debu raksasa yang berotasi yang dikenal sebagai nebula pramatahari. Sebagian besar gas nebula itu, terutama hidrogen dan helium, membentuk Matahari, sementara butiran debu berkumpul bersama membentuk protoplanet pertama. Saat planet-planet tersebut tumbuh, beberapa dari mereka

akhirnya mengumpulkan cukup materi untuk gravitasi mereka untuk menarik gas nebula itu yang ditinggalkan.[101][102] Semakin banyak gas yang mereka tarik, mereka menjadi semakin besar; semakin besar mereka, semakin banyak gas yang mereka tarik sampai titik kritis tercapai dan ukuran mereka mulai meningkat secara eksponensial. Raksasa-raksasa es, dengan gas nebular hanya bermassa beberapa kali Bumi, tidak pernah mencapai titik kritis itu.[101][102][103] Simulasi terbaru migrasi planet menyarankan bahwa kedua raksasa es itu terbentuk lebih dekat kepada Matahari daripada posisi mereka sekarang dan bergerak ke arah luar setelah pembentukannya, satu hipotesis yang terperinci dalam model Nice.[101]

Satelit

Satelit utama Uranus dibandingkan, pada ukuran relatif mereka yang sesuai (gabungan foto Voyager 2)

Sistem Uranus. Kredit ESO

Uranus memiliki 27 satelit alam yang telah diketahui.[103] Nama bagi satelit-satelit ini dipilih dari karakter karya Shakespeare dan Alexander Pope.[53][104] Lima satelit utamanya adalah Miranda, Ariel, Umbriel, Titania dan Oberon.[53] Sistem satelit Uranian adalah yang paling kurang masif di antara raksasa gas; memang, massa gabungan kelima satelit utamanya itupun hanya kurang dari setengah massa Triton.[7] Satelit yang terbesar, Titania, radiusnya hanya 788,9 km, atau kurang dari setengah jari-jari Bulan, tetapi sedikit lebih besar daripada Rhea, satelit kedua terbesar Saturnus, menjadikan Titania satelit berukuran terbesar kedelapan dalam Tata Surya. Satelit itu

memiliki albedo yang relatif rendah; berkisar dari 0,20 untuk Umbriel hingga 0,35 untuk Ariel (dalam cahaya hijau).[15] Satelit itu merupakan kumpulan es-batu yang kira-kira terdiri lima puluh persen es dan lima puluh persen batu. Es itu mungkin termasuk amonia dan karbon dioksida.[75]
[105]

Di antara satelit-satelit itu, Ariel nampak memiliki pemukaan termuda dengan kawah tabrakan paling sedikit, sedangkan Umbriel nampaknya yang tertua.[15][75] Miranda memiliki ngarai patahan sedalam 20 kilometer, lapisan-lapisan berpetak dan variasi yang kacau dalam umur dan fitur permukaan.[15] Aktivitas geologis Miranda pada masa lalu dipercaya didorong oleh pemanasan pasang-surut pada suatu ketika saat orbitnya lebih eksentrik daripada sekarang, mungkin hasil dari resonansi orbital dengan Umbriel yang dulu ada.[106] Proses perenggangan yang diasosiasikan dengan diapir yang naik mungkin merupakan asal dari korona-korona yang mirip 'lintasan balap' di satelit itu.[107][108] Sama dengan itu, Ariel dipercaya pernah berada dalam resonansi 4:1 dengan Titania.[109]

Eksplorasi

Foto Uranus yang diambil dari Voyager 2 saat ia menuju Neptunus

Pada 1986, wahana Voyager 2 milik NASA mengunjungi Uranus. Kunjungan ini adalah satusatunya usaha untuk menginvestigasi planet itu dari jarak dekat dan tidak ada kunjungan lain yang direncanakan untuk saat ini. Diluncurkan pada tahun 1977, jarak Voyager 2 paling dekat ke Uranus pada tanggal 24 Januari 1986, berada dalam 81 500 kilometer puncak awan planet tersebut, sebelum melanjutkan perjalanannya menuju Neptunus. Voyager 2 mempelajari struktur dan komposisi kimia atmosfernya,[61] menemukan 10 satelit dan mempelajari cuaca unik planet itu yang disebabkan kemiringan sumbunya yang 97,77; dan memeriksa sistem cincinnya.[15][110] Ia juga mempelajari medan magnetnya, struktur tidak beraturannya, kemiringannya dan ekor magnetosfer "pembuka tutup botol"nya yang unik yang disebabkan orientasi Uranus yang menyamping.[83] Ia melakukan investigasi terperinci pertama dari lima satelit terbesarnya dan mempelajari semua cincin sistem itu yang diketahui yang banyaknya sembilan dan menemukan dua cincin yang baru.[15][75]

Catatan
a.
^

b. c. d. e.

Elemen-elemen orbit mengacu pada pusat massa sistem Uranus, dan merupakan nilai-nilai oskulasi (pendekatan) pada epoch J2000 yang presisi. Besar pusat massa diketahui karena, kontras dengan pusat planet, mereka tidak mengalami perubahan yang cukup besar pada dasar hari ke hari dari gerakan satelit-satelitnya. ^ Dihitung menggunakan data dari Seidelmann, 2007.[5] ^ Mengacu pada level tekanan atmosfer 1 bar. ^ Penghitungan fraksi mol He, H2 dan CH4 berdasarkan pada rasio percampuran 2,3% dari metana dengan hidrogen dan proporsi 15/85 He/H2 yang diukur di tropopause. ^ Rasio percampuran didefinisikan sebagai banyaknya molekul senyawa tiap satu molekul hidrogen.

Rujukan
1. ^ Yeomans, Donald K. (July 13, 2006). "HORIZONS System". NASA JPL. Diakses pada 8 Agustus 2007. At the site, go to the "web interface" then select "Ephemeris Type: ELEMENTS", "Target Body: Uranus Barycenter" and "Center: Sun". 2. ^ Seligman, Courtney. "Rotation Period and Day Length". Diakses pada 13 Agustus 2009. 3. ^ a b c d e f g h i j Williams, Dr. David R. (January 31, 2005). "Uranus Fact Sheet". NASA. Diakses pada 10 Agustus 2007. 4. ^ "The MeanPlane (Invariable plane) of the Solar System passing through the barycenter". 3 April 2009. Diakses pada 10 April 2009. (produced with Solex 10 written by Aldo Vitagliano; see also Invariable plane) 5. ^ a b c d e f g h i Seidelmann, P. Kenneth (2007). "Report of the IAU/IAGWorking Group on cartographic coordinates and rotational elements: 2006". Celestial Mech. Dyn. Astr. 90: 155180. doi:10.1007/s10569-0079072-y. 6. ^ a b Munsell, Kirk (May 14, 2007). "NASA: Solar System Exploration: Planets: Uranus: Facts & Figures". NASA. Diakses pada 13 Agustus 2007. 7. ^ a b c Jacobson, R.A. (1992). "The masses of Uranus and its major satellites from Voyager tracking data and Earth-based Uranian satellite data". The Astronomical Journal 103 (6): 20682078. doi:10.1086/116211. 8. ^ a b c Fred Espenak (2005). "Twelve Year Planetary Ephemeris: 1995 2006". NASA. Diakses pada 14 Juni 2007. 9. ^ a b c d e f g h i j k Podolak, M. (1995). "Comparative models of Uranus and Neptune". Planet. Space Sci. 43 (12): 15171522. doi:10.1016/00320633(95)00061-5. 10. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u Lunine, Jonathan. I. (1993). "The Atmospheres of Uranus and Neptune". Annual Review of Astronomy and Astrophysics 31: 217263. doi:10.1146/annurev.aa.31.090193.001245. 11. ^ a b c Lindal, G.F. (1987). "The Atmosphere of Uranus: Results of Radio Occultation Measurements with Voyager 2". J. Of Geophys. Res. 92: 14,987 15,001. doi:10.1029/JA092iA13p14987.

12. ^ a b B. Conrath et al. (1987). "The helium abundance of Uranus from Voyager measurements". Journal of Geophysical Research 92: 1500315010. doi:10.1029/JA092iA13p15003. 13. ^ Feuchtgruber, H. (1999). "Detection of HD in the atmospheres of Uranus and Neptune: a new determination of the D/H ratio". Astronomy and Astrophysics 341: L17L21. 14. ^ "MIRA's Field Trips to the Stars Internet Education Program". Monterey Institute for Research in Astronomy. Diakses pada 27 Agustus 2007. 15. ^ a b c d e f g h i j k l m n Smith, B.A. (1986). "Voyager 2 in the Uranian System: Imaging Science Results". Science 233: 97102. doi:10.1126/science.233.4759.43. PMID 17812889. 16. ^ a b c d e f g h i j k l m n o Sromovsky, L.A. (2005). "Dynamics of cloud features on Uranus". Icarus 179: 459483. doi:10.1016/j.icarus.2005.07.022. 17. ^ Dunkerson, Duane. "UranusAbout Saying, Finding, and Describing It". thespaceguy.com. Diakses pada 17 April 2007. 18. ^ "Bath Preservation Trust". Diakses pada 29 September 2007. 19. ^ William Herschel (1781). "Account of a Comet, By Mr. Herschel, F. R. S.; Communicated by Dr. Watson, Jun. of Bath, F. R. S". Philosophical Transactions of the Royal Society of London 71: 492501. doi:10.1098/rstl.1781.0056. 20. ^ Journal of the Royal Society and Royal Astronomical Society 1, 30, quoted in Ellis D. Miner, Uranus: The Planet, Rings and Satellites, New York, John Wiley and Sons, 1998 p. 8 21. ^ Royal Astronomical Society MSS W.2/1.2, 23; quoted in Miner p. 8 22. ^ RAS MSS Herschel W.2/1.2, 24, quoted in Miner p. 8 23. ^ Journal of the Royal Society and Royal Astronomical Society 1, 30; quoted in Miner p. 8 24. ^ RAS MSS Herschel W1/13.M, 14 quoted in Miner p. 8 25. ^ a b George Forbes (1909). "History of Astronomy". Diakses pada 7 Agustus 2007. 26. ^ Johann Elert Bode, Berliner Astronomisches Jahrbuch, p. 210, 1781, quoted in Miner p. 11 27. ^ Miner p. 11 28. ^ a b J. L. E. Dreyer, (1912). The Scientific Papers of Sir William Herschel. 1. Royal Society and Royal Astronomical Society. hlm. 100. 29. ^ a b Miner p. 12 30. ^ RAS MSS Herschel W.1/12.M, 20, quoted in Miner p. 12 31. ^ "Voyager at Uranus". NASA JPL 7 (85): 400268. 27 Januari 1986. 32. ^ a b Francisca Herschel (1917). "The meaning of the symbol H+o for the planet Uranus". The Observatory. Diakses pada 5 Agustus 2007. 33. ^ a b Littmann, Mark (2004). Planets Beyond: Discovering the Outer Solar System. Courier Dover Publications. hlm. 1011. ISBN 0-486-43602-0. 34. ^ Daugherty, Brian. "Astronomy in Berlin". Brian Daugherty. Diakses pada 24 Mei 2007. 35. ^ James Finch (2006). "The Straight Scoop on Uranium". allchemicals.info: The online chemical resource. Diakses pada 30 Maret 2009. 36. ^ "How to speak like a BBC newsreader". Daily Mail. 27 Januari 2006. Diakses pada 13 Desember 2007.

