Anda di halaman 1dari 5

Contoh ringkasan disertasi

Ringkasan Disertasi Dr. Iwan Kustiwan Judul Disertasi: Bentuk dan Pengembangan Kawasan Perkotaan Berkelanjutan (Kajian Potensi Kompaksi di Kawasan Perkotaan Bandung)

Pertumbuhan perkotaan di Indonesia, terutama di kota besar dan metropolitan, secara fisik ditandai oleh pertumbuhan pesat kawasan pinggiran kota yang dikenal sebagai proses suburbanisasi. Suburbanisasi yang terjadi cenderung menjadikan kawasan perkotaan secara fisik meluas secara acak/terpencar (urban sprawl) yang semakin tidak terkendali. Urban sprawl ini menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan antara lain perubahan penggunaan lahan pertanian ke penggunaan bukan pertanian serta pertumbuhan permintaan transportasi dan energi, sehingga mengarah pada ketidak-berlanjutan. Dalam kaitan ini menjadi penting untuk mempertanyakan keterkaitan antara bentuk perkotaan (urban form) dan keberlanjutannya, baik secara lingkungan, sosial maupun ekonomi. Tujuan penelitian adalah menganalisis keterkaitan antara bentuk perkotaan dan keberlanjutan sebagai landasan untuk melakukan intervensi terhadap struktur dan pola ruang kawasan perkotaan; dan merumuskan arahan pengembangan kawasan perkotaan secara spasial untuk mewujudkan struktur dan pola ruang kawasan perkotaan yang lebih berkelanjutan sesuai dengan karakteristik spesifik kota.Manfaat penelitian ini adalah memperkuat pemahaman terhadap keterkaitan antara bentuk perkotaan dan keberlanjutannya, yang dapat menjadi dasar pertimbangan dalam perencanaan tata ruang kawasan perkotaan yang berkelanjutan. Bertolak dari isu teoretis tentang keterkaitan antara bentuk perkotaan dan keberlanjutan, penelitian ini mengeksplorasi berbagai aspek yang berkaitan dengan gejala urban sprawl, yang diperlukan untuk menguji teori/konsep yang tepat mengenai bentuk perkotaan yang berkelanjutan bagi kota-kota di Indonesia. Sebagai testing-out research, penelitian ini dilakukan untuk menemukan batas dari generalisasi yang selama ini merekomendasikan bahwa kompaksi perkotaan merupakan strategi utama yang bersifat anti-sprawl menuju keberlanjutan perkotaan. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif. Dalam penelitian tentang bentuk dan pengembangan kawasan perkotaan berkelanjutan dengan wilayah studi Kawasan Perkotaan Bandung (secara administratif mencakup wilayah Kota Bandung, Kota Cimahi, dan 19 kecamatan di Kabupaten Bandung) ini, bentuk perkotaan dianalisis berdasarkan indikator pada skala wilayah metropolitan dan skala kawasan perumahan (neighborhood). Pada skala metropolitan, bentuk perkotaan diukur dari dimensi kepadatan, pola penggunaan lahan campuran dan proses intensifikasi. Hasil analisis pada skala ini menunjukkan gejala urban sprawl sebagai implikasi langsung dari proses suburbanisasi yang ditandai dengan laju pertumbuhan penduduk pada Kawasan Pinggiran Dalam dan Kawasan Pinggiran Luar yang jauh lebih tinggi daripada di kawasan pusat kota dan kawasan transisi/dalam kota Bandung yang bahkan telah menunjukkan laju pertumbuhan penduduk negatif. Dalam konteks lingkungan, suburbanisasi yang terjadi menimbulkan pengaruh terhadap berbagai aspek, yang menyangkut: environmental flows, environmental stocks, environmental conditions, environmental impact, dan environmental benefit. Secara spasial terjadi pergeseran metabolisma perkotaan ke arah kawasan pinggiran, perubahan penggunaan lahan dari pertanian ke permukiman yang ditandai dengan penyusutan lahan sawah dan ruang terbuka hijau, penyebaran kawasan perkotaan ke arah luar yang mengindikasikan gejala urban sprawl yang semakin menguat.Dampak lingkungan yang kemudian timbul adalah pertumbuhan permintaan transportasi dan energi yang semakin tinggi. Pada skala neighborhood (7 kawasan perumahan sampel yang berlokasi di kawasan pusat/dalam, kawasan pinggiran dalam, dan kawasan pinggiran luar), bentuk perkotaan diukur dari dimensi kepadatan, diversitas (keragaman penggunaan lahan dan keragaman tipe hunian, ketersediaan sarana), aksesibilitas lokal, serta desain jaringan jalan/tipe neighborhood. Hasil analisis keterkaitan bentuk perkotaan dan karakteristik sosialekonomi dengan pola perilaku perjalanan penduduk pada skala kawasan ini menunjukkan bahwa unsur-unsur bentuk perkotaan mempunyai kaitan yang lebih besar daripada karakteristik sosial-ekonomi terhadap pola/perilaku perjalanan, terutama panjang perjalanan. Kawasan yang mempunyai compactness yang lebih tinggi berpengaruh pada panjang perjalanan yang semakin menurun. Hal ini berarti intervensi terhadap bentuk

