BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Signifikansi peran public relations dalam organisasi semakin nyata urgensinya
dalam kurun beberapa tahun terakhir. Secara umum, kinerja sistem public relations
seperti dinyatakan oleh Rus melibatkan dua subsistem utama yang berpusat pada
lingkup internal dan eksternal organisasi (Petrovici, 2014, hal. 80). Dalam lingkup
internal, public relations bertanggungjawab terhadap proses membentuk dan
menjaga hubungan di dalam organisasi sehingga memungkinkan terbentuknya
iklim internal yang harmonis, sedangkan di lingkup eksternal public relations
bertanggungjawab untuk membentuk hubungan jangka panjang dengan para
publiknya.
Kesadaran akan signifikansi peran public relations mendorong organisasi
menempatkannya sebagai fungsi yang terpisah dari fungsi-fungsi lain dalam
organisasi. Fungsi public relations yang mulanya kerap disandingkan dengan fungsi
pemasaran dan sumber daya manusia kini berdiri sebagai fungsi terpisah yang
fokus utama kinerjanya berpusat pada upaya membangun dan mengembangkan
hubungan jangka panjang antara organisasi dan para konstituennya (Hon dan
Grunig, 1999). Konstituen merupakan sekelompok individu yang berada dalam
kondisi serupa, sedangkan publik merupakan bagian dari konstituen yang lebih
spesifik. Seperti yang diungkapkan oleh Grunig dan Repper, secara konseptual
publik didefinisikan sebagai kelompok stakeholder yang diterpa isu tertentu
mengenai organisasi (Grunig, 1992).
Hubungan antara organisasi dan publik dimaknai oleh Ledingham dan Bruning
(1998) sebagai kondisi yang terjadi antara organisasi dan publik-publik utamanya
(key publics) dengan tindakan yang dilakukan oleh satu pihak dapat memengaruhi
pihak lain. Pengaruh tersebut dapat mewujud baik dalam aspek ekonomi, sosial,
politik, atau budaya. Kinerja public relations berfokus pada upaya untuk menjaga
stabilitas kondisi dan menciptakan hubungan yang harmonis sehingga dapat
mencegah stakeholder berubah menjadi publik. Perspektif relasional ini sejalan
1
Public Relations dalam Media Baru (Analisis Isi Corporate Tweets untuk Menakar Hubungan Antara
Organisasi dan Publik Periode 21 Juli-3 Agustus 2014)
SYAIFA TANIA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
pula dengan definisi konseptual public relations untuk membangun dan menjaga
hubungan dua arah yang saling menguntungkan (mutually beneficial relationships)
bagi organisasi dan publik (Cutlip, Center, dan Broom, 2000).
Seiring perkembangannya, kehadiran media baru memberi warna dalam
dinamika hubungan antara organisasi dan publik. Sejumlah kajian secara optimis
meyakini bahwa media baru mampu mendukung terciptanya hubungan positif
antara organisasi dan publik, serta memungkinkan terwujudnya model simetris dua
arah (two-way symmetrical) yang selama ini dianggap utopis dan mustahil
diwujudkan (Grunig, 2009; Kelleher, 2007). Optimisme ini menguat seiring
meningkatnya penetrasi social media di masyarakat yang memengaruhi dinamika
komunikasi dan hubungan interpersonal. Kehadiran fisik dalam satu ruang yang
sama kini tidak lagi menjadi prekondisi atas praktik komunikasi interpersonal.
Melalui jaringan social media setiap individu dapat terhubung satu sama lain secara
virtual. Dalam konteks organisasi dan publik, social media memungkinkan mereka
“bertemu” dalam ruang virtual sekaligus memediasi interaksi di antara keduanya.
Organisasi dan publik dapat berkomunikasi secara langsung tanpa melibatkan pihak
lain sebagai gatekeeper dalam proses komunikasi yang dijalankan.
Konsekuensinya, pola proses komunikasi yang terjadi antara organisasi dan publik
pun mengalami perubahan. Bagi publik, kehadiran social media memungkinkan
mereka dapat menyampaikan keluhan, pertanyaan, dan opininya secara langsung
kepada organisasi dalam konteks real-time. Adapun bagi organisasi, social media
tidak hanya berfungsi sebagai media diseminasi informasi yang cepat dan murah,
melainkan juga dapat digunakan untuk memelajari tren kompetitor, kondisi pasar,
serta memahami keinginan publik.
Pemanfaatan social media oleh organisasi utamanya digunakan untuk menjalin
hubungan yang harmonis dengan publik. Di antara beragam platform, Twitter
menjadi salah satu kanal komunikasi antara organisasi dan publik. Hingga akhir
tahun 2011, penetrasi jumlah pengguna Twitter di Indonesia mencapai lebih dari 49
juta pengguna yang kemudian menempatkan Indonesia sebagai negara dengan
jumlah pengguna Twitter terbanyak nomor lima di dunia. Akibatnya, semakin
2
Public Relations dalam Media Baru (Analisis Isi Corporate Tweets untuk Menakar Hubungan Antara
Organisasi dan Publik Periode 21 Juli-3 Agustus 2014)
SYAIFA TANIA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
banyak organisasi yang kemudian membuat akun Twitter resmi perusahaan (official
corporate Twitter account) untuk berkomunikasi dengan publiknya di media baru.