37. ^ Frasier Cain (Nov 12 2007). "Astronomy Cast: Uranus". Diakses pada 20 April 2009. 38. ^ "Planet symbols". NASA Solar System exploration. Diakses pada 4 Agustus 2007. 39. ^ "Sailormoon Terms and Information". The Sailor Senshi Page. Diakses pada 5 Maret 2006. 40. ^ "Asian Astronomy 101". Hamilton Amateur Astronomers 4 (11). 1 Oktober 1997. Diakses pada 5 Agustus 2007. 41. ^ "Next Stop Uranus". 27 Januari 1986. Diakses pada 9 Juni 2007. 42. ^ J J O'Connor and E F Robertson (1996). "Mathematical discovery of planets". Diakses pada 13 Juni 2007. 43. ^ Peter J. Gierasch and Philip D. Nicholson (2004). "Uranus". NASA World Book. Diakses pada 9 Juni 2007. 44. ^ Lawrence Sromovsky (2006). "Hubble captures rare, fleeting shadow on Uranus". University of Wisconsin Madison. Diakses pada 9 Juni 2007. 45. ^ Hammel, Heidi B. (September 5, 2006). "Uranus nears Equinox." (PDF). A report from the 2006 Pasadena Workshop. 46. ^ a b "Hubble Discovers Dark Cloud In The Atmosphere Of Uranus". Science Daily. Diakses pada 16 April 2007. 47. ^ Jay T.Bergstralh, Ellis Miner, Mildred Matthews (1991). Uranus. hlm. 485486. 48. ^ "Report of the IAU/IAG working group on cartographic coordinates and rotational elements of the planets and satellites: 2000". IAU. 27 Januari 2000. Diakses pada 13 Juni 2007. 49. ^ "Cartographic Standards" (PDF). NASA. Diakses pada 13 Juni 2007. 50. ^ "Coordinate Frames Used in MASL". 27 Januari 2003. Diakses pada 13 Juni 2007. 51. ^ Gary T. Nowak (2006). "Uranus: the Threshold Planet of 2006". Diakses pada 14 Juni 2007. 52. ^ a b c Podolak, M. (2000). "Further investigations of random models of Uranus and Neptune". Planet. Space Sci. 48: 143151. doi:10.1016/S00320633(99)00088-4. 53. ^ a b c d e f Faure, Gunter; Mensing, Teresa (2007). "Uranus: What Happened Here?". Introduction to Planetary Science. Ed. Faure, Gunter; Mensing, Teresa M.. Springer Netherlands. DOI:10.1007/978-1-4020-55447_18. 54. ^ a b Atreya, S. (2006). "Water-ammonia ionic ocean on Uranus and Neptune?" (pdf). Geophysical Research Abstracts 8: 05179. 55. ^ a b c d Hanel, R. (1986). "Infrared Observations of the Uranian System". Science 233: 7074. doi:10.1126/science.233.4759.70. PMID 17812891. 56. ^ a b c d e f g Pearl, J.C. (1990). "The Albedo, Effective Temperature, and Energy Balance of Uranus as Determined from Voyager IRIS Data". Icarus 84: 1228. doi:10.1016/0019-1035(90)90155-3. 57. ^ David Hawksett (August 2005). "Ten Mysteries of the Solar System: Why is Uranus So Cold?". Astronomy Now: 73. 58. ^ a b c dePater, Imke (1991). "Possible Microwave Absorption in by H2S gas Uranus and Neptunes Atmospheres" (PDF). Icarus 91: 220233. doi:10.1016/0019-1035(91)90020-T.

59. ^ a b c d e Herbert, Floyd (1987). "The Upper Atmosphere of Uranus: EUV Occultations Observed by Voyager 2" (PDF). J. Of Geophys. Res. 92: 15,093 15,109. doi:10.1029/JA092iA13p15093. 60. ^ Lodders, Katharin (2003). "Solar System Abundances and Condensation Temperatures of the Elements". The Astrophysical Journal 591: 12201247. doi:10.1086/375492. 61. ^ a b c d e Tyler, J.L. (1986). "Voyger 2 Radio Science Observations of the Uranian System: Atmosphere, Rings, and Satellites". Science 233: 7984. doi:10.1126/science.233.4759.79. PMID 17812893. 62. ^ a b c d e Bishop, J. (1990). "Reanalysis of Voyager 2 UVS Occultations at Uranus: Hydrocarbon Mixing Ratios in the Equatorial Stratosphere" (PDF). Icarus 88: 448463. doi:10.1016/0019-1035(90)90094-P. 63. ^ dePater, Imke (1989). "Uranius Deep Atmosphere Revealed" (PDF). Icarus 82 (12): 288313. doi:10.1016/0019-1035(89)90040-7. 64. ^ a b c Summers, Michael E. (1989). "Photochemistry of the Atmosphere of Uranus". The Astrophysical Journal 346: 495508. doi:10.1086/168031. 65. ^ a b c d e Burgorf, Martin (2006). "Detection of new hydrocarbons in Uranus' atmosphere by infrared spectroscopy". Icarus 184: 634637. doi:10.1016/j.icarus.2006.06.006. 66. ^ a b c Encrenaz, Therese (2003). "ISO observations of the giant planets and Titan: what have we learnt?". Planet. Space Sci. 51: 89103. doi:10.1016/S0032-0633(02)00145-9. 67. ^ a b Encrenaz, Th. (2004). "First detection of CO in Uranus" (PDF). Astronomy&Astrophysics 413: L5L9. doi:10.1051/0004-6361:20034637. Diakses pada 5 Agustus 2007. 68. ^ Atreya, Sushil K. (2005). "Coupled Clouds and Chemistry of the Giant Planets a Case for Multiprobes". Space Sci. Rev. 116: 121136. doi:10.1007/s11214-005-1951-5. 69. ^ a b c Young, Leslie A. (2001). "Uranus after Solstice: Results from the 1998 November 6 Occultation" (PDF). Icarus 153: 236247. doi:10.1006/icar.2001.6698. 70. ^ a b c d e f g h Herbert, Floyd (1999). "Ultraviolet Observations of Uranus and Neptune". Planet. Space Sci. 47: 11191139. doi:10.1016/S00320633(98)00142-1. 71. ^ Trafton, L.M. (1999). "H2 Quadrupole and H3+ Emission from Uranus: the Uranian Thermosphere, Ionosphere, and Aurora". The Astrophysical Journal 524: 10591023. doi:10.1086/307838. 72. ^ Encrenaz, Th. (2003). "The rotational temperature and column density of H+3 in Uranus" (PDF). Planetary and Space Sciences 51: 1013 1016. doi:10.1016/j.pss.2003.05.010. 73. ^ a b Lam, Hoanh An (1997). "Variation in the H+3 emission from Uranus". The Astrophysical Journal 474: L73L76. doi:10.1086/310424. 74. ^ a b Esposito, L.W. (2002). "Planetary rings" (pdf). Reports on Progress in Physics 65: 17411783. doi:10.1088/0034-4885/65/12/201. 75. ^ a b c d e "Voyager Uranus Science Summary". NASA/JPL. 27 Januari 1988. Diakses pada 9 Juni 2007. 76. ^ "Uranus rings 'were seen in 1700s' ", (BBC News), April 192007. Diakses pada 19 April 2007. 77. ^ "Did William Herschel Discover The Rings Of Uranus In The 18th Century?". Physorg.com. 27 Januari 2007. Diakses pada 20 Juni 2007.

78. ^ a b J. L. Elliot, E. Dunham & D. Mink (1977). "The rings of Uranus". Cornell University. Diakses pada 9 Juni 2007. 79. ^ "NASA's Hubble Discovers New Rings and Moons Around Uranus". Hubblesite. 27 Januari 2005. Diakses pada 9 Juni 2007. 80. ^ a b c dePater, Imke (2006). "New Dust Belts of Uranus: Two Ring, red Ring, Blue Ring". Science 312: 9294. doi:10.1126/science.1125110. PMID 16601188. 81. ^ Sanders, Robert (2006-04-06). "Blue ring discovered around Uranus". UC Berkeley News. Diakses pada 3 Oktober 2006. 82. ^ Stephen Battersby (2006). "Blue ring of Uranus linked to sparkling ice". NewScientistSpace. Diakses pada 9 Juni 2007. 83. ^ a b c d e f g h i j Ness, Norman F. (1986). "Magnetic Fields at Uranus". Science 233: 8589. doi:10.1126/science.233.4759.85. PMID 17812894. 84. ^ a b c d e f g Russell, C.T. (1993). "Planetary Magnetospheres" (pdf). Rep. Prog. Phys. 56: 687732. doi:10.1088/0034-4885/56/6/001. 85. ^ Stanley, Sabine (2004). "Convective-region geometry as the cause of Uranus and Neptunes unusual magnetic fields" (PDF). Letters to Nature 428: 151153. doi:10.1038/nature02376. Diakses pada 5 Agustus 2007. 86. ^ a b c d e f Krimigis, S.M. (1986). "The Magnetosphere of Uranus: Hot Plasma and radiation Environment". Science 233: 97102. doi:10.1126/science.233.4759.97. PMID 17812897. 87. ^ "Voyager: Uranus: Magnetosphere". NASA. 27 Januari 2003. Diakses pada 13 Juni 2007. 88. ^ Bridge, H.S. (1986). "Plasma Observations Near Uranus: Initial Results from Voyager 2". Science 233: 8993. doi:10.1126/science.233.4759.89. PMID 17812895. 89. ^ a b c d e Emily Lakdawalla (2004). "No Longer Boring: 'Fireworks' and Other Surprises at Uranus Spotted Through Adaptive Optics". The Planetary Society. Diakses pada 13 Juni 2007. 90. ^ a b c d e Hammel, H.B. (2005). "Uranus in 2003: Zonal winds, banded structure, and discrete features" (pdf). Icarus 175: 534545. doi:10.1016/j.icarus.2004.11.012. 91. ^ a b c d e Rages, K.A. (2004). "Evidence for temporal change at Uranus south pole". Icarus 172: 548554. doi:10.1016/j.icarus.2004.07.009. 92. ^ a b Karkoschka, Erich (2001). "Uranus Apparent Seasonal Variability in 25 HST Filters". Icarus 151: 8492. doi:10.1006/icar.2001.6599. 93. ^ a b c d e Hammel, H.B. (2005). "New cloud activity on Uranus in 2004: First detection of a southern feature at 2.2 m" (pdf). Icarus 175: 284288. doi:10.1016/j.icarus.2004.11.016. 94. ^ a b Sromovsky, L.. "Hubble Discovers a Dark Cloud in the Atmosphere of Uranus" (pdf). physorg.com. Diakses pada 22 Agustus 2007. 95. ^ a b c d e f Hammel, H.B. (2007). "Long-term atmospheric variability on Uranus and Neptune". Icarus 186: 291301. doi:10.1016/j.icarus.2006.08.027. 96. ^ Hammel, H.B. (2001). "New Measurements of the Winds of Uranus". Icarus 153: 229235. doi:10.1006/icar.2001.6689. 97. ^ Devitt, Terry (2004). "Keck zooms in on the weird weather of Uranus". University of Wisconsin-Madison. Diakses pada 24 Desember 2006.

98. ^ a b Lockwood, G.W. (2006). "Photometric variability of Uranus and Neptune, 19502004". Icarus 180: 442452. doi:10.1016/j.icarus.2005.09.009. 99. ^ Klein, M.J. (2006). "Long-term variations in the microwave brightness temperature of the Uranus atmosphere". Icarus 184: 170180. doi:10.1016/j.icarus.2006.04.012. 100. ^ a b Hofstadter, Mark D. (2003). "Seasonal change in the deep atmosphere of Uranus". Icarus 165: 168180. doi:10.1016/S00191035(03)00174-X. 101. ^ a b c d Thommes, Edward W. (1999). "The formation of Uranus and Neptune in the Jupiter-Saturn region of the Solar System" (pdf). Nature 402: 635638. doi:10.1038/45185. 102. ^ a b c Brunini, Adrian (1999). "Numerical simulations of the accretion of Uranus and Neptune". Plan. Space Sci. 47: 591605. doi:10.1016/S00320633(98)00140-8. 103. ^ a b Sheppard, Scott S. (2006). "An Ultradeep Survey for Irregular Satellites of Uranus: Limits to Completeness". The Astronomical Journal 129: 518525. doi:10.1086/426329. 104. ^ "Uranus". nineplanets.org. Diakses pada 3 Juli 2007. 105. ^ Hussmann, Hauke (2006). "Subsurface oceans and deep interiors of medium-sized outer planet satellites and large trans-neptunian objects". Icarus 185: 258273. doi:10.1016/j.icarus.2006.06.005. 106. ^ Tittemore, W. C. (June 1990). "Tidal evolution of the Uranian satellites III. Evolution through the Miranda-Umbriel 3:1, Miranda-Ariel 5:3, and Ariel-Umbriel 2:1 mean-motion commensurabilities". Icarus (Elsevier Science) 85 (2): 394443. doi:10.1016/0019-1035(90)90125-S. 107. ^ Pappalardo, R. T. (1997-06-25). "Extensional tilt blocks on Miranda: Evidence for an upwelling origin of Arden Corona". Journal of Geophysical Research (Elsevier Science) 102 (E6): 13,36913,380. doi:10.1029/97JE00802. 108. ^ Chaikin, Andrew (2001-10-16). "Birth of Uranus' Provocative Moon Still Puzzles Scientists". Space.Com. ImaginovaCorp.. Diakses pada 7 Desember 2007. 109. ^ Tittemore, W.C. (1990). "Tidal Heating of Ariel". Icarus 87: 110139. doi:10.1016/0019-1035(90)90024-4. 110. ^ "Voyager: The Interstellar Mission: Uranus". JPL. 27 Januari 2004. Diakses pada 9 Juni 2007. Uranus moon "Sweet Moon," William Shakespeare wrote in "A Midsummer Night's Dream," "I thank thee for thy sunny beams; I thank thee, Moon, for shining now so bright." Centuries later, the moons of Uranus pay homage to the famous playwright. While most of the satellites orbiting other planets take their names from Greek mythology, Uranus' moons are unique in being named for Shakespearean characters, along with a couple of the moons being named for characters from the works of Alexander Pope. Oberon and Titania are the largest Uranian moons, and were first to be discovered -by William Herschel in 1787. William Lassell, who had been first to see a moon orbiting Neptune, discovered the next two, Ariel and Umbriel. Nearly a century