perkotaan, melalui unsur-unsurnya dapat memengaruhi pola perjalanan, terutama panjang perjalanan dan konsekuensinya terhadap konsumsi energi, emisi yang dihasilkan dan kualitas udara perkotaan. Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa bentuk perkotaan berpengaruh terhadap keberlanjutan perkotaan, baik secara lingkungan, sosial, maupun ekonomi. Beberapa implikasi kebijakan terpenting yang terkait dengan kompaksi perkotaan terutama dalam prioritas pengembangan pada kawasan pusat/dalam kota sebagai strategi regenerasi perkotaan, dan pengendalian pemanfaatan ruang melalui instrumen peraturan zonasi. Ringkasan Disertasi Dr. Syarifah Salmah

Pendekatan Kualitatif Judul Skripsi : Aktivitas Public Relations PT Astra Inernasional Tbk dalam Membina Media

Relations (Periode Januari 2004-Maret 2005). Nama Peneliti : Desti Arya Kuntarti 2005

Tahun Penelitian : Latar Belakang

Public Relations (PR) adalah salah satu bagian yang berkontribusi penting dalam struktur organisasi perusahaan. Hal ini dikarenakan PR merupakan fungsi strategi dalam manajemen yang melakukan komunikasi untuk menimbulkan pemahaman dan penerimaan dari publik (Rhenald Kasali, 1996: 15). Istilah publik dalam public relation dapat disebut sebagai stakeholder, yakni kumpulan dari orangorang atau pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Kemudian, khalayak terbagi menjadi dua yang dikenal dengan internal public, yaitu mereka yang bekerja di dalam suatu organisasi atau perusahaan (pemegang saham, manajer, dan top executives, serta karyawan), sementara yang lainnya disebut dengan external public, yaitu orang-orang yang terdapat di dalam mesyarakat (konsumen, bank, pemerintah, pesaing, dan komunitas) (Mahidin Mahmud, 1993, 81). Media yang digunaka PR berbeda-beda, publik internal melakukan komunikasi dengan tatap muka dan media internal. Sedangkan untuk publik eksternal, menggunakan media massa atau pers sebaga tempa untuk berkomunikasi. Media massa sangat memegang peranan penting sebagai sumber informasi dan pembentuk opini publik. Atas dasar itulah, maka perusahaan menyadari akan kekuatan dan pentingnya peranan media massa, Divisi PR-nya akan berusaha sebaik mungkin untuk mengelola sebuah kebijakan yang berhubungan dengan media relations. Dalam buku Koalisi Dominan: Refleksi Kritis Atas Peran dan Fungsi Public Relations dalam Manajemen, Ridwan Nyak Baik (2004: 152) mengemukakan bahwa koalisi strategis antara PR dengan pers dapat dikembangkan atas dasar saling ketergantungan dan saling membutuhkan. Untuk membina hubungan baik dengan media, praktisi public relations dituntut memiliki tiga hal. Pertama adalah pengetahuan. Tanpa mengetahui seluk beluk perusahaan secara rinci, maka mustahil akan bisa menjadi PR yang baik. Kedua adalah skill. Keterampilan untuk membina hubungan da menjelaskan secara runtun terhadap persoalan yang ingin diungkapkan, merupakan suatu keharusan. Cara untuk menyampaikan juga sangat penting bagi keberhasilan penyebarluasan informasi. Permasalahan Penelitian Banyak perusahaan tidak jeli dalam memanfaatkan peran dan fungsi media massa. Bahkan, tidak jarang ditemukan kesalahan persepsi antara kedua belah pihak. Pers menilai praktisi PR bekerja hanya sebatas operasional keseharian, tidak mampu mengaktualisasikan dirinya pada fungsi