Terlepas dari fungsi social media sebagai medium diseminasi informasi,
tekanan kekuatan social media berpusat pada prinsip kolaborasi, berbagi (sharing),
partisipasi, dan pemberdayaan (Vasquez dan Velez, 2011). Social media
memberikan peluang bagi organisasi untuk melibatkan publik dalam proses
komunikasi yang bersifat dialogis (Rybalko dan Seltzer, 2010). Berangkat dari
gagasan-gagasan tersebut idealnya model komunikasi simetris dua arah antara
organisasi dan publik dapat terwujud. Akan tetapi, faktanya aktualisasi model
komunikasi dua arah yang dimediasi oleh social media tidak dapat diwujudkan
dengan mudah. Utopia keseimbangan relasi antara organisasi dan publik perlu
dikaji ulang. Sejumlah persoalan baik di tataran publik maupun organisasi berkaitan
dengan hubungan di antara keduanya dihadapkan pada sejumlah persoalan yang
kompleks.
Pada tataran publik, optimisme terhadap gagasan model komunikasi simetris
dua arah pada praktiknya menghadapi sejumlah tantangan. Faktanya, relasi antara
organisasi dan publik tidak pernah berjalan seimbang. Proses komunikasi yang
disampaikan oleh organisasi dijalankan secara terorganisir baik dalam konteks
media tradisional maupun media baru. Kondisi ini berbeda dengan publik dalam
media baru yang relatif tersebar (Breakenridge, 2008). Pesan yang disampaikan
oleh publik kepada organisasi melalui Twitter dapat saja diabaikan karena
prinsipnya organisasi memiliki kuasa untuk menjawab, menyebarkan, atau bahkan
mengabaikan pesan tersebut. Akibatnya, medium lain seperti surat pembaca, fitur
status di akun social media user, dan mailing list menjadi pilihan publik untuk
menyalurkan aspirasinya. Aspirasi yang disampaikan oleh publik melalui medium-
medium tersebut kemudian dapat berkembang lebih besar hingga tidak dapat
dikontrol oleh organisasi (Grunig, 2009). Ironisnya, kerap kali kondisi ini
mendorong public relations organisasi untuk cenderung lebih responsif menanggapi
aspirasi yang disampaikan oleh publik melalui medium tersebut dibandingkan akun
Twitter organisasi.
3
Public Relations dalam Media Baru (Analisis Isi Corporate Tweets untuk Menakar Hubungan Antara
Organisasi dan Publik Periode 21 Juli-3 Agustus 2014)
SYAIFA TANIA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
4
Public Relations dalam Media Baru (Analisis Isi Corporate Tweets untuk Menakar Hubungan Antara
Organisasi dan Publik Periode 21 Juli-3 Agustus 2014)
SYAIFA TANIA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Basis kajian mengenai hubungan antara organisasi dan publik dapat ditelusuri
melalui sejumlah literatur. Yang (2005) mengkaji dampak hubungan organisasi dan
publik terhadap reputasi organisasi dari perspektif publik di Korea Selatan. Kajian
lain dilakukan oleh Jo (2003) yang menguji indikator pengukuran hubungan antara
manufacturer dan retailer di Korea Selatan. Terakhir, Edman (2010) mengkaji
hubungan antara organisasi dan publik dengan menganalisis 47 akun Twitter
perusahaan di Amerika. Meskipun mengambil objek yang berbeda, namun seluruh
kajian tersebut mengambil konteks negara maju dan belum ada kajian yang secara
spesifik mengukur hubungan organisasi dan publik di negara berkembang. Padahal,
standar prinsip kerja public relations tidak hanya diaplikasikan secara global
melainkan harus memerhatikan kesesuaiannya dengan konteks lokal (Sriramesh dan
Vercic, 2009). Lebih lanjut, secara metodologis penggunaan metode analisis isi
untuk menakar hubungan antara organisasi dan publik terbilang baru dan masih
jarang digunakan. Selama ini, penekanan kajian hubungan yang berpusat pada
persepsi publik menyebabkan survei menjadi kerangka metodologis utama yang
digunakan para peneliti. Selain itu, penggunaan metode studi kasus yang digunakan
untuk mengkaji hubungan dari perspektif organisasi cenderung sarat akan bias
subjektivitas organisasi.
Penelitian ini berupaya menakar hubungan antara organisasi dan publik melalui
corporate tweets lima perusahaan dari tiga bidang industri yaitu perbankan,
telekomunikasi, dan otomotif sepanjang kurun dua minggu menjelang Idul Fitri
2014. Pemilihan ketiga bidang industri didasarkan pada pertimbangan bahwa
bidang-bidang tersebut merupakan tiga bidang yang berperan vital bagi aktivitas
masyarakat pada kurun waktu objek penelitian. Adapun setiap bidang
direpresentasikan oleh masing-masing dua akun Twitter perusahaan yaitu Astra
Honda Motor (@welovehonda), BNI (@BNI46), BCA (@HaloBCA), Telkomsel
(@Telkomsel), dan XL Axiata (@XL123). Khusus bagi industri otomotif hanya
direpresentasikan oleh satu perusahaan karena keterbatasan peneliti menelusuri data
tweets perusahaan.
Di bidang telekomunikasi, akun @XLAxiata dan @Telkomsel merupakan dua
akun Twitter dengan catatan jumlah tweet, following, dan follower terbanyak
5
Public Relations dalam Media Baru (Analisis Isi Corporate Tweets untuk Menakar Hubungan Antara
Organisasi dan Publik Periode 21 Juli-3 Agustus 2014)
SYAIFA TANIA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
6
Public Relations dalam Media Baru (Analisis Isi Corporate Tweets untuk Menakar Hubungan Antara
Organisasi dan Publik Periode 21 Juli-3 Agustus 2014)
SYAIFA TANIA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
B. Rumusan Masalah
Signifikansi hubungan antara organisasi dan publik telah lama disadari baik oleh
organisasi maupun para pengkaji ilmu komunikasi. Meskipun demikian,
pengukuran hubungan cenderung masih dilakukan secara terbatas dan parsial.