passed before Gerard Kuiper found Miranda in 1948. And that was it until a NASA robot made it to distant Uranus. The Voyager 2 spacecraft visited the Uranian system in 1986 and tripled the number of known moons. Voyager 2 found an additional 10, just 26-154 km (16-96 miles) in diameter: Juliet, Puck, Cordelia, Ophelia, Bianca, Desdemona, Portia, Rosalind, Cressida and Belinda. Since then, astronomers using the Hubble Space Telescope and improved groundbased telescopes have raised the total to 27 known moons. Spotting the postVoyager moons is an impressive feat. They're tiny -- as little as 12-16 km (8-10 miles) across, and blacker than asphalt. And of course, they're nearly 3 billion miles away. All of Uranus's inner moons (those observed by Voyager 2) appear to be roughly half water ice and half rock. The composition of the moons outside the orbit of Oberon remains unknown, but they are likely captured asteroids. Here's a sampling of some of the unique aspects of the moons: -Miranda, the innermost and smallest of the five major satellites, has a surface unlike any other moon that's been seen. It has giant fault canyons as much as 12 times as deep as the Grand Canyon, terraced layers and surfaces that appear very old, and others that look much younger. -Ariel has the brightest and possibly the youngest surface among all the moons of Uranus. It has few large craters and many small ones, indicating that fairly recent low-impact collisions wiped out the large craters that would have been left by much earlier, bigger strikes. Intersecting valleys pitted with craters scars its surface. -Umbriel is ancient, and the darkest of the five large moons. It has many old, large craters and sports a mysterious bright ring on one side. -Oberon, the outermost of the five major moons, is old, heavily cratered and shows little signs of internal activity. Unidentified dark material appears on the floors of many of its craters. -Cordelia and Ophelia are shepherd moons that keep Uranus' thin, outermost "epsilon" ring well defined. Between them and Miranda is a swarm of eight small satellites unlike any other system of planetary moons. This region is so crowded that astronomers don't yet understand how the little moons have managed to avoid crashing into each other. They may be shepherds for the planet's 10 narrow rings, and scientists think there must be still more moons, interior to any known, to confine the edges of the inner rings. "Well shone, Moon," wrote Shakespeare, "truly, the moon shines with a good grace."

Uranus's Moons 1. Cordelia 2. Ophelia 3. Bianca 4. Cressida 5. Desdemona 6. Juliet 7. Portia 8. Rosalind 9. Mab

10. Belinda 11. Perdita 12. Puck 13. Cupid 14. Miranda 15. Francisco 16. Ariel 17. Umbriel 18. Titania 19. Oberon 20. Caliban 21. Stephano 22. Trinculo 23. Sycorax 24. Margaret 25. Prospero 26. Setebos 27. Ferdinand Uranus's Rings Ring Name: Zeta (1986 U2R) Distance*: 39,600 km Width: 3,500 (plus 5,000 km extension inwards) km Thickness: 0.1 km Albedo: 0.03 Ring Name: 6 Distance*: 41,840 km Width: 1 km - 3 km Thickness: 0.1 km Albedo: 0.03 Ring Name: 5 Distance*: 42,230 km Width: 2 km - 3 km Thickness: 0.1 km Mass: 0.1 kg Albedo: 0.03 Ring Name: 4 Distance*: 42,580 km Width: 2 km - 3 km Thickness: .1 km Mass: .1 kg Albedo: 0.03

Ring Name: Alpha Distance*: 44,720 km Width: 7 km - 12 km Thickness: 0.1 km Albedo: 0.03 Ring Name: Beta Distance*: 45,670 km Width: 7 km - 12 km Thickness: 0.1 km Albedo: 0.03 Ring Name: Eta Distance*: 47,190 km Width: 0 km - 2 km Thickness: 0.1 km Albedo: 0.03 Ring Name: Gamma Distance*: 47,630 km Width: 1 km - 4 km Thickness: 0.1 km Albedo: 0.03 Ring Name: Delta Distance*: 48,290 km Width: 3 km - 9 km Thickness: 0.1 km Albedo: 0.03 Ring Name: Lambda (1986 U1R) Distance*: 50,024 km Width: 2 km - 3 km Thickness: 0.1 km Albedo: 0.03 Ring Name: Epsilon Distance*: 51,140 km Width: 20 km - 100 km Thickness: < 15 km Albedo: 0.03 Ring Name: Nu (R/2003 U 2) Distance*: 67,300 km Width: 3,800 km

Ring Name: Mu (R/2003 U 1) Distance*: 97,700 km Width: 17,000 km * The distance is measured from the planet center to the start of the ring. Uranus and Moons Date: 1 Jan 1986 Uranus and its five major moons are depicted in this montage of images acquired by the Voyager 2 spacecraft. Uranus appears as a uniformly blue globe, similar to how the eye would naturally see it; only with computer-aided image processing do subtle bands in the planet's upper atmosphere appear. The moons, from largest to smallest as they appear here, are Ariel, Miranda, Titania, Oberon and Umbriel.

Neptunus
Neptunus merupakan planet terjauh (kedelapan) jika ditinjau dari Matahari. Planet ini dinamai dari dewa lautan Romawi. Neptunus merupakan planet terbesar keempat berdasarkan diameter (49.530 km) dan terbesar ketiga berdasarkan massa. Massa Neptunus tercatat 17 kali lebih besar daripada Bumi, dan sedikit lebih besar daripada Uranus.[7] Neptunus mengorbit Matahari pada jarak 30,1 SA atau sekitar 4.450 juta km. Periode rotasi planet ini adalah 16,1 jam, sedangkan periode revolusinya adalah 164,8 tahun. Simbol astronomisnya adalah , yang merupakan trident dewa Neptunus. Neptunus ditemukan pada tanggal 23 September 1846.[1] Planet ini merupakan planet pertama yang ditemukan melalui prediksi matematika. Perubahan yang tak terduga di orbit Uranus membuat Alexis Bouvard menyimpulkan bahwa hal tersebut diakibatkan oleh gangguan gravitasi dari planet yang tak dikenal. Neptunus selanjutnya diamati oleh Johann Galle dalam posisi yang diprediksikan oleh Urbain Le Verrier. Satelit alam terbesarnya, Triton, ditemukan segera sesudahnya, sementara 12 satelit alam lainnya baru ditemukan lewat teleskop pada abad ke-20. Neptunus telah dikunjungi oleh satu wahana angkasa, yaitu Voyager 2, yang terbang melewati planet tersebut pada tanggal 25 Agustus 1989. Komposisi penyusun planet ini mirip dengan Uranus, dan komposisi keduanya berbeda dari raksasa gas Yupiter dan Saturnus. Atmosfer Neptunus mengandung hidrogen, helium, hidrokarbon, kemungkinan nitrogen, dan kandungan "es" yang besar seperti es air, amonia, dan metana. Astronom kadang-kadang mengategorikan Uranus dan Neptunus sebagai "raksasa es" untuk menekankan perbedaannya.[8] Seperti Uranus, interior Neptunus terdiri dari es dan batu.[9] Metana di wilayah terluar planet merupakan salah satu penyebab kenampakan kebiruan Neptunus.[10]

Sementara atmosfer Uranus relatif tidak berciri, atmosfer Neptunus bersifat aktif dan menunjukkan pola cuaca. Contohnya, pada saat Voyager 2 terbang melewatinya pada tahun 1989, di belahan selatan planet terdapat Titik Gelap Besar yang mirip dengan Titik Merah Besar di Yupiter. Pola cuaca tersebut diakibatkan oleh angin yang sangat kencang, dengan kecepatan hingga 2.100 km/jam.[11] Karena jaraknya yang jauh dari Matahari, atmosfer luar Neptunus merupakan salah satu tempat terdingin di Tata Surya, dengan suhu terdingin 218 C (55 K). Suhu di inti planet diperkirakan sebesar 5.400 K (5.000 C).[12][13] Neptunus memiliki sistem cincin yang tipis. Sistem cincin tersebut baru dilacaktemu pada tahun 1960-an dan dipastikan keberadaannya oleh Voyager 2 pada tahun 1989.[14]

Sejarah
Penemuan
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Penemuan Neptunus

Lukisan Galileo menunjukkan bahwa ia pertama melihat Neptunus pada tanggal 28 Desember 1612 dan 27 Januari 1613. Pada kedua hari tersebut, Galileo salah menganggap Neptunus sebagai sebuah bintang tetap ketika planet ini muncul sangat dekatkonjungsidengan Yupiter pada langit malam;[15] karena itu, ia tidak dianggap sebagai penemu Neptunus. Pada masa pengamatan pertamanya bulan Desember 1612, Neptunus bersifat tetap di langit karena planet ini baru saja mengalami penghuluan pada hari itu. Gerakan ke belakang ini terbentuk ketika orbit Bumi membawa Bumi melewati planet terluar. Karena Neptunus baru saja memulai siklus penghuluan tahunannya, gerakan planet ini terlalu sulit dilacak menggunakan teleskop kecil Galileo.[16] Pada Juli 2009, fisikawan Universitas Melbourne, David Jamieson mengumumkan adanya bukti baru yang menyatakan bahwa Galileo setidaknya sadar bahwa bintang yang ia amati telah berpindah relatif terhadap bintang tetap.[17] Tahun 1821, Alexis Bouvard menerbitkan tabel astronomi orbit tetangga Neptunus, yaitu Uranus.[18] Pengamatan selanjutnya menemukan pergeseran dari tabel tersebut, sehingga mendorong Bouvard berhipotesis bahwa suatu benda tak diketahui sedang melakukan perturbasi pada orbitnya melalui interaksi gravitasi.[19] Tahun 1843, John Couch Adams mulai mengamati orbit Uranus menggunakan data yang ia miliki. Melalui James Challis, ia meminta Sir George Airy, Astronomer Royal, mengirimkan data tersebut pada Februari 1844. Adams terus melakukan pengamatannya pada 18451846 dan menghasilkan beberapa perkiraan yang berbeda tentang sebuah planet baru, namun tidak menanggapi permintaan dari Airy tentang orbit Uranus.
[20][21]

Urbain Le Verrier

Tahun 18451846, Urbain Le Verrier, terlepas dari Adams, mengembangkan penghitungannya sendiri namun juga mengalami kesulitan memunculkan antusiasme rekannya tersebut. Pada Juni 1846, setelah melihat terbitan perkiraan pertama bujur planet karya Le Verrier dan kesamaan dengan perkiraan Adams, Airy membujuk Direktur Cambridge Observatory, James Challis untuk mencari planet itu. Challis dengan semangat mengamati langit sepanjang Agustus dan September.[19][22] Sementara itu, melalui surat, Le Verrier meminta astronom Observatorium Berlin, Johann Gottfried Galle untuk mencari planet ini menggunakan refraktor observatorium. Heinrich d'Arrest, seorang pelajar di observatorium ini, memberitahu Galle bahwa mereka mampu membandingkan carta langit terkini di wilayah lokasi prediksi Le Verrier dengan keadaan langit saat itu untuk menemukan karakteristik perpindahan suatu planet, berbeda dengan bintang tetap. Pada sore 23 September 1846 ketika surat Le Verrier diterima, Neptunus ditemukan 1 dari tempat yang diprediksi Le Verrier, dan sekitar 12 dari prediksi Adams. Challis kemudian menyadari bahwa ia telah mengamati planet ini dua kali pada bulan Agustus dan gagal mengidentifikasinya karena pendekatannya yang kasual terhadap pengamatan tersebut.[19][23] Setelah penemuan tersebut, muncul persaingan yang lebih nasionalis antara Perancis dan Britania Raya mengenai pihak yang pantas mendapat penghargaan atas penemuan planet ini. Konsensus internasional memutuskan bahwa Le Verrier dan Adams sama-sama berhak mendapat penghargaan. Sejak 1966, Dennis Rawlins mempertanyakan kredibilitas klaim Adams tentang penemuan bersama dan masalah ini dievaluasi kembali oleh sejarawan dengan pengembalian dokumen bersejarah "Neptune papers" pada tahun 1998 ke Royal Observatory, Greenwich.[24] Setelah meninjau dokumen tersebut, mereka menyatakan bahwa, "Adams tidak pantas menerima penghargaan bersama Le Verrier atas penemuan Neptunus. Penghargaan ini berhak diberikan

kepada orang yang sama-sama berhasil memprediksikan lokasi planet dan meyakinkan para astronom untuk mencarinya."[25]