manajemen strategis. Pers selalu menaruh curiga pada PR. Kesalahan persepsi ini tentu sangat berpotensi untuk menimbulkan konflik. Konflik yang terjadi kadang membuat wartawan atau pers enggan untuk bekerjasama dengan PR. Selain itu, wartawan sering tidak puas dengan release yang dikirim oleh praktisi PR. Dan sebaliknya, kerap sekali praktisi PR mengeluhkan tentang berita yang muncul di media massa, PT Astra International merupakan satu di antara sedikit perusahaan yang memiliki hubungan baik dengan media massa. Prinsip kesetaraan selalu dipegang teguh oleh keduanya. Hal ini menimbulkan reaksi positif dari berbagai kalangan dengan melihat kerjasama antara PT Astra International dengan media massa. Bagaimana PT Astra International membina media relationssehingga memperoleh citra yang baik di hadapan publiknya adalah komitmen keduanya dalam membangun hubungan. Tujuan Penelitian Memperoleh gambaran mengenai media relations, dalam hal ini adalah hal-hal apa saja yang diimplementasikan oleh praktisi PR PT Astra International Tbk dalam membina media relations. Mengetahui tanggapan media terhadap pelaksanaan media relations PT Astra International Tbk. Kerangka Teori Dasar dari adanya kegiatan PR adalah penerangan kepada masyarakat, persuasi untuk mengubah sikap dan tingkah laku masyarakat, usaha untuk mengintegrasikan sikap dan perbuatan suatu badan dengan sikap dan perbuatan masyarakat dan sebaliknya (Onong, 1998: 17) Empat peran yang dapat dimainkan oleh PR dalam membina saling pengertian menurut Philp Lesly. Public Relations erat hubungannya terhadap citra. IPR mengemukakan bahwa Public Relations is about reputation the result of what you do, what you say and what others say about you (Harrison, 2000:2) Metodologi Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Lexy J. Moleong, 2000: 3). Pendekatan diarahkan secara holistik (utuh). Penelitian ini berisikan abstraksi, konsep, hipotesis, dan teori dari rincian yang diperoleh.

Hasil Penelitian

Hasil yang telah didapatkan ialah hasil penggalian data mengenai holding company yang bergerak d bidang aneka industri PT Astra Internasional Tbk. Telah dilakukan wawancara dengan beberapa kalangan penting yang terkait yang kemudian mendalami topik yang didiskusikan, yaitu tentangcorporate public relations dalam menjalankan media relations. Kedudukan PR di dalam PT Astra International Tbk menempati posisi yang strategis dan prestisius. Berada di level divisi, di mana divisi ini berada di bawah Corporate Communications yang dipimpin oleh seorang chif berpangkat VP. Komunikasi yang dilakukan PT Astra International terhadap media massa ialah komunikasi dua arah, sehingga tercapai goodwill, understanding, dan supportive. Hal ini dibuktikan dengan hasil temuan data pada Astra International berupa press release, press statement, dan lain-lain. Hubungan media yang baik dapat dilihat dengan PT Astra International tidak menutupi saluran informasi, memahami dan melayani media, tidak memaksa pemuatan berita di media massa, tidak membanjiri media, dan membangun hubungan personal yang kokoh. Kesimpulan Kedudukan PR Astra International yang strategis yaitu tepat dibawah CEO atau Presiden Direktur berdampak besar terhadap peran dan fungsi PR Astra International dalam melakukanmedia relations karena dengan demikian PR Astra international mempunyai akses cepat melakukan komunikasi dengan top management di mana PR harus mampu menerjemahkan keinginan media terhadap perusahaan dan sebaliknya. Peran dan fungsi PR Astra International tidak hanya ditunjang oleh nilai dan sistem perusahaan yang baik, namun juga ditunjang dengan orang yang capable dan berkompeten. Melakukan penyebaran release, konferensi pers, kunjungan pers, dan juga mengadakan olahraga, mengundang plant tour, melaksanakan workshop, dan lain-lain. PT Astra International mengadopsi hubungan media dari Jefkins dan Cutlip Center, melaluimutual understanding, mutual confidence, dan tolerance antar kedua belah pihak.

Anda mungkin juga menyukai