Hubungan organisasi dan publik selama ini dilihat hanya dari sisi persepsi publik
saja, atau perspektif perusahaan secara terpisah dan sarat bias. Penelitian ini
berupaya menjawab rumusan masalah berikut:
Sejauh mana hubungan antara organisasi dan publik yang dibangun melalui
corporate tweets industri perbankan, otomotif, dan telekomunikasi sepanjang
periode 21 Juli – 3 Agustus 2014?
7
Public Relations dalam Media Baru (Analisis Isi Corporate Tweets untuk Menakar Hubungan Antara
Organisasi dan Publik Periode 21 Juli-3 Agustus 2014)
SYAIFA TANIA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk:
1. Menakar hubungan antara organisasi dan publik melalui corporate tweets yang
disampaikan oleh akun Twitter industri perbankan, otomotif, dan
telekomunikasi.
2. Memetakan kecenderungan dimensi hubungan organisasi dan publik yang
nampak dari corporate tweets akun Twitter industri perbankan, otomotif, dan
telekomunikasi.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini berada dalam dua tataran yaitu akademis dan praktis. Pada
tataran akademis, kebaruan metode penelitian yang digunakan diharapkan dapat
menjadi referensi basis metodologis yang dapat digunakan untuk mengembangkan
kajian relasi antara organisasi publik. Selama ini, kajian pengukuran hubungan
antara organisasi dan publik cenderung lebih banyak dilakukan dengan
menggunakan metode survei untuk mengetahui persepsi publik dan studi kasus
untuk memahami perspektif organisasi. Analisis isi kemudian menjadi kerangka
metodologis yang dapat dikembangkan untuk melakukan kajian mengenai
pengukuran hubungan antara organisasi dan publik secara lebih objektif. Pada
tataran praktis, takaran hubungan antara organisasi dan publik melalui social media
dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja public relations secara lebih
komprehensif dalam proses membangun dan menjaga hubungan sehingga nantinya
dapat memberikan keuntungan bagi kedua pihak.
E. Kerangka Pemikiran
Media baru telah menjadi media komunikasi yang tidak dapat dipisahkan dalam
keseharian praktik bermedia masyarakat. Bagi mayoritas masyarakat, media baru
kini menjadi kebutuhan primer mengungguli media-media konvesional. Kondisi ini
kemudian mengakibatkan adanya dampak struktural baik dalam tataran sosial,
kultural, ekonomi, maupun politik. Dalam kaitannya dengan kajian public relations,
kehadiran media baru mengubah lanskap pola hubungan antara organisasi dan
8
Public Relations dalam Media Baru (Analisis Isi Corporate Tweets untuk Menakar Hubungan Antara
Organisasi dan Publik Periode 21 Juli-3 Agustus 2014)
SYAIFA TANIA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
publik. Hubungan organisasi dan publik yang mulanya hanya dilakukan secara
terbatas dalam bentuk promotional event, layanan purna jual, atau customer care
kini berkembang dengan memanfaatkan basis manajemen relasional dengan
konsumen. Seiring kehadiran dan popularitas social media, peluang organisasi
untuk menjalin hubungan dengan publik semakin terbuka. Prinsip interaktivitas dan
linearitas hubungan semestinya memungkinkan organisasi dan publik dapat
mengembangkan hubungan yang menguntungkan kedua pihak.
9
Public Relations dalam Media Baru (Analisis Isi Corporate Tweets untuk Menakar Hubungan Antara
Organisasi dan Publik Periode 21 Juli-3 Agustus 2014)
SYAIFA TANIA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
10
Public Relations dalam Media Baru (Analisis Isi Corporate Tweets untuk Menakar Hubungan Antara
Organisasi dan Publik Periode 21 Juli-3 Agustus 2014)
SYAIFA TANIA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
adopsi teknologi, social media bergerak dari yang mulanya hanya digunakan secara
terbatas oleh kalangan masyarakat tertentu menjadi lebih luas (Shirky, 2008).
Signifikansi kebutuhan organisasi terhadap social media didasarkan pada
gagasan bahwa social media mampu menjadi ruang sosial yang dapat memberikan
hiburan, sekaligus kesempatan bagi konsumen untuk berpartisipasi aktif dalam
proses komunikasi (Bercovici, 2010). Para praktisi public relations menggunakan
berbagai social media platform untuk mendukung program e-PR yang dijalankan
organisasi. Pada praktiknya, beberapa organisasi kerap hanya menggunakan
beberapa platform saja, namun tidak sedikit pula organisasi yang menggunakan
hampir seluruh social media platform. Pemilihan social media platform untuk
mendukung program e-PR utamanya didasarkan pada pertimbangan keterjangkuan
(affordance) atau kemampuan masing-masing platform mendukung program e-PR.
Setiap jenis social media platform memiliki perbedaan tingkat keterjangkauan yang
berbeda meskipun secara umum seluruhnya memiliki tingkat keterjangkauan yang
tinggi dilihat dari faktor visibilitas, penyuntingan (editability), persistensi, dan
asosiasi.
Tabel 1.1
Perbandingan Tingkat Keterjangkauan Social Media
(Treem dan Leonardi, 2012)
11
Public Relations dalam Media Baru (Analisis Isi Corporate Tweets untuk Menakar Hubungan Antara
Organisasi dan Publik Periode 21 Juli-3 Agustus 2014)
SYAIFA TANIA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
menampilkan informasi dalam format teks, video, atau audio serta memungkinkan
media dimiliki secara personal. Social networking sites memiliki keterjangkauan
visibilitas utamanya pada kemampuannya menampilkan status updates, daftar
jaring pertemanan, serta memungkinkan adanya ekspresi opini dari para pengguna
lain yang diaktualisasikan melalui fitur comment, share, atau like. Adapun tingkat
keterjangkauan microblogging berpusat pada keterbatasan jumlah karakter teks,
push content, serta jaringan pengguna lain dalam satu akun (following dan
follower).