Penamaan
Sesaat setelah penemuannya, Neptunus hanya disebut sebagai "planet di luar Uranus" atau "planet Le Verrier". Usulan nama pertama berasal dari Galle, yang mengusulkan Janus. Di Inggris, Challis mengusulkan Oceanus.[26] Dengan mengklaim hak pemberian nama temuannya, Le Verrier langsung mengusulkan nama Neptunus untuk planet ini, sementara secara keliru menyatakan bahwa nama tersebut resmi disetujui oleh Bureau des Longitudes Perancis.[27] Pada bulan Oktober, ia mengusulkan agar planet ini diberi nama Le Verrier, sesuai nama dirinya, dan ia mendapatkan dukungan setia dari Direktur Observatorium, Franois Arago. Usulan ini ditentang di luar Perancis.[28] Almanak Perancis langsung memperkenalkan kembali nama Herschel untuk Uranus, sesuai nama penemunya Sir William Herschel, dan Leverrier untuk planet baru ini.[29] Struve membawa nama Neptunus kepada Akademi Ilmu Pengetahuan Saint Petersburg pada 29 Desember 1846.[30] Neptunus kelak menjadi nama yang disetujui secara internasional. Dalam mitologi Romawi, Neptunus adalah dewa laut, yang dapat dikenali dari Poseidon Yunaninya. Permintaan nama mitologi sepertinya mendukung tata nama planet-planet lain, yang semuanya, kecuali Bumi, diberi nama sesuai mitologi Yunani dan Romawi.[31] Banyak bahasa di dunia saat ini, bahkan di negara-negara yang tidak memiliki hubungan langsung dengan budaya Yunani-Romawi, memakai berbagai varian nama "Neptunus" untuk planet ini; dalam bahasa Cina, Jepang, dan Korea, nama planet ini dapat diterjemahkan secara harfiah sebagai "bintang raja laut" (), karena Neptunus adalah dewa laut.[32]

Status
Sejak penemuannya tahun 1846 hingga penemuan Pluto pada tahun 1930, Neptunus adalah planet terjauh yang diketahui manusia. Setelah penemuan Pluto, Neptunus menjadi planet kedua terakhir selama 20 tahun antara 1979 dan 1999 ketika orbit elips Pluto membawanya lebih dekat dengan Matahari dibandingkan Neptunus.[33] Penemuan Sabuk Kuiper tahun 1992 mendorong banyak astronom memperdebatkan apakah Pluto pantas dianggap sebagai planet atau bagian dari struktur terbesar sabuk tersebut.[34][35] Pada tahun 2006, Persatuan Astronomi Internasional mendefinisikan kata "planet" untuk pertama kalinya, kembali mengelompokkan Pluto sebagai "planet kerdil" dan menjadikan Neptunus sekali lagi planet terakhir di Tata Surya.[36]

Komposisi dan struktur


Neptunus memiliki massa sebesar 1,02431026 kg,[3] atau tujuh belas kali massa Bumi dan 1/19 kali massa Yupiter.[7] Planet ini merupakan salah satu dari dua planet (selain Yupiter) yang gravitasi permukaannya lebih besar daripada Bumi.[37] Jari-jari khatulistiwanya tercatat sebesar 24.764 km,[5] atau sekitar empat kali jari-jari Bumi. Neptunus dan Uranus sering dijuluki

"raksasa es", karena ukurannya yang lebih kecil dan kadar volatil yang lebih tinggi daripada Yupiter dan Saturnus.[38] Dalam pencarian planet luar surya, Neptunus telah digunakan sebagai metonim: objek-objek luar surya dengan massa yang mirip sering dijuluki dengan nama "Neptunes".[39]

Struktur internal
Struktur internal Neptunus mirip dengan Uranus. Atmosfer Neptunus membentuk sekitar lima hingga sepuluh persen massanya, dan kira-kira meliputi 10 hingga 20 persen struktur planet tersebut. Tekanan di atmosfer dapat mencapai 10 GPa. Metana, amonia, dan air dapat ditemui di daerah bawah atmosfer.[12]

Struktur internal Neptunus: 1. Atmosfer atas 2. Atmosfer yang terdiri dari hidrogen, helium, dan gas metana 3. Mantel yang terdiri dari es air, amonia, dan metana 4. Inti yang terdiri dari bebatuan (silikat dan nikel-besi)

Suhu di daerah mantel dapat mencapai 2.000 K hingga 5.000 K. Massa mantel tersebut sama dengan 10 hingga 15 kali massa Bumi, serta kaya akan air, amonia, dan metana.[1] Seperti kebiasaan dalam ilmu keplanetan, campuran ini dijuluki ber-es, meskipun "es" tersebut merupakan fluida superkritikal. Fluida ini, dengan konduktivitas elektrik yang tinggi, kadangkadang disebut samudra air-amonia.[40] Di kedalaman 7.000 km, metana dapat terurai menjadi kristal intan yang lalu berpresipitasi ke inti.[41] Mantel terdiri dari lapisan air ionik, yaitu tempat molekul air pecah menjadi sup ion hidrogen dan oksigen. Di lapisan mantel yang lebih dalam, terdapat air superionik, yaitu tempat oksigen mengristal, namun ion hidrogen mengapung dengan bebas di oksigen.[42] Inti Neptunus terdiri dari besi, nikel, dan silikat, dengan massa 1,2 kali Bumi.[43] Tekanan di inti diperkirakan sebesar 7 Mbar (700 GPa), jutaan kali lebih besar daripada tekanan di permukaan Bumi. Sementara itu, suhu di inti dapat mencapai 5.400 K.[12][13]

Atmosfer

Gabungan gambar berwarna dan hampir-inframerah Neptunus memperlihatkan pita metana di atmosfernya, dan empat satelitnya, Proteus, Larissa, Galatea, dan Despina.

Di ketinggian tinggi, atmosfer Neptunus terdiri dari 80% hidrogen dan 19% helium.[12] Jejakjejak metana juga ada di Neptunus. Pita penyerap metana terbentuk di rentang gelombang di atas 600 nm, di bagian merah dan inframerah spektrum. Seperti Uranus, penyerapan cahaya merah oleh metana atmosfer adalah bagian yang memberikan Neptunus warna biru,[44] meski warna azure cerah Neptunus berbeda daripada warna cyan sejuk Uranus. Karena zat metana atmosfer Neptunus sama seperti Uranus, sejumlah konstituen atmosfer yang tidak dikenal diduga turut berkontribusi pada warna Neptunus.[10] Atmosfer Neptunus terbagi lagi menjadi dua wilayah utama; troposfer bawah, tempat suhu terus menurun seiring ketinggiannya, dan stratosfer, tempat suhu terus meningkat seiring ketinggiannya. Batas di antara keduanya, yaitu tropopause, ada pada tekanan 01 bar (100 kPa).[8] Stratosfer kemudian dilanjutkan oleh termosfer pada tekanan kurang dari 105 hingga 104 mikrobar (1 hingga 10 Pa).[8] Termosfer secara bertahap berubah menjadi eksosfer.

Pita awan tinggi memberi bayangan pada dek awan bawah Neptunus

Model menunjukkan bahwa troposfer Neptunus dilapisi oleh awan dengan berbagai komposisi tergantung ketinggiannya. Awan tingkat atas muncul pada tekanan kurang dari satu bar, yang suhunya cocok bagi metana untuk mengembun. Untuk tekanan antara satu dan lima bar (100 dan 500 kPa), awan amonia dan hidrogen sulfida diyakini terbentuk. Di atas tekanan lima bar, awan Neptunus terdiri dari amonia, amonium sulfida, hidrogen sulfida dan air. Awan es air yang lebih dalam ditemukan pada tekanan sekitar 50 bar (5.0 MPa), yang suhunya mencapai 0 C. Di bawahnya, awan amonia dan hidrogen sulfida terbentuk.[45] Awan tinggi di Neptunus telah diamati menghasilkan bayangan pada lapisan awan opak di bawahnya. Ada pula pita awan tinggi yang menyelimuti planet ini pada garis lintang yang sama. Pita melingkar ini selebar 50150 km dan berada 50110 km di atas lapisan awan.[46] Spektrum Neptunus menunjukkan bahwa stratosfer bawahnya berkabut akibat pengembunan produk fotolisis ultraviolet metana, seperti etana dan asetilena.[8][12] Stratosfer juga merupakan tempat bagi jejak-jejak karbon monoksida dan hidrogen sianida.[8][47] Stratosfer Neptunus lebih hangat daripada Uranus karena konsentrasi hidrokarbon yang tinggi.[8] Termosfer planet ini memiliki suhu yang tidak normal sebesar 750 K dengan alasan yang masih belum jelas.[48][49] Planet ini terlalu jauh dari Matahari untuk menghasilkan suhu sepanas ini yang diakibatkan oleh radiasi ultraviolet. Satu dugaan mekanisme pemanasan ini ialah adanya interaksi atmosfer di medan magnet planet ini. Dugaan lain adalah adanya gelombang gravitasi dari dalam planet yang menghilang di atmosfer. Termosfer Neptunus terdiri dari jejak-jejak karbon dioksida dan air yang diduga terkumpul dari sumber-sumber luar seperti meteorit dan debu.[45][47]

Magnetosfer
Neptune juga memiliki magnetosfer yang mirip Uranus, dengan medan magnet yang sangat miring relatif terhadap sumbu rotasinya pada 47 dan berimbang pada 0,55 radii, atau sekitar 13500 km dari pusat fisik planet ini. Sebelum Voyager tiba di Neptunus, diduga bahwa magnetosfer miring Uranus mengakibatkan rotasi Neptunus yang menyamping. Dengan membandingkan medan magnet dua planet, para ilmuwan sekarang berpikir bahwa orientasi ekstrem merupakan karakteristik aliran di bagian dalam planet. Medan ini mungkin dibentuk oleh gerakan cairan konvektif dalam kulit bola tipis pada cairan konduktor listrik (diduga berupa gabungan amonia, metana dan air)[45] yang menghasilkan gerakan dinamo.[50] Komponen dipol medan magnet di khatulistiwa magnetik Neptunus sekitar 14 mikrotesla (0,14 G).[51] Momentum magnetik dipol Neptunus sekitar 2,2 1017 Tm3 (14 TRN3; RN adalah radius Neptunus). Medan magnet Neptunus memiliki geometri rumit yang mencakup kontribusi relatif besar dari komponen non-dipolar, termasuk momentum kuadrupol kuat yang kekuatannya mungkin melebihi momentum dipol. Bumi, Yupiter, dan Saturnus memiliki momentum kuadrupol yang relatif kecil, dan medannya sedikit miring dari sumbu kutubnya. Momentum kuadrupol Neptunus yang besar bisa jadi merupakan hasil dari keseimbangan pusat planet dan masalah geometri penggerak dinamo medan magnet4.[52][53]

Kejutan busur Neptunus, tempat magnetosfer mulai memperlambat angin surya, terbentuk pada jarak 34,9 kali radius planet ini. Magnetopause, tempat tekanan magnetosfer mengimbangi angin surya, terbentuk pada jarak 2326,5 kali radius Neptunus. Ekor magnetosfer memanjang hingga 72 kali radius Neptunus, dan bisa jadi lebih panjang lagi.[52]

Cincin planet
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Cincin Neptunus

