Anda di halaman 1dari 3

Teori Agenda Setting

Najwa Fazzahra Bakary


L1B022068

PENDAHULUAN
Hubungan masyarakat (public relations) atau yang biasa disingkat humas merupakan
fugsi manajemen dalam mengembangkan hubungan antara sebuah organisasi dengan
publiknya. Pengembangan hubungan ini dapat dilakukan melalui kerjasama, aktivitas
komunikasi, pemeliharaan jalur antara organisasi dengan publiknya, dan lain-lain. Di
samping itu, hubungan masyarakat adalah bentuk dari upaya komunikasi menyeluruh dari
suatu perusahaan dalam mempengaruhi persepsi, keyakinan, dan sikap publik terhadap
perusahaan tersebut. Publik yang dimaksud dalam lingkup hubungan masyarakat
merupakan orang-orang yang terlibat, memiliki kepentingan, memiliki peran, dan dapat
mempengaruhi berjalannya perusahaan (Narti, 2016). Fungsi utama dari humas adalah
untuk menyampaikan segala informasi penting yang meliputi organisasi kepada publik.
Oleh karena itu, menciptakan citra baik organisasi, menjaga reputasi positif, dan menjaga
hubungan strategis dengan publiknya merupakan hal-hal yang paling krusial dalam
hubungan masyarakat. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa humas memiliki peranan
yang sangat penting di setiap organisasi karena pada dasarnya, seluruh organisasi maupun
instansi ingin memiliki citra yang baik di mata publik.
Salah satu kegiatan atau perwujudan humas dalam lingkup media adalah Media
Relations (hubungan pers). Menurut Nurjanah et al, yang sebagaimana dikutip dari
Iriantara (2005) media relations merupakan bagian dari hubungan masyarakat eksternal
yang menuntun dan mengembangkan hubungan baik dengan pers selaku jembatan
komunikasi antara perusahaan dengan publik untuk mencapai tujuan perusahaan. Tujuan
media relations bagi perusahaan antara lain adalah untuk memperoleh publisitas yang
luas, memperoleh umpan balik dari masyarakat mengenai aktivitas perusahaan, dan
mewujudkan hubungan yang baik dan berkelanjutan yang didasari oleh rasa saling
percaya antara pihak-pihak yang berkaitan. Di samping itu, praktisi humas menggunakan
media massa sebagai wadah untuk membangun kesan atau image yang positif serta citra
perusahaan yang baik. Alasan para praktisi humas memanfaatkan media massa dalam
aktivitas perusahaan adalah karena media massa memiliki kekuatan dan sangat efektif
dalam menggiring atau membuat opini publik. Adanya peran media massa sebagai
sumber informasi masyarakat mengenai perusahaan memudahkan pekerjaan praktisi
humas dalam memberikan kabar kepada khalayak tentang hal-hal positif perusahaannya
(Nurjanah et al, 2015). Dalam hal ini, media relations menjadi kunci guna
mengoptimalkan pesan perusahaan dengan pihak di luar perusahaan atau pihak eksternal
seperti masyarakat, customer, pemerintah, investor, stakeholder, distributor, hingga dunia
internasional maupun pihak yang berada di dalam perusahaan atau pihak internal
(Syahputra dalam Vivian, 2017). Oleh karena itu, strategi dalam media relations dalam
mewujudkan tujuan perusahaan merupakan hal yang penting. Pemilihan langkah dalam
membawa pesan melalui media massa harus dipertimbangkan terlebih dahulu sebagai
pencegahan agar tidak membawa citra perusahaan kepada hal yang negatif.
Teori agenda setting merupakan salah satu teori yang memiliki korelasi dengan peran
penting dan kekuatan permainan media massa dalam menyampaikan pesan yang dapat
membangkitkan atensi, kesadaran, dan kepedulian publik mengenai pesan tersebut.

PEMBAHASAN
Sejarah
Agenda setting menggambarkan pengaruh media yang sangat kuat, yakni mampu
untuk menginformasikan massa mengenai hal-hal yang penting. Pada tahun 1922, seorang
kolumnis surat kabar Walter Lippman merasa khawatir akan kekuatan media dalam
menggiring informasi kepada publik. Maxwell McCombs dan Donald Shaw melakukan
investigasi kampanye presiden pada tahun 1968, 1972 dan 1976 di Amerika Serikat. Dalam
penelitian yang dilakukan McCombs dan Shaw pada tahun 1968, mereka berfokus kepada
dua elemen, yakni awareness dan information. McCombs dan Shaw menyelidiki fungsi
agenda setting pada media massa, mereka berusaha untuk mengkaji hubungan dan korelasi
apa yang disuarakan oleh rakyat mengenai isu penting dan isi sebenarnya dari pesan yang
disampaikan selama masa kampanye. Dalam penelitian ini ditarik kesimpulan bahwa
terciptanya kesadaran publik dan kepedulian yang ditonjolkan melalui isu-isu yang dibawa
oleh media berita. Ada dua asumsi dasar yang menggarisbawahi penelitian mengenai agenda
setting ini adalah: 1) Pers dan media tidak mencerminkan realitas; mereka menyaring dan
membentuk hal-hal yang akan disampaikan; 2) Media fokus kepada beberapa isu dan subjek
yang mengarahkan dan meyakini publik untuk menganggap hal-hal tersebut lebih penting
dari yang lainnya. Salah satu aspek krusial dalam konsep peran agenda setting dalam
komunikasi massa adalah waktu dibingkainya fenomena tersebut. Dengan demikian, teori
agenda setting merupakan salah satu teori yang membantu manusia dalam memahami peran
media dalam menyampaikan pesan kepada publiknya (Salman et al, 2016).
DAFTAR PUSTAKA

Narti, S. (2016). Melihat Hubungan Masyarakat Dalam Praktik. Profesional: Jurnal


Komunikasi Dan Administrasi Publik, 3(1).
https://doi.org/10.37676/professional.v3i1.288

Nurjanah, A., Wulan, W., & Yulianto., Yulianti, F. N. (2015). Public Relations & Media
Relations (Kritik Budaya Amplop Pada Media Relations Institusi Pendidikan Di
Yogyakarta). Jurnal Komunikasi, 7(1).

Sulastri, I. (2010). Penelitian Bercorak Agenda Setting Model. AL MUNIR: Jurnal


Komunikasi dan Penyiaran Islam, 1(3).

Salman, A., Mustafa., M. A. M. S., & Ali, M. N. S. (2016). Social Media and Agenda Setting:
Implications on Political Agenda. Jurnal Komunikasi: Malaysian Jurnal of Communication,
32(1).

Ritonga, E. Y. (2018). Teori Agenda Setting dalam Ilmu Komunikasi. Jurnal SIMBOLIKA,
4(1).

Anda mungkin juga menyukai