Keterjangkauan atas penyuntingan konten informasi turut menjadi keunggulan
berbagai social media platform secara umum, meski masing-masing platform
memiliki level berbeda. Pada satu sisi, platform Wikis dan blog memiliki kemiripan
dilihat dari adanya fitur yang memungkinkan pengguna melakukan penyuntingan
konten. Akan tetapi perbedannya Wikis dilengkapi fitur risalah penyuntingan dan
blog tidak memiliki fitur tersebut. Kondisi serupa terjadi pula pada platform situs
jejaring sosial dan microblogging. Kedua platform sama-sama memungkinkan
pemilik akun untuk menyunting konten. Meskipun demikian, perbedan terletak
pada kemampuan pemilik akun untuk mengubah konten pengguna lain. Sebagai
contoh, situs jejaring sosial Facebook memungkinkan pemilik akun menghapus
komentar dari pengguna lain di akun Facebook miliknya, sedangkan microblogging
Twitter tidak dilengkapi dengan fitur tersebut.
Perbedaan tingkat keterjangkauan setiap platform di level persistensi
ditunjukkan dari bentuk informasi yang disimpan oleh social media dalam satu
waktu. Persistensi platform Wikis ditunjukkan melalui risalah aktivitas dan diskusi
yang terjadi, sedangkan persistensi platform blog ditunjukkan melalui adanya
tautan (link) antar konten yang berkaitan dan fitur yang disediakan untuk
mengurutkan konten sesuai waktu. Persistensi platform situs jejaring sosial
ditampilkan secara berbeda yaitu dalam format tampilan rangkaian aktivitas yang
dilakukan oleh individu pada di akun jejaring sosial miliknya. Adapun persistensi
platform microblogging ditampilkan dalam bentuk katalog entri konten yang
bersifat tekstual, misalnya rangkaian tweets pemilik akun Twitter pada satu periode
waktu.
12
Public Relations dalam Media Baru (Analisis Isi Corporate Tweets untuk Menakar Hubungan Antara
Organisasi dan Publik Periode 21 Juli-3 Agustus 2014)
SYAIFA TANIA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
13
Public Relations dalam Media Baru (Analisis Isi Corporate Tweets untuk Menakar Hubungan Antara
Organisasi dan Publik Periode 21 Juli-3 Agustus 2014)
SYAIFA TANIA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
14
Public Relations dalam Media Baru (Analisis Isi Corporate Tweets untuk Menakar Hubungan Antara
Organisasi dan Publik Periode 21 Juli-3 Agustus 2014)
SYAIFA TANIA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
15
Public Relations dalam Media Baru (Analisis Isi Corporate Tweets untuk Menakar Hubungan Antara
Organisasi dan Publik Periode 21 Juli-3 Agustus 2014)
SYAIFA TANIA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
16
Public Relations dalam Media Baru (Analisis Isi Corporate Tweets untuk Menakar Hubungan Antara
Organisasi dan Publik Periode 21 Juli-3 Agustus 2014)
SYAIFA TANIA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Corporate Twitter
Konten
Identitas
Sumber
Nama
Jenis
Foto profil
Arah diskusi
Sosial
Isi
Bio
Isu
Gambar 1.1
Dimensi Corporate Twitter
(Edman, 2010)
Secara umum, Edman (2010) membagi dimensi Twitter korporasi menjadi dua
bagian utama:
a. Dimensi identitas
Dimensi identitas mengungkap informasi berupa identitas yang ditampilkan oleh
organisasi di laman homepage akun Twitternya. Identitas terdiri dari beberapa
bagian yaitu nama organisasi sebagai pemilik akun Twitter, foto profil atau avatar,
bio atau deskripsi singkat mengenai akun Twitter, serta sosial yang meliputi data
statistik interaksi sosial organisasi dan para followers-nya.
b. Dimensi konten
Dimensi konten berpusat pada isi pesan yang disampaikan oleh akun Twitter
organisasi melalui tweet-nya. Konten terdiri dari lima sub-dimensi yaitu sumber
pengirim tweet, jenis tweet, arah diskusi, isi pesan, serta isu dalam konten tweet.
Sumber pengirim tweet dapat berasal dari organisasi itu sendiri, publik, atau bahkan
instansi lain. Jenis pesan dapat berupa original tweet jika disusun dan dikirimkan
oleh organisasi sendiri, retweet jika dikirimkan oleh pihak lain dan dikirimkan
kembali oleh organisasi, serta reply apabila dikirimkan oleh organisasi untuk
membalas tweet yang dikirimkan oleh akun Twitter lain. Idealnya, semakin banyak
17
Public Relations dalam Media Baru (Analisis Isi Corporate Tweets untuk Menakar Hubungan Antara
Organisasi dan Publik Periode 21 Juli-3 Agustus 2014)
SYAIFA TANIA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
tweet berjenis reply maka akan semakin interaktif pula hubungan antara organisasi
dan publik.
Arah diskusi berpusat pada arah aliran informasi yang terjadi dalam proses
komunikasi. Arah diskusi dapat berasal dari organisasi kepada pengguna Twitter
lain, pengguna Twitter kepada organisasi, atau bahkan dari organisasi ke instansi
lain. Isi pesan berpusat pada format yang disampaikan dalam konten tweet apakah
bersifat tekstual, visual, audio visual, atau menampilkan tautan (link).