Cincin Neptunus, diambil oleh Voyager 2

Neptunus memiliki sebuah sistem cincin planet, meski kurang kokoh daripada Saturnus. Cincincincin tersebut terdiri dari partikel es yang diselubungi bahan berdasar silikat atau karbon yang memberi warna merah pada cincin.[54] Tiga cincin utamanya adalah Cincin Adams yang sempit, 63000 km dari pusat Neptunus, Cincin Le Verrier pada ketinggian 53000 km, dan Cincin Galle yang luas dan lemah pada ketinggian 42000 km. Perpanjangan lemah ke luar hingga Cincin Le Verier diberi nama Lassell; perpanjangan ini dibatasi oleh Cincin Arago di pinggiran luarnya pada ketinggian 57.000 km.[55] Cincin planet pertama ditemukan tahun 1968 oleh tim yang dipimpin Edward Guinan,[14][56] namun akhirnya disimpulkan cincin ini belum lengkap.[57] Bukti bahwa cincin-cincin tersebut memiliki celah pertama muncul pada okultasi bintang tahun 1984 ketika cincin tersebut mengaburkan sebuah bintang ketika tenggelam, bukan ketika muncul.[58] Gambar yang diambil Voyager 2 tahun 1989 menyelesaikan masalah ini dengan memperlihatkan beberapa cincin lemah. Cincin ini memiliki struktur menggumpal,[59] akibatnya belum diketahui namun bisa jadi karena interaksi gravitasi dengan satelit kecil di orbit dekat cincin.[60] Cincin terluar, Adams, terdiri dari lima busur utama yang diberi nama Courage, Libert, Egalit 1, Egalit 2 dan Fraternit (Keberanian, Kebebasan, Kesetaraan dan Persaudaraan).[61] Keberadaan busur-busur ini sulit dijelaskan karena hukum gerakan akan memprediksikan bahwa busur tersebut tersebar menjadi cincin seragam dalam kurun waktu yang sangat singkat. Para astronom sekarang yakin bahwa busur-busur tersebut mengitari Neptunus sesuai bentuknya sekarang akibat dampak gravitasi Galatea, sebuah satelit yang dekat dengan cincin ini.[62][63]

Pengamatan dari Bumi pada tahun 2005 menunjukkan bahwa cincin Neptunus lebih tidak stabil daripada dugaan sebelumnya. Gambar yang diambil dari W. M. Keck Observatory tahun 2002 dan 2003 memperlihatkan kerusakan pada cincin jika dibandingkan dengan gambar dari Voyager 2. Karena itu, sepertinya busur Libert akan menghilang selambat-lambatnya satu abad berikutnya.[64]

Iklim
Salah satu perbedaan antara Neptunus dan Uranus adalah tingkat aktivitas meteorologinya. Ketika Voyager 2 terbang melewati Uranus pada tahun 1986, planet ini terlihat lemah. Sebenarnya,Neptunus memiliki fenomena cuaca luar biasa ketika Voyager 2 melintasinya pada tahun 1989.[65]

Titik Gelap Besar (atas), Scooter (awan putih tengah),[66] dan Titik Gelap Kecil (bawah) yang sangat kontras.

Cuaca Neptunus dapat dikenali dari sistem badai dinamisnya yang ekstrem, dengan angin mencapai kecepatan 600 m/detikhampir menyamai aliran supersonik.[11] Selain itu, dengan melacak gerakan awan tetap, kecepatan angin juga ditunjukkan beragam mulai dari 20 m/detik ke timur hingga 325 m/detik ke barat.[67] Di puncak awan, angin kuat memiliki kecepatan yang berkisar antara 400 m/detik di sepanjang khatulistiwa hingga 250 m/detik di kutub.[45] Kebanyakan angin di Neptunus berembus dengan arah melawan rotasi planet.[68] Pola angin yang umum menunjukkan adanya rotasi searah di lintang tinggi vs. rotasi menghulu di lintang bawah. Perbedaan arah aliran diduga merupakan "efek kulit" dan bukan karena proses atmosfer dalam apapun.[8] Di lintang 70 S, angin jet berkecepatan tinggi berembus dengan kecepatan 300 m/detik.[8] Limpahan metana, etana dan etina di khatulistiwa Neptunus 10100 kali lebih besar daripada di kutubnya. Ini ditafsirkan sebagai bukti adanya pembalikan massa air di khatulistiwa dan penyurutan di kutub.[8]

Pada tahun 2007 ditemukan bahwa troposfer atas kutub selatan Neptunus 10 C lebih panas daripada keseluruhan Neptunus, yang suhu rata-ratanya sekitar 200 C (70 K).[69] Perbedaan panas ini cukup untuk membiarkan metana, di manapun membeku di atmosfer atas Neptunus, mencair sebagai gas melintasi kutub selatan dan ke luar angkasa. "Titik panas" relatif ini dikarenakan kemiringan sumbu Neptunus, yang memaparkan kutub selatan ke Matahari selama seperempat terakhir tahun Neptunus, atau 40 tahun Bumi. Ketika Neptunus perlahan bergerak menuju sisi lain Matahari, kutub selatan akan gelap dan kutub utara terang, mengakibatkan pelepasan metana berpindah ke kutub utara.[70] Akibat perubahan musim, pengamatan di pita awan belahan selatan Neptunus menunjukkan adanya peningkatan ukuran dan albedo. Peristiwa ini pertama kali terlihat tahun 1980 dan diperkirakan akan terus berlangsung hingga 2020. Periode orbit Neptunus yang panjang menghasilkan musim-musim yang berlangsung selama 40 tahun.[71]

Badai

Titik Gelap Besar, diambil oleh Voyager 2

Pada tahun 1989, Titik Gelap Besar, sebuah sistem badai antisiklon sebesar 130006600 km,[65] ditemukan oleh Voyager 2 NASA. Badai ini menyerupai Titik Merah Besar Yupiter. Sekitar lima tahun kemudian, pada 2 November 1994, Teleskop Antariksa Hubble tidak melihat Titik Gelap Besar di planet ini. Sebuah badai baru yang mirip dengan Titik Gelap Besar justru ditemukan di belahan utara Neptunus.[72] Scooter (Skuter) adalah badai lain, sebuah kelompok awan putih jauh di selatan Titik Gelap Besar. Dijuluki Scooter karena ketika pertama kali diamati beberapa bulan sebelum penerbangan Voyager 2 1989, titik ini bergerak lebih cepat daripada Titik Gelap Besar.[68] Subsequent images revealed even faster clouds. Titik Gelap Kecil merupakan badai siklon selatan, badai terkencang

kedua yang diamati selama penerbangan tahun 1989. Awalnya tampak gelap, namun ketika Voyager 2 mendekati planet ini, inti cerah terbentuk dan dapat dilihat di sebagian besar gambar beresolusi tinggi.[73] Titik gelap Neptunus diduga terbentuk di troposfer pada ketinggian yang lebih rendah daripada lapisan awan cerah,[74] sehingga titik ini muncul sebagai lubang di lapisan awan atas. Sebagai fitur stabil yang terus ada hingga beberapa bulan, titik gelap ini dianggap sebagai struktur vorteks.[46] Titik gelap ini sering dikaitkan dengan awan metana cerah tetap yang terbentuk di sekitar lapisan tropopause.[75] Ketetapan awan memperlihatkan bahwa sejumlah bekas titik gelap akan terus ada sebagai siklon meski tidak lagi tampak sebagai sesuatu yang gelap. Titik gelap bisa menghilang jika bermigrasi terlalu dekat dengan khatulistiwa atau melalui serangkaian mekanisme yang tidak diketahui.[76]

Panas internal

Empat gambar yang diambil selang beberapa jam menggunakan Wide Field Camera 3 di Teleskop Antariksa Hubble NASA/ESA.[77]

Cuaca Neptunus yang beragam jika dibandingkan dengan Uranus diyakini disebabkan oleh panas internalnya yang tinggi.[78] Meski Neptunus terletak setengah jarak dari Matahari seperti Uranus, dan hanya menerima 40% sinar Matahari,[8] suhu permukaan kedua planet ini secara kasar setara. [78] Wilayah atas troposfer Neptunus memiliki suhu rendah 2.214 C (1,941 K). Pada kedalaman tempat tekanan atmosfer mencapai 1 bar (100 kPa), suhunya mencapai 20.115 C (19,842 K).[79] Jauh di dalam lapisan gas, suhu naik bertahap. Seperti Uranus, sumber pemanasan ini tidak diketahui, namun perbedaannya sangat besar: Uranus hanya memancarkan 1,1 kali energi yang diterima dari Matahari;[80] sementara Neptunus 2,61 kali energi yang diterima dari Matahari.[81] Neptunus adalah planet terjauh dari Matahari, namun energi internalnya mampu menggerakkan angin planet terkuat di Tata Surya. Beberapa penjelasan telah dikemukakan, termasuk pemanasan radiogenik dari inti planet,[82] konversi metana di bawah tekanan tinggi menjadi hidrogen, intan dan hidrokarbon (hidrogen dan intan akan naik dan

tenggelam, melepaskan energi potensial gravitasi),[82][83] dan konveksi di atmosfer bawah yang menyebabkan gelombang gravitasi terpecah di atas tropopause.[84][85]

Orbit dan rotasi

Jarak rata-rata antara Neptunus dan Matahari adalah 4,50 miliar km (sekitar 30,1 AU), dan menyelesaikan orbitnya setiap 164,79 tahun

Jarak rata-rata antara Neptunus dan Matahari adalah 4,50 miliar km (sekitar 30,1 AU), dan menyelesaikan orbitnya setiap 164,79 tahun dengan variabilitas sekitar 0,1 tahun. Pada 11 Juli 2011, Neptunus menyelesaikan orbit barisentris pertamanya sejak ditemukan tahun 1846,[86][87] meski tidak muncul pada posisi penemuannya di langit karena Bumi berada pada lokasi berbeda dalam orbitnya selama 365,25 hari. Akibat gerakan Matahari terhadap barisenter Tata Surya, pada 11 Juli Neptunus juga tidak berada pada posisi penemuannya terhadap Matahari; jika sistem koordinat heliosentris digunakan, garis bujur penemuannya tercapai pada 12 Juli 2011.[88][89][90] Orbit elips Neptunus berinklinasi 1,77 jika dibandingkan dengan Bumi. Akibat eksentrisitas sebesar 0,011, jarak antara Neptunus dan Matahari mencapai 101 juta km antara perihelion dan aphelion, titik terdekat dan terjauh planet dari Matahari di sepanjang jalur orbitnya.[2] Kemiringan sumbu Neptunus adalah 28,32,[91] sama seperti kemiringan Bumi (23) dan Mars (25). Akibatnya, planet ini mengalami perubahan musim yang sama seperti Bumi. Periode orbit Neptunus yang lama berarti musim-musim tersebut berlangsung selama 40 tahun Bumi.[71] Periode rotasi siderealnya (hari) secara kasar yaitu 11,611 jam.[88] Karena kemiringan sumbunya sama seperti Bumi, variasi panjang hari sepanjang tahunnya tidak terlalu ekstrem. Karena Neptunus bukan benda padat, atmosfernya mengalami rotasi diferensial. Zona khatulistiwa yang lebar berotasi selama 18 jam, lebih lambat daripada rotasi medan magnetnya selama 16,1 jam. Rotasi terbalik terjadi di kawasan kutub yang berlangsung selama 12 jam.

Rotasi diferensial planet ini paling menarik daripada planet-planet lain di Tata Surya,[92] dan mengakibatkan adanya hembusan angin lintang yang kuat.[46]

Resonansi orbit
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sabuk Kuiper, Benda resonan transNeptunus, dan Troya Neptunus

Sebuah diagram memperlihatkan resonansi orbit besar di sabuk Kuiper yang diakibatkan oleh Neptunus: kawasan berwarna memiliki resonansi 2:3 (plutino), nonresonan "sabuk klasik" (cubewano), dan resonansi 1:2 (twotino).

Orbit Neptunus memiliki dampak besar terhadap wilayah di sekitarnya yang dikenal sebagai sabuk Kuiper. Sabuk Kuiper adalah cincin yang terdiri dari bebatuan es kecil, sama seperti sabuk asteroid namun lebih besar, membentang dari orbit Neptunus di 30 AU hingga 55 AU dari Matahari.[93] Gravitasi Yupiter mendominasi sabuk asteroid dan membentuk strukturnya, begitu pula dengan gravitasi Neptunus yang mendominasi sabuk Kuiper. Sepanjang usia Tata Surya, beberapa kawasan sabuk Kuiper menjadi kurang stabil akibat gravitasi Neptunus dan menciptakan celah pada struktur sabuk. Kawasan antara 40 dan 42 AU adalah salah satu contohnya.[94] Memang ada orbit di kawasan kosong ini tempat objek dapat selamat sepanjang usia Tata Surya. Resonansi ini terjadi ketika periode orbit Neptunus sangat mirip dengan benda tersebut, yaitu sebesar 1:2 atau 3:4. Jika dikatakan sebuah benda mengorbit Matahari sekali setiap dua orbit Neptunus, benda tersebut hanya akan menyelesaikan setengah orbitnya ketika Neptunus kembali ke posisi aslinya. Resonansi terpadat ada di sabuk Kuiper, dengan 200 benda teridentifikasi,[95] yaitu 2:3. Benda pada resonansi ini menyelesaikan 2 orbit setiap 3 orbit Neptunus, dan dikenal sebagai plutino karena benda sabuk Kuiper terbesar, Pluto, termasuk di antaranya.[96] Meski Pluto secara rutin melintasi orbit Neptunus, resonansi sebesar 2:3 menjamin kedua planet tidak akan pernah bertabrakan.[97] Resonansi 3:4, 3:5, 4:7 dan 2:5 kurang padat.[98] Neptunus memiliki beberapa benda troya yang menempati titik Lagrangian L4 MatahariNeptunus sebuah kawasan gravitasi stabil yang mengatur orbitnya.[99] Benda troya Neptunus

dapat dilihat dengan resonansi 1:1 bersama Neptunus. Troya Neptunus sangat stabil orbitnya dan mungkin memang terbentuk di pinggir Neptunus, bukan terjebak oleh gravitasinya. Benda pertama sekaligus satu-atunya yang teridentifikasi berkaitan dengan titik Lagrangian L5 jalur Neptunus adalah 2008 LC18.[100]

Pembentukan dan perpindahan

Simulasi yang menunjukkan planet luar dan sabuk Kuiper: a) sebelum Yupiter dan Saturnus mencapai resonansi 2:1; b) setelah penghamburan objek sabuk Kuiper ke dalam akibat perpindahan orbit Neptunus; c) setelah pengeluaran objek sabuk Kuiper yang terserak oleh Yupiter.

Pembentukan raksasa es sulit untuk dimodelkan secara pasti. Berdasarkan model saat ini, metode akresi inti tidak dapat digunakan karena kepadatan materi di wilayah luar Tata Surya terlalu rendah. Berbagai hipotesis lain telah diajukan. Salah satunya adalah hipotesis yang mengusulkan bahwa raksasa es tidak dibentuk oleh akresi inti, tetapi oleh ketidakstabilan dalam cakram protoplanet awal, dan nantinya atmosfer mereka terembus jauh oleh radiasi dari bintang OB besar terdekat.[101] Konsep lain yang digunakan adalah bahwa Neptunus terbentuk di tempat yang lebih dekat dari Matahari. Di tempat tersebut kepadatan materi besar, dan lalu planet ini mengalami perpindahan ke orbitnya sekarang setelah penyingkiran cakram protoplanet bergas.[102] Hipotesis perpindahan setelah pembentukan saat ini didukung karena lebih mampu menjelaskan keberadaan objekobjek kecil di wilayah trans-Neptunus.[103] Penjelasan mengenai hipotesis ini yang paling banyak didukung[104][105][106] dikenal dengan nama model Nice, yang membahas pengaruh perpindahan Neptunus dan planet raksasa lain terhadap struktur sabuk Kuiper.

Satelit
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Satelit Neptunus

Neptunus (atas) dan Triton (bawah)

Warna alami Neptunus bersama Proteus (atas), Larissa (kanan bawah) dan Despina (kiri), dari Teleskop Antariksa Hubble

Neptunus diketahui memiliki 13 satelit.[3] Satelit terbesar terdiri dari 99,5 persen massa di orbit sekitar Neptunus[107] dan satu-satunya yang berbentuk sferoid adalah Triton, ditemukan oleh William Lassell 17 hari setelah penemuan Neptunus. Tidak seperti satelit planet besar lain di Tata Surya, Triton memiliki orbit menghulu, yang menandakan bahwa Triton terjebak oleh gravitasi Neptunus, bukannya terbentuk di tempat; Triton diduga pernah menjadi planet kerdil di sabuk Kuiper.[108] Triton sangat dekat dengan Neptunus sehingga terjebak dalam rotasi sinkronisnya, dan secara perlahan bergerak spiral ke dalam akibat akselerasi pasang dan akan terbelah dalam kurun 3,6 miliar tahun ketika Triton mencapai batas Roche.[109] Pada tahun 1989,

Triton merupakan benda terdingin yang pernah diukur di tata surya,[110] dengan perkiraan suhu sekitar 235 C (38 K).[111] Satelit kedua Neptunus (menurut urutan penemuannya), yaitu satelit ireguler Nereid, memiliki salah satu orbit paling eksentrik di antara semua satelit di tata surya. Eksentrisitas sebesar 0,7512 memberikannya apoapsis tujuh kali lebih panjang daripada periapsisnya dari Neptuus.[112]

Satelit Neptunus, Proteus

Sejak Juli hingga September 1989, Voyager 2 menemukan enam satelit Neptunus baru.[52] Dari enam satelit tersebut, Proteus yang berbentuk ireguler terkenal sebagai benda padat besar yang tidak tertarik menjadi bentuk sferoid akibat gravitasinya sendiri.[113] Meski merupakan satelit terbesar kedua Neptunus, massa Proteus hanya 0,25% dari massa Triton. Orbit empat satelit terdalam NeptunusNaiad, Thalassa, Despina dan Galateasangat dekat dengan cincin Neptunus. Satelit terjauh selanjutnya, Larissa, ditemukan pada 1981 ketika satelit ini mengokultasi sebuah bintang. Okultasi ini terjadi pada busur cincin, namun ketika Voyager 2 mengamati Neptunus pada tahun 1989, okultasi ini dinyatakan terjadi akibat satelitnya. Lima satelit ireguler baru yang ditemukan antara tahun 2002 dan 2003 diumumkan pada tahun 2004. [114][115] Karena Neptunus adalah dewa laut Romawi, satelit-satelit Planet ini diberi nama sesuai nama dewa-dewa laut selanjutnya.[31]

Pengamatan
Neptunus tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, karena memiliki tingkat kecerahan antara magnitudo +7.7 dan +8.0,[3][116] yang bisa dikalahkan oleh satelit Galileo Yupiter, planet kerdil Ceres dan asteroid 4 Vesta, 2 Pallas, 7 Iris, 3 Juno dan 6 Hebe.[117] Sebuah teleskop atau teropong kuat akan menunjukkan Neptunus sebagai lingkaran biru kecil, sama seperti Uranus.[118] Karena jarak Neptunus yang jauh dari Bumi, diameter sudut planet ini berkisar dari 2,2 hingga 2,4 detik busur,[3][116] terkecil di antara planet-planet di Tata Surya. Ukuran semunya yang kecil

menjadikan Neptunus sebagai planet yang paling menantang untuk dipelajari secara visual. Sebagian besar data teleskop sangat terbatas sampai peluncuran Teleskop Antariksa Hubble dan teleskop darat berukuran besar dengan optik adaptif.[119][120] Dari Bumi, Neptunus mengalami gerak menghulu setiap 367 hari, mengakibatkan terjadinya gerakan memutar berlawanan dengan bintang-bintang di belakangnya pada setiap oposisi. Gerakan memutar ini membawa Neptunus dekat dengan koordinat penemuan 1846 pada April dan Juli 2010 dan akan terjadi lagi pada Oktober dan November 2011.[90] Pengamatan Neptunus pada gelombang frekuensi radio memperlihatkan bahwa planet ini adalah sumber emisi bersinambungan dan semburan tidak menentu. Kedua sumber diyakini berasal dari putaran medan magnet planet.[45] Di bagian inframerah spektrumnya, badai Neptunus terlihat lebih cerah dibandingkan sekitarnya yang lebih dingin, sehingga memungkinkan ukuran dan bentuk fitur-fitur planet ini siap dilacak.[121]

Penjelajahan
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Penjelajahan Neptunus

Ilustrasi Voyager 2 melewati Neptunus pada tahun 1989.

Voyager 2 berada di jarak terdekat dengan Neptunus pada 25 Agustus 1989. Karena Neptunus merupakan planet besar terakhir yang dikunjungi wahana antariksa ini, diputuskan agar Voyager 2 diterbangkan dalam jarak dekat dengan Triton, satelit Neptunus, tanpa mempertimbangkan konsekuensi terhadap lintasan terbangnya, sama seperti yang dilakukan kepada Voyager 1 ketika melintasi Saturnus dan satelitnya, Titan. Gambar yang dikirimkan ke Bumi dari Voyager 2 menjadi dasar program malam PBS tahun 1989, Neptune All Night.[122]

Mosaik Triton oleh Voyager 2

Ketika bertemu dengan Neptunus, sinyal dari wahana ini membutuhkan 246 menit untuk tiba di Bumi. Karena itu, sebagian besar misi Voyager 2 bergantung pada komando yang telah dimuat untuk pendekatan Neptunus. Voyager 2 melakukan pendekatan dengan satelit Nereid sebelum berada 4400 km dari atmosfer Neptunus pada 25 Agustus, kemudian terbang dekat dengan satelit terbesar Triton pada hari itu juga.[123] Voyager 2 membenarkan keberadaan medan magnet mengitari planet ini dan menemukan bahwa medan ini seimbang dengan pusatnya dan mengambang sama seperti medan di sekitar Uranus. Pertanyaan tentang rotasi planet ini dipecahkan menggunakan pengukuran emisi radio. Voyager 2 juga memperlihatkan bahwa Neptunus memiliki sistem cuaca yang aktif. Enam satelit baru ditemukan, dan planet ini diperlihatkan memiliki lebih dari satu cincin.[52][123] Pada tahun 2003, "Vision Missions Studies" NASA diusulkan untuk mengimplementasikan misi "Neptune Orbiter with Probes" yang melaksanakan ilmu tingkat Cassini tanpa tenaga listrik atau dorongan berbasis fisi. Penelitiannya sedang dilakukan di JPL dan California Institute of Technology.[124]

Lihat pula
Book: Neptune

Book: Solar System


Buku Wikipedia adalah koleksi artikel yang bisa diunduh atau dipesan dalam bentuk cetak.

Neptunus Panas Neptunus dalam astrologi Neptunium

Neptunus dalam fiksi Kolonisasi Neptunus Neptune Orbiter rencana wahana antariksa ke Neptunus (tidak sebelum 2035mungkin terus ditunda, karena NASA's Strategic Exploration Plan tidak lagi memasukkannya sebagai rencana) Troya Neptunus asteroid yang mengorbit di titik Lagrangian Neptunus The Planets Neptunus adalah satu dari tujuh gerakan dalam gubahan orkestra Gustav Holst, The Planets

Rujukan
1. ^ a b c Hamilton, Calvin J. (August 4, 2001). "Neptune". Views of the Solar System. Diakses pada 13 Agustus 2007. 2. ^ a b Yeomans, Donald K. (2006-7-13). "HORIZONS System". NASA JPL. Diakses pada 8 Agustus 2007.At the site, go to the "web interface" then select "Ephemeris Type: ELEMENTS", "Target Body: Neptune Barycenter" and "Center: Sun". 3. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s Williams, David R. (2004-9-1). "Neptune Fact Sheet". NASA. Diakses pada 14 Agustus 2007. 4. ^ "The MeanPlane (Invariable plane) of the Solar System passing through the barycenter". 3 April 2009. Diakses pada 10 April 2009. (diproduksi dengan Solex 10 ditulis oleh Aldo Vitagliano) 5. ^ a b c d e P. Kenneth, Seidelmann (2007). "Report of the IAU/IAGWorking Group on cartographic coordinates and rotational elements". Celestial Mechanics and Dynamical Astronomy (Springer Netherlands) 90: 155180. doi:10.1007/s10569-007-9072-y. Diakses pada 7 Maret 2008. 6. ^ a b c d e f g Merujuk kepada tekanan atmosfer 1 bar (100 kPa) 7. ^ a b Williams, David R. (2007-11-29). "Planetary Fact Sheet Metric". NASA. Diakses pada 13 Maret 2008. 8. ^ a b c d e f g h i j Lunine, Jonathan I. (1993). The Atmospheres of Uranus and Neptune. Lunar and Planetary Observatory, University of Arizona. doi:10.1146/annurev.aa.31.090193.001245. Bibcode: 1993ARA&A..31..217L. 9. ^ Podolak, M. (1995). "Comparative models of Uranus and Neptune". Planetary and Space Science 43 (12): 15171522. doi:10.1016/00320633(95)00061-5. Bibcode: 1995P&SS...43.1517P.} 10. ^ a b Munsell, Kirk (2007-11-13). "Neptune overview". Solar System Exploration. NASA. Diakses pada 20 Februari 2008. 11. ^ a b Suomi, V. E. (1991). "High Winds of Neptune: A possible mechanism". Science 251 (4996): 929932. doi:10.1126/science.251.4996.929. PMID 17847386. Bibcode: 1991Sci...251..929S. 12. ^ a b c d e Hubbard, W. B. (1997). "Neptune's Deep Chemistry". Science 275 (5304): 12791280. doi:10.1126/science.275.5304.1279. PMID 9064785. 13. ^ a b Nettelmann, N.. "Interior Models of Jupiter, Saturn and Neptune" (PDF). University of Rostock. Diakses pada 25 Februari 2008. 14. ^ a b Wilford, John N., "Data Shows 2 Rings Circling Neptune ", (The New York Times), 10 Juni 1982. Diakses pada 29 Februari 2008. 15. ^ Hirschfeld, Alan (2001). Parallax: The Race to Measure the Cosmos. New York, New York: Henry Holt. ISBN 0-8050-7133-4.