Isu menjadi elemen penting dalam mengkaji hubungan antara organisasi dan
publik. Isu berpusat pada sifat konten tweet yang disampaikan dan dibagi menjadi
tiga jenis yaitu promosi, informasi, dan umum. Isu tweet dikatakan bersifat
promosional apabila tweet yang disampaikan berisi ajakan untuk menggunakan
produk atau layanan yang disediakan oleh organisasi. Isu tweet dikatakan bersifat
informatif apabila tweet memuat informasi mengenai layanan, produk, tips, dan
informasi terkini organisasi. Adapun isu dikatakan bersifat umum apabila tweet
yang disampaikan berisi informasi umum dan tidak berkaitan dengan aktivitas
pemasaran organisasi.
Pada praktiknya, penggunaan Twitter di kalangan praktisi public relations
untuk menjalin hubungan dengan publik hadir bukan tanpa halangan. Idealnya,
semakin banyak konten yang bersifat dua arah maka semakin baik pula hubungan
antara organisasi dan publik. Simetri dua arah yang terjadi memungkinkan publik
memeroleh ruang yang cukup untuk menyuarakan aspirasinya dan organisasi
merespon aspirasi tersebut. Mengacu pada gagasan ini, social media seolah
memungkinkan target publik dapat diraih secara lebih mudah. Dalam konteks
media baru konsep publik sendiri agak sulit untuk dijelaskan secara pasti karena
media baru memungkinkan siapa pun terlibat dalam diskusi. Akan tetapi, dalam
penelitian ini publik dibagi menjadi dua jenis yaitu publik konsumen dan non-
konsumen. Publik konsumen merujuk pada pengguna Twitter yang berinteraksi
dengan organisasi melalui corporate Twitter dalam diskusi yang berkaitan dengan
aktivitas penjualan dan pemasaran produk, sedangkan publik non-konsumen
merujuk pada pengguna Twitter yang merespon isu di luar penjualan dan
pemasaran produk.
18
Public Relations dalam Media Baru (Analisis Isi Corporate Tweets untuk Menakar Hubungan Antara
Organisasi dan Publik Periode 21 Juli-3 Agustus 2014)
SYAIFA TANIA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
19
Public Relations dalam Media Baru (Analisis Isi Corporate Tweets untuk Menakar Hubungan Antara
Organisasi dan Publik Periode 21 Juli-3 Agustus 2014)
SYAIFA TANIA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
20
Public Relations dalam Media Baru (Analisis Isi Corporate Tweets untuk Menakar Hubungan Antara
Organisasi dan Publik Periode 21 Juli-3 Agustus 2014)
SYAIFA TANIA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
21
Public Relations dalam Media Baru (Analisis Isi Corporate Tweets untuk Menakar Hubungan Antara
Organisasi dan Publik Periode 21 Juli-3 Agustus 2014)
SYAIFA TANIA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
communal
relationship
exchange
relationship
control
integrity
mutuality
trust dependability
Organization-Public
Relationship
competenc
e
continuance
commitment
affective
satisfaction
Gambar 1.2
Hubungan Organisasi dan Publik
Sumber: Hon dan Gruning (1999)
22
Public Relations dalam Media Baru (Analisis Isi Corporate Tweets untuk Menakar Hubungan Antara
Organisasi dan Publik Periode 21 Juli-3 Agustus 2014)
SYAIFA TANIA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
publik dapat berjalan secara seimbang sehingga dapat saling mengontrol satu sama
lain. Trust menjadi indikator yang berkaitan dengan keyakinan publik terhadap
organisasi serta kesediaannya untuk berhubungan dengan organisasi. Agar dapat
menjalankan aktivitas operasionalnya secara efektif maka organisasi harus mampu
memeroleh kepercayaan publik. Terbentuknya kepercayaan publik didasari oleh
tiga aspek yaitu integrity, dependability, dan competence (Hon dan Grunig, 1999).
Integrity diperoleh apabila publik menganggap organisasi mampu bersikap jujur
kepada publik. Keandalan berkaitan dengan persepsi publik bahwa organisasi dapat
diandalkan dan akan memenuhi ekspektasi publik. Adapun kompetensi terbentuk
ketika publik meyakini bahwa organisasi memiliki kapasitas untuk memenuhi
janjinya kepada publik.
Indikator selanjutnya adalah commitment yang melibatkan kesediaan organisasi
dan publik untuk menjaga dan meningkatkan hubungan mereka. Komitmen terbagi
menjadi dua subdimensi yaitu continuance yang berkaitan dengan tindakan dan
affective commitment yang berkaitan dengan emosi. Terakhir, satisfaction yang
berkaitan dengan kondisi dimana baik publik maupun organisasi sama-sama merasa
diuntungkan karena ekspektasi positif setiap pihak dapat terwujud.
Dalam membangun hubungan positif antara organisasi dan publik di media baru
terdapat tiga faktor yang perlu diperhatikan yaitu teknologi, individu, serta struktur
sosial dan budaya yang mengkontekstualisasikan jenis hubungan (Kelleher, 2007).
Teknologi menjadi faktor penting dalam hubungan antara organisasi dan publik
karena organisasi perlu menentukan media komunikasi yang tepat untuk
berhubungan dengan publiknya. Individu sebagai bagian dari publik pun
berpengaruh terhadap hubungannya dengan organisasi. Keputusan individu untuk
berhubungan dengan organisasi melalui media baru dipengaruhi oleh sejumlah
faktor seperti pengetahuan awal individu mengenai organisasi (prior knowledge),
sikap, aktivitas komunikasi organisasi, personalitas, dan tujuan (Hallahan dikutip
oleh Kelleher, 2007). Terakhir, faktor kultural juga perlu diperhatikan guna
menunjang hubungan antara organisasi dan publik.