16. ^ Littmann, Mark (2004). Planets Beyond: Discovering the Outer Solar System. Courier Dover Publications. ISBN 0-486-43602-0. 17. ^ Britt, Robert Roy (2009). "Galileo discovered Neptune, new theory claims". MSNBC News. Diakses pada 10 Juli 2009. 18. ^ Bouvard, A. (1821). Tables astronomiques publies par le Bureau des Longitudes de France. Paris: Bachelier. 19. ^ a b c Airy, G. B. (1846-11-13). "Account of some circumstances historically connected with the discovery of the planet exterior to Uranus". Monthly Notices of the Royal Astronomical Society 7: 121144. Bibcode: 1846MNRAS...7..121A. 20. ^ O'Connor, John J. (2006). "John Couch Adams' account of the discovery of Neptune". University of St Andrews. Diakses pada 18 Februari 2008. 21. ^ Adams, J. C. (1846-11-13). "Explanation of the observed irregularities in the motion of Uranus, on the hypothesis of disturbance by a more distant planet". Monthly Notices of the Royal Astronomical Society 7: 149. Bibcode: 1846MNRAS...7..149A. 22. ^ Challis, Rev. J. (1846-11-13). "Account of observations at the Cambridge observatory for detecting the planet exterior to Uranus". Monthly Notices of the Royal Astronomical Society 7: 145149. Bibcode: 1846MNRAS...7..145C. 23. ^ Galle, J. G. (1846-11-13). "Account of the discovery of the planet of Le Verrier at Berlin". Monthly Notices of the Royal Astronomical Society 7: 153. Bibcode: 1846MNRAS...7..153G. 24. ^ Kollerstrom, Nick (2001). "Neptune's Discovery. The British Case for Co-Prediction.". University College London. Diarsipkan dari yang asli pada 11 November 2005. Diakses pada 19 Maret 2007. 25. ^ William Sheehan, Nicholas Kollerstrom, Craig B. Waff (December 2004). The Case of the Pilfered Planet Did the British steal Neptune?. Scientific American. Diakses pada 20 Januari 2011. 26. ^ Moore (2000):206 27. ^ Littmann (2004):50 28. ^ Baum & Sheehan (2003):109110 29. ^ Gingerich, Owen (1958). "The Naming of Uranus and Neptune". Astronomical Society of the Pacific Leaflets 8: 915. Bibcode: 1958ASPL....8....9G. 30. ^ Hind, J. R. (1847). "Second report of proceedings in the Cambridge Observatory relating to the new Planet (Neptune)". Astronomische Nachrichten 25 (21): 309. doi:10.1002/asna.18470252102. 31. ^ a b Blue, Jennifer (2008-12-17). "Planet and Satellite Names and Discoverers". USGS. Diakses pada 18 Februari 2008. 32. ^ "Planetary linguistics". nineplanets.org. Diakses pada 8 April 2010. 33. ^ Tony Long (2008). "Jan. 21, 1979: Neptune Moves Outside Pluto's Wacky Orbit". wired.com. Diakses pada 13 Maret 2008. 34. ^ Weissman, Paul R.. "The Kuiper Belt". Annual Review of Astronomy and Astrophysics. 35. ^ "The Status of Pluto:A clarification". International Astronomical Union, Press release. 26 Januari 1999. Diarsipkan dari yang asli pada 15 Juni 2006. Diakses pada 25 Mei 2006.

36. ^ "IAU 2006 General Assembly: Resolutions 5 and 6 ", (IAU), 24 Agustus 2006. 37. ^ Unsld, Albrecht; Baschek, Bodo (2001). The New Cosmos: An Introduction to Astronomy and Astrophysics (edisi ke-5th). Springer. hlm. 47. ISBN 3-540-67877-8. See Table 3.1. 38. ^ Contohnya lihat: Boss, Alan P. (2002). "Formation of gas and ice giant planets". Earth and Planetary Science Letters 202 (34): 513523. doi:10.1016/S0012-821X(02)00808-7. Bibcode: 2002E&PSL.202..513B. 39. ^ Lovis, C.; Mayor, M.; Alibert Y.; Benz W., "Trio of Neptunes and their Belt ", (ESO), 18 Mei 2006. Diakses pada 25 Februari 2008. 40. ^ Atreya, S. (2006). "Water-ammonia ionic ocean on Uranus and Neptune?" (pdf). Geophysical Research Abstracts 8: 05179. 41. ^ Kerr, Richard A. (1999). "Neptune May Crush Methane Into Diamonds". Science 286 (5437): 25. doi:10.1126/science.286.5437.25a. PMID 10532884. 42. ^ Weird water lurking inside giant planets, New Scientist, 1 September 2010, Magazine issue 2776. 43. ^ Podolak, M. (1995). "Comparative models of Uranus and Neptune". Planetary and Space Science 43 (12): 15171522. doi:10.1016/00320633(95)00061-5. Bibcode: 1995P&SS...43.1517P. 44. ^ Crisp, D. (June 14, 1995). "Hubble Space Telescope Observations of Neptune". Hubble News Center. Diakses pada 22 April 2007. 45. ^ a b c d e Elkins-Tanton (2006):7983. 46. ^ a b c Max, C. E. (2003). "Cloud Structures on Neptune Observed with Keck Telescope Adaptive Optics". The Astronomical Journal, 125 (1): 364 375. doi:10.1086/344943. Bibcode: 2003AJ....125..364M. 47. ^ a b Encrenaz, Therese (2003). "ISO observations of the giant planets and Titan: what have we learnt?". Planet. Space Sci. 51 (2): 89103. doi:10.1016/S0032-0633(02)00145-9. Bibcode: 2003P&SS...51...89E. 48. ^ Broadfoot, A.L. (1999). "Ultraviolet Spectrometer Observations of Neptune and Triton" (pdf). Science 246 (4936): 14591456. doi:10.1126/science.246.4936.1459. PMID 17756000. Bibcode: 1989Sci...246.1459B. 49. ^ Herbert, Floyd (1999). "Ultraviolet Observations of Uranus and Neptune". Planet.Space Sci. 47 (89): 11191139. doi:10.1016/S00320633(98)00142-1. Bibcode: 1999P&SS...47.1119H. 50. ^ Stanley, Sabine (March 11, 2004). "Convective-region geometry as the cause of Uranus' and Neptune's unusual magnetic fields". Nature 428 (6979): 151153. doi:10.1038/nature02376. PMID 15014493. Bibcode: 2004Natur.428..151S. 51. ^ Connerney, J.E.P. (1991). "The magnetic field of Neptune". Journal of Geophysics Research 96: 19,02342. Bibcode: 1991JGR....9619023C. 52. ^ a b c d Ness, N. F. (1989). "Magnetic Fields at Neptune". Science 246 (4936): 14731478. doi:10.1126/science.246.4936.1473. PMID 17756002. Bibcode: 1989Sci...246.1473N. 53. ^ Russell, C. T. (1997). "Neptune: Magnetic Field and Magnetosphere". University of California, Los Angeles. Diakses pada 10 Agustus 2006. 54. ^ Cruikshank (1996):703804

55. ^ Blue, Jennifer (December 8, 2004). "Nomenclature Ring and Ring Gap Nomenclature". Gazetteer of Planetary. USGS. Diakses pada 28 Februari 2008. 56. ^ Guinan, E. F. (1982). "Evidence for a Ring System of Neptune". Bulletin of the American Astronomical Society 14: 658. Bibcode: 1982BAAS...14..658G. 57. ^ Goldreich, P. (1986). "Towards a theory for Neptune's arc rings". Astronomical Journal 92: 490494. doi:10.1086/114178. Bibcode: 1986AJ.....92..490G. 58. ^ Nicholson, P. D. et al. (1990). "Five Stellar Occultations by Neptune: Further Observations of Ring Arcs". Icarus 87 (1): 1. doi:10.1016/00191035(90)90020-A. Bibcode: 1990Icar...87....1N. 59. ^ "Missions to Neptune". The Planetary Society. 26 Januari 2007. Diakses pada 11 Oktober 2007. 60. ^ Wilford, John Noble, "Scientists Puzzled by Unusual Neptune Rings ", (Hubble News Desk), 15 Desember 1989. Diakses pada 29 Februari 2008. 61. ^ Cox, Arthur N. (2001). Allen's Astrophysical Quantities. Springer. ISBN 0-387-98746-0. 62. ^ Munsell, Kirk (November 13, 2007). "Planets: Neptune: Rings". Solar System Exploration. NASA. Diakses pada 29 Februari 2008. 63. ^ Salo, Heikki (1998). "Neptune's Partial Rings: Action of Galatea on Self-Gravitating Arc Particles". Science 282 (5391): 11021104. doi:10.1126/science.282.5391.1102. PMID 9804544. Bibcode: 1998Sci...282.1102S. 64. ^ Staff (March 26, 2005). "Neptune's rings are fading away". New Scientist. Diakses pada 6 Agustus 2007. 65. ^ a b Lavoie, Sue (February 16, 2000). "PIA02245: Neptune's blue-green atmosphere". NASA JPL. Diakses pada 28 Februari 2008. 66. ^ Lavoie, Sue (January 8, 1998). "PIA01142: Neptune Scooter". NASA. Diakses pada 26 Maret 2006. 67. ^ Hammel, H. B. (1989). "Neptune's wind speeds obtained by tracking clouds in Voyager 2 images". Science 245 (4924): 13671369. doi:10.1126/science.245.4924.1367. PMID 17798743. Bibcode: 1989Sci...245.1367H. 68. ^ a b Burgess (1991):6470. 69. ^ Orton, G. S., Encrenaz T., Leyrat C., Puetter, R. and Friedson, A. J. (2007). "Evidence for methane escape and strong seasonal and dynamical perturbations of Neptune's atmospheric temperatures". Astronomy and Astrophysics 473: L5L8. doi:10.1051/0004-6361:20078277. Bibcode: 2007A&A...473L...5O. 70. ^ Orton, Glenn; Encrenaz, Thrse, "A Warm South Pole? Yes, On Neptune! ", (ESO), 18 September 2007. Diakses pada 20 September 2007. 71. ^ a b Villard, Ray; Devitt, Terry, "Brighter Neptune Suggests A Planetary Change Of Seasons ", (Hubble News Center), 15 Mei 2003. Diakses pada 26 Februari 2008. 72. ^ Hammel, H. B. (1995). "Hubble Space Telescope Imaging of Neptune's Cloud Structure in 1994". Science 268 (5218): 17401742. doi:10.1126/science.268.5218.1740. PMID 17834994. Bibcode: 1995Sci...268.1740H.