Dalam konteks media baru, interaktivitas tidak dapat dipisahkan dari kajian
mengenai hubungan antara organisasi dan publik. Interaktivitas yang terjadi di
23
Public Relations dalam Media Baru (Analisis Isi Corporate Tweets untuk Menakar Hubungan Antara
Organisasi dan Publik Periode 21 Juli-3 Agustus 2014)
SYAIFA TANIA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
media baru dapat bersifat rendah (low), sedang (medium), atau tinggi (high).
Perbedaan level interaktivitas antara organisasi dan publik akan berpengaruh pada
model komunikasi public relations yang dikembangkan oleh organisasi, lebih lanjut
berpengaruh pula pada hubungannya dengan publik. Adapun mengacu pada Grunig
dan Huang (dalam Ledingham dan Bruning, 2000) hubungan organisasi dan publik
dapat dikatakan sukses ketika organisasi dan publik saling memercayai,
menyepakati pihak mana yang memiliki kuasa untuk memengaruhi (influence),
setiap pihak merasa puas, dan saling berkomitmen satu sama lain.
24
Public Relations dalam Media Baru (Analisis Isi Corporate Tweets untuk Menakar Hubungan Antara
Organisasi dan Publik Periode 21 Juli-3 Agustus 2014)
SYAIFA TANIA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
memuat link informasi apapun. Medium interactivity memuat link yang berkaitan
dengan informasi biografis yang ada dalam laman webpage, sedangkan high
interactivity menyediakan link informasi yang lebih komprehensif. Dari riset ini
diperoleh temuan bahwa semakin tinggi interaktivitas maka akan semakin positif
impresi kandidat. Pola ini kemudian dianggap dapat diaplikasikan dalam konteks
hubungan antara organisasi dan publik. Semakin tinggi level interaktivitas dalam
konten tweet akun Twitter korporasi maka akan semakin positif pula impresi publik
terhadap organisasi.
F. Kerangka Konsep
Dalam penelitian ini, konsep public relations di media baru merujuk pada
kinerja divisi public relations organisasi yang dilakukan di media sosial, khususnya
Twitter. Kinerja public relations di media baru dikenal pula dengan istilah e-PR
atau PR 2.0. Public relations dalam generasi ini bertanggungjawab untuk menjalin
komunikasi dengan publik secara setara, tanpa mengabaikan kehadiran dan kuasa
publik dalam proses komunikasi yang dijalankan (Solis dan Breakenridge, 2009).
Prinsip dasar dalam fungsi e-PR secara umum selaras dengan fungsi utama
public relations yaitu untuk membantu tercapainya keseimbangan hubungan jangka
panjang antara organisasi dan publik sasaran (Fischer dikutip oleh Petrovici, 2014).
Dalam konteks media baru, publik memiliki peluang yang lebih besar untuk
berkomunikasi secara langsung dengan organisasi sehingga lahir optimisme akan
terbentuknya mutual dialogue antara kedua pihak. Lebih lanjut, dialog ini diyakini
mampu mendorong adanya pemahaman bersama antara kedua pihak sehingga
mendorong terciptanya hubungan jangka panjang yang berorientasi bagi
kesejahteraan kedua pihak.
Hubungan organisasi dan publik (organization public relationship/OPR)
merupakan konsep yang berangkat dari perspektif relasional dimana peran public
relations direkonseptualisasikan sebagai fungsi manajemen yang mulanya berpusat
pada upaya manipulasi opini publik menjadi upaya untuk menumbuhkan dan
menjaga hubungan yang menguntungkan baik bagi organisasi maupun publik.
Hubungan organisasi dan publik dikonstruksikan oleh Hon dan Grunig (1999)
25
Public Relations dalam Media Baru (Analisis Isi Corporate Tweets untuk Menakar Hubungan Antara
Organisasi dan Publik Periode 21 Juli-3 Agustus 2014)
SYAIFA TANIA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
26
Public Relations dalam Media Baru (Analisis Isi Corporate Tweets untuk Menakar Hubungan Antara
Organisasi dan Publik Periode 21 Juli-3 Agustus 2014)
SYAIFA TANIA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
G. Operasionalisasi Konsep
No. Konsep Dimensi Definisi Subdimensi Keterangan Skala Indikator
Nama Identitas mengenai nama, Nominal a. Nama perusahaan
bidang usaha, dan nama b. Bidang perusahaan
akun. c. Twitter ID
Foto profil Identitas visual yang Nominal a. Logo perusahaan
ditampilkan dalam foto b. Nama perusahaan
profil akun. c. Varian produk
d. Event yang diselenggarakan
e. Lainnya (sebutkan)
Sosial Interaksi sosial Nominal a. Jumlah followers
Identitas Identitas perusahaan yang ditampilkan di organisasi dan publik b. Jumlah following
laman homepage akun Twitter. melalui Twitter. c. Jumlah lists
Bio Informasi deskriptif yang Nominal a. Informasi official account
disediakan oleh akun b. Informasi contact center
1. Corporate Tweets Twitter organisasi. c. Informasi alamat kantor
(Edman, 2010) d. Link website organisasi
e. Lainnya (sebutkan).
Sumber tweet Pengirim tweet Nominal a. Organisasi
b. Publik/individu
c. Instansi lain (sebutkan)
Jenis tweet Format tweet dalam akun Nominal a. Original tweet
Twitter organisasi b. Retweet (RT)
Konten Isi tweet yang disampaikan oleh akun c. Mention (@mention)
Twitter organisasi. d. Reply (@reply)
Arah diskusi Sender-receiver dalam Nominal a. Organisasi-publik
tweet b. Publik-organisasi
c. Organisasi-organisasi lain
Bentuk tweet Tekstual Tweet berisi teks tanpa disertai tautan
apapun.