73. ^ Lavoie, Sue (January 29, 1996). "PIA00064: Neptune's Dark Spot (D2) at High Resolution". NASA JPL. Diakses pada 28 Februari 2008. 74. ^ S. G., Gibbard (2003). "The altitude of Neptune cloud features from high-spatial-resolution near-infrared spectra" (PDF). Icarus 166 (2): 359374. doi:10.1016/j.icarus.2003.07.006. Bibcode: 2003Icar..166..359G. Diakses pada 26 Februari 2008. 75. ^ Stratman, P. W. (2001). "EPIC Simulations of Bright Companions to Neptune's Great Dark Spots" (PDF). Icarus 151 (2): 275285. doi:10.1006/icar.1998.5918. Bibcode: 1998Icar..132..239L. Diakses pada 26 Februari 2008. 76. ^ Sromovsky, L. A. (2000). "The unusual dynamics of new dark spots on Neptune". Bulletin of the American Astronomical Society 32: 1005. Bibcode: 2000DPS....32.0903S. 77. ^ "Happy birthday Neptune". ESA/Hubble. Diakses pada 13 Juli 2011. 78. ^ a b Williams, Sam (2004). "Heat Sources within the Giant Planets". University of California, Berkeley. Diakses pada 10 Maret 2008. 79. ^ Lindal, Gunnar F. (1992). "The atmosphere of Neptune an analysis of radio occultation data acquired with Voyager 2". Astronomical Journal 103: 967982. doi:10.1086/116119. Bibcode: 1992AJ....103..967L. 80. ^ "Class 12 Giant Planets Heat and Formation". 3750 Planets, Moons & Rings. Colorado University, Boulder. 26 Januari 2004. Diakses pada 13 Maret 2008. 81. ^ Pearl, J. C. (1991). "The albedo, effective temperature, and energy balance of Neptune, as determined from Voyager data". Journal of Geophysical Research Supplement 96: 18,92118,930. Bibcode: 1991JGR....9618921P. 82. ^ a b Williams, Sam (November 24, 2004) (DOC). Heat Sources Within the Giant Planets. UC Berkeley. Diakses pada 20 Februari 2008. 83. ^ Scandolo, Sandro (2003). "The Centers of Planets". American Scientist 91 (6): 516. doi:10.1511/2003.6.516. 84. ^ McHugh, J. P. (1999). "Computation of Gravity Waves near the Tropopause". American Astronomical Society, DPS meeting #31, #53.07 31. Bibcode: 1999DPS....31.5307M. 85. ^ McHugh, J. P. (1996). "Neptune's Energy Crisis: Gravity Wave Heating of the Stratosphere of Neptune". Bulletin of the American Astronomical Society: 1078. Bibcode: 1996DPS....28.0507L.[pranala nonaktif] 86. ^ McKie, Robin (July 10, 2011). "Neptune's first orbit: a turning point in astronomy". guardian.co.uk. 87. ^ "Neptune Completes First Orbit Since Discovery: 11th July 2011 (at 21:48 U.T.15min)". 1 Juli 2011. Diakses pada 10 Juli 2011. 88. ^ a b Munsell, K. (November 13, 2007). "Neptune: Facts & Figures". NASA. Diakses pada 14 Agustus 2007. 89. ^ Nancy Atkinson (2010-08-26). "Clearing the Confusion on Neptunes Orbit". Universe Today. Diakses pada 10 Juli 2011. (Bill Folkner at JPL) 90. ^ a b Anonymous (November 16, 2007). "Horizons Output for Neptune 20102011". Diakses pada 25 Februari 2008.Numbers generated using the Solar System Dynamics Group, Horizons On-Line Ephemeris System. 91. ^ Williams, David R. (January 6, 2005). "Planetary Fact Sheets". NASA. Diakses pada 28 Februari 2008.

92. ^ Hubbard, W. B. (1991). "Interior Structure of Neptune: Comparison with Uranus". Science 253 (5020): 648651. doi:10.1126/science.253.5020.648. PMID 17772369. Bibcode: 1991Sci...253..648H. 93. ^ Stern, S. Alan; Colwell, Joshua E. (1997). "Collisional Erosion in the Primordial Edgeworth-Kuiper Belt and the Generation of the 3050 AU Kuiper Gap". The Astrophysical Journal (Geophysical, Astrophysical, and Planetary Sciences, Space Science Department, Southwest Research Institute) 490 (2): 879882. doi:10.1086/304912. Bibcode: 1997ApJ...490..879S. 94. ^ Petit, Jean-Marc (1998). "Large Scattered Planetesimals and the Excitation of the Small Body Belts" (PDF). Diakses pada 23 Juni 2007. 95. ^ "List Of Transneptunian Objects". Minor Planet Center. Diakses pada 25 Oktober 2010. 96. ^ Jewitt, David (2004). "The Plutinos". UCLA. Diakses pada 28 Februari 2008. 97. ^ Varadi, F. (1999). "Periodic Orbits in the 3:2 Orbital Resonance and Their Stability". The Astronomical Journal 118 (5): 25262531. doi:10.1086/301088. Bibcode: 1999AJ....118.2526V. 98. ^ John Davies (2001). Beyond Pluto: Exploring the outer limits of the solar system. Cambridge University Press. hlm. 104. ISBN 0521800196. 99. ^ Chiang, E. I. (2003). "Resonance Occupation in the Kuiper Belt: Case Examples of the 5 : 2 and Trojan Resonances". The Astronomical Journal 126: 430443. doi:10.1086/375207. Bibcode: 2003AJ....126..430C. 100. ^ Sheppard, Scott S. (September 10, 2010). "Detection of a Trailing (L5) Neptune Trojan". Science 329 (5997): 1304. doi:10.1126/science.1189666. PMID 20705814. Bibcode: 2010Sci...329.1304S. 101. ^ Boss, Alan P. (September 30, 2002). "Formation of gas and ice giant planets". Earth and Planetary Science Letters. 102. ^ Thommes, Edward W. (2001). "The formation of Uranus and Neptune among Jupiter and Saturn". The Astronomical Journal 123 (5): 28622883. doi:10.1086/339975. Bibcode: 2002AJ....123.2862T. 103. ^ Hansen, Kathryn (June 7, 2005). "Orbital shuffle for early solar system". Geotimes. Diakses pada 26 Agustus 2007. 104. ^ Crida, A. (2009). "Solar System formation". Reviews in Modern Astronomy 21. Bibcode: 2009arXiv0903.3008C. 105. ^ Desch, S. J. (2007). "Mass Distribution and Planet Formation in the Solar Nebula". The Astrophysical Journal 671 (1): 878893. doi:10.1086/522825. Bibcode: 2007ApJ...671..878D. 106. ^ Smith, R. (2009). "Resolved debris disc emission around Telescopii: a young solar system or ongoing planet formation?". Astronomy and Astrophysics 493 (1): 299308. doi:10.1051/0004-6361:200810706. Bibcode: 2009A&A...493..299S. 107. ^ Massa Triton: 2.141022 kg. Combined mass of 12 other known moons of Neptune: 7.531019 kg, or 0.35 percent. The mass of the rings is negligible. 108. ^ Agnor, Craig B. (2006). "Neptune's capture of its moon Triton in a binaryplanet gravitational encounter". Nature (Nature Publishing Group) 441 (7090): 192194. doi:10.1038/nature04792. PMID 16688170. Bibcode: 2006Natur.441..192A.

109. ^ Chyba, Christopher F. (1989). "Tidal evolution in the Neptune-Triton system". Astronomy and Astrophysics (EDP Sciences) 219 (12): L23L26. Bibcode: 1989A&A...219L..23C. 110. ^ Wilford, John N., "Triton May Be Coldest Spot in Solar System ", (The New York Times), 29 Agustus 1989. Diakses pada 29 Februari 2008. 111. ^ R. M., Nelson (1990). "Temperature and Thermal Emissivity of the Surface of Neptune's Satellite Triton". Science 250 (4979): 429431. doi:10.1126/science.250.4979.429. PMID 17793020. Bibcode: 1990Sci...250..429N. 112. ^ 113. ^ Brown, Michael E.. "The Dwarf Planets". California Institute of Technology, Department of Geological Sciences. Diakses pada 9 Februari 2008. 114. ^ Holman, Matthew J. et al. (August 19, 2004). "Discovery of five irregular moons of Neptune". Nature 430 (7002): 865867. doi:10.1038/nature02832. PMID 15318214. Bibcode: 2004Natur.430..865H. 115. ^ Staff. "Five new moons for planet Neptune ", (BBC News), 18 Agustus 2004. Diakses pada 6 Agustus 2007. 116. ^ a b Espenak, Fred (July 20, 2005). "Twelve Year Planetary Ephemeris: 19952006". NASA. Diakses pada 1 Maret 2008. 117. ^ See the respective articles for magnitude data. 118. ^ Moore (2000):207. 119. ^ Contohnya, pada tahun 1977, periode rotasi Neptunus bahkan masih belum pasti. Lihat: Cruikshank, D. P. (March 1, 1978). "On the rotation period of Neptune". Astrophysical Journal, Part 2 Letters to the Editor (University of Chicago Press) 220: L57L59. doi:10.1086/182636. Bibcode: 1978ApJ...220L..57C. 120. ^ Max, C. (1999). "Adaptive Optics Imaging of Neptune and Titan with the W.M. Keck Telescope". Bulletin of the American Astronomical Society 31: 1512. Bibcode: 1999BAAS...31.1512M. 121. ^ Gibbard, S. G. (1999). "High-Resolution Infrared Imaging of Neptune from the Keck Telescope". Icarus 156 (1): 115. doi:10.1006/icar.2001.6766. Bibcode: 2002Icar..156....1G. 122. ^ Phillips, Cynthia (August 5, 2003). "Fascination with Distant Worlds". SETI Institute. Diarsipkan dari yang asli pada 3 November 2007. Diakses pada 3 Oktober 2007. 123. ^ a b Burgess (1991):4655. 124. ^ Spilker, T. R. (2004). "Outstanding Science in the Neptune System From an Aerocaptured Vision Mission". Bulletin of the American Astronomical Society 36: 1094. Bibcode: 2004DPS....36.1412S. Keterangan Lhborbits Simulasi yang menunjukkan planet luar dan sabuk Kuiper: a) sebelum Yupiter dan Saturnus mencapai resonansi 2:1; b) setelah penghamburan objek sabuk Kuiper ke dalam akibat perpindahan orbit Neptunus; c) setelah pengeluaran objek sabuk Kuiper yang terserak oleh Yupiter.

Neptune's Moons 1. Triton 2. Nereid 3. Naiad 4. Thalassa 5. Despina 6. Galatea 7. Larissa 8. Proteus 9. Halimede 10. Psamathe 11. Sao 12. Laomedeia 13. Neso
We don't know with what beverage William Lassell may have celebrated his discovery of Neptune's moon, Triton, but beer made it possible. Lassell was one of 19th century England's grand amateur astronomers, using the fortune he made in the brewery business to finance his telescopes. He spotted Triton on 10 October 1846 -- just 17 days after a Berlin observatory discovered Neptune. Curiously, a week before he found the satellite, Lassell thought he saw a ring around the planet. That turned out to be a distortion caused by his telescope. But when NASA's Voyager 2 visited Neptune in 1989, it revealed that the gas giant does have rings, though they're far too faint for Lassell to have seen them. Since Neptune was named for the Roman god of the sea, its moons were named for various lesser sea gods and nymphs in Greek mythology. Triton (not to be confused with Saturn's moon, Titan), is far and away the largest of Neptune's satellites. Dutch-American astronomer Gerard Kuiper (for whom the Kuiper Belt was named) found Neptune's third-largest moon, Nereid, in 1949. He missed Proteus, the second-largest, because it's too dark and too close to Neptune for telescopes of that era. Proteus is a slightly non-spherical moon, and it is thought to be right at the limit of how massive an object can be before its gravity pulls it into a sphere. Proteus and five other moons had to wait for Voyager 2 to make themselves known. All six are among the darker objects found in the solar system. Astronomers using improved ground-based telescopes found more satellites in 2002 and 2003, bringing the known total to 13. Voyager 2 revealed fascinating details about Triton. Part of its surface resembles the rind of a cantaloupe. Ice volcanoes spout what is probably a mixture of liquid nitrogen, methane and dust, which instantly freezes and then snows back down to the surface. One Voyager 2 image shows a frosty plume shooting 8 km (5 miles) into the sky and drifting 140 km (87 miles) downwind. Triton's icy surface reflects so much of what little sunlight reaches it that the moon is one of the coldest objects in the solar system, about -400 degrees Fahrenheit (240 degrees Celsius).

Triton is the only large moon in the solar system that circles its planet in a direction opposite to the planet's rotation (a retrograde orbit), which suggests that it may once have been an independent object that Neptune captured. The disruptive effect this would have had on other satellites could help to explain why Nereid has the most eccentric orbit of any known moon -- it's almost seven times as far from Neptune at one end of its orbit as at the other end. Neptune's gravity acts as a drag on the counter-orbiting Triton, slowing it down and making it drop closer and closer to the planet. Millions of years from now, Triton will come close enough for gravitational forces to break it apart -- possibly forming a ring around Neptune bright enough for Lassell to have seen with his telescope.

Neptune's Rings Ring Name: 1989 N3R Galle Distance*: 41,900 km Width: 15 km Albedo: Low Ring Name: 1989 N2R Leverrier Distance*: 53,200 km Width: 15 km Albedo: Low Ring Name: Lassell Distance*: 55,400 km Width: - km Albedo: Low Ring Name: Arago Distance*: 57,600 km Width: - km Albedo: Low Ring Name: 1989 N1R Adams Distance*: 57,600 km Width: - km Ring Name: Liberte ("Leading" Adams arc) Distance*: 62,930 km Width: < 50 km Albedo: Low Ring Name: Egalite ("Equidistant" Adams arc) Distance*: 62,900 km Width: - km Ring Name: Fraternite ("Following" Adams arc)

Distance*: 62,900 km Ring Name: Courage (arc) Distance*: 62,900 km Width: - km * The distance is measured from the planet center to the start of the ring.

Anda mungkin juga menyukai