Visual Tweet menampilkan foto atau gambar.
Audio visual Tweet menampilkan video.
Link berita Nominal Tweet menyertakan tautan link berita.
27
Public Relations dalam Media Baru (Analisis Isi Corporate Tweets untuk Menakar Hubungan Antara
Organisasi dan Publik Periode 21 Juli-3 Agustus 2014)
SYAIFA TANIA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
28
Public Relations dalam Media Baru (Analisis Isi Corporate Tweets untuk Menakar Hubungan Antara
Organisasi dan Publik Periode 21 Juli-3 Agustus 2014)
SYAIFA TANIA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
29
Public Relations dalam Media Baru (Analisis Isi Corporate Tweets untuk Menakar Hubungan Antara
Organisasi dan Publik Periode 21 Juli-3 Agustus 2014)
SYAIFA TANIA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
memenuhi janjinya
kepada publik.
Satisfaction Kondisi dimana setiap pihak merasa Nominal a. Retweet atas tweet user yang puas
diuntungkan karena terpenuhinya terhadap produk/layanan
ekspektasi positif di antara keduanya. organisasi.
b. Balasan organisasi terhadap tweet
user yang berisi ucapan terima
kasih.
c. Terdapat @reply.
d. Terdapat retweet.
e. Lainnya (sebutkan)
f. Tidak ada.
Commitment Kondisi dimana setiap pihak meyakini Continuance Berkaitan dengan Nominal a. Tweet berisi jawaban organisasi
bahwa energi yang dikeluarkan untuk commitment tindakan. atas pertanyaan user.
membangun dan menjaga relasi adalah Affective Berkaitan dengan aspek b. Tweet berisi sapaan organisasi
layak. commitment emosional. terhadap user (ucapan selamat
pagi, siang, malam, selamat
beraktivitas, dll).
c. Tweet berisi ucapan personal
kepada user (ucapan selamat
ulang tahun) yang secara khusus
di-@mention.
d. Tweet berisi tips.
a. Lainnya (sebutkan).
b. Tidak ada.
Exchange Satu pihak memberikan keuntungan pada Nominal a. Ajakan untuk menggunakan
Relationship pihak lain karena adanya pengalaman produk/layanan organisasi.
sebaliknya di masa lalu atau b. Ajakan untuk ikut berpartisipasi
mengharapkan di masa depan pihak dalam program khusus yang
tersebut akan kembali memberikan diadakan organisasi.
keuntungan. c. Tips penggunaan/perawatan
Communal Kedua pihak memberikan keuntungan produk/layanan.
Relationship satu sama lain bahkan jika salah satu d. Tips di luar produk/layanan.
pihak tidak memeroleh keuntungan yang e. Lainnya (sebutkan)
30
Public Relations dalam Media Baru (Analisis Isi Corporate Tweets untuk Menakar Hubungan Antara
Organisasi dan Publik Periode 21 Juli-3 Agustus 2014)
SYAIFA TANIA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
31
Public Relations dalam Media Baru (Analisis Isi Corporate Tweets untuk Menakar Hubungan Antara
Organisasi dan Publik Periode 21 Juli-3 Agustus 2014)
SYAIFA TANIA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
H. Metodologi
Dinamika hubungan antara organisasi dan publik semakin semarak seiring
dengan pemanfaatan media baru oleh sejumlah organisasi untuk berkomunikasi
dengan publiknya. Kini, hampir seluruh perusahaan berlomba-lomba untuk terlibat
menggunakan berbagai platform social media untuk menjalin hubungan yang
bermanfaat bagi kedua pihak. Twitter menjadi salah satu kanal social media yang
dipilih oleh organisasi untuk berkomunikasi dengan publiknya melalui corporate
tweets yang disampaikan oleh akun Twitter organisasi. Melalui corporate tweets
tersebut hubungan organisasi dan publik dapat dikaji secara komprehensif.
Penelitian ini berfokus pada domain pesan serta menekankan pada hubungan antara
organisasi dan publik melalui media Twitter yang dimiliki oleh organisasi. Metode
analisis isi kuantitatif kemudian dianggap memiliki kapasitas untuk mengkaji
aspek-aspek tersebut secara mendalam.
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian mengenai analisis isi corporate tweets untuk menakar hubungan
organisasi dan publik dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.
Pendekatan kuantitatif berangkat dari paradigma klasik yang meyakini bahwa
realitas berada “di luar” diri peneliti sehingga peneliti dapat membuat jarak dengan
objek yang diteliti. Dalam proses penelitian, peneliti ditempatkan sebagai observer
sehingga data yang diperoleh bersifat objektif serta dapat digeneralisasikan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis isi. Metode
analisis isi seperti dinyatakan Holsti (1969) dapat digunakan untuk mengeksplorasi
konten media yang bersifat nampak (manifest). Selain itu, penggunaan analisis isi
tidak hanya terbatas untuk mengkaji karakteristik konten komunikasi namun juga
untuk menarik simpulan mengenai peran komunikator (Wright, 1986). Karakteristik
ini sejalan dengan asumsi dalam penelitian ini yang beranggapan bahwa organisasi
cenderung memiliki peran yang lebih besar dalam relasinya dengan publik. Lebih
lanjut, dengan menggunakan analisis isi, peneliti tidak memaksakan keterlibatan
dirinya dengan objek kajian sehingga nantinya tidak memengaruhi hasil penelitian
(Berger, 2000). Dalam penelitian ini, analisis isi digunakan untuk melihat merekam
32
Public Relations dalam Media Baru (Analisis Isi Corporate Tweets untuk Menakar Hubungan Antara
Organisasi dan Publik Periode 21 Juli-3 Agustus 2014)
SYAIFA TANIA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
isu yang muncul dalam relasi antara organisasi dan publik melalui kecenderungan
yang nampak dari distribusi frekuensi data temuan.
2. Populasi
Penelitian ini dilakukan pada lima organisasi yang bergerak di tiga bidang
industri yaitu telekomunikasi, perbankan, dan otomotif. Setiap bidang diwakili oleh
dua organisasi, kecuali di bidang otomotif yang hanya diwakili oleh satu organisasi
saja. Bidang telekomunikasi diwakili oleh perusahaan XL Axiata (@XL123) dan
Telkomsel (@Telkomsel), bidang perbankan diwakili oleh BNI (@BNI46) dan
BCA (@HaloBCA), dan bidang otomotif diwakili oleh Astra Honda Motor
(@welovehonda).
Kelima perusahaan yang menjadi objek kajian dalam penelitian ini merupakan
para pemenang ajang Social Media Awards 2013. Social Media Awards merupakan
ajang kompetisi tahunan yang mengevaluasi kinerja perusahaan dari berbagai
bidang industri dalam memanfaatkan social media sebagai media komunikasi.
Meskipun peneliti tidak serta merta menyebutkan bahwa ajang ini menjadi standar
evaluasi praktik penggunaan social media yang ideal oleh perusahaan namun
capaian sebagai perusahaan dalam ajang tersebut mengindikasikan bahwa kelima
perusahaan tersebut dapat memanfaatkan social media dengan baik. Lebih lanjut,
akun Twitter kelima perusahaan merupakan akun yang paling representatif
dibandingkan akun-akun Twitter perusahaan lain dalam bidang industri yang sama
karena memiliki tingkat interaksi di Twitter yang lebih tinggi ditunjukkan melalui
jumlah tweet, following account, dan followers.
Dalam penelitian ini, unit analisis yang digunakan adalah tweet. Penelitian ini
menggunakan sensus pada konten tweet kelima akun karena dilihat dari jumlah
tweet yang ada peneliti menganggap jumlah tersebut masih memungkinkan untuk
dianalisis secara keseluruhan. Populasi dalam penelitian ini yaitu corporate tweets
kelima akun selama dua minggu sepanjang tanggal 21 Juli – 3 Agustus 2014
(n=433). Pemilihan rentang tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa rentang
waktu tersebut merupakan periode dengan tingkat traffic tertinggi antara organisasi
dan publik karena berdekatan dengan hari raya Idul Fitri. Dalam konteks Indonesia,
33
Public Relations dalam Media Baru (Analisis Isi Corporate Tweets untuk Menakar Hubungan Antara
Organisasi dan Publik Periode 21 Juli-3 Agustus 2014)
SYAIFA TANIA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
hari raya Idul Fitri merupakan momen-momen tersibuk bagi masyarakat sekaligus
momen dimana putaran uang terjadi dalam jumlah besar dan cepat. Kondisi ini
kemudian mendorong organisasi untuk semakin gencar mengembangkan relasinya
dengan publik.
5. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan dengan membandingkan setiap kategori komparasi
antar coder dengan menghitung koefisien reliabilitas. Koefisien reliabilitas (CR)
untuk menghitung reliabilitas data antara dua coder digunakan dengan
menggunakan rumus berikut (Chadwick, et al., 1991, hal. 272):
Koefisien reliabilitas = jumlah unit dalam kategori yang sama
jumlah total unit-unit yang dikode
34
Public Relations dalam Media Baru (Analisis Isi Corporate Tweets untuk Menakar Hubungan Antara
Organisasi dan Publik Periode 21 Juli-3 Agustus 2014)
SYAIFA TANIA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
PA merupakan proporsi unit yang disetujui koder dan PC merupakan proporsi unit
yang persetujuannya diharapkan dari kesempatan. Dalam penelitian ini hasil uji
intercoder reliability menunjukkan bahwa nilai koefisien reliabilitas yang
diperoleh sebesar 0,857. Adapun mengacu pada interpretasi Landis dan Koch
yang dikutip oleh Stemper (2001) nilai 0,857 memiliki kekuatan persetujuan yang
nyaris sempurna.
Dari seluruh variabel kuantitatif yang diujikan dalam coding sheet ditemukan
bahwa 24 variabel memiliki tingkat persetujuan sebesar 100% dan nilai Kappa
sempurna sebesar 1. Sedangkan tiga variabel menunjukkan angka 0,577 (besar)
untuk variabel isu umum, nilai 0,861 (nyaris sempurna) untuk variabel exchange
relationship, dan nilai 0,718 (sangat besar) untuk variabel communal relationship.
6. Limitasi Penelitian
Basis penelitian dalam kajian ini didasarkan pada data riil yang tersedia di
lapangan serta pemilihan metode yang digunakan memungkinkan data penelitian
terjaga objektivitasnya. Meskipun demikian, sejumlah keterbatasan menyebabkan
adanya limitasi dalam penelitian ini. Pertama, penelitian ini hanya mengukur
hubungan antara organisasi dan publik melalui interaksi yang dicerminkan oleh
corporate tweets. Aspek-aspek lain seperti kaitan antara persepsi publik dan
oganisasi mengenai hubungan satu sama lain di media baru tidak diungkap dalam
penelitian ini.
Kedua, beban informasi yang sangat besar di media baru serta keterbatasan
kemampuan peneliti untuk mengakses pesan masuk yang diterima oleh akun
35
Public Relations dalam Media Baru (Analisis Isi Corporate Tweets untuk Menakar Hubungan Antara
Organisasi dan Publik Periode 21 Juli-3 Agustus 2014)
SYAIFA TANIA